Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaban, Rusmawati
"Penyakit malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, khususnya di luar Pulau Jawa dan Bali. Di Indonesia, lebih dari 6 juta penderita malaria klinis dengan 700 kematian yang dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan setiap tahun. Propinsi Lampung termasuk daerah yang endemis terhadap penyakit malaria. Salah satu Kabupaten/Kota yang masih banyak terdapat kasus malaria di Propinsi Lampung adalah Kota Bandar Lampung.
Sejak tahun 1999 terjadi peningkatan kasus malaria di Kota Bandar Lampung. Upaya pencegahan terhadap masalah malaria belum dapat dilaksanakan secara optimal. Sistem surveilans yang ada di Kota Bandar Lampung belum menghasilkan informasi yang dapat mendukung program dalam rangka penanggulangan masalah malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan basis data surveilans malaria yang bermanfaat sebagai alat bantu dalam menghasilkan inforrnasi yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan, perencanaan, monitoring dan evaluasi program dalam rangka penanggulangan masalah malaria di Kota Bandar Lampung dengan ruang lingkup di Dinkes Kota Bandar Lampung khususnya seksi pemberantasan penyakit bersumber binatang. Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan metode pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) dengan cara observasi dan wawancara mendalam dengan para informan.
Permasalahan sistem yang ada sekarang adalah kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan dari Puskesmas, permasalahan pengolahan dan analisis data serta permasalahan kurangnya informasi yang dihasilkan saat ini termasuk mekanisme umpan balik terhadap Puskesmas. Pengembangan sistem dimulai dari penetapan kebutuhan sistem, pemodelan sistem serta penetapan software dan hardware yang digunakan dengan harapan dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan user dalam menyusun perencanaan, monitoring serta evaluasi program pemberantasan malaria.
Software yang digunakan untuk aplikasi prototype ini adalah kombinasi microsoft acces, crystal report dan arc.view 3.3 dengan spesifikasi minimum hardware adalah Pentium II 450 Mhz, kapasitas RAM 128 MB, kapasitas Hardisk 10 GB.
Hampir seluruh informasi yang dibutuhkan user dapat terpenuhi antara lain informasi kebutuhan obat malaria, monitoring KLB malaria, stratifikasi malaria, pola penularan, slide positive rate malaria penilaian laporan Puskesmas dan proporsi CFR malaria.Pengembangan sistem berikutnya diharapkan dapat menghasilkan penilaian kinerja Puskesmas dan pengembangan sistem dengan input data individual.
Dengan dikembangkannya basis data surveilans malaria ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengelola program dalam mengolah dan menganalisis data secara cepat dan efisien untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan user.
Daftar bacaan : 26 (1991-2002)

The Development of Malaria Surveillance Database in Bandar Lampung 2004 Until now, malaria is still becoming an important problem for the public's health in Indonesia, especially outside Java and Bali. Every year, the health services receive reports for more than 6 million people suffered clinical malaria, with 700 numbers of death. Lampung province is included to the area that is endemic for malaria. One of the cities in the Lampung province that is still found a lot of malaria cases is Bandar Lampung.
Since 1999, there has been an increase number of cases of malaria in Bandar lampung. The efforts to combat malaria are not optimally brought into realization. The surveillance system in Bandar Lampung is not giving enough information to support programs in order to combat malaria.
The arm of this research is to develop a malaria surveillance database, which can be useful as a helping device in giving information that can be used as a reference to determine policies, planning, monitoring, and program evaluations in order to combat malaria. The scope of the research is in the District Health Service of Bandar Lampung, especially in the animal sourced diseases prevention section. The method of the research is using a System Development Life Cycle (SDLC) approach by doing observations and deep interviews with the informants.
There are found several systematic problems now which the problem related to the reports completion and time from the public health center, the data processing and data analysis problems and the problem which is the lack of information produced in this time, including the feed back mechanism to the public health center. The system development starts from determining the system need, system modeling and the software & hardware that is used, which hopefully can produce the information needed by the user in constructing the planning, monitoring, and program evaluation of combating malaria.
The software application used in this prototype is a combination of Microsoft access, crystal report and arc. view 3.3 with minimize specification of the hardware is Pentium II 450 MHz, with 128 MB RAM capacity and 10 GB hardies capacity.
Almost all information that the user needed can be fulfilled, which among others are the information of the needs of medicine for malaria, monitoring the malaria early warning system confirmation, the infection season patterns of malaria, slide positive rate malaria, evaluation reporting of public health center and case fatality rate malaria. The development of next system hopefully can give information on the evaluation of the work of public health and evaluation of the work of public health center officers and development system with individual record.
With the development of this malaria surveillance database is hopefully that it can increase the work of program manager in processing and analyzing data quickly and efficiently to produce the information that is needed by the user.
