Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Syahrul Fuad
"ABSTRAK
Untuk meningkatkan mutu beton, disamping komposisi semen, agregat kasar, agregat halus, dan faktor air semen, juga diperlukan bahan tambahan.
Bahan tambahan ini bertujuan untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas, memperlambat terjadinya retak-retak.
Salah satu bahan tambahan beton adalah fiber. Pemikiran dasar pemakaian fiber ini adalah menulangi beton dengan orientasi random, sehingga dapat mencegah terjadinya retak-retak pada beton yang terlalu dini, akibat panas hidrasi maupun akibat beban.
Dengan dicegahnya retak-retak yang telalu dini, mengakibatkan kemampuan bahan untuk mendukung tegangan-tegangan yang terjadi akan semakin lebih besar.
Bahan fiber ini ada beberapa jenis. Seperti baja, karbon, nilon, dan polypropylene. Sedangkan bentuknya, seperti oval, rektangular, bergantung pada proses pembuatan dan bahan mentahnya yang dipakai. Dalam penelitian ini dipakai dipakai polypropylene.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan serat polypropylene terhadap kuat tekan, kuat tank talc langsung, kuat tank lentur, dan daya tahan abrasi pada beton.
Hasil pengujian menunjukkan, bahwa dengan tambahan 0,1%-0,3% fiber, kuat tekan, kuat tarik tak langsung, kuat tarik lenturnya meningkat dan abrasinya menurun.

ABSTRACT
To increase quality concrete, beside cement composition, coarse aggregate, fine aggregate, and water cement ratio, even if require admixtures.
These admixtures to aim at change one or more properties concrete at still fresh or hardened, increase soft paste, increase compressive strength, increase ductility, delaying the growth of ckracks.
One of admixtures for concrete are fibers. The basic idea use of fibers are the bones at concrete with ramdom orientate, until it can the restrain growth of very early ckracks at concrete, result both hydrated temperature and load. With the restrain growth of very ckracks, result in capability material to carry happened strength more bigger.
Fiber material have some type. As steel, carbon, nylon, polypropylene. At the time shape, as oval, rectangular, hang by activation process, and the use of crude material. In this research the polypropyline will be used.
The aim of this research is to find out the effect of the increase of Polypropylene fibers on concrete compressive strength, tensile strength, flexural strength, and abrasion.
The test result show that by adding 0,1% - 0,3% fibers, compressive strength, tensile strength, flexural strength are mounting and abrasion is reduce."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roy Immanuel
"Pervious concrete merupakan material perkerasan beton dengan tingkat porositas tinggi sehingga dapat mengalirkan air ke lapisan bawah perkerasan. Penggunaan pervious concrete akan memberikan keuntungan dari segi lingkungan, struktur dan ekonomi. Pervious concrete ini memiliki rongga tetapi kekuatannya lebih rendah dari beton normal. Dalam skripsi ini dilakukan penelitian tentang perilaku kuat tekan, kuat lentur dan shrinkage (penyusutan) pada pervious concrete. Seluruh pengujian tersebut dilakukan terhadap 16 jenis variasi campuran beton sehingga diperoleh komposisi campuran yang memiliki porositas, kuat tekan dan kuat lentur yang paling optimum. Sesuai dengan batasan besar porositas, kuat tekan, dan kuat lentur yang ditentukan oleh National Ready Mix Concrete Association maka diperoleh 2 komposisi optimum dalam penelitian ini.

levels permitting water passing to the sub-grade of the pavement. The usage of pervious concrete gives environmental, structural, and economical advantages. Pervious concrete provides cavities in the concrete resulting in strength reduction compared to normal concrete strength. This research presents the compressive strength, flexural strength, and shrinkage behavior of pervious concrete. Tests are made to 16 different mix composition of the pervious concrete in order to obtain optimum result as function of porosity, flexural and compressive strength. Based on allowable porosity, flexural and compressive strength criteria from American National Ready Mixed Concrete Association only 2 mix composition give optimum results."
