Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159156 dokumen yang sesuai dengan query
cover
George, Sarina CH Y.
"Konsumerisme bukanlah sesuatu yang selalu dinilai sebagai hal yang merugikan kesejahteraan masyarakat luas. Salah satu penggerak konsumerisme adalah kaum elite kota besar. Mereka mengembangkan gaya hidup berciri khusus, yakni "kerja keras, habis itu nikmati" (Kompas, 13 Februari 1993). Mereka sangat memperhatikan penampilan (tubuh, pakaian, mobil); sangat trendy, dalam arti sangat mengikuti apa yang tengah menjadi trend di dunia international, karena alam pikiran mereka yang kosmopolitan; dan selalu mengembangkan hobi yang eksklusif sebagai pengimbang kerja keras mereka. Pilihan terhadap gaya hidup demikian menunjukkan kecenderungan budaya konsumtif (Ibrahim dalam Ibrahim, hal. 30).
Salah satu produk barang dan jasa yang banyak dikonsumsi remaja adalah media. Rata-rata remaja bisa menghabiskan 8 jam sehari untuk mengkonsumsi media (Steinberg, 1993).
Arus glohalisasi media massa dan informasi yang membawa nilai-nilai baru bagi Indonesia mempertajam proses sosialisasi bagi banyak orang, terutama kalangan usia muda. Akan terjadi pluralisasi budaya yang luas dan tajam, nasionalismepun akan dipengaruhi oleh wawasan international, persepsi dan aspirasi banyak orang menjadi senada tentang keadilan, hak asasi dan kesejahteraan manusia.
Menurut Galtung, hubungan antara negara maju dengan negara berkembang pada pasca Perang Dunia II sebenarnya sekedar melanjutkan hubungan yang bersifat eksploitatif yang sudah berlangsung selama beberapa abad terakhir. Hanya saja bila dulu penjajahan dilakukan dengan militer dan politik, kini penjajahan dilangsungkan melalui budaya.
Kaum muda dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar yang sangat penting. Di satu sisi kaum muda adalah mereka yang nantinya akan menempati posisi strategis dalam masyarakat, namun di sisi lain kaum muda elite di kota besar disebut-sebut sebagai pasar yang sangat potensial sehingga cenderung dirangsang untuk menjadi ?pembelanja yang boros' (big spender).
Pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :
1). Landasan ideologis bagaimanakah yang melatarbelakangi majalah Cosmo Girl dalam memproduksi gagasan tentang konsumerisme ?
2). Bagaimanakah majalah Cosmo Girl membangun gagasan tentang konsumerisme bagi pembacanya ?
Berdasarkan analisis teks yang dilakukan terhadap majalah Cosmo girl, terlihat bahwa majaiah ini turut membangun gaya hidup yang mendukung pola konsumerisme bagi pembacanya. Frame-frame yang muncul pada setiap muatan majalah ini yakni Materi sebagai ukuran, Budaya Instant, Belanja, Idola, Koleksi Barang, Pemanfaatan waktu luang, Gaya hidup kreatif kebebasan dan pemeliharaan tubuh adalah frame atau bingkai yang mencerminkan budaya konsumen dan merupakan karakteristik yang melekat pada rasyarakat konsumer.
Media sangat berpotensi mensosialisasikan gagasan budaya instant ini. Seringkali artikel-artikel yang ditampilkan "dangkal", tidak menampilkan kedalaman untuk menggali proses panjang yang dilalui seseorang dalam meraih sesuatu. Majalah CG berperan sebagai bridgehead (perantara) sebagaimana di sebutkan Galtung, yang mempromosikan gagasan konsumerisme kepada khalayaknya, kaum muda kelas menengah ke atas di kota-kota besar yang merupakan elite Pinggiran.