References: 26 (1991-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markani
"Penyakit malaria merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik pada ibu hamil, bayi, balita, dan orang dewasa maupun tua. Penyakit ini apabila dilakukan penanganan secara serius dan komprehensip berbasis masyarakat sesuai dengan faktor spesifik daerah maka angka kesakitan dan kematian bisa ditekan serendah mungkin, jika tidak maka sebaliknya dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria. Kecamatan Dusun Hilir salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan, merupakan daerah endemis malaria. Pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dan lingkungan masyarakat berisiko untuk terkena malaria.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian malaria, hubungan faktor lingkungan rumah, upaya pencegahan, karakteristik individu dan pekerja yang menginap di hutan karena pekerjaannya dengan kejadian malaria, serta faktor dominan, di Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan. Rancangan penelitian adalah studi potong lintang (cross sectional). Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2004. Unit analisis yaitu individu yang berumur 19 - 55 tahun yang berada di Kecamatan Dusun Hilir. Jumlah sampel sebanyak 300 dan pengolahan data dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan yaitu: variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Dusun Hilir adalah: Lingkungan rumah; hutan/rawa (nilai p = 0,000, OR = 5,2), upaya pencegahan; penggunaan kawat nyamuk (nilai p = 0,005, OR = 0,4), penggunaan obat penolak nyamuk/repellent (nilai p = 0,009, OR= 2,3), Kelambu (nilai p = 0,016, OR = 1,9), pekerja yang menginap di hutan/pedagang menggelar dagangan di malam hari (nilai p = 0,000, OR = 3,1). Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah: hutan/rawa pekerja menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, penggunaan repellent dan penggunaan kelambu.
Kesimpulan penelitian bahwa pekerja yang menginap di hutan atau pedagang yang menggelar dagangan malam hari, dengan lingkungan rumah di sekitar hutan/rawa, dan tidak menggunakan repellent/kelambu berpeluang lebih besar untuk terkena malaria. Disarankan bahwa kepada mereka yang berisiko untuk terkena malaria (penebang rotan, penebang kayu, penyadap karet, bertani dan berkebun yang pernah menginap di hutan dan pedagang yang menggelar-dagangan malam hari) agar menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, sepatu, dan penutup kepala, dan jika bermalam di hutan agar menggunakan kelambu/obat penolak nyamuk. Rumah yang berada di lingkungan berisiko (hutan/rawa) gunakanlah kelambu waktu tidur malam hari/penggunaan kawat nyamuk/obat penolak nyamuk(repellent).

Dynamics of Infection and Factors Concern with Occurrences of Malaria in Sub District Dusun Hilir Regency of South Barito Year 2004Malaria disease can attack pregnant women, babies, children, adults and also old ages. This disease if handled seriously and comprehensive base on society according to specific area factor will reduce morbidity and mortality number as low as possible, if not, it can generate Extraordinary Occurrence (KLB) of Malaria. Sub district Dusun Hilir, one of sub district in Regency of South Barito, represents an endemic area of malaria. Labors stayed in forest, because of their work and society environment have a risk of being infected by malaria.
This research's aim is to have a description about malaria occurrences, the connection of house environmental factor, prevention effort, individual characteristic and labors stayed in forest with malaria occurrences, and also its dominant factor, in Sub district Dusun Hilir Regency of South Barito. The research uses a (cross sectional) method and it is conducted in May - June 2004. Analyzing unit is an individual between 19 - 55 years stayed in Sub district Dusun Hilir. The amount of sample is 300 and processed with kai square test and double logistic regression.
The research shows that the variables relate to occurrence of malaria in Subdistrict Dusun Hilir is: House environment; forest/swamp (p value = 0,000, OR value = 5,2), prevention effort; the use of Klement for mosquito (p value = 0,005, OR value = 0,4), the use of repellent (p value = 0,009, OR value = 2,3), kelambu (p value = 0,016, OR value = 1,9), labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise (p value = 0,000, OR value = 3,1). Dominant factors relate to malaria occurence is: Forest/swamp, labors stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, the use of repellent and net for mosquitoes.
The research concludes that labor stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise, who stays in swampy area and do not use repellent/net have higher risk of being incurred by malaria. It s better for those who have high risk to be incurred malaria (cane hewer, woodcutter, farmer and gardener stayed in forest or merchant performing nighttime merchandise) to use long arm clothes, long pants, shoe, and helmet. If they should spend the night in forest, it is recommend that they would use kelambu or mosquitoes' repellent. House in swampy environment should use kelambu or filement for mosquito or mosquito?s' repellent during night sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Chrismen
"Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama di kawasan timur. Angka kejadian malaria dalam tiga tahun terakhir cendrung meningkat, yaitu: Annual Parasite Incidence (API) dari 0,51 0/00 tahun 1999 menjadi 0,60 °l0o tahun 2001 dan Annual Clinical Malaria Incidence (AMI) dan 24,9 0/00 tahun 1999 menjadi 26,1 0/00 tahun 2001.
Propinsi Papua adalah daerah endemis malaria dan penyakit malaria menempati urutan pertama dari sepuluh penyakit besar yang ada. Angka kesakitan malaria Minis atau AMI sebesar 67,8 0/00 tahun 2001.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mendalam tentang pengetahuan, praktek/tindakan pencegahan dan faktor lainnya yang berkaitan dengan kejadian malaria pada mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan Universitas Cendrawasih (Uncen) di kota Jayapura. Jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan "Focus Group Discussion "(FGD), WMllndepth Interview dan Observasi pada lingkungan fisik asrama. Pemilihan sampel secara "Purposive Sampling" dengan jumlah 61 mahasiswa, 30 penderita dan 31 bukan penderita yang berasal dari asrama dan luar asrama. WM dilakukan pada dokter puskesmas di lingkungan kampus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Poltekkes dan mahasiswa Uncen dalam salt tahun terakhir ini menderita malaria, yaitu 63,1%, di Poltekkes 68,3% dan Uncen 57,3%. Pemahaman mahasiswa tentang malaria, pencegahan dan program pemberantasan malaria masih sangat terbatas walaupun dalam praktek/tindakan pencegahan sebagian kecil mereka telah banyak mengikuti perilaku yang diharapkan.
