Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apomfires, Frans F.
"Secara keseluruhan karya ini mengkaji variabel perubahan institusi kepemimpinan adat dan kerusakan hutan. Tujuannya menjelaskan bahwa kerusakan hutan terjadi sebagai akibat dari perubahan institusi kepemimpinan adat. Selain data mengenai luas dan tingkat kerusakan serta penyebabnya, beberapa kajian tentang pengelolaan hutan pada masyarakat di pedesaan dipelajari untuk memberi sintesa bagi kajian ini. Berdasarkan itu, masalah yang ditelusuri adalah bagaimana dampak perubahan pranata kepemimpinan adat terhadap kelestarian hutan.
Pemikiran mendasar untuk kajian ini adalah runtuhnya pranata kepemimpinan adat beralabat pengrusakan hutan. Kasus diambil pada masyarakat adat Sereh dan Ajau Sentani Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura Irian Jaya. Konsep kepemimpinan dan kekuasaan dari Koetjaraningrat, institution menurut Uphoff, konflik menurut Tod dan Nader, struktur sosial, perubahan sosial dan kebudayaan menurut Suparlan dipakai untuk mengarahkan penjelasan. Selain itu, teori ekosistem versi budaya Geertz dan teori fungsionalisme perspektif perubahan Brown melengkapi konsep-konsep tersebut untuk menjelaskan bahwa berubahnya pranata kepemimpinan adat mengakibatkan hutan rusak. Metode kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara serta studi kepustakaan relevan untuk menjaring data-data.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa struktur kepemimpinan adat atau keondofolo-an secara ketat teratur di dalam suatu susunan peran-peran dari perangkatnya. Keteraturan itu saling terkait secara mutual (saling mengisi dan saling mempengaruhi). Keteraturan ini berkontribusi kepada kelestarian hutan. Warga komunitas adat taat pada norma atau aturan adat. Mereka takut untuk melanggar norma atau aturan karena norma atau aturan itu bersifat religius magis. Sebuah ke-ondofolo-an adalah (1) komunitas yang berdaulat secara sosial politik; (2) personifikasi dari kekuatan supra natural; (3) kepranataan dan kelembagaannya tersusun rapih; (4) prinsip timbal balik atas hak dan kewajiban dari pimpinan dan warga terpaut secara mutual; (5) memiliki pranata pengelola sumberdaya alam secara lestari; (6) mentransmistikan pengetahuan tradisional secara ketat pada generasi; (7) kesatuan orang yang menguasai suatu wilayah (8) saling hubungan secara genealogis sebagai, satu lineage.
Sistem ke-ondofolo-an dapat di1ihat sebagai satu bangunan yang kuat. Sehingga pemiliknya (warga Sentani) merasa terlindung dan aman di dalamnya. Berubah atau runtuhnya sistem itu, maka perangkat yang terkait secara mutual menjadi berubah. Kondisi ini diikuti oleh konflik intern, saling tidak percaya antara pemimpin dan warganya. Akibatnya, terbuka peluang besar pada pengrusakan hutan. Karena orang asli sendiri telah terbiasa untuk tidak boleh menebang hutan di lereng gunung apalagi hutan tersebut dilarang secara adat, maka pendatanglah yang dianggap bisa diijinkan memanfaatkannya. Jadi, hutan rusak karena ijin pemanfaatan dari orang asli pada pendatang. Berubahnya kewibawaan ondofolo di mata warga menyebabkan warga semakin surut kepercayaannya pada pengayoman pemimpinnya. Mereka bertindak melespaskan tanah hutan pada pendatang tanpa diketahui pimpinan adat.
