Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nanan Tribuana
"Sejak diberlakukannya UU 19/1960 dimana ditentukan hanya ada satu kategori perusahaan milik negara pemerintah telah melakukan beberapa langkah restrukturisasi BUMN. Langkah mendasar pertama adalah pengklasifikasian perusahaan negara berdasarkan sifat dan fungsi kegiatanya menjadi Perjan Perum dan Persero yang dituangkan dalam UU 9/1969. Langkah perbaikan berikutnya adalah mengenai Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN yag tertuang dalam Inpres No. 5/1988 dan ditindak lanjuti dengan SK Menkeu No. 740/1989 dan No. 741/1989 mengenai ketentuan-ketentuan peningkatan efisiensi dan produktifitas yang didalamnya termasuk satu sistem evaluasi kinerja.
Sementara itu perbaikan institusional usaha penyediaan tenaga listrik dimulai tahun 1972 dengan terbitnya PP No. 18/1972 tentang perusahaan umum listrik negara. Perbaikan berikutnya terjadi tahun 1994 mengenai perubahan status PLN dari Perum menjadi Persero berdasarkan PP No. 23/1994. Dengan perubahan status tersebut PLN tidak lagi mempunyai tugas pemerintahan tetapi fungsi PLN berubah menjadi menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus meraih keuntungan berdasarkan prinsif pengelolaan perusahaan.
Studi ini mengukur indeks efisiensi teknik dan indeks efisiensi biaya usaha penyediaan tenaga listrik sebelum dan sesudah perubahan status hukum PLN menjadi persero. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur indeks efisiensi adalah dengan menguji fungsi produksi maupun fungsi biaya penyediaan tenaga listrik oleh PLN.
Hasil studi menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 10% efisiensi PLN secara teknik memang telah berubah signifikan sedangkan secara biaya tidak ada perbedaan. Diantara faktor yang mempengaruhi indeks efisiensi teknik adalah ukuran unit pembangkit rata-rata faktor kapasitas rasio elektrifikasi dan porsi pembangkit termal.
Selanjutnya efisiensi biaya sangat dipengaruhi oleh harga jual (tarif) listrik rata-rata harga satuan bahan bakar minyak rata-rata dan harga pembelian listrik swasta.
Berdasarkan hasil kajian tersebut maka apabila efisiensi teknik maupun efisiensi biaya PLN ingin lebih ditingkatkan di masa datang hal-hal berikut perlu dilakukan: (i) ukuran unit pembangkit rata-rata (average unit size) perlu diperbesar (ii) faktor kapasitas (capasity factor) perlu dinaikkan (iii) porsi pembangkit termal (thermal generation share) perlu dikurangi (iV) program sosial listrik pedesaan (rasio elektrifikasi) perlu ada pemisahan yang tegas antara misi sosial dan misi bisnis perusahaan (v) harga jual (tarif) listrik perlu disesuaian pada nilai keekonomiannya (Vi) harga pembelian bahan bakar minyak perlu dicari alternatif pasokan dari pasar internasional guna menekan harga pembeliannya yang selama ini dipasok oleh Pertamina (Vi) harga pembelian listrik swasta perlu dinegosiasi ulang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Khayati
"Tesis ini membahas efisiensi teknis relatif pengusahaan tenaga listrik PT PLN (Persero) secara regional dengan menggunakan data panel dari 12 (dua belas) wilayah usaha selama 7 tahun, yaitu 2002-2008. Metode pendekatan melalui estimasi fungsi produksi frontier stokastik Cobb-Douglas dengan spesifikasi model Battese & Coelli (1995). Skor efisiensi teknis PLN cenderung stabil, dimana Jawa Bali memiliki skor efisiensi tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya, sementara sebagian besar wilayah timur Indonesia memiliki skor efisiensi di bawah skor rata-rata. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi inefisiensi teknis adalah faktor-faktor yang berada di sisi pembangkitan. Di sisi elastisitas skala produksi PLN selama tahun pengamatan menunjukkan adanya decreasing return to scale.