Dalam penelitian ini tidak ditemukan mahasiswa yang tinggal di asrama menggunakan kelambu sementara lingkungan fisik asrama dipenuhi dengan rumput/semak dan berpotensi tergenang air jika rnusim hujan. Asrama ini sejak difungsikan belum pemah mendapat penyemprotan. Faktor utama penyebab malaria sebagai rangkaian perilaku mahasiswa dengan lingkungannya adalah menurunnya daya tahan tubuh dan sering kontak dengan nyamuk utopias.
Ditemukan indikasi bahwa kejadian malaria pada mahasiswa mengakibatkan berbagai dampak merugikan, baik pada penderita maupun bukan penderita. Terjadi perkembangan persepsi yang mengarah pada meluasnya penggunaan obat tradisional yang diasosiasikan dengan rasa pahit obat malaria dan penggunaan obat anti malaria (Profilaksis) dari setiap munculnya gejala yang diasosiasikan dengan penyakit malaria.
Disarankan agar ada pengembangan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang malaria, pembentukan Klinik/Poliklinik kampus dan perlu dilakukan penelitian lanjutan secara kuantitatif, terutama terhadap penyebab kejadian malaria, penggunaan obat tradisional, efek profilaksis, kesulitan makan dan dampak kejadian malaria pada mahasiswa.

Background Factors of Malaria Incidence among Students of Health Polytechnics and Cendrawasih University in Jayapura City Papua Province Year 2003Malaria is one of public health problem in Indonesia, particularly in eastern part of Indonesia, Within the last three years, malaria incidence tends to rise, the Annual Pariste Incidence (API) increased from 0.51 0/ in 1999 to 0.60 %o in 2001 and Annual Clinical Malaria Incidence (AMI) from 24.9 °IU° in 1999 to 26.1 %o in 2001.
Papua province is a malaria endemic area and malaria is in first position of 10 most common diseases. The AMI in 2001 was 67.8 °%o.
This study aims to dig information on knowledge, preventive action, and other factors related to malaria among students of Health Polytechnics (Poltekkes) and Cendrawasih University (Uncen) in Jayapura city. This study was qualititative using focus group discussion, in-depth interview, and observation to physical environment of dormitory. Sample was selected by purposive sampling resulted in 61 students, of which 30 were suffered from malaria, and 31 were free from malaria, who came from both dormitory or outside dormitory. In-depth interview was conducted to community health center's physician in campus.
The study showed that more than half of Poltekkes and Uncen students suffered from malaria within the last year, 63.1% in Poltekkes and 57.3% in Uncen. Student's understanding about malaria, prevention, and malaria eradication was quite limited despite preventive action performed by few of them.
The study found that no student living in dormitory used mosquito net, dormitory's physical environment was surrounded by bush and potent to get water on during rainy season. The dormitory :lad never been sprayed since it was functioned. Main factors causing malaria as a serial of student's behavior toward his environment was reduced body immune system and frequent contact to anopheles mosquito.
There was indication that malaria among students caused negative impact, both to sufferer and non-sufferer. There was a distorted perception regarding the use of traditional medicine associated with bitter flavor of anti malaria and prophylactic use of anti malaria whenever symptoms related to malaria occurred.
It is suggested to develop communication, information, and education program on malaria, to build clinic/policlinic in campus, and to conduct follow up research using quantitative design mainly focusing to causal factors of malaria, the use of traditional medicine, prophylactic effect, anorexia, and negative impact of malaria among students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yety Intarti
"Pengembangan Sistem informasi Penanggulangan Malaria dimaksudkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang terkait dengan penanggulangan malaria di Kabupaten Sukabumi. Beberapa tahun terakhir sampai bulan Juni 2004, terjadi peningkatan kasus malaria yang sangat signifikan sehingga terjadi KLB di beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hal tersebut, perlu kiranya dikembangkan sistem yang dapat mencegah terjadinya peningkatan kasus dan kematian akibat malaria dengan pengembangan system surveilans dan penanggulangan penyakit malaria, serta sistem pengambilan keputusan yang sesuai. Prinsip dasar pengembangan sistem informasi ini adalah pemanfaatan mapping untuk mengkonversi data populasi dan kasus malaria serta data-data lain (fasilitas kesehatan) menjadi bentuk informasi visual seperti peta dan grafik untuk memfasilitasi interpretasi data surveilans serta mendukung pengambilan keputusan yang terkait dengan program penanggulangan malaria. Keluaran sistem informasi yang dihasilkan dengan berbasis pada analisis eksploratif di wilayah risiko tinggi, pengelompokan kasus, tren waktu, dan memantau kegiatan penanggulangan malaria.