Faktor ekonomi memegang peranan penting. Selain mendorong mereka bertindak, faktor ini paling utama dalam menciptakan hubungan fertikal dan horisontal sehingga sistem ke-ondofolo-an itu senantiasa hidup. Dengan adanya perubahan yang terjadi, sistem hubungan ekonomi mereka menjadi rusak. Pengaruh luar merubah sistem adat mereka secara langsung, selain itu merangsang warga ke-ondofolo-an untuk melakukan perubahan secara intern terhadap pola hidup mereka. Kerusakan hutan bertitik balik dengan perubahan pranata kepemimpinan adat. Pranata kepemimpinan adat digerogoti oleh agama dan pemerintahan desa. Saya melihat hal ini karena pada masyarakat ini secara adat ternyata sarat dengan pranata adat termasuk pranata pengelolaan sumberdaya alam. Karena saratnya pranata adat maka dengan mudah pranata adat tersebut terdesak oleh intervensi nilai luar sebagai bukti dikontraskannya nilai modern dengan yang tradisional.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa rusaknya hutan adalah karena kebudayaan orang Sentani yang sarat dengan nilai kearifan lingkungan itu berubah sehingga tindakan orang asli melepaskan atau menjual tanah hutan sebagai akibat dari konflik intern yang ditimbulkannya. Dimana konflik intern terjadi karena kewibawaan pimpinan adat yang dipanuti jatuh di mata warganya. Alternatif untuk memberi jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi, termasuk problema kerusakan hutan yang terbesar adalah: bagaimanakah memberi porsi dan wewenang yang lebih kepada penduduk setempat dalam meningkatkan harkat dan kesejahteraan. Pemberian akses yang memadai bagi mereka untuk melaksanakan secara mandiri institusi kepemimpinannya, sejauh tidak menyimpang jauh dari aturan-aturan pemerintah daerah yang berlaku."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Revassy
"Penelitian ini ingin memusatkan perhatian pada kondisi di Irian Jaya. Hal ini dikarenakan bahwa wilayah ini agak spesifik, bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia. Salah satu unsur yang penting (crucial) dalam masa pembangunan bangsa (National building) adalah faktor kepemimpinan. Di Irian Jaya faktor ini dilihat dalam konteks sosio-budaya, mempunyai kemiripan dengan model-model yang berlaku dalam kebudayaan Pasifik, akan tetapi secara teritorial dan etnis dianggap termasuk wilayah Indonesia.
H.D. Sahlins, dalam menganalisis kepemimpinan politik tradisional di daerah kepulauan Lautan Teduh, berpendapat bahwa penduduk di daerah kebudayaan Melanesia, mengenal tipe kepemimpinan big man. Sebaliknya, penduduk di daerah kebudayaan Polinesia mengenal tipe kepemimpinan chief in. Berbagai penelitian etnografi lain setelah itu memperlihatkan bahwa garis kontinum yang dikemukakan oleh Shalins itu sebetulnya tidak seluruhnya benar. Di kalangan penduduk Melanesia sendiri, selain tipe kepemimpinan big man, dijumpai pula tipe kepemimpinan chief man.
Untuk masyarakat kebudayaan di Irian Jaya yang merupakan bagian pendukung kebudayaan Melanesia, kepemimpinan politik tradisional cukup bervariasi dan dapat digolongkan menurut: (1) big man, (2) chief man, (3) head wan dan (4) campuran."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seger Handoyo
"ABSTRAK
Kepemimpinan sampai saat ini masih dipandang sebagai faktor yang sangat penting untuk efektivitas organisasi, bahkan juga mempengaruhi hampir semua kehidupan manusia. Pendidikan tinggi mempunyai karakteristik yang khas sehingga membutuhkan kepemimpinan tertentu. Pendidikan tinggi di Indonesia saat ini sedang aktif melakukan perubahan, sehingga pemimpinnya harus mampu membuat perubahan yang berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat penting perilaku yang menunjukkan moral tinggi (virtue) dalam servant leadership dengan metode Delphi Survey dan menguji multidimensionalitas servant leadership. Hasil penelitian menemukan bahwa servant leadership dapat menjadi alternatif kepemimpinan di pendidikan tinggi untuk melakukan perubahan organisasi dengan berhasil. Penelitian juga membuktikan bahwa servant leadership merupakan konstruk yang unidimensional.