CG mempromosikan apa yang disebut "konsumerisme parasitik" yakni semata﷓mata mempromosikan gagasan peningkatan konsumsi budaya materi dari negara-negara maju. Gagasan konsumerisme disajikan dalam framing-framing : Materi sebagai ukuran, Budaya instant, Perawatan tubuh, Belanja, Idola dan Pemanfaatan waktu luang. Semua framing tersebut merupakan gagasan yang mencerminkan karakteristik budaya konsumer atau masyarakat consumer/ komoditas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Mahayudana
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara media influence dan materialisme pada remaja. Pengukuran media influence menggunakan alat ukur Multidimensional Media influence Scale atau MMIS (Cusumano dan Thompson, 2001) dan pengukuran materialisme menggunakan alat ukur Material Values Scale Short Form (Richins, 2004b). Partisipan penelitian ini berjumlah 200 remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kerentanan konsumen terhadap pengaruh interpersonal dan materialisme (R=0.488; p<.01, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi media influence yang dirasakan seseorang, maka semakin tinggi pula materialisme yang ia miliki.

This research was conducted to find the correlation between media influence and materialism in adolescents. Media influence was measured using Multidimensional Media influence Scale or MMIS in short (Cusumano dan Thompson, 2001) and materialism was measured using Material Values Scale Short Form or MVS Short Form (Richins, 2004b). The participants of this research are 200 adolescents. The main results of this research show that consumers’ susceptibility to interpersonal influence positively correlated significantly with materialism (R=0.488; p<.01, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher media influence of one’s own, the higher showing materialism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigiro-Saragih, Asiah Janna
"Televisi dan media cetak adalah 2 jenis media massa yang fungsional untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang hampir sama bagi halayaknya. Tetapi karena interaksi dari berbagai hal maka media tersebut digunakan secara berbeda oleh setiap orang.
Dalam penelitian ini penulis ingin melihat hubungan antara peranserta guru dan intensitas hubungan sosial dengan "peer group", dengan penggunaan televisi dan media cetak pelajar SMP kelas 2. Disamping kedua variabel tersebut dalam penelitian ini turut diperhitungkan beberapa variabel lain yang dianggap turut serta mempengaruhi perbedaan penggunaan media oleh pelajar yaitu : peran serta orang tua, akses terhadap media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan 'jumlah anggota keluarga .Pelajar SMP diambil sebagai obyek penelitian karena masa SMP itu merupakan masa usia pra remaja dimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh "peer group".
Hipotesis penelitian ini ialah :
  1. Intensitas hubungan sosial dengan "peer group" mempengaruhi penggunaan televisi dan media cetak.
  2. Pengaruh intensitas hubungan sosial dengan "peer group" terhadap penggunaan televisi dan media cetak bervariasi ditentukan oleh peran serta orang tua, akses kepada media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan jumlah anggota keluarga.
  3. Peran serta guru mempengaruhi pengunaan televisi dan media cetak.
  4. Pengaruh peran serta guru terhadap penggunaan televisi dan media cetak bervariasi ditentukan oleh peran serta orang tua, akses kepada media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan jumlah anggota keluarga.
Sampel diambil dengan cara "stratified random sampel" yang proporsional. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang dikumpulkan pada hari itu jugs. Hubungan antara variabel independen dan dependen diukur dengan menggunakan "Pearson Product Moment Correlation"- dan "Partial Correlation Pearson".
Hasil penelitian : Hubungan antara variabel intensitas hubungan sosial dengan "peer group" dengan penggunaan televisi adalah lemah ,negatip dan tidak signifikan, dan hubunganya dengan penggunaan media cetak lemah, positif dan tidak signif i.kan . Hubungan peran serta guru dengan penggunaan televisi lemah negatip dan signifikan. Sementara hubungannya dengan penggunaan media cetak tetap lemah tetapi positip dan signifikan. Variabel kontrol peran serta orang tua, akses kepada media, selektivitas menonton televisi, kecerdasan dan jumlah anggota keluarga tidak memberikan perobahan pada hubungan variabel independen dan dependen. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mediana Handayani
"Studi ini memfokuskan diri pada majalah khusus pria. Di masa ekonomi kapitalistik seperti saat ini, sensualitas makin menjadi komoditi dalam media. Media tampaknya menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan hal-hal yang sensual akan selalu up to date dan terus dikonsumsi oleh konsumen, walaupun dalam skala yang bervariasi.