The Development of Malaria Control Information System in Sukabumi District (West Java)The Development of Malaria Control Information System is intended to support the related decision makers to control malaria in Sukabumi District Up to June 2004, malaria cases increased significantly so outbreak occurred in some area in Sukabumi District. Based on that situation, it is necessary to develop information systems that could prevented the occurrence of the increasing cases and case fatality rate by the development of surveillance and malaria control system, and the decision making system appropriately. Basic principle of the information system development is mapping exploiting to convert population and malaria cases data and other (health facility) to be visual information form look like graph and map to facilitate surveillance interpretation which used as reference for supporting the related decision makers. The outputs of this information system are based on the explorative analysis method at the high risk area identification, subdividing of cases, time trend, and monitoring malaria control activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninae
"Masalah pembiayaan kesehatan sudah menjadi perhatian baik di dalam maupun di luar negeri. Sekarang pemerintah sedang mempersiapkan sebuah program Jaminan Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang harus dikelola dengan baik agar tidak meningkatkan biaya pelayanan kesehatan. Untuk antisipasi peningkatan biaya serta untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan perlu dilakukan suatu pengendalian biaya antara lain dengan sistem pembayaran melalui Diagnosis Related Groups (DRGs).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata biaya pengobatan penyakit malaria pada pasien yang di Rawat Inap di RSUD St. Imanuddin beserta komponen-komponennya sebagai suatu analisis kelayakan DRGs. Kasus malaria diambil sebagai model DRGs mengingat variasi biaya pengobatan diperkirakan tidak begitu besar. Serta kasus malaria cukup tinggi menempati urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak di RS.
Penelitian dilakukan terhadap pasien Rawat inap Penyakit Malaria selama tahun 2003 dengan studi kasus yaitu meneliti berapa besar biaya yang diperlukan pasien rawat map penyakit malaria dengan atau tanpa penyerta dan komplikasi.
Hasil penelitian menunjukan kasus malaria banyak terdapat pada kelompok umur 1 - 4 tahun (38,8 %) diikuti kelompok umur > 15 tahun (36,1 %) dimana variasi umur antara I - 72 tahun. Rata-rata lama hari rawat pada malaria yang diserta penyakit penyerta (3,89 hari) lebih lama dibandingkan dengan tanpa penyerta (3,48 hari). Makin lama pasien dirawat maka jumlah tagihan makin besar akan tetapi tagihan perhari rawat semakin kecil. Rata-rata tagihan biaya pengobatan kasus malaria tanpa penyerta Rp. 435.100,- lebih rendah 12,06 % dari biaya malaria dengan penyerta Rp. 494.800,-.
Dalam pengumpulan data untuk penetapan DRGs ada banyak keterbatasan terutama catatan rekam medis yang tidak lengkap oleh karena itu untuk penetapan DRGs perlu dilakukan persiapan rancangan rekam medik sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih konkrit sehingga penghitungan biaya dapat lebih mudah dan lebih terinci. Melihat besarnya variasi biaya pengobatan malaria di RSUD St. Imanuddin maka hasil penelitian ini belum bisa digunakan secara langsung sebagai tarif DRGs. Kami rekomendasikan dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap diagnosa yang sama di rumah sakit lain yang sama tipenya dengan RSUD St. Imanuddin.

Health financing matter has become attention both in Indonesia and abroad. Nowadays, the government has been preparing a program namely national social security system in which health security that should be managed well so that the financing in health care will not increase. In order to anticipate the increase of cost and to maintain service quality in health care, it is necessary to conduct the cost containment by payment system through Diagnostic Related Groups (DRGs).
This study aimed to assess the average cost of malaria disease of inpatient at RSUD St. Imanuddin including its components as a feasibility analysis of DRGs. The malaria case was taken as DRGs model due to the estimated variation cost of treatment was not really high and it also placed the rank 2 out of 10 the highest case in the hospital.
This study was conducted to the malaria patients who stayed in hospital during 2003 as case study to assess how much the cost needed to pay by the malaria patient with or without the followed diseases and complication.
The study resulted that malaria case was mostly found in the age group of 1-4 years old (38.8%) and followed by the age group of >15 years old (36.1 %) in which their age range were between 1 and 72 years old. The length of stay of malaria patient who also had the followed disease (3.89 days) was longer than the length of stay of malaria patient without the followed disease (3.48 days). All the invoices would get more expensive to be paid if the patient stayed in the hospital longer, but the invoice for each day would get cheaper. The average of the cost of treatment for malaria without followed disease was Rp435,100,- in which 12,06% lower than the cost of treatment for malaria with the followed disease (Rp494,800; ).
The incomplete medical record was the main constraints on collecting data to assess DRGs. So, DRGs assessment needs to prepare a medical record design to obtain the accurate information so that the cost calculation could be conducted easier and more detail. Knowing the variance of cost of treatment for malaria is high in RSUD St Imanuddin, yet this result of study has not been applied directly as DRGs tariff. It is recommended to conduct the further research for the same diagnosis at the other hospitals that have the same type as RSUD St. Imanuddin.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Irawati
"Malaria merupakan salah satu penyakit yang menyerang semua golongan umur, pria dan wanita, mengancam lebih dari separuh penduduk dunia. Dibeberapa negara berkembang khususnya Asia Tenggara malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia 113 penduduknya tinggal di wilayah dengan risiko penularan dan menimbulkan kesakitan serta kematian yang cukup tinggi pada ibu dan anak.
Pemherantasan malaria telah dilakukan sejak lama dan hanya menitikberatkan pada penggunaan pestisida, namun hal ini tentu saja tidak cukup. Khusus untuk daerah Ciamis mempunyai tempat-tempat perindukan yang sangat luas karena tambak yang terlantar dan muara yang airnya tergenang. Untuk menanggulangi masalah tersebut tidak hanya bisa dilakukan oleh sektor kesehatan saja. Diperlukan kerja sama dengan lintas sektor terkait guna mempercepat hasil yang dicapai serta efisiensi dan efektifitas.