2008
R.01.08.73 Imm p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Syahrul Fuad
"Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan. Bahan penyusun beton terdiri dari bahan semen, agregat kasar, agregat halus, air. Untukmengetahui danmempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen. Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi sebagian besar volume beton. Salah satunya diamati pada penelitian ini yaitu pasir laut dari Provinsi Lampung yang memiliki karakteristik butiran yang kasar dan gradasi (susunan besar butiran) yang bervariasi serta memiliki kandungan garam-garaman klorida (Cl) dan sulfat (SO4) yang tidak melebihi batas yang ditetapkan.Penelitian ini juga mengamati pasir sungai dari Palembang, dimana pasir Sungai yang memiliki sumber (Quarry) yang cukup dan Pasir Sungai sering di gunakan untuk campuran pembuatan beton,akan tetapi pasir sungai yang sering di gunakan dalam campuran pembuatan perlu di teliti lebih lanjut untuk mengetahui kadar lumpur dari pasir sungai tersebut apakah pasir sungai yang akan di gunakan memiliki kadar lumpur yang layak dalam peraturan acuan campuran pembuatan beton.
Di dalam penelitian ini, menggunakan beton mutu K 225 yang merupakan campuran air, semen, agregat kasar,dan agregat halus dengan treatment yaitu mencuci dengan air tawar dan yang tidak dicuci. Dan dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat lentur, yang bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengurangan atau penambahan kuat tekan beton lentur terhadap faktor keamanan suatu bangunan, untuk dapat diaplikasikan pada bangunanbangunan masyarakat umum.
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil uji kuat tekan beton yang menggunakan pasir sungai dengan perlakuan (BPST) mengalami peningkatan 45,85 kg/cm2 atau sebesar 22,35 % dari beton yang menggunakan pasir sungai dalam kondisi sebenarnya (BPS). Sedangkan pada kuat tekan beton menggunakan pasir laut dengan perlakuan (BPLT) mengalami peningkatan sebesar 6,25 kg/cm2 atau sebesar 2,23 % dari beton yang menggunakan pasir laut dalam kondisi sebenarnya (BPL). Kuat lentur beton yang menggunakan pasir sungai dengan perlakuan (BPST) mengalami peningkatan sebesar 6,8 kg/cm2atau sebesar 16,67 % dari pasir sungai dalam kondisi sebenarnya (BPS), kuat lentur yangmenggunakan pasir laut dengan perlakuan (BPLT) mengalami peningkatan sebesar 6,79 kg/cm2 atau sebesar 14,27 % dari pasir laut dalam keadaan yang sebenarnya (BPL)."
Palembang: Fakultas Teknik Universitas Tridinanti Palembang, 2015
691 JDT 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marendi Rahman
"Copper Slag in the fomi of waste coming from process purification of copper exploited as material for the construction. Material of Copper slag which has the character of cement was exploited with cement by substituting in concrete mixture and that expected it can improve the compressive strength, flexural strength, and shear strength at the concrete.
This research is done in laboratory by doing examination to test object which have been design with composition 10%, 15%, 20%, 25% and 30% Hom cement weight which required in concrete mixture. Examination of the test objects in the form of examination of compressive strength, flexural strength and shear strength. From composition which have been planned, is expected to get the optimum value which fiom rate of copper slag required as substitution cement.
Pursuant to the research by using slag copper which is have gradation near by sand gradation is got that optimum rate of slag copper as substitution cement is 15% fiom required cement weight. Concrete mixture with rate of copper slag 15% this got compressive strength with degradation 28,488% from compressive strength of normal concrete. While for flexural strength with sameness rate of copper slag is increased 6,25% from flexural strength of normal concrete. And for shear strength with sameness rate of copper slag is got degradation l0,909% from shear strength of normal concrete.