Abstract
Leadership is a critical factor for organizational effectiveness and also has great influence to almost all human life. Higher education has a distinctive characteristics, so it needs a particular leadership. Recently, higher education in Indonesia is actively making organizational change, so higher educations leaders continually make efforts to accomplish successful and significant change. The purposes of research are to examine how important is virtues of servant leadership and to examine multidimensionality of
servant leadership. Result shows that servant leadership is an alternative of leadership to accomplish successful organizational change in higher education. Result also finds that servant leadership is a unidimensional construct."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Fakultas Psikologi Universitas Indonesia;Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia], 2010
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Buyung, Bulizuar
Jakarta: Midada Rahma Press, 2008
658.4 BUL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naffi Sanggenafa
"Latar Belakang
Kajian mengenai pemimpin tradisional pada masyarakat di Irian Jaya khususnya di daerah pedalaman belum banyak dibahas, dan kalaupun ada masih didasarkan pada penelitian-penelitian yang dihasilkan oleh para antropolog, pamong praja, dan para pekabar Injil pada masa pemerintah Belanda beberapa tahun lampau.
Penelitian tersebut masih terbatas pada upaya pendeskripsian data etnografi mengenai daerah di mana kegiatan mereka berlangsung. Upaya tersebut lebih ditekankan pada pencatatan berbagai aspek kehidupan sosial budaya, dengan tidak memberikan fokus pada suatu aspek tertentu.
Kecuali itu, studi yang pernah dilakukan oleh Pospisil (1958;1978) di antara orang Ekagi yang berupaya membuat deskripsi serta menganalisa kebudayaan dari orang Ekagi. Salah satu aspek yang diungkapkan dalam hasil penelitiannya yaitu aspek hukum yang dipertautkan dengan aspek ekonomi, politik, dan masalah kepemimpinan. Aspek yang disebutkan terakhir ini lebih difokuskan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa, serta bagaimana pengaruh dari luar terhadap kepemimpinan tradisional.
Orang Ekagi seperti juga suku-suku lain yang mendiami daerah pedalaman (pegunungan tengah) dalam struktur pemerintahan adat mereka mengenal adanya pemimpin tradisional, yang masing-masing mempunyai sapaan yang berbeda satu dengan yang lain. Bagi orang Ekagi yang disebut sebagai pemimpin adalah tonowi. Sebagai seorang pemimpin tonowi, oleh para pendukungnya dikenal sebagai pemimpin yang secara ekonomis maupun politik menempati kedudukan yang lebih tinggi dari orang lain, terutama dalam pemilikan harta (kekayaan).
Pemilikan kekayaan yang berlebihan oleh seorang tonowi secara tidak langsung mengangkat status sosial sebagai pemimpin dalam masyarakat. Seorang tonowi dalam sistem politik tradisional menduduki posisi sebagai pemimpin dalam keluarga luas, klen, dan juga pada tingkat konfederasi sebagai satuan politik yang tertinggi. Selain sebagai pimpinan dalam lembaga-lembaga adat di atas, tonowi dengan kemampuan yang dipunyai dapat bertindak sebagai pelaksana hukum adat dalam menangani sengketa yang ada dalam masyarakat.
Secara intern tonowi memiliki hak untuk menangani serta menyelesaikan sengketa-sengketa hukum yang terjadi di antara sesama anggota klen. Sedangkan sengketa yang terjadi antar klen ataupun konfederasi pun selalu diselesaikan secara bersama-sama antar tonowi yang bersangkutan.
Dalam kehidupan politik seorang tonowi sebagai pemimpin di tingkat klen dan konfederasi selalu berupaya agar dengan kekuasaan serta kemampuan ekonomi yang dimilikinya agar dapat menciptakan hubungan baik di antara mereka, dan sekaligus memantapkan kedudukan sebagai pemimpin ke dalam maupun ke luar.
Dari segi ekonomi seorang tonowi selain sebagai pemimpin juga dikategorikan sebagai orang yang memiliki kekayaan, yang biasanya diupayakan sendiri oleh yang bersangkutan. Kekayaan ini sebagai lambang status sosial keberhasilan seseorang dalam mengumpulkan harta dan menempatkan dia dalam kedudukan yang lebih tinggi dari penduduk lain. Dengan kekayaan yang dimiliki menyebabkan sebagian dari anggota klen atau konfederasi sangat tergantung kepadanya, terutama dalam upaya memberikan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan yang hadapi anggotanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pantius Drahen Soeling
"Pembenahan manajemen di lingkungan PAM JAYA sedang dilakukan oleh para direksi. Pembenahan ini berkenaan dengan adanya anggapan bahwa pelayanan kepada masyarakat yang khususnya pada rayon usaha sebagai ujung tombak dirasakan belum maksimal. Dengan adanya Sistem Pelayanan Cepat (pelayan prima) yang diluncurkan oleh Direksi PAM JAYA diharapkan masyarakat pelanggan maupun calon pelanggan dapat dilayani dengan lebih baik lagi.