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang kemitraan dengan lintas sektor dalam upaya penanggulangan malaria di Kabupaten Ciamis. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok serta telaahan dokumen. Informan adalah pejabat dari lintas sektor yaitu dari : Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Sosial, Pariwisata. Informatika dan Telematika, Kimprasda, Bappeda, DPRD Komisi E, Radio Sturada. Sedangkan informan dari diskusi kelompok terarah adalah toma toga dari kecamatan Kalipucang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan informan lintas sektor tentang nyamuk, penyakit dan program masih kurang, namun demikian pengetahuan tentang lingkungan kaitannya dengan kesehatan sudah cukup baik. Sektor yang bemitra dengan Dinas kesehatan adalah Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan serta Kehutanan dalam bentuk Pengembangan Ternak, Penebaran Ikan, dan Reboisasi Hutan Bakau. Dana untuk kegiatan tersebut dari Dinas Kesehatan, tetapi tahun 2003 dan 2004 ada sponsor dari Dinas Pertanian dan Bappeda.
Belum ada rencana dan monitoring terpadu tetapi pelaksanaan dapat berjalan lancar karena adanya koordinasi yang baik. Sektor terkait merasakan keuntungan bermitra dengan Dinas kesehatan. Peran dalam kemitraan Dinas Kesehatan sebagai inisiator, sedangkan sektor yang lain sebagai fasilitator. Kemitraan yang terjalin sampai pada jenjang aliansi.
Penulis menyarankan agar Dinas Kesehatan mengadakan sosialisasi malaria kepada lintas sektor yang ada di kabupaten Ciamis clan DPRD Komisi E. Membentuk forum kemitraan yang berlandaskan hukum serta adanya pembagian tugas dan peran yang jelas dari tiap-tiap sektor dan melakukan advokasi kepada DPRD Komisi E agar disusun Perda tentang pengelolaan lingkungan khususnya penanganan tambak/kolam udang/ikan.

Malaria is a disease that attacks all age groups, male and female, and threatens more than half of world population. In developing countries, particularly in Southeast Asia, malaria is a public health problem. In Indonesia, a third of its population live in high-risk area with high morbidity and mortality rates between mother and child.
The eradication of malaria has been started for quite a long time and only emphasized on the use of insecticide, which, of course inadequate to tackle the problem. In Ciamis, there was wide area of mosquito breeding because of abandoned fish pond and delta covered with water, To overcome the problem, it is necessary to build partnership with other related sectors as to accelerate and to work more efficient and more effective.
This research was aimed to obtain information regarding inter sectoral partnership, to overcome malaria in Ciamis District. This study used qualitative approach. Data as collected through in-depth interview, focus group discussion, and document review. Informants were officers from related sectors: Health Office, Agriculture Office, Forest Department, Ocean and Fisheries, Tourism, Informatics and Telematics, Housing and Facilities, Regional Planner, E Commission of Legislative, and Local Government Radio. Participants of focus group discussion were informal and religious leaders from Kalipucang Subdistrict.
The study showed that knowledge of inter sectoral informants about mosquito, disease, and program was low, however knowledge about the relationship between environment and health was quite good. Sectors had partnership with health sector including Agriculture, Fisheries, and Forestry in cattle, fish breeding, and mangrove conservation programs. Funding came .from health sector, but for years 2003 and 2004, Agriculture and Planner Offices provide support.
There was no integrated plan and monitoring, but the implementation ran smoothly due to good coordination. Related sectors felt the benefit of partnership with health sector.
Health sector played role as initiator, while other sectors played role as facilitators. The partnership was in the level of alliance.
Researcher suggested to Health Office to socialize more about malaria to other sectors in Ciamis District and to E Commission of legislative. Establishing partnership forum legally and to divide clear work and role of each sector, and to advocate E Commission of Legislative to compose a local rule about environmental management, particularly about fish and prawn ponds and hatcheries.
References: 30 (1988-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin Arief Gunawan
"Saat ini penyakit malaria masih terdapat di 100 negara di dunia, setiap tahun malaria menyebabkan kematian antara 1,1 juta - 2,7 juta penduduk dunia, di Indonesia masih merupakan penyakit endemis. Angka Kesakitan Malaria di Jawa Tengah dan di Kabupaten Banjarnegara dalam tiga tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Malaria sulit diberantas karena pengaruh lingkungan sangat besar, bersifat lokal spesifik dan tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga perlu dilakukan analisis spatial untuk menanganinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kejadian penyakit malaria berdasarkan perbedaan kondisi iklim, geografi dan demografi. di wilayah endemis Kabupaten Banjamegara.. Penelitian ini adalah penelitian ekologi dan bersifat eksplorasi, sumber data sekunder, dengan analisis multiple regression dan t test, pola persebaran kasus dengan analisis spatial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan faktor iklim dengan jumlah kasus malaria mempunyai arah hubungan linier negatif,kekuatan hubungan lemah ( R 0,26) dan tidak adanya hubungan yang bermakna (p value >0,05 ), dengan MBR An. aconilus arah hubungan linier positif, kekuatan hubungan sedang ( R.ch 0,280, R.hh 0,316, R.ich 0,272, R.sh 0,368 ) dan adanya hubungan yang bermakna (pv.ch 0,030, pv.hh 0,014, pv.ich 0,036, pv.sh 0,004 ), dengan MBR An. maculatus arah hubungan linier positif, kekuatan hubungan sedang pada hari hujan dan suhu udara (R.hh 0,285 R.sh 0,293 ), variabel lainnya lemah ( R < 0,26 ), adanya hubungan yang bermakna hari hujan dan suhu udara. (pv.hh 0,027, pv.sh 0,023 ) dan hubungan MBR An. aconitus dengan jumlah kasus malaria arah hubungan linier positif, dan MBR An. maculatus arah hubungan linier negatif, kekuatan hubungan lemah (R < 0,26) dan tidak adanya hubungan bermakna (p value > 0,05 ). Hasil uji nudtiple regression diketahui suhu berpengaruh terhadap MBR An.aconitus dan hari hujan terhadap MBR An.maculatus. Hasil uji independent t test pada wilayah ketinggian dan kepadatan penduduk menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah kasus malaria diantara tingkat ketinggian (pv = 0,030) dan tidak ada perbedaan jumlah kasus malaria diantara tingkat kepadatan penduduk (pv = 0,128 ).