Copper Slug berupa limbah yang berasal dari proses pemurnian tembaga yang dimanfaatkan sebagai material untuk konsu-uksi. Material copper slag yang memiliki sifat cemenric ini dimanfaatkan dengan rnensubtitusi semen dalam campuran beton sehingga diharapkan dapat meningkatkan kuat tekan, kuat lentur, dan kuat geser beton tersebut.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan cara melakukan pengujian terhadap benda uji yang telah didesain dengan komposisi 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% dari berat semen yang dibutuhkan dalam campuran beton. Pengujian benda uji tersebut berupa pengujian kuat tekan, kuat lentur dan kuat geser. Dari komposisi yang telah direnoanakan diharapkan didapat nilai optimum yang dari kadar copper slag yang dibutuhkan sebagai pensubtitusi semen berdasarlcan berat semen yang dibutuhkan.
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan copper slag yang bergradasi mendekati gradasi pasir ini didapatkan bahwa kadar optimum copper slag sebagai subtitusi semen adalah sebesar 15% dari berat semen yang dibutuhkan. Campuran beton dengan kadar copper slag sebesar 15% ini didapatkan kuat tekan dengan penurunan sebesar 28,488% dari kuat tekan beton normal. Sedangl-can untuk kuat lentumya dengan kadar copper slag yang sama teljadi kenaikan sebesar 6,25% dari kuat lentur beton normal. Dan untuk kuat gesemya dengan kadar copper slag yang sama pula terjadi penurunan sebesar lO,909% dari kuat geser beton normal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Respati N.
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan membuktikan pengaruh penggunaan bahan tambahan (admixture) jenis fibrin 23 yang dicampurkan di dalam adukan beton, terhadap nilai kuat tekan beton.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada umur beton 1 (satu) hari dan 3 (tiga) hari, penggunaan bahan tambahan fibrin 23 mengakibatkan meningkatnya kuat tekan beton. dengan kenaikan sebesar 19 % pada umur 1 (satu) hari, dan 13,5 % pada umur 3 (tiga) hari. Setelah umur beton mencapai 7 (tujuh) hari, penggunaan bahan tambahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang nyata.
Meskipun penggunaan fibrin 23 telah terbukti meningkatkan kuat tekan beton pada umur 1 (satu) hari, namun besarnya peningkatan tersebut tidak sebesar yang diharapkan, yakni 70%.
Dari hasil penelitian ini, juga dapat disimpulkan, bahwa kenaikan tekan yang terjadi pada umur 1 (satu) hari, merupakan tanda adanya adhesi yang terjadi antara pasta semen dengan serat fibrin serta kemampuan tarik dari serat tersebut mampu menahan perubahan volume (penyusutan) serta keretakan plastis. Dengan demikian serat-serat fibrin 23 berfungsi sebagai tulangan susut beton."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irza Ahmad
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T40624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Purnomo Ruslie
"Beton sebagai salah satu material utama dalam konstruksi dikenal sebagai material yang Betas (brittle) dan lemah terhadap tank dibandingkan dengan baja. Daktilitas beton yang rendah dicerminkan oleh kurva load tegangan-regangannya yang mempunyai penurunan kekuatan tekan yang cepat pada daerah pasta puncak sehingga menyebabkan keruntuhan terjadi relatif secara tiba-tiba pada elemen beton. Penambahan serat pada material berbahan dasar semen diketahui dapat memperbaiki daktilitasnya.Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah untuk mempelajari otensi penggunaan serat polimerik dad jenis polypropylene pads beton normal (f~=35 MPa). Kadar serat polypropylene yang ditambahkan pada beton mutu sedang adalah 0.90 ; 1.35 ; 1.80 ; 2.25 dan 2.70 kg1m3 atau dalam volume fraksi adalah 0.10 ; 0.15 ; 0.20 ; 0.25 dan 0.30 %. Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi pembebanan tekan, tank belah, pembebanan lentur, kuat geser, modulus elastisitas, angka Poissons, impact resistant,toughness dan mengukur kapasitas peningkatan regangan elastis dan inelastis.
