Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emilia
"Menggunakan model Flexprice Mundell-Fleming, penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku variabel-variabel makroekonomi Indonesia selama periode tahun 1984.1-1993.4 yang digambarkan oleh arah dan besaran parameter-parameter duga dari fungsi makroekonomi Indonesia yang mencakup fungsi konsumsi, fungsi investasi swasta, fungsi permintaan uang, fungsi produksi agregat serta fungsi permintaan ekspor dan permintaan impor.
Model Flexprice Mundell-Fleming yang digunakan mengasumsikan hanya ada satu barang yang dihasilkan di dalam negeri dan satu barang impor. Konsumsi swasta riil ditetapkan sebagai satu fungsi dari tingkat bunga nominal, tingkat inflasi dengan arah koefisien yang negatif, dan pendapatan disposibel dengan arah koefisien yang positif. Investasi swasta riil ditetapkan sebagai suatu fungsi dari PDB riil dengan arah koefisien yang positif, fungsi dari tingkat bunga nominal,tingkat inflasi dan stok modal awal dengan arah koefisien yang negatif. Permintaan uang riil merupakan fungsi dari tingkat bunga nominal dengan arah koefisien yang negatif dan pendapatan riil dengan arah koefisien yang positif. Spesifikasi tingkat bunga domestik sebagai fungsi dari tingkat bunga luar negeri dan perubahan nilai tukar yang diharapkan serta tingkat bunga bayangan memungkinkan untuk menguji tingkat mobilitas modal efektif dalam perekonomian. Fungsi produksi agregat diasumsikan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang berhubungan dengan tenaga kerja dan modal, penambahan unsur waktu ke dalam fungsi produksi dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh kemajuan teknologi dengan arah koefisien yang positif. Permintaan ekspor riil ditetapkan sebagai satu fungsi dari nilai tukar nil dan tingkat pendapatan riil negara partner dagang dengan arah koefisien yang positif. Permintaan impor riil merupakan fungsi dari nilai tukar hil dengan arah koefisien yang negatif, pendapatan rill dan rasio cadangan devisa per impor satu periode sebelumnya dengan arah koefisien yang positif. Penambahan lagged variabel ke dalam fungsi-fungsi yang akan diestimasi dimaksudkan untuk menangkap perilaku penyesuaian parsial dari masing-masing variabel tersebut.
Persamaan konsumsi swasta dari hasil persamaan duga konsumsi swasta riil,diperoleh hubungan yang positif antara pendapatan disposibel sekarang (LYDT),konsumsi empat triwulan sebelumnya (LCT-4) dengan konsumsi sekarang (LCT).Ada satu pola hubungan tertentu antara tingkat suku bunga nominal dan tingkat konsumsi swasta nil, yangmana dibutuhkan satu lag waktu untuk menyesuaikan pengeluaran konsumsi terhadap perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga sekarang akan mempunyai pengaruh substitusi (substitution effect) terhadap tingkat konsumsi swasta riil pada satu triwulan berikutnya dan mempunyai pengaruh pendapatan (income effect) pada dua triwulan berikutnya serta mempunyai pengaruh substitusi pada tiga triwulan berikutnya. Pengaruh pendapatan yang terjadi lebih besar dari pengaruh substitusi. Arah hubungan yang positif antara tingkat infiasi sekarang dan dua triwulan sebelumnya dengan tingkat konsumsi riil sekarang menunjukan bahwa masyarakat tidak mempunyai pilihan untuk mengurangi pengeluaran konsumsi mereka meskipun teijadi kenaikan tingkat inflasi,hal ini disebabkkan sebahagian besar pengeluaran masih untuk barang-barang keperluan pokok (pangan,perumahan dan pakaian). Dari besaran parameter duga yang diperoleh terlihat bahwa pengeluaran konsumsi sekarang lebih ditentukan oleh pengeluaran konsumsi empat triwulan sebelumnya.
Persamaan investasi swasta dari hasil persamaan duga investasi swasta riil,diperoleh arah hubungan yang positif antara PDB riil dan investasi swasta Arah hubungan yang positif antara tingkat suku bunga nominal dan investasi swasta nil secara tidak langsung menggambarkan bahwa: Pertama, Indonesia masih dihadapkan pada kondisi celah tabungan-investasi yang negatif, karenanya dibutuhkan tingkat suku bunga nominal yang tinggi guna mendorong terciptanya tabungan untuk membiayai pengeluaran investasi. Kedua, pengeluaran investasi di Indonesia sangat menguntungkan sehingga tingkat suku bunga yang tinggi tidak mencerminkan ongkos oportunitas dalam melakukan investasi. Ketiga, para investor dapat memanfaatkan dana murah dari luar negeri dalam membiayai investasi mereka. Arah hubungan yang postif antara stok modal awal dan investasi swasta riil menggambarkan bahwa ada kecendrungan sektor swasta di Indonesia masih bekerja pada skala usaha yang tidak penuh. Arah hubungan yang negatif antara tingkat inflasi dan investasi swasta mencerminkan bahwa tingginya tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia, sehingga inflasi lebih bersifat disinsentif terhadap investasi swasta.