Penulis ingin meneliti kesiapan dari sumber daya manusia di lingkungan rayon usaha, khususnya pola kepemimpinan dan kerjasama tim sebagai persiapan untuk pelayanan. Dengan asumsi bahwa pola kepemimpinan transaksional dikombinasikan dengan pola kepemimpinan transformasional, disertai dengan kematangan dan kedewasaan kerjasama tim merupakan persiapan dasar untuk menunjang pelayanan prima.
Dari hasil penelitian terhadap empat rayon usaha sebagai sampel dengan responden pimpinan 18 orang dan responden para bawahan 120 orang ternyata pola kepemimpinan baik transaksional dan transformasional telah diterapkan. Sedangkan tingkat kedewasaan tim juga sudah baik. Hasil tersebut temyata banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan yang menganggap para bawahan telah dewasa dan bertanggung jawab, ekstemal, motivasi berupa sistem target pelayanan prima, target penambahan sambungan baru dan target pelayanan melalui telephon. Disamping itu pola kepemimpinan yang berdasarkan pemberdayaan, partisipasif yang mampu menimbulkan internal motivator bagi para karyawan dalam tim sehingga menimbulkan tantangan yang harus dihadapi."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y.W. Sunindhia
Jakarta: Rineka Cipta, 1993
303.34 SUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Based from researches about megalithic traditions remains , the archaelogist can find such kind of ideal normas likes the spirit of the unity and diversity, networking and spirit servant and saluted to the leader...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soeharto
"Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan aset potensial bagi Pemerintah Daerah untuk masa sekarang dan yang akan datang, karena mengelola air minum, yaitu komoditi yang dibutuhkan oleh semua orang pada semua lapisan masyarakat.
PDAM sebagai perusahaan harus dikelola sebagaimana layaknya perusahaan bisnis, yang membutuhkan suatu pola organisasi bisnis, yang menekankan pada perolehan keuntungan. PDAM juga sebagai bagian dari organisasi Pemerintahan di Daerah, yang menekankan pada pemerataan kesejahteraan masyarakat sehingga organisasi PDAM mempunyai misi sosial disamping misi mencari keuntungan.
Kinerja PDAM di Indonesia pada umumnya kurang memuaskan, khususnya dalam cakupan dan kualitas pelayanannya. Tanga bermaksud mengecilkan upaya yang telah dilakukan oleh para pengelola (Direksi beserta staf PDAM) dan pembinanya (Departemen-departemen Teknis) uraian ini ingin mengungkap sebagian permasalahan organisasi PDAM, khususnya PDAM DKI Jakarta (PAM JAYA).
Masalah perilaku manajerial merupakan permasalahan yang kompleks, dan kepemimpinan merupakan salah satu sisi perilaku manajerial yang dominan untuk pelaksanaan tugas yang efektif. Dengan menunjuk iklim organisasi dan supervisi sebagai in-put, penelitian ini bermaksud untuk mengungkap faktor-faktor kepemimpinan yang mempunyai korelasi pengaruh terhadap pelaksanaan tugas, dan outcome sebagai tujuan fungsionalnya.
Hasil penelitian terhadap perilaku kepemimpinan PAM JAYA mengindikasikan bahwa pada selang kepercayaan diatas 90 % kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Sedangkan analisis dengan Path Analysis memberikan hasil bahwa iklim organisasi mempengaruhi outcome, penugasan dan supervise. Indikator yang menonjol dalam outcome, bagi manajer senior adalah berfungsinya tint, sedang pada manajer menengah dan junior adalah kepuasan.
Kata kuncinya adalah "terus terang, terang terus", dimana keterbukaan informasi akan menekan iklim saling curiga dan menjamin kelancaran komunikasi. Hubungan atasan - bawahan, serta antar sesama kolega yang setingkat dan dalam kelompok kerja merupakan kunci dalam efektifitas pelaksanaan tugas."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhenald Kasali
Jakarta: Mizan, 2021
303.34 RHE l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>