Benda uji percobaan pembebanan tekan untuk kuat tekan,tarik belah,modulus elastisitas adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm serta tinggi 6.35 cm untuk uji impact test , untuk benda uji percobaan kuat geser adalah balok berukuran 20002E7.5 cm3, sedangkan benda uji percobaan pembebanan lentur adalah balok 10x10x35 cm3 yang bersatraan pengukuran toughness serta pengukuran kapasitas peningkatan regangan elastis dan inelastis. Dan hasil penelitian beton mutu sedang berumur 28 hari ,dapat disimpulkan dengan bertambahnya kadar serat, cenderung adanya penurunan slump bahkan mempunyai nilai yang rendah sekali .Hal tersebut menunjukkan workability yang rendah sekali. Pengujian tersebut dapat diatasi dengan VeBe-Test.
Dengan kadar serat polypropylene 0.30 % terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 23.06 %, peningkatan kuat tank belah sebesar 20.07 %, peningkatan kuat lentur sebesar 35.32 %, peningkatan modulus elastisitas sebesar 9.18%, peningkatan impact resistant untuk menimbulkan retak pertama dan mencapai failure sebesar kurang lebih 4 x dari baton tanpa serat. Pengukuran dilakukan terhadap lendutan titik tengah, regangan dengan memakai strain-gauge pads uji kuat lentur, hasil menunjukkan bahwa persentasi volume 0.30 % fiber meningkatkan regangan tank elastis dari 106 menjadi 162 microstrain (peningkatan 52.83 %) dan peningkatan daerah regangan tank inelastis 162 microstrain."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Herdiansjah
"Pada dasarnya beton adalah suatu material yang tahan terhadap fenomena korosi. Namun bila lingkungan sekitar beton tersebut sudah tercemar atau banyak memiliki ion-ion korosif dan di tubuh beton tersebut terdapat cacat maka dapat mengakibatkan korosi pada tulangan beton yang akan mengakibatkan kerusakan pada beton tersebut. Mahalnya perbaikan struktur yang telah rusak akibat proses korosi memacu banyak orang maupun perusahaan untuk mencari solusi pencegahannya dengan biaya yang relatif murah. Salah satunya adalah penggunaan inhibitor. Inhibitor adalah suatu zat kimia yang ditambahkan kedalam campuran beton yang dapat memperlambat laju korosi pada tulangan beton. Inhibitor yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah inhibitor korosi kalsium nitrit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti sejauh mana pengaruh kalsium nitrit dalam mengurangi laju korosi dan pengaruh terhadap karakteristik betonnya. Korosi adalah fenomena alam yang merugikan dan susah untuk dihindari. Korosi terjadi akibat adanya air dan oksigen. Korosi umumnya menyerang material-material yang bersifat logam, lalu menguraikan unsur-unsur pembentuknya dan selanjutnya logam tersebut akan hancur. Kalsium nitrit (Ca(NO2)2) adalah salah satu jenis inhibitor korosi. Sifatnya yang basa diharapkan dapat meninggikan alkalinitas dalam lingkungan beton dan menahan laju serangan ion-ion korosif yang bersifat asam yang dapat merusak tulangan. Tahap-tahap dalam melakukan penelitian mi dimulai dengan membuat sampel beton berbentuk kubus dengan tulangan ukuran 10,5 x 10,5 x 10,5 cm_ dan kubus tanpa tulangan ukuran 15 x 15 x 15 cm_ yang telah dicampurkan inhibitor Ca(NO2)2 didalamnya. Setelah itu direndam dalam lingkungan asam (pH-3) dan normal (pH-7). Lalu kemudian dilakukan uji kuat tekan dengan cara memberi beban pada beton sampel hingga beton tersebut retak, dalam hal ini di uji oleh mesin tes kuat tekan. Pengujian kuat tekan dilakukan ketika beton sampel berumur 28 hari dan 90 hari. Pengujian selanjutnya adalah uji korosi dengan metode immersion. Laju korosi dapat diketahui dengan mengambil data berupa selisih berat awal dengan berat akhir dari sampel tulangan. Tujuan dari uji kuat tekan dan uji korosi ini untuk mengetahui pengaruh Ca(NO2)2 dalam mengurangi laju korosi serta pengaruhnya terhadap karakteristik beton tersebut. Hasil yang didapat berdasarkan uji kuat tekan beton adalah, untuk kuat tekan di lingkungan normal (pH-7) pada hari ke 28 