This thesis discusses the relative technical efficiency of the PT PLN (Persero) by using panel data from 12 (twelve) business area for seven years, ie 2002-2008. The exercise conducted by using the estimation of Cobb-Douglas stochastic frontier production function with specification of Battese & Coelli model (1995). PLN's technical efficiency scores tend to stable, where the Java-Bali had the highest efficiency score compared with other areas, while large parts of eastern Indonesia have efficiency scores below the average score. Significant factors affecting technical inefficiency were factors in the generation side. On the production side of the scale elasticity of supply during the year showed that there is decreasing returns to scale."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T 27607
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suprabowo Hutoyo
"Dalam rangka memenuhi tenaga listrik yang andal untuk masyarakat, UU Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan telah memberikan kesempatan pihak selain PT PLN (Persero) untuk membantu memenuhi pasokan listrik yang andal kepada masyarakat dengan PT PLN selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan. Konsep penyediaan tenaga listrik pada UU Nomor 15 Tahun 1985 memiliki peraturan pelaksana yang telah jelas jika terdapat pengembang listrik selain PT PLN yang akan melakukan usaha penyediaan tenaga listrik. Ketentuan terkait usaha penyediaan yang dilakukan oleh pihak selain PT PLN masih belum diatur dengan baik terkait dengan wewenang, prosedur dan persyaratannya. Hal ini ditambahkan dengan banyaknya pihak terlibat dalam proses penerbitan Izin usaha untuk penyediaan tenaga listrik.
Terlepas dari hal tersebut, kebijakan dari pemerintah selaku penerbit izin usaha tersebut pada masa UU Nomor 15 Tahun 1985 belum memiliki landasan yang baik dan belum terdapat pertimbangan-pertimbangan mengingat masih sedikitnya pengetahun pada kebijakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk pengembang selain PT PLN.
Dengan terbitnya UU Nomor 30 Tahun 2009 sebagai pengganti dari UU Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, hal terkait dengan kewenangan, prosedur dan persyaratan sudah mengalami penyederhanaan sejalan dengan diterbitkannya aturanaturan pelaksana baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri.
Keterlibatan pihak-pihak yang ikut serta dalam proses pemberian izin usaha untuk penyediaan tenaga listrik telah ditentukan dengan jelas dan mengalami perampingan. Kebijakan internal dan eksternal telah dibentuk terkait dengan izin usaha di bidang penyediaan tenaga listrik.

In order to meet the reliable electric power to the public, the Law No. 15 Year 1985 concerning Electricity has provided the opportunity in parties other than PT PLN (Persero) to help meet a reliable supply of electricity to the community with PT PLN as the Holder of Business Authority. The concept of power supply to the Law No. 15 Year 1985 has been implementing regulations clearly if there is a power developers in addition to PT PLN will conduct electricity supply business. Provisions related to the provision of business conducted by a person other than PT PLN is still not well regulated associated with authority, procedures and requirements. It is added to the number of parties involved in the process of issuing business licenses for the supply of electric power.
Apart from this, the policy of the government as the issuer of the business license at the time of Act No. 15 Year1985 has not had a good grounding and yet there are considerations given the least knowledge in the electricity supply business policies for developers parties other than the PT PLN.
With the enactment of Law No. 30 of 2009 as a replacement of Act No. 15 of 1985 on Electricity, matters related to the authority, procedures and requirements have already been simplified in line with the issuance of the implementing rules in the form of government regulation and regulation.
The involvement of those who participated in the process of granting a business license for the supply of electricity has been clearly defined and experienced downsizing. Internal and external policies have been formed in relation to the business license in the field of power supply.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Iswahyudi
"ABSTRAK
Struktur organisasi perusahaan PT. PLN (Persero) saat ini belum mampu menjadikan biaya penyediaan tenaga listrik yang minimum. Secara operasional, Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik (BPP) dari tahun ke tahun lebih besar dari harga aktualnya, yang berarti PLN belum efisien secara ekonomi. Dalam disertasi ini dianalisis bagaimana struktur organisasi perusahaan PLN berpengaruh menentukan besar biaya marjinal jangka panjang penyediaan tenaga listrik nasional. Analisis efisiensi ekonomi usaha penyediaan tenaga listrik, diperoleh dengan membandingkan biaya marjinal jangka panjang dengan harga aktualnya. Selama periode penelitian, terjadi in-efisiensi ekonomi pada usaha penyediaan tenaga listrik, dimana harga aktual lebih besar dari biaya marjinal jangka panjang, sehingga pada tahun tersebut telah terjadi over pricing.
Permasalahan didekati dengan menggunakan kerangka minimisasi biaya, dimana masing-masing wilayah/sistem kelistrikan PLN dianggap meminimumkan biaya dalam menghasilkan suatu tingkat output tertentu sebagaimana Pasay, et al (1994). Dengan menggunakan fungsi biaya diperoleh bahwa fungsi biaya translog baik pada pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik maupun dalam konteks integrasi vertikal mengikuti fungsi produksi yang bersifat non-homotetik dan dibuktikan bahwa integrasi vertikal menurunkan biaya marjinal jangka panjang usaha penyediaan tenaga listrik serta timbulnya biaya transaksi yang tinggi ketika pembangkit tenaga listrik merupakan fungsi usaha yang terpisah dari transmisi dan distribusi tenaga listrik, berdasarkan uji separabilitas.