Permintaan uang PDB riil dan perrnintaan uang riil satu triwulan sebelumnya berhubungan positif dengan permintaan uang riil sekarang,yangmana besarnya parameter duga yang diperoleh menunjukan bahwa permintaan uang riil satu triwulan sebelumnya lebih menentukan permintaan uang riil sekarang.
Indeks mobilitas modal tingginya angka indeks mobilitas modal (99,95%) berkaitan erat dengan ; Pertama, jumlah modal jangka pendek yang sangat besar di seluruh dunia dengan mobilitas yang sangat tinggi. Kedua, reformasi sektor keuangan (Pakto 87) telah semakin membuka dan membebaskan lalu lintas moneter Indonesia terhadap arus modal asing. Ketiga, semakin marak dan masih mudanya pasar modal Indonesia serta tingkat suku bunga yang tinggi pada pasar uang merupakan daya tarik bagi bagi arus modal asing jangka pendek.
Persamaan produksi agregat.
Ada hubungan yang positif antara produktivitas rata-rata modal per tenaga kerja dan kemajuan tekhnologi (yang diwakili oleh trend waktu) dengan produktivitas rata-rata tenaga kerja. Sedangkan produktivitas rata-rata tenaga kerja pada satu dan tiga triwulan sebelumnya berhubungan negatif dengan produktivitas rata-rata tenaga kerja sekarang,ini berarti ada kecendrungan tenaga kerja untuk menurunkan produktivitas mereka manakala terjadi peningkatan produktivitas rata-rata pada triwulan sebelumnya.
Persamaan permintaan ekspor non-migas riil.
Ada hubungan yang positif antara nilai tukar riil rupiah per US $,Yen dan rata-rata tertimbang mata uang ASEAN sekarang dengan nilai ekspor non-migas sekarang, sedangkan arah hubungan nilai tukar nil rupiah per US $, Yen, rata-rata tertimbang mata uang ASEAN dan ROW pada satu triwulan sebelum nya dengan nilai ekspor non-migas sekarang adalah negatif. Namun dari besarannya diketahui bahwa nilai tukar riil adalah inelastis dengan kata lain depresiasi nilai tukar rupiah tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai ekspor non-migas. Ada kesamaan arah hubungan antara PNB rill jepang, PDB rill Amerika Serikat dan PDB rill ASEAN dengan ekspor non-migas riilyaitu negatif. Sedangkan arah hubungan antara PDB rill ROW dan ekspor non-migas riil adalah positif. Perbedaan arah tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis komoditi utama ekspor non-migas Indonesia ke Amerika Serikat,Jepang dan ASEAN dengan ke ROW, yangmana ke tiga negara pertama komoditi utama ekspor non-migas lebih dominan komoditi primer dengan nilai tambah yang rendah sebaliknya ke ROW adalah barang-barang hasil industri manufaktur (terutama hasil industri elektronika). Sedangkan arah hubungan yang negatif antara PDB rill ROW satu triwulan sebelumnya dan ekspor non-migas rill ke ROW sekarang mencermikan adanya ketidakmampuan industri manufaktur Indonesia dalam memenuhi berlanjutnya kenaikan permintaan (ekspor non-migas) dalam waktu relatif pendek.
Persamaan permintaan impor non-migas.
Nilai tukar riil rupiah per US $, per yen triwulan t dan per rata-rata tertimbang mata uang ASEAN triwulan t-1 menunjukan pengaruh yang positif terhadap impor non-migas rill pada triwulan t dari negara-negara tersebut.Pengaruh positif tersebut disebabkan oleh, pertama,impor non-migas dari negara-negara tersebut adalah merupakan barang-barang yang berperan penting dalam aktivitas perekonomian atau tingkat keterpenaruhannya dalam proses produksi sektoral cukup tinggi,kedua,ada kecendrungan prilaku importir untuk mengimpor lebih atau menimbun stok bahan baku dan barang modal manakala terjadi depresiasi nilai rupiah.
Depresiasi nilai tukar rill rupiah per US $ dan per yen yang terjadi pada triwulan t-1 berpengaruh negatif terhadap impor non-migas riil pada triwulan t dari kedua negara tersebut,sedangkan depresiasi nilai tukar rill rupiah per rata-rata tertimbang mata uang ROW yang terjadi pada triwulan t-2 berpengaruh negatif terhadap impor non-migas dil pada triwulan t dari ROW.