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 428 kg/cm_, 160 ppm =417 kg/cm_, 190 ppm = 402 kg/cm_ dan untuk beton standar kuat tekannya sebesar 417 kg/cm_ sedangkan pada hari ke 90 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 457 kg/cm_, 160 ppm = 496 kg/cm_, 190 ppm = 447 kg/cm_ dan untuk beton standar kuat tekannya sebesar 482 kg/cm_. Untuk uji kuat tekan di lingkungan asam (pH-3) pada hari ke-28 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm =415 kg/cm_, 160 ppm = 422 kg/cm_, 190 ppm = 378 kg/cm_ dan kuat tekan untuk beton standamya sebesar 389 kg/cm_, sedangkan untuk uji kuat tekan pada hari ke-90 beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 498 kg/cm_, 160 ppm = 506 kg/cm_, 190 ppm = 475 kg/cm_ dan kuat tekan beton standamya sebesar 370 kg/cm_. Berdasarkan uji korosi di lingkungan asam (pH-3) hasil yang didapat adalah, untuk beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 0,117 mpy, 160 ppm = 0,194 mpy, 190 ppm =0,13 dan untuk beton standar =0,17 mpy. Hasil uji korosi di lingkungan normal (pH-7) adalah, untuk beton sampel dengan konsentrasi inhibitor 130 ppm = 0.06 mpy, 160 ppm = 0,035 mpy, 190 ppm = 0,032 dan untuk beton standar 0,089 mpy. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan Ca(NO2)2 pada konsentrasi yang efektif ke dalam beton bertulang dapat menaikkan kuat tekan beton tersebut sekaligus dapat menurunkan laju korosi pada tulangan beton tersebut. Konsentrasi Ca(NO2)2 130 ppm adalah konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan laju korosi serta menaikkan kuat tekan di dalam lingkungan asam (pH-3). Konsentrasi ini dapat menurunkan laju korosi sebesar 31,28% dan menaikkan kuat tekan sebesar 34,59%. Konsentrasi Ca(NO2)2 160 ppm adalah konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan laju korosi serta menaikkan kuat tekan di dalam lingkungan normal (pH-7). Konsentrasi ini dapat menurunkan laju korosi sebesar 60,77% dan menaikkan kuat tekan sebesar 27,66%.

Basically, concrete is an anti-corrosion materials. However, if the surrounding is contaminated or consists a great amount of corrosive ions and there is a crack on the concrete, this may cause corrosion on the concrete's reinforcement that will eventually create a damage on the concrete. The restoration on structure of the damage caused by corrosion cost a big amount of money. It led people and companies to find a way of prevention as the solutions with relatively economical cost. One of the solutions is the usage of inhibitor. Inhibitor is a chemical which is added into the mixture of concrete that will decelerate corrosion on the concrete's reinforcement. Inhibitor which will be applied in this research is calcium nitrite. The purpose of this research are to study the effect of calcium nitrite in decelerating corrosion and the effect on the characteristic of the concrete. Corrosion is a inevitable destructive natural phenomenon. Corrosion happen because of water and oxygen. Corrosion usually attacks metallic materials which will corrode the formative element that finally damage the concrete. Calcium nitrite (Ca(NO2)2) is one of the corrosion inhibitor. Its least-acid condition is expected to raise the alkalinity in the sorrounding of the concrete and restrain the attack of corrosive acid ions that will damage the reinforcement. There are a few phases in this research. The first phase is started by having concrete samples. These samples are shaped in square with the size of the frame 10,5 x 10,5 x 10,5 cm_ and square without frame with the size of 15 x 15 x 15 cm³3 which has been added with Ca(NO2) as the inhibitor in it. These samples are doused in acid with the acidic setting (pH-3) and normal setting (pH-7). The next step is to have a test on the pressure strength by giving burden on the concrete samples until it creates fractured. This test is done using pressure strength machine. This test can be applied when the samples are 28 days old and 90 days old. The next test is