Secara spatial pola persebaran kasus malaria wilayah kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Banjarmangu sebagai pusat kasus malaria terbanyak dan diduga sebagai pusat penularan di 4 wilayah kecamatan lainnya selama 5 tahun, pergerakan distribusi kasus malaria dan Banjarmangu ke arah Tenggara. Pola persebaran kasus malaria di wilayah endemis cenderung meningkat pada wilayah contour 251- 425 mdpl dan 426 - 650 m dpl, Pala persebaran kasus penyakit malaria berada pada wilayah desa yang penduduknya jarang dan pola bergerak dan wilayah yang penduduknya jarang ke wilayah yang penduduknya padat. Pola persebaran kasus berdasarkan landuse terbanyak berada pada wilayah tanah tegalan, kemudian di wilayah dekat sawah dan sumber air seperti mata air, alur mata air, anak sungai, dan sungai. Perlu adanya perhatian dan pertimbangan yang khusus terhadap faktor iklim, topografi, dan tata guna lahan dalam melaksanakan program pemberantasan penyakit menular, sehingga dicapai penanganan program malaria yang komprehensif

Spatial Analysis Malaria Disease in Banjarnegara Regency, Central Java Province, 1996-2000Malaria disease still be in 100 state in the world and caused 1,1 - 2,7 million people die every years. Malaria is endemic disease in Indonesia. Malaria incidence increase in Central Java and Banjarnegara in three years later. Malaria is very difficult to eliminate caused environmental effect, local specific and not according to administration border, so need spatial analysis. The purpose of this research is to know the sum of malaria disease based on the difference of climate, geographical and demographical condition in malaria endemic area. This is ecological research with exploration study, which using secondary data, with multiple regression and t test, and spatial analysis for case distribution pattern.
The result of this study show between climate and malaria case has a negative linier correlation, a weak assosiation (R<0,26) and has not significant relation (p value >0,05), with MBR An. aconitus has a positive liner correlation, a moderate assosiation (Rrainfall 0,28; R.raindays 0,316; Rrain index 0,272; Rtemperature 0,368) and has a significant regression (pv rainfall 0,030; pv raindays 0,014; pv rain index 0,036; pv temperature 0,004); with Man Biting Rate An. maculatus has a positive linier correlation, moderate assosiation (R.raindays 0,285; R temperature 0,293), an other variable have a weak assosiation (R<0,26) and has a significant regression (pv rain days 0,027; pv temperature 0,023). The correlation between sum malaria case with MBR An. aconitus has positive liaier, with Man Biting Rate An. maculatus has negative linier, a weak assosiation (R<0,26) and has a significant regression (pv>0,05). The result of multiple regression test show that temperature influence to MBR An.aconitus and raindays to MBR An.maculatus. The result of independent t test to elevation area has a difference sum of malaria case (pv-A:1,030) and density of population show that there are not difference (pvM:1,128).
In spatial pattern, the distribution of malaria case based on sub district area show that Banjarmangu has a highest sum of malaria case and suppose that area is center of transmitted in other four sub district in five years. The distribution movement malaria case from Banjarmangu to the south-east. Distribution pattern of malaria case in endemic area is ascend in contour 251-650 m, in the low density population and moved to highest density of population. The distribution pattern based on land use is in village near the dry field, near the rice field and near the water source. There is need more attention to climate, topography and land use when do the eliminated infectious diseases program, so can have a comprehensive malaria program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar
"Kabupaten Purworejo, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, belum mempunyai program aplikasi khusus untuk mendeteksi dini KLB malaria. Masalah utama yang dihadapi adalah belum dioptimalkannya pemanfaatan data malaria yang sudah dikumpulkan oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten serta belum diketahuinya kemampuan metode deteksi Cullen dan metode WHO dalam mendeteksi dini KLB malaria.
Tujuan dari penelitian ini adalah dikembangkannya prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO untuk melengkapi sistem kewaspadaan dini KLB malaria di tingkat kabupaten dan puskesmas. Indikator utama yang digunakan adalah kemunculan tanda bahaya KLB malaria.
Metodologi yang digunakan adalah siklus hidup sistem yang terdiri atas lima tahapan utama yaitu perencanaan, analisis, rancangan, penerapan dan perawatan. Analisa data kualitatif menggunakan analisis isi, sedangkan analisa data kuantitatif menggunakan uji Kruskal Wallis dan Uji Chi-Square.