Biaya marjinal jangka panjang penyediaan tenaga listrik semakin membesar yang diakibatkan karena penurunan Produktifitas Marjinal Faktor Produksi Kapital (MPK) dan penurunan Produktifitas Marjinal Faktor Produksi Tenaga Kerja (MPL) yang bernilai negatif, walaupun Produktifitas Marjinal Faktor Produksi Bahan Bakar (MPF) selama periode penelitian menunjukkan kecenderungan semakin meningkat, yang mengindikasikan adanya perbaikan efisiensi penggunaan bahan bakar.
Bila ditinjau terhadap alokasi faktor produksi, kondisi efisien secara ekonomi dapat ditempuh melalui:
- memperbesar Produktifitas Marjinal Faktor Produksi Bahan Bakar (MPF), dengan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar;
- memperbesar Produktifitas Marjinal Faktor Produksi Tenaga Kerja (MPL), dengan mengurangi tenaga kerja yang tidak produktif serta dengan meningkatkan kompetensi karyawan.
Laju pertumbuhan produktivitas usaha penyediaan tenaga listrik jangka panjang merupakan fungsi biaya jangka panjang pengurangan perubahan teknologi, pengaruh skala, pengaruh dari pemanfaatan kapasitas, dan pengaruh dari susut jaringan. Laju tingkat produktivitas pembangkit tenaga listrik dan transmisi dan distribusi tenaga listrik selama periode penelitian bernilai negatif, mengindikasikan adanya penurunan produktivitas. Namun demikian, dalam konteks integrasi vertikal, laju tingkat produktivitas penyediaan tenaga listrik menunjukkan kecenderungan semakin meningkat (adanya technological economies). Disamping itu, dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa model kerjasama pembelian tenaga listrik swasta mampu meningkatkan laju tingkat produktivitas jangka panjang penyediaan tenaga listrik.

ABSTRACT
Organizational structure of electricity suupply business of the PT. PLN (Persero) has not been able to make the minimum cost of electricity supply. Operationally, the True Cost of Supply from year to year is greater than the actual price, which means that PLN has not been economically efficient. This dissertation analyzes how PLN?s organizational structure determines the long-run marginal cost of the national electricity supply. The economic efficiency analysis of electricity supply business is obtained by comparing the long-run marginal cost with actual price. During this research, economic inefficiency occurred in the electricity supply business, where the actual price is greater than the long-run marginal cost which resulted in over pricing.
Problem of the study is approached by using a cost minimization framework, where each region / PLN electricity system is considered to minimize the cost in producing a given level of output as Pasay, et al (1994). By using the cost function, it is obtained that the translog cost function in the generation, transmission as well as distribution of electricity and also in the context of vertical integration follow production function which is non-homotetic and it is proved that vertical integration lowers the long-run marginal cost of electricity supply business as well as the emergence of high transaction costs when the power generationt is a separate business function of the transmission and distribution of electricity, based on separability test.
Long-run marginal cost of electricity supply keeps growing. It is caused by the declining of Marginal Productivity Factor of Capital (MPK) and a decrease in Marginal Productivity of Labor (MPL) which is negative, although the Marginal Productivity of Fuel (MPF) tend to increase, which indicated an improvement of fuel efficiency during the study period.
If the allocation of production factor is reviewed, economic efficiency condition can be reached by:
- extending the Marginal Productivity of Fuel (MPF) by increasing fuel efficiency;
- extending the Marginal Productivity of Labor (MPL) by reducing unproductive labor and by increasing competence among employees.
The long-run total factor productivity in electricity supply business is a function of the long-run cost reduction of technological change, scale effects, the effect of capacity utilization and the effect of losses. The long-run total factor productivity of power generation, transmission and distribution of electricity throughout the study period is negative, which indicate a decrease in productivity. However, in the context of vertical integration, the long-run total factor productivity of electricity supply showed increasing trend (the presence of technological economies). In addition, this study indicates that the model power purchase of Independent Power Producers (IPP) are able to increase the rate of long-run total factor productivity of electricity supply.
JEL Classification: C29 C39 D23 D24 D42 L94.