Tampaknya pula, sensualitas menjadi bumbu yang paling sering dipakai oleh kaum kapitalis untuk mendorong konsumen mengkonsumsi produk yang disodorkan. Hal ini pada gilirannya memunculkan pemikiran bahwa sebenarnya para kapitalis telah dengan mudah menjadikan sensualitas sebagai kuda troya di dalam `menyelundupkan' atau bahkan secara terang-terangan menggelar produknya. Ini pula yang diasumsikan terjadi pada majalah POPULAR.
Majalah POPULAR merupakan majalah khusus pria yang memfokuskan diri pada pria-pria yang menyenangi kehidupan malam dan gemar mencari sesuatu yang baru dalam rite life entertainment. POPULAR bersikukuh bahwa ia hanyalah sebuah majalah yang berperan sebagai jendela bagi pria-pria tersebut, yang memperlihatkan bahwa ada perempuan cantik dengan ukuran tubuh seperti ini, ada pelayanan seperti ini di daerah A, ada fenomena atau trend terbaru mengenai hiburan di cafe di daerah C, dan lain sebagainya. Hal yang juga tampak jelas pada POPULAR adalah bahwa di setiap isu hampir dapat dipastikan akan bersinggungan dengan apa yang dinamakan sensualitas, terutama sensualitas pada wanita.
Penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan. Pertama, nilai sensualitas macam apa yang ditawarkan oleh majalah Popular ? Kedua, bagaimana majalah Popular memasukkan unsur sensualitas sebagai pendukung gaya hidup konsumtif dan hedonisme ? Ketiga, landasan ideologis apa yang melatarbelakangi majalah Popular dalam memproduksi gagasan tentang sensualitas tersebut. Penemuan mengenai kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui wacana kritis Pairclough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani.
Penelitian dilakukan terhadap 10 nomor majalah POPULAR dari edisi tahun 1998 hingga tahun 2003 dengan pengampilan sampel secara random. Pemilihan tahun 1998 sebagai tahun dimulainya edisi untuk majalah yang dijadikan sampel disebabkan karena pertimbangan bahwa pada tahun tersebut media massa mendapatkan sedikit kelonggaran di dalam menampilkan isi yang sebelumnya dinilai panas (dalam hal ini yang berkaitan dengan sensualitas).
Dari analisis teks nampak bahwa POPULAR membawa gagasan hedonisme, dimana di dalam hidup dengan kehedonisan tersebut sebangun dengan konsumtivisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai yang secara keseluruhan menggambarkan karakteristik budaya hedonisme dan konsumtivisme seperti keistimewaan, kesempurnaan fisik, belanja, hiburan dan kenikmatan yang semuanya berkonteks duniawi.