Penelitian ini telah menghasilkan prototipe program aplikasi untuk mendeteksi dini KLB malaria menggunakan metode Cullen dan metode WHO dengan memanfaatkan model basis data relasional sehingga dapat menghasilkan diagram deteksi dini KLB malaria dan diagram tree kasus malaria. Kedua metode deteksi memperlihatkan kemampuannya untuk memberikan peringatan awal sekitar 22 bulan (Cullen) dan 26 bulan (WHO) sebelum puncak KLB terjadi. Metode WHO memberikan tanda bahaya lebih banyak dibandingkan dengan metode Cullen (96% vs 70%, p = 0.011). Kesesuaian proyeksi kedua metode sebesar 74%.
Dalam menentukan kemungkinan penyeragaman nilai ambang batas antara puskesmas dan kabupaten, ambang batas Cullen di tingkat kabupaten mempunyai sensifisitas 70-100%, spesifisitas 35-91% dan nilai dugaan positif 8-96%. Sedangkan metode WHO, sensifisitasnya antara 88-100%, spesifisitas 7-67% dan nilai dugaan positif 28-98%. Oleh karma adanya variasi ketiga indikator tersebut maka nilai ambang batas KLB tidak dapat diberlakukan secara seragam untuk setiap puskesmas.
Sistem deteksi dini KLB malaria diharapkan dapat dikembangkan dengan memasukkan faktor-faktor lain yang mempunyai kontribusi dalam mendeteksi dini KLB malaria, menggunakan metode deteksi lain seperti bagan kendali dan analisis deret waktu, serta menggunakan perangkat lunak legal lain yang lebih mutakhir sehingga analisisnya menjadi lebih optimal.

Development of Malaria Epidemic Early Detection System Using Cullen and WHO Methods in Purworejo DistrictPurworejo District, especially Health District Office, didn't have special application software used for malaria epidemic early detection yet. The main problem is malaria data than been collected from primary health center to Health District Office under optimally. And beside that we want to know the ability of Cullen and WHO method to detect malaria epidemic earlier.
The goal of this research is to develop a program prototype for malaria epidemic early detection system using Cullen and WHO, then it's supporting the current early warning system in district and primary health center level. Main indicator using is appearance of alert for malaria epidemic.
Methodology used is life cycle consists five stages are planning, analysis, design, implementation and maintenance. Qualitative data analysis uses context analysis and for quantitative data uses Kruskal Wallis test and Chi-Square test.
This research produces an application prototype for malaria epidemic early detection using Cullen and WHO methods. This prototype utilizes relational database model that able to display the malaria epidemic early detection diagram and malaria case trend diagram. Both methods show ability to give early alert around 22 months (Cullen) and 26 months (WHO) before epidemic peak. WHO method appears more alert signal than Cullen method (96% vs 70%, p = 0.011). Their concordance is 74%.
To determine the possibility to standardize epidemic threshold value between primary health center and district, Cullen's threshold value in district level shows sensitivity 70-100%, specificity 35-91% and positive predictive value 8-96%. Besides that WHO method, sensitivity around 88-100%, specificity 7-67% and positive predictive value 28-98%. Because of variation among indicators, we aren't able to standardize epidemic threshold value to whole primary health center.
Malaria epidemic early detection system is expected being developed with others factors that contribute to malaria epidemic early detection, using other detection technique such as control chart and time series analysis, and also using powerful legal software then the analysis is more optimal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Suryana
"Latar belakang Infeksi malaria dalam kehamilan berefek serius terhadap ibu hamil maupun janin. Di Purworejo, Jawa Tengah dimana transmisi malaria terjadi sepanjang tahun dan tergantung musim, program pencegahan malaria belum difokuskan pada wanita hamil. Penelitian mengenai infeksi malaria dalam kehamilan masih sangat jarang dilakukan di Indonesia.
Tujuan : Mengetahui karakteristik kasus malaria pads wanita usia reproduksi dan hubungan yang valid antara kehamilan dengan infeksi malaria pada wanita usia reproduksi di Indonesia. Metode: disain penelitian Studi Kasus Kontrol tidak berpadanan. Responden adalah wanita usia 15-49 tahun yang datang ke tempat pelayanan kesehatan di 9 kecamatan endemis di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan bulan Juni-Juli 2003 dengan metode wawancara dan pengambilan sediaan apus darah tebal dan tipis.
Hasil : Terdapat 1065 subjek terdiri dari 64 kasus (4531% adalah wanita hamil) dan 1001 kontrol (33,17% hamil). Jenis parasit malaria menginfeksi adalah Pfalciparum (46.88%) dan sisanya P.vivax. kasus malaria asimptomatik terdapat pada 24 kasus (37.40%) dan dari 29 kasus wanita hamil sebanyak 44.83% asimptomatik. Wanita yang tinggal di daerah LCI dan tidak beraktivitas keluar rumah di malam hari bila hamil memiliki OR 6.42 (CI 95 % 1.34-30.79) dibandingkan wanita tidak hamil. Wanita hamil yang tinggal di daerah LCI namun beraktivitas keluar rumah di malam hari akan meningkat risikonya secara bermakna menjadi 27 kali (OR 27.39; CI 95 % 4.79-156.44) dibandingkan wanita tidak hamil yang tinggal di daerah dan memiliki aktivitas yang sama. Wanita yang tinggal di daerah dengan tingkat transmisi sedang (MCI) dan keluar rumah di malam hari, bila hamil memiliki OR 5.35 (CI 95 % 1.85-1232) dibandingkan wanita tidak hamil.