"
2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Nursianti lmron
"Tesis ini membahas perbandingan fungsi dan tugas sub bagian humas RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak sebelum dan sesudah perubahan status RS menjadi RSUD Tipe B Non Pendidikan- Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pcrubahan status RSUD Adjidarrno menjadi RSUD Tipe B Non Pendidikan yang diikuti dengan penambahan sarana prasarana, pembangunan gedung baru, adanya akreditasi 9 pelayanan, dan sesuai dengan visi dan misi RSUD Adjidarmo untuk menjadi RSUD yang profesional pada tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode RAP (Rapid Assesment Procedures).
Hasil penelitian menyarankan bahwa sub bagian humas RSUD Adjidarmo pcrlu memperbaiki manajemen kehumasannya; meningkatkan pola komunikasi dengan public internal dan ekslernal; dan juga disarankan mengenai rumusan tugas dan fungsi humas juga usulan pcrencanaan kegialan yang sebaiknya dilakukan oleh sub hagian humas RSUD Adjidamlo Kabupaten Lebak."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33210
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1991
S22875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S23235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Gunawan Tirtoutomo
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memerlukan dukungan pasokan energi yang handal termasuk tenaga listrik. Kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sepuluh tahun mendatang rata-rata 6,3 per tahun, proyeksi rata-rata pertumbuhan kebutuhan mencapai 6.86 konsumsi tenaga listrik RUPTL 2018 s/d 2017 . Penambahan kapasitas transmisi direncanakan untuk memperoleh keseimbangan antara kapasitas pembangkitan dan kebutuhan beban, meningkatkan keandalan sistem, dan memenuhi kriteria mutu tegangan tertentu. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangakan model bisnis kerja sama PLN dan Badan Usaha Non-PLN dalam penyediaan transmisi tenaga listrik. Metode survei dan analisis risiko diaplikasikan dalam penelitian ini. Model bisnis Independent Power Transmission IPT dapat dikembangkan dalam kerja sama PT. PLN Persero dan Badan Usaha Non-PLN dalam penyediaan transmisi tenaga listrik di Indonesia.

ABSTRACT
Indonesia 39 s current economic growth requires the support of reliable energy supplies including electricity. The need for electricity will increase in line with economic development and population growth. Assuming the economic growth of the next ten years averages 6.3 per year, the average projection of demand growth reaches 6.86 electricity consumption RUPTL 2018 s d 2017 . Additional transmission capacity is planned to achieve a balance between generation capacity and load requirements, improve system reliability, and meet certain voltage quality criteria. Therefore, this study aims to develop business models of cooperation PLN and Non PLN Enterprises in the provision of electric power transmission. Methods of survey and risk analysis were applied in this study. The business model of Independent Power Transmission IPT can be developed in cooperation of PT. PLN Persero and Non PLN Enterprises in supplying power transmission in Indonesia."
2018
T51428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadliah Mirnawati
"Kondisi kinerja perbankan sangat penting. Beberapa analisis kinerja perbankan adalah analisis rasio keuangan dan tingkat efisiensi perbankan. Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup popular (Hadad, et.al, 2003), Menurut Mardanugraha (2005), pengukuran efisiensi perbankan yang dilandasi dengan konsep yang tepat sangat dibutuhkan dalam meneliti dan mengukur kinerja sebuah bank.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi perbankan yang listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Secara khusus, tujuan umum tersebut dijabarkan sebagai berikut (1) Meranking dan menganalisis efisiensi operasional masing-masing bank sebelum dan sesudah menjadi bank listed. (2) Menganalisis perubahan efisiensi perbankan secara umum sebelum dan sesudah menjadi bank listed.(3) Menganalisis hubungan antara analisis rasio dengan analisis efisiensi.
Sampel penelitian adalah bank yang go public setelah tahun 2000 dengan total sampel berjumlah sebelas bank Berdasarkan uji normalitas data, diketahui bahwa data sampel penelitian berdistribusi tidak normal sehingga analisis yang digunakan adalah analisis nonparametrik Analisis nonparametrik yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), Uji Wilcoxon, dan analisis korelasi Kendall. DEA digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi perbankan. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui perbedaan kinerja sesudah menjadi bank listed. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui korelasi antara penilaian kinerja dengan menggunakan analisis rasio dan analisis efisiensi.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya dampak bervariasi pada kinerja efisiensi dan kinerja rasio keuangan bank setelah menjadi bank listed. Kinerja efisiensi yang mengalami peningkatan pada bank listed adalah efisiensi berdasarkan pendekatan asset. Sedangkan rasio keuangan yang mengalami peningkatan adalah rasio NPM dan BOPO. Analisis efisiensi dan analisis rasio keuangan bersifat saling melengkapi.