Selain terhadap impor non-migas dari Amerika Serikat, Jepang dan ASEAN, PDB rill berpengaruh negatif terhadap impor non-migas dari ROW. Hal ini menunjukan bahwa impor non-migas dari ROW bukanlah merupakan barangbarang yang memegang peranan penting dalam aktivitas perekonomian.
Rasio cadangan devisa per impor non-migas riil triwulan t-1 menunjukan pengaruh yang positif terhadap impor non-migas dari ASEAN. Sedangkan terhadap impor non-migas dari Amerika Serikat,Jepang dan ROW menunjukan pengaruh yang negatif, hal ini diduga berkaitan dengan kedudukan negara-negara tersebut sebagai negara kreditor hutang luar negeri Indonesia yang cendrung mengaitkan hutang dengan impor. Kecilnya nilai parameter duga yang diperoleh sebagai gambaran bahwa rasio cadangan devisa per impor non-migas triwulan t-1 tidak terlalu mencerminkan kemampuan mengimpor.
Persamaan perrnintaan ekspor migas.
Ada kesamaan perilaku ekspor migas riil ke Amerika Serikat dan ASEAN, serta perilaku ekspor migas riil ke Jepang dan ROW. PNB riil Jepang,PDB riil ROW, nilai tukar riil rupiah per yen dan per rata-rata tertimbang mata uang ROW menunjukan pengaruh yang positif terhadap ekspor migas ke negara-negara tersebut. PDB riil Amerika Serikat dan ASEAN nilai tukar nil rupiah per US $ triwulan t-1 menunjukan pengaruh yang negatif, hal ini diduga karena bagi Amerika Serikat dan ASEAN migas dari Indonesia hanyalah sebagai penyangga konsumsi dalam negeri (buffer stock).Namun dengan memperhitungkan variabel interaksi nilai tukar riil dengan PDB riil,diperoleh arah hubungan yang positif antara nilai tukar riil rupiah per US $ triwulan t dan nilai tukar rupiah per rata-rata tertimbang mata uang ASEAN triwulan t-4 dengan ekspor migas ke Amerika Serikat dan ke ASEAN.
Persamaan permintaan impor migas.
Nilai tukar riil rupiah hanya signifikan secara statistik pada persamaan permintaan impor migas dari Amerika Serikat dan ASEAN, yangmana depresiasi rupiah per US $ pada triwulan t-1 berpengaruh positif terhadap impor migas rill triwulan t, sedangkan depresiasi rill rupiah per US $ yang terjadi pada triwulan t-2 menunjukan pengaruh yang negatif.
PDB riil triwulan t-2, triwulan t-3 dan triwulan t-4 berpengaruh positif masing-masing terhadap impor migas riil dari Jepang, Amerika Serikat, dan ASEAN . Sedangkan PDB riil triwulan t-1 berpengaruh negatif terhadap impor migas dari ROW, ini menunjukkan bahwa impor migas dari ROW bagi Indonesia hanyalah sebagai penyangga konsumsi dalam negeri (buffer stock)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fautia Sriwardani
"Perbedaan utama antara JII dengan IHSG terletak pada screening process yang dilakukan terhadap JII. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa JII memiliki risiko dan volatilitas yang lebih rendah dibandingkan indeks harga saham yang beraktivitas secara konvensional. Dinyatakan pula bahwa shariah screening process memberikan pengaruh positif terhadap kinerja portofolio saham syariah. Namun, berdasarkan pengamatan awal dalam jangka pendek dan jangka panjang, meskipun telah melalui serangkaian tahapan screening process, pergerakan JII cenderung memiliki pola yang hampir sama dengan pola pergerakan IHSG.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Vector Autoregressive (VAR) dan Impulse Response Functions. Indikator makroekonomi global direpresentasikan oleh harga minyak dunia, Fed Fund Rate, dan indeks Dow Jones, sedangkan indikator makroekonomi Indonesia direpresentasikan oleh tingkat inflasi dan nilai tukar. Berdasarkan model VAR, satu-satunya variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pergerakan kedua indeks saham tersebut adalah Indeks Dow Jones.
Berdasarkan Impulse Respons Function, respon JII terhadap shock variabel makroekonomi, dapat dikatakan sama dengan respon IHSG. Setelah terjadi shock pada suatu variabel makroekonomi, baik JII maupun IHSG, ternyata tidak mampu kembali pada garis keseimbangan jangka panjang secara natural. Hal ini disebabkan tidak adanya perbedaan yang prinsipil dalam mekanisme perdagangan yang berlaku di Bursa Efek Indonesia baik untuk JII maupun IHSG. Namun demikian, JII tetap memiliki keunggulan karena telah melalui screening process yang pada dasarnya lebih menekankan pada aspek kehalalan.

The main distinction between JII and JCI is that JII has the screening process, while JCI does not have one. Some previous studies concluded that JII has lower risk and lower volatility compared to conventional JCI. Moreover, it is stated that the sharia screening process give positive impact toward the performance of sharia stock. However, based on preliminary observation, in short term and long term, the movement of JII has similar pattern as the one of JCI pattern.