corrosion test with the immersion method. The acceleration of the corrosion can be identified from the data which is taken by from difference between the initial measurement and the last measurement of the frame samples. The purpose of this test are knowing the effect of Ca(NO)2 in decelerating the corrosion and the effect on the characteristic of the concrete. The outcome of the test is : the normal setting (pH-7) on the 28th day, concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 428 kg/cm_, 160 ppm =417 kg/cm_, 190 ppm = 402 kg/cm_, the standard concrete is having the pressure strength of 417 kg/cm_ meanwhile on the 90th day concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 457 kg/cm_, 160 ppm = 496kg/cm_, 190 ppm = 447 kg/cm_, the standard concrete is 482 kg/cm_. The pressure strength in the acidic setting (pH-3) on the 28th day, concrete samples with inhibitor concentration of 130 ppm =415 kg/cm_, 160 ppm = 442 kg/cm_, 190 ppm = 378 kg/cm_, the standard concrete is having the pressure strength of 389 kg/cm_. The pressure strength of the 90th day, concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 498 kg/cm_, 160 ppm = 506 kg/cm_, 190 ppm = 475 kg/cm_ the pressure strength of the standard concrete is 370 kg/cm_. The result from test on the acidic setting (pH-3) is the concrete samples inhibitor concentration of 130 ppm = 0,117 mpy, 160 ppm = 0,194 mpy, 190 ppm =0,13 mpy, the standard concrete is = 0,17 mpy. For the test on the normal setting (pH-7) is the concrete samples with the inhibitor concentration of 130 ppm = 0,06 mpy, 160 ppm = 0,035 mpy, 190 ppm = 0,032, the standard concrete is 0,089 mpy. The conclusion of this research is that the addition of Ca(NO2)2 on the effective concentration into reinforced concrete will raise the pressure on the concrete and decelarate the corrsion on the reinforcement. The concentration of Ca(NO2)2 130 ppm is the most effective concentration in decelerating the corrosion and raise the pressure strength in the acidic setting (pH-3). This concentration can decelerate the corrosion by 31,28 % and raise pressure strength by 34,59 %. Concentration ofCa(NO2)2 160 ppm is the most effective in decelerating in raising the pressure strength in normal setting (pH-7). This concentration can decelerate corrosion of 60,77 % and raise the pressure strength of 27,66%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Pinondang
"ABSTRAK
Untuk menghasilkan beton mutu tinggi adalah memerlukan komposisi campuran semen, agregat dan air yang tepat. Yang paling berpengaruh terhadap mutu beton adalah penggunaan faktor air semen serendah mungkin.
Faktor air semen yang rendah dapat dilaksanakan dengan tambahan aditif mineral seperti mikrosilika atau abu terbang dan dengan penambahan superplasticizer.
Aditif mineral terutama selain dapat meredusir air, tetapi juga dengan butirnya yang halus dapat menutup pori-pori beton sehingga mutu beton menjadi meningkat.
Superplaticizer membantu dalam meredusir pemakaian air untuk dapat konsistensi tetap dipertahankan.
Beton mutu tinggi yang dihasilkan dengan campuran bahan tersebut diatas maka akan memperoleh peningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap rembesan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemakaian aditif mineral yang paling baik terhadap kuat tekan dan perembesan air pada jumlah yang optimum.
Penelitian dilakukan dengan lebih dulu menguji kualitas agregat dan menentukan faktor air semen (Mc) yang tetap dengan menambahkan bahan superplasticizer.
Hasil pengujian menunjukkan, bahwa dengan tambahan 7.5% mikrosilika dan 10% abu terbang mencapai maksimum pada kuat tekan dan perembesannya minimum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pelaksanaan pemakaian beton mutu tinggi pada bangunan gedung dan bangunan yang berhubungan terhadap tekanan zat cair.

ABSTRACT
In order to produce high strength concrete, the composition of the mixture of cement, aggregate, and water must be correct.