POPULAR merupakan majalah khusus pria yang hingga kini tetap eksis dan konsisten dengan konsepnya, yaitu swimsuit. Tidak seperti majalah lain (contohnya MATRA) yang seolah rancu dengan konsep majalah prianya, POPULAR dengan teguh memegang konsep majalah hiburan untuk pria dengan selalu menampilkan model yang mengenakan pakaian renang. POPULAR menyajikan beritanya dengan gaya bahasa sehari-hari yang ringan. Dan segi teks yang menonjol dari POPULAR adalah penggunaan bahasa yang tidak baku dan penggunaan bahasa asing dalam jumlah yang relatif tinggi. Bahasa asing ini seolah menjadi bagian dari bahasa pergaulan yang digunakan oleh pembacanya. Berita yang diangkat oleh majalah ini pun relatif berita yang `menghibur' dan informatif. Menghibur karena disampaikan dengan bahasa yang ringan (dari masalah olahraga, musik, film, sampai seks) dan informatif karena khusus untuk liputan mengenal hiburan yang berkaitan dengan seks, majalah ini melakukan investigasi ke lapangan. Sedangkan yang menonjol dari pemuatan gambar (terutama foto) oleh POPULAR adalah pengeksposan kulit dan siluet tubuh.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa POPULAR mengatasnamakan keterbukaan atau open minded atas globalisasi sebagai rasionalisasi dari tindakannya dan mengkondisikan pembacanya sebagai orang-rang yang open minded atas segala perubahan jaman.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa POPULAR cenderung menjadi agen kapitalis, agen liberalisme sensualitas, sekaligus agen hedonisme ketimbang menjadi pemberi informasi atau jendela semata bagi pembacanya. Disinilah kebutuhan untuk bersikap bijak sekaligus kritis menjadi penting. Dibutuhkan sikap bijaksana dan kritis untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi agar tidak terjebak pada kebutuhan yang diciptakan oleh kapitalis, dimana mereka meraup keuntungan dari hedonisme dan konsumtivisme yang diinternalisasikan melalui hal yang melenakan, salah satunya sensualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ully Damari Putri
"Dalam pidatonya di hadapan Kongres pada tanggal 20 September, 2001 -hanya sembilan hari setelah tragedi 11 September- George W. Bush menyatakan bahwa Al-Qaeda adalah organisasi teroris yang merupakan otak di balik penyerangan dua menara kembar tersebut. Bush juga menyatakan bahwa Amerika akan melakukan serangan balasan, dan bahwa pertempuran yang akan terjadi bukan hanya pertempuran AS, melainkan pertempuran dunia karena yang dipertaruhkan tidak hanya kebebasan AS.
Tidak sarnpai dua tahun sejak pidatonya itu, Bush memenuhi janjinya untuk memerangi terorisme dengan menyatakan perang kepada Sadam Hussein dan Irak_ Sejak scat itu, Amerika terlibat dalam perang yang panjang dan melelahkan. Perang Irak dan pendapat-pendapat pro dan kontra yang menyertainya telah menjadi fokus media di Amerika sejak Bush pertama kali mengirim tentara Amerika ke Irak pada bulan Maret 2003.
Untuk memahami bagaimana Perang Irak dinarasikan oleh media, terutama media cetak, penulis menganalisa artikel-artikel yang mengangkat topik tersebut di dalam majalah Reader's Digest (RD) edisi Amerika Serikat. Alasan mengapa penulis memilih Reader's Digest dan bukan majalah Time atau Newsweek adalah karena RD memiiiki suara yang khas dalam menuturkan cerita-ceritanya. Seperti yang pemah dikatakan oleh James Playsted Wood, RD beroperasi dengan cara menyederhanakan isu-isu yang kompleks menjadi mudah dipahami. RD meletakkan problem-problem abstrak ke dalam konteks yang personal sehingga masalah yang rumit sekali pun dapat lebih mudah dimengerti.
Mengingat bahwa RD mengangkat dirinya sebagai corong bagi kebijakan pemerintahan, tidak salah bila RD diasumsikan sebagai pendukung setia Perang Irak. Bagaimana suatu majalah dengan posisi yang jelas terhadap Perang Irak menuturkan ceritanya mengenai Amerika Serikat, Irak dan hubungan di antara keduanya dalam konteks Perang Irak merupakan pertanyaan yang mendasari penelitian ini.
Dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) dan semiotika, penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan itu. AWK dan semiotika digunakan untuk menganalisa artikel-artikel yang berhubungan dengan Perang Irak yang dirnuat di RD AS pada periode 2004 - 2005. Penelitian ini disajikan dalam enam bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang dilakukannya penelitian ini, fokus permasalahan, serta metode yang digunakan. Bab dua membahas kerangka teori yang melandasi penelitian ini. Bab tiga hingga bab lima adalah analisis talcs dan gambar dari keenam corpus. Selanjutnya pada bab terakhir akan disimpulkan hasil analisa dari ketiga bab sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perang Irak merupakan perang yang krusial bagi AS. Perang itu dibutukan tidak hanya untuk mengibarkan bendera demokrasi di Irak dan menanamkan kebebasan serta nilai-nilai Barat lainnya, tapi juga untuk `melindungi' minyak Irak. RD juga menonjolkan nilai-nilai patriotisme dan heroisme AS serta kejahatan dan keterbelakangan Irak. Lebih jauh lagi, hubungan budaya yang coba diciptakan oleh RD dilandasi oleh pemikiran bahwa nilai-nilai budaya Barat jauh lebih superior dan nilai-nilai budaya masyarakat Irak.

In his speech to the Congress and the American people on September 20, 2001 -only nine days after the September 11 tragedy- George W. Bush stated that Al-Qaeda was the terrorist organization behind the twin tower tragedy. He also stated that America would strike back, and that the fight would not only be America's fight but also a world's fight since what was at stake was not just America's freedom.
Less than two years after his speech, Bush kept his promise to fight terrorism by declaring war against Sadam Hussein and Iraq. Since then, America has been involved in a long and exhausting battle in that country. The Iraq war and the pros and cons that follow the war have been the focus of the American media since Bush first stated that he would send his troops there on March 2003.
To understand how Iraq war is narrated by the media, particularly the print media, I analyzed stories on that topic that were published in US edition of Reader's Digest. The reason why I chose Reader's Digest and not Time or Newsweek is because The Digest has a very distinctive voice in telling its stories. As what James Playsted Wood had said, The Digest operates to reduce baffling complexities to understandable simplicities. It puts abstract problems into human terms and world concerns into a personal frame. In other words, the Digest makes at least some of life's confusions seem intelligible.
Seeing that the Digest acts as one of Washington's "paraphrasers", it would be safe to conclude that the magazine is a loyal support of the war. How a magazine that has a clear stance of the war narrates stories about America, Iraq and their relationships within the context of Iraq war is a question that underlies this research.
Using Critical Discourse Analysis (CDA) and semiotics approach, this qualitative research aims to answer that question and analyze six articles related to Iraq War, which were published in US edition of RD in 2004 - 2005. The thesis will be presented in six parts. Firstly I will discuss the background of the research. I then continue with the choice of corpus and the explanation of the method use. In the next three chapters, 1 shall discuss the analysis of the corpus. I will then conclude from the language features as well as images interplayed together in the articles the underlying ideology of the articles and the representation of Iraq War in the Digest.
The results of the research showed that Iraq War was seen as an imperative war for the United States. Not only was it necessary to `unfurl' the democratic flag and to spread freedom and other western values in Iraq, but the Digest also implicitly stated that it was necessary to `protect' the oil in Iraq. The magazine also highlighted the heroism and patriotism of America and the evil and bigotry of Iraq. Furthermore, the cultural relationship that the Digest tried to build between the two countries was based on the thought that Western values are far superior to the values of Iraqi people.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17721
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Waning G.
"Media massa hadir dengan segala konsekuensinya, termasuk menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat terlepas dari segala kepentingan yang melingkupinya. Kaum muda dengan segala riuh rendah kehidupannya adalah suatu pangsa pasar yang semakin hari semakin diminati dan tidak dapat diremehkan keberadaannya. Mereka adalah suatu pasar yang justru sangat dinamis dan karenanya baik para produsen hingga media pun dibuat turut berpacu dalam mengikuti perkeribangannya. Identitas menjadi satu hal yang paling panting dalam kehidupan kaum muda, dan secara sadar maupun tidak, media menjadi salah satu sumber paling utama bagi remaja dalam pencarian jati dirinya.