Banking performance is very important Some of analysis that used to evaluate banking performances are financial ratio and efficiency level. Efficiency level in banking industry is popular enough (Hadad, et.al, 2003). Based on Mardanugraha (2005) view, banking efficiency measurement together with the appropriate concept is needed in measuring the banking efficiency level.
Generally, the aim of this paper is getting the information about going public bank performance. Specifically, the purposes of this paper are: (1) Analyzing and ranking the performance of listed banks before and after going public. (2) Analyzing the difference between bank performance before and after going public. (3) Analyzing the correlation between financial ratio measures and efficiency measures.
The samples are bank that are going public after 2000. The samples consist of 11 banks with total 198 observations. Based on Normality test, the distribution of data isn 't normal. It means that this study should use nonparametric analysis. The analyses that are used are Data Envelopment Analysis, Wilcoxon Signed test, and Kendall correlation. DEA is used to measure the bank efficiency level. Wilcoxon Signed test is used to know the difference of banking performance before and after going public. Correlation analysis is used to analyze the correlation between financial ratio and efficiency level.
The results found that there are variations of banking performance before and after listing at the Jakarta Stock Exchange (JSX). This study found that there was efficiency growth in the bank industry after listing in the Jakarta Stock Exchange (JSX) using the asset approach. However those efficiencies declined using the intermediation and operating approach. In addition, using financial ratio measures found that the financial performance of Indonesian banking sector after listing was also deteriorated. This result implies that banks ' financial performances provide a consistent measure with the production efficiency measures. It means that financial ratio measures and efficiency measures are complementary.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T17851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyani Sugiarto
"Latar Belakang. Malnutrisi pada pasien kanker ginekologi merupakan masalah besar yang dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pasien. Sayangnya, belum banyak penelitian yang dilakukan. Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan status gizi pasien kanker ginekologi sebelum dan sesudah perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Metode. Studi yang dilakukan adalah dengan kohort prospektif yang melibatkan pasien kanker ginekologi yang dirawat di bangsal ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2016 sampai Mei 2017. Kami menggunakan teknik sampling konsekutif, food record, dan pengukuran antropometri lengkap untuk pengumpulan data. Kami menggunakan parameter indeks massa tubuh IMT untuk menilai kategori malnutrisi, dan pemeriksaan antropometri dan laboratorium untuk parameter status nutrisi lainnya. Untuk menganalisis data nutrisi, kami menggunakan NutriSurvey 2007 dan untuk data lain yang kami gunakan SPSS IBM 21.0. Hasil. Ada 96 subyek yang menjalani dan menyeselesaikan semua pemeriksaan dan data untuk penelitian ini. Proporsi malnutrisi berdasarkan IMT adalah 24 , sedangkan berdasarkan Malnutrisi Skrining Alat MST , prevalensi malnutrisi adalah 62,5 . Berdasarkan penurunan IMT, 20,8 pasien mengalami penurunan IMT setelah pengobatan. Lingkar Lengan Atas LILA dan serum albumin pasien menurun secara signifikan setelah pengobatan. Kesimpulan. Lingkar Lengan Atas LILA dan serum albumin pasien menurun secara signifikan setelah perawatan.

Background. Cancer malnutrition in gynecologic cancers cases were big problem that can affect survival rate. Unfortunately, not many studies has been done. Objective. The aim of this study is to find out the nutritional status changes of gynecologic cancer patients before and after treatment in Gynecology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital. Method. This is a prospective cohort study on gynecologic cancer patients treated in Gynecology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. The study was done from June 2016 to May 2017. We used consecutive sampling techniques, food record, and complete anthropometric measurement for data collection. We used body mass index BMI parameter for appraising malnutrition categories, and anthropometric and laboratory examination for other parameters. For analysing data, we used NutriSurvey 2007 for nutritional data and SPSS IBM 21.0.for other data. Results. There were 96 subjects underwent all examination and data completion for the study. Proportion of malnutrition with BMI was 24 , while based on Malnutrition Screening Tool MST was 62,5 . There were 20,8 patients that experience reduction of BMI after treatment. Mid upper arm circumference MUAC and albumin serum of patients decrease significantly after treatment. Conclusion. Mid upper arm circumference MUAC and albumin serum of patients decrease significantly after treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>