The most influential factor in concrete quality is the lowest possible water content. Obtaining a low water content can be achieved with the addition of a mineral additive such as silica fume or fly ash with a superpllasticizer. Biside being able to minimize water use , mineral additives are also able to fill concrete pores with its fine grains, with the result that concrete quality is increase.
Superplasticizer help in reducing water use in order to maintain a good consistency of the concrete mix.
High strength concrete, which is produced from a mix of materials such as these will have improved strength and resistance to water penetration.
The purpose of this research is to see the influence of the use of mineral additives on tensile strength and water penetration, looking to find the best mineral additive and the optimum quantity of the additive_ Research was conducted by first testing the quality of the aggregate and determining the fixed water when the superplasticizer is added.
The test result show that by adding 7.5 % silica fume or by adding 10 % fly ash , tensile strength reaches a maximum and water penetration is minimum.
The result of this research are hoped to be useful in the application of high strength concrete for building construction in general and for buildings which must resist water penetration in specific.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Saputra Hendri L.
"Banyak penelitian yang telah menggunaka serat baja dalam campuran beton normal dan telah dilakukan dalam beberapa negara bagian di dunia. Namun, dikarenakan harga serat kawat baja itu sangat mahal di Indonesia, maka penggunaan serat kawat bendrat untuk menggantikan serat baja itu dan menggunakannya dalam campuran beton yang diteliti dalam penelitian ini. Serat kawat bendrat ini berdiameter 0,8mm dipotong dengan panjang 30 mm dan digunakan dalam campuran beton sebagai tulangan mikro beton yang diprediksi mampu meningkatkan kuat tekan beton dan mengurangi susut beton. Jumlah serat ini digunakan dari berat semen PCC dengan variasi 0%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% dengan target kuat tekan fc? 25MPa. Untuk uji kuat tekan beton, benda uji akan dibuat dalam silinder kecil yang berdiameter 100mm dan tinggi 200 mm yang dites pada hari ke 3,7,14, dan 28 hari serta silinder besar dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm yang akan di tes 28 hari agar diperoleh faktor konversi silinder kecil ke besar. Sedangkan untuk pengujian susut beton di uji pada balok berukuran 100mm x 100mm x 500mm (Standar UNI 6555) dan balok 75mm x 75mm x 254mm (Standar ASTM C49004) yang diuji selama 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan serat kawat bendrat dalam campuran beton meningkatkan kuat tekan beton sebesar 5,682% pada komposisi 6% serat kawat bendrat dan mengurangi susut sebesar 7,93% pada komposisi 10% serat kawat bendrat dan juga penggunaan serat kawat bendrat menurunkan kelecakan nilai slump beton.

Many experiments on the use of steel fiber to strengthen the quality of normal concrete have been done in some regions of the world. As the price of this fiber in Indonesia is considerably expensive, the use of annealed wire is proposed to be a replacement of it and used as additives for concrete mixture is investigated in this research. This annealed wire of 0,8mm diameter is cut into pieces size of 30 mm length named as annealed-wire fiber (AW fiber) and added into normal concrete mixture as reinforcing fiber to increase the concrete compressive strength and reduce the shrinkage of concrete. The amount of this fiber measured in weight proportion to the content of Portland Composite Cement (PCC) is designed as 0%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% based on the moderate concrete compressive strength fc? 25MPa. The concrete compressive strength is evaluated to numbers of cylinder type specimens size of 100 mm diameter by 200 mm height tested on 3 days, 7 days and 14 days and of 150 mm diameter by 300 mm height tested on 28 days of concrete age. And the shrinkage test is evaluated to numbers of beam type specimens size 100mm x 100mm x 500mm (UNI 6555 Standard) and 75mm x 75mm x 254mm (ASTM C490-04) The result from this experiment shows that the addition of AW fiber is increased the concrete compressive strength until 5,682% at 6% annealed-wire fiber composition and reduce 7,93% shrinkage at 10% annealed-wire fiber composition but decrease the workability by reducing the slump value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>