Namun media tidak selalu benar maupun mumi dalam menyajikan berbagai informasi, termasuk di dalamnya ikian, terutama dalam kaitannya dengan usaha identifikasi diri para remaja dengan apa yang terpampang di media, Sering media, khususnya media yang ditujukan khusus untuk kaum muda sendiri, justru terlihat membingungkan atau bersifat menyesatkan dalam memberikan segala informasi yang walau tampak remeh temeh tetap bersifat krusial.
Outmagz sebagai salah satu media remaja yang bergerak di jalur independen, menawarkan satu alternatif dalam dunia media massa bagi kaum muda, terutama dalam hal memandang budaya populer dan media yang tampak sebagai kepanjangan tangan ideologinya. Warna independen yang kental tmeruyak dalam setiap artikel dan secara terus menerus ditunjukkan sebagai jalan yang walau bukan satu-satunya yang benar, namun paling tidak dapat memberikan suatu sudut pandang lain dalam hidup di dunia budaya populer.
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan, apa identitas kaum muda yang muncul dalam majalah Outmagz, dan apa kaitan identitas kaum muda tersebut dengan lingkungan sosiokultural Indonesia. Penemuan tentang identitas kaum muda serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana Fairciough. Untuk analisis teks digunakan analisis dengan metode semiotik. Penelitian dilakukan terhadap 4 (empat) nomor Outmagz edisi 2003 sampai dengan 2004, yaitu sebanyak yang telah terbit di pasaran.
Dari analisis teks terlihat bahwa Outmagz menunjukkan suatu identitas kaum muda yang lain dengan apa yang ada di media massa (untuk) remaja lainnya. Pilihan untuk bergerak di jalur independen dan sikap yang kritis terhadap media massa menjadi dua tema besar yang secara terus menerus hadir dalam setiap edisinya. Di titik ini, Outmagz terlihat berbeda dengan menjadi suatu penyaring bagi kaum muda dalam mencari dan menentukan identitasnya di dalam hidupnya yang sangat dekat dengan berbagai media massa.
Implikasi penelitian yang muncul adalah penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi masyarakat sehingga masyarakat menjadi kritis atas mated-mated yang terdapat dalam majalah. Konsep mengenai media sebagai aparatus ideologi mendapat pengesahan terutama dalam mesa kini yang dipenuhi oleh media massa budaya popular dengan berbagai kepentingannya. Maka studi ini juga dimaksudkan sebagai salah satu cara alternatif dalam membaca teks, khususnya dalam kaitannya dengan majalah independen seperti Outmagz."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devfanny Aprilia Artha
"Penelitian ini mengritisi peranan media dalam membentuk pemikiran masyarakat mengenai suatu realitas setelah zaman orde baru dan era liberalisasi pers berlangsung. Kecanggihan dan kemajuan teknologi informasi komunikasi pada akhirnya menyuburkan praktik media online di Indonesia yang tidak saja membawa dampak positif namun berbagai dampak negatif lainnya yang menarik untuk dikaji.
Kebebasan pers yang lahir di masa reformasi ini membawa berbagai perubahan, seperti: konglomerasi media dan pemusatan kekuasaan. Akhirnya media melakukan berbagai cara, salah satunya mengubah nilai guna menjadi nilai tukar (komodifikasi) di dalam pemberitaannya.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Wacana Kritis Wodak yang mengkaji beberapa level penelitian dengan unit observasinya portal berita www.liputan6.com dan pemberitaan mengenai FPI menjadi unit analisisnya. Hasilnya menunjukkan bahwa ada komodifikasi dalam pemberitaan mengenai FPI di media online. Komodifikasi ini diperkuat dengan berbagai faktor lain dalam organisasi media. Praktik ekonomi politik pada media online ikut memberikan sumbangsih dalam perpecahan dan pertikaian antarkelompok di dalam masyarakat.