This study uses Vector Autoregressive (VAR) model and Impulse Response Functions. In this study, the crude oil price, Fed Fund Rate, and Dow Jones Index represent the global macroeconomic indicator, while inflation rate and exchange rate represent the indicator of Indonesia?s macroeconomic. By using VAR model, this study found that stock index movement, both of JII and JCI, are significantly influenced by Dow Jones Index.
In addition, by using Impulse Response Functions, JII's response toward shock of global and Indonesia?s macroeconomic variables, which are used in this study, gives almost similar result toward the JCI's response. Overall, after the shock occured on macroeconomic variable, both JCI and JII, are unable to revert to the long term equilibrium line naturally. This is related to the trading mechanism at Jakarta Stock Exchange, which has no difference principle for both of JII and JCI. However, JII still has an advantage due to the screening process which give emphasis to "halal" aspect."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25454
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Yulianita Gitaharie
"This paper builds a regional macroeconomic model of DKI Jakarta and attempts to analyze the impacts of declining DAU revenues on the overall DKI Jakarta economy. The model uses microeconomic foundations, consists of four blocks, and is made up by 48 behavioral equations and 23 identities. The model adapts Doubinis? Chicago Metropolitan Area econometric model with some modifications. Two Stage Least Squares Methods are employed to estimate both parameters and prediction power of the model. There are two scenarios designed for forecasting, first, the scenarios of constant DAU of Rp 773,02 billion, and second, the scenario of 20% DAU decline. Comparing the constant and the declining DAU scenarios, the DAU decline does affect the growth of manufacturing sector and its number of employment, government investments, expenditures, and revenues, and the overall regional economy. However, this decline does not affect the activities in the non-manufacture sector and its employment, local government taxes and charges, and private consumptions and investments. Even though it affects the regional economy but the negative impact on growth is still less than 20%. "
2003
EFIN-51-4-Des2003-433
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dornbusch, Rudiger
Jakarta: Erlangga, 1992
339 DOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dornbusch, Rudiger
Jakarta: Erlangga, 1997
339 DOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mankiw, N. Gregory
Jakarta: Erlangga, 2007
339 MAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dornbusch, Rudiger
Jakarta: Erlangga, 1989
339 DOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Blanchard, Oliver
Jakarta: Penerbit erlangga, 2013
339 BLA m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alamsyah Pradana
"Skripsi ini membahas mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel makroekonomi berupa inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar (M2), dan nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap Dolar Amerika (USD). Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan OLS yang dilanjutkan dengan ARCH/GARCH karena ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada data yang diolah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap Dolar Amerika (USD), jumlah uang beredar dan suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2012 sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan.

This study investigate the influence of macroeconomic variables on Jakarta Composite Index in the 2001-2012 period. The purpose of this study is to analyze the influence of macroeconomic variables to Jakarta Composite Index such as inflation rate, SBI interest rate, money supply, Rupiah exchange rate to USD. The finding of this study based on regression model with OLS method and ARCH/GARCH method is that exchange rate variables, money supply and SBI rate significantly influence the Jakarta Composite Index and the inflation rate variables is not influence the Jakarta Composite Index significantly. This implies that beside the exchange rate, money supply and SBI rate variables there should be another macroeconomic variables that significantly influence the Jakarta Composite Index."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Zahra
"Dalam penelitian ini, penulis menganalisis pengaruh variabel spesifik bank dan
variabel ekonomi makro terhadap risiko kredit di tiga negara ASEAN yaitu
Indonesia, Malaysia, dan Brunei dalam lima periode mulai dari tahun 2015 sampai
dengan 2019. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel
spesifik bank dan variabel ekonomi makro mana sajakah yang berpengaruh
terhadap risiko kredit. Risiko kredit diproksikan dengan non performing financing.
Penelitian ini menggunakan metode Panel Least Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel LAR, EAR dan Inflation berpengaruh positif dan
signifikan terhadap risiko kredit. Sedangkan, variabel CAR dan GDP Growth
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko kredit. Di sisi lain, SIZE tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko kredit.

In this study, the author analyzes the impact of bank-specific variables and
macroeconomic variables on credit risk in three ASEAN countries, which are
Indonesia, Malaysia, and Brunei during five periods start from 2015 until 2019. The
main goal of this study is to determine which bank-specific variables and
macroeconomic variables that affect credit risk. Credit risk is proxied by non
performing financing. This study use the Panel Least Square. The results show that
LAR, EAR and Inflation variables have a positive and significant effect on credit
risk. However, CAR and GDP Growth variables have a negative and significant
effect on credit risk. On the other hand, SIZE variable don’t have a significant effect
on credit risk.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>