This study criticized the role of media in shaping public opinion and thinking about a reality after Orde Baru and liberalization era took place authoritatively. The sophistication and advancement of information communication technology bring our mass media system from conventional to new media model. The practice of online media in Indonesia not only give positive impact but also various other negative that becomes important to be studied.
Freedom of the press brought many vital changes, such as: conglomeration and concentration of power. Finally, media do many ways to survive. One of their efforts is changing the useful values and norms in the news report into something that can give profit for them.
This research was performed using the method of critical discourse analysis of Ruth Wodak. This kind of analysis reviewed several levels of observation units at www.liputan6.com and reporting on the FPI news into the unit analysis. The results show that there are many reality construction and commodification in the news about FPI in the media online. Commodification and this construction are reinforced by various other factors in media organizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eriyanto
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2001
302.2 ERI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Irina Mukhlis
"ABSTRAK
Tesis ini memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai bagaimana peran media massa dewasa ini dalam kaitannya dengan politik kekuasaan dan hubungan antar negara. Lebih spesifik lagi penelitian ini menyoroti praktik penggunaan gray propaganda melalui media massa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Norman Fairclough sebagai metode penelitiannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa film Innocence of Muslims yang menghebohkan dunia pada bulan September 2012 termasuk dalam kategori gray propaganda karena memuat berbagai penghinaan dan kebohongan tentang Islam. Penggabungan antara elemen propaganda abu-abu dan banyaknya inkonsistensi yang ditemukan kemudian membangkitkan nuansa politis yang melatarbelakangi pembuatan film tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah unsur propaganda dalam film Innocence of Muslims adalah suatu kesengajaan yang telah direncanakan secara matang oleh pihak-pihak tertentu

ABSTRACT
The objective of this research is to explain media use in the 21st century with regards to power politics and international relations. To be specific, the research casts a light on how gray propaganda campaign is being carried through the mass media. This qualitative research uses a critical paradigm. It also employs Norman Fairclough’s critical discourse analysis as its main research strategy. The research shows that the Innocence of Muslims film that created a wave of demonstrations in the Islamic world in September 2012 is part of a gray propaganda campaign to deceive a target. The gray propaganda elements and various inconsistencies found also undoubtedly contributed to a rise in suspicion of the political motive behind the film’s production and release. The research concludes that the propagandic nature of the Innocence of Muslims film was intentional and had been well prepared by an unknown actor."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamonto, Stephanie A.
"Analisis Situasi - Rendahnya minat baca di kalangan anak muda Indonesia
- Kebangkitan sastra Indonesia
- Kurangnya media sebagai wadah penyalur kreativitas anak muda dalam menulis
Manfaat - Sebagai wadah untuk menyalurkan karya-karya sastra dari para penulis muda serta wadah untuk menemukan bibit-bibit baru penulis muda Indonesia berbakat
- Sebagai saluran untuk mencari informasi yang berkaitan dengan dunia sastra dan literatur Indonesia serta perbukuan pada umumnya
- Memperkenalkan aspek-aspek dunia sastra Indonesia kepada pembaca, khususnya anak muda secara menarik - Memperkaya khazanah pembaca tentang sejarah dan dunia seni sastra Indonesia pada umumnya
- Memberikan hiburan, inspirasi, serta kesenangan akan membaca dan menulis bagi para pembaca yang menyukai sastra Indonesia, sehingga tercipta generasi Indonesia yang bukan hanya penikmat tapi juga kreatif dan bisa mencipta
Tujuan - Menjadi wadah untuk anak muda berkreasi lewat tulisan
- Mengajak pembaca, terutama anak muda, agar lebih mengerti, mengenal, dan bisa mengapresiasi sastra Indonesia
- Menyebarkan gagasan bahwa sastra itu bukan milik kalangan tertentu saja dan memiliki aturan-aturan baku yang kaku
- Mendorong anak muda untuk semakin mencintai membaca dan menulis melalui sastra Indonesia
Strategi Menciptakan media cetak dalam format majalah full colour yang membahas sastra Indonesia dengan cara penyajian yang disesuaikan untuk pembaca anak muda dan dewasa yang masih berjiwa muda Khalayak Sasaran
- Utama: anak muda usia 21-30 tahun, SSE A-B, senang membaca buku, menulis, berkegiatan seni di waktu luangnya, menghabiskan waktu luangnya dengan pergi ke toko buku, nongkrong di kedai kopi dan browsing internet, berdomisili di DKI Jakarta dan Depok
- Kedua: calon pembaca berusia di atas 30 tahun dan di bawah 21 tahun, yang memang memiliki kegemaran menulis dan ketertarikan di dunia sastra Indonesia. Pesan Kunci ?Rumah Bermain Kata untuk Semua!?
Program - Nama majalah: RumahKata
- Konsep dasar: Sastra Indonesia: dari, oleh, dan untuk anak muda
- Data teknis:
 Format/ ukuran: 25,5 cm X 17,5 cm
 Jumlah halaman: 72 halaman (70 halaman isi +
cover)
 Warna: CYMK
 Jenis kertas: Art Carton 220 gr, laminating glossy
(sampul), Art Paper 120 gr (isi)
 Oplah (edisi perdana): 5.000 eksemplar
Jadwal Juli 2008 ? Januari 2009
Anggaran Pemasukan : Rp 903.000.000
Pengeluaran : Rp 520.900.000 ?
Perkiraan Laba : Rp 382.100.000
Evaluasi Melakukan evaluasi dengan melihat seluruh proses produksi

Situation Analysis
- The low level of the reading interest of Indonesian young adults? circle
- The resurgence of Indonesian literature
- The lack of the media as a forum to distribute young adults? creativity in writing
Advantage - As the forum to distribute literary works from the young writers as well as the forum to find new seeds of talented young Indonesian writers
- As the channel to look for information that is linked with the world of literature and Indonesian literature, as well as book matters, generally
- To introduce many aspects of the world of Indonesian literature to the readers, especially the young adults, interestingly
- Enriches the readers? treasury about the history and the world of Indonesian literature, generally
- Gives entertainment, inspiration, as well as the excitement of reading and wroting for the readers who likes Indonesian literature, so as make the Indonesian generation creative
Objective - To be the forum for young adults that?s created through writings
- Asks the readers, especially the young adults, to be more understood, knew, and could appreciate Indonesian literature
- Spreads the idea that the literature is not property of the certain circle and has stiff standard rules
- Pushes the young adults to increasingly love reading and wroting through Indonesian literature Strategy To create a print media in full colour magazine format that discusses Indonesian literature by means of the presentation that is matched for the young adults and mature readers who is still animated young
Target Market - Primary: the young adults age 21-30 years old, SSE A-B, like reading books, writing, doing art in their spare time, spending their spare time by going to the book shop, sitting idle in the cafe and browsing the internet, are domiciled at Jakarta and Depok
- Secondary: the prospective reader that are above 30 years old and under 21 years old, that indeed have writing as their hobby and interest in Indonesian literature Key Message ?House of Playing Words for All!?
Program - Magazine Title: RumahKata
- Basic concept: Indonesian literature: from, of, and for young adults
- Technical data:
 Format/ size: 25,5 cm X 17,5 cm
 Pages: 72 pages (70 content pages + cover)
 Colour: CYMK
 Paper: Art Carton 220 gr, laminating glossy (cover),
Art Paper 80 gr (content)
 Circulation (first edition): 5.000 copies
Schedule July 2008 ? January 2009
Budget Income : Rp 903.000.000
Expenses : Rp 520.900.000 ?
Estimate Profit : Rp 382.100.000
Evaluation Evaluation held by staff meeting and throughout production
process"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>