Kesimpulan : Kehamilan meningkatkan resiko untuk terkena malaria pada wanita usia reproduksi dan efeknya bcrbeda menurut aktivitas dan tingkat transmisi malaria daerah tempat tinggal. Program malaria perlu dimasukkan dalam pelayanan ANC pada program KIA.

Pregnancy as a Risk Factor of Malaria Infection among Women at Reproductive Age in Purwerejo Distric, Central Java, 2003Background : Malaria in pregnancy has serious effect for pregnant women and the fetus. In Purworejo where malaria is perennial and highly seasonal, malaria's program not yet focusing on pregnant women. Recently study about malaria and pregnancy still rare in Indonesia. Objective : To examine the characteristic of malaria cases among women at reproductive age and to prove the valid relationship between pregnancy and malaria infection among them.
Methods : Unmatched case control study. Subjects were collected from women (15-49 years old) who visited primaries health cares in 9 endemic subdistricts in Purworejo district, Central Java. Research was held on June - July 2003, by interviewing respondent using questionnaire and taking thick and thin blood smears.
Results: There were 64 cases (45.31% were pregnant) and 1001 controls (33.17% were pregnant). 46.88% cases were infected by P. falciparum and the rest were by P.vivax. There were 37.40% asymptomatic cases from all cases and 44.83% asymptomatic cases from 29 eases who were pregnant. Compare with nonpregnant women who lives in LCI areas and has no outdoor activity at night, pregnant woman who lives in the same areas and same activity, have risk 6 times fold to have malaria infection (OR 6.42; CI 95 % 1.34-30.79). But if pregnant woman, who lives in LCI areas, has outdoor activity at night then the risk become 27 times fold (OR 27.39%; CI 95 % 4.79-156.44) compare to nonpregnant women who lives in the same area and same activity. Woman who lives in MCI areas and has outdoor activity at night, if she become pregnant then she will have OR 5.35 (CI 95 % 1.85-12.72) than nonpregnant woman.
Conclusion: Pregnancy has a significant effect with malaria infection and the effect depend on the outdoor activity at night and level of malaria transmission of the living area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Hendriyan
"Penyakit malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium) dengan gejala klinis yang umum, yaitu demam, menggigil secara berkala dan sakit kepala. Penyebaran penyakit malaria didasarkan atas 3 (tiga) komponen utama, yaitu host, agent dan environment.
Insiden penyakit malaria di Kabupaten Tasikmalaya relatif masih tinggi, walaupun upaya pemberantasan terus dilakukan salah satunya yaitu melalui program pengobatan penderita. Kasus yang ada di Tasikmalaya umumnya (95,7%) adalah malaria vivax dan dari data tahun 2001 hampir sebagian besar penderita yang diberi pengobatan radikal menjalani pengobatan lanjutan (follow up) karena pemeriksaan kedua masih positif parasit. Adanya penderita yang menjalani follow up dan yang tidak ini kemungkinan berhubungan dengan perilaku penderita dalam mengkonsumsi obat yang diberi sarana kesehatan, disamping faktor lainnya. Dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dugaan itu maka perlu dilakukan penelitian. Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pola makan obat dengan kesembuhan klinis malaria di Kabupaten Tasikmalaya.
Desain penelitian menggunakan kasus kontrol dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita malaria vivax berusia >15 tahun yang diberi pengobatan radikal dan tercatat di puskesmas. Jumlah sampel seluruhnya yaitu 272 dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:1, yaitu kasus 136 responden dan kontrol 136 responden.. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan bantuan komputer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita yang sembuh klinis malaria pada pengobatan radikal (kasus) memiliki probabilitas odds 8,140 kali memiliki riwayat pola makan obat sesuai dibanding penderita yang tidak sembuh klinis (kontrol) (95%Ci = 4,1-13,235). Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi maupun confounding antara pola makan obat dengan variabel asal daerah terjadinya infeksi dan pengalaman berobat sendiri. Dengan demikian variabel tersebut berhubungan dengan dependen variabel secara independen.
Untuk lebih mengefektifkan pemberian obat kepada penderita dalam pengobatan radikal, maka perlu dilakukan intervensi berupa melibatkan peran kader dalam pengawas makan obat dan penyuluhan kepada masyarakat tentang makan obat yang benar dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan penderita yang sembuh klinis pada pengobatan radikal.

Malaria is an infectious disease caused by plasmodium parasite characterized with general clinical indications (symptoms) of fever, periodic tremble, and headache. Spreading of malaria disease is based on three main components, such as host, agent and environment.
Malaria incidence in Tasikmalaya is still relatively high, although effort of fight is done continuously with curative care of patient. The cases (incident) in Tasikmalaya mostly (95,7%) is Plasmodium vivax malaria, and the data in the year 2001 showed that most of the patients received radical treatment underwent follow up treatment, since the second check up indicated parasitic positive. The fact that not all patients underwent follow up treatment might be related to patient habits in medicine intake and other factors. Therefore, to test the assumption a research needs to be done. This research aimed to find out the relationship between pattern of medicine intake habits and clinical recovery of P. vivax malaria in Tasikmalaya.
The research used a case control study. The populations of the research were all patient of P. vivax malaria aged over 15 years old received a radical curative, and recorded in public health service. The numbers of samples were 272 people with the ratio of case and control of 1:1 (136 respondents of case and 136 respondents of control). The data were analyzed with univariate, bivariate, and multivariate analysis using a computer device.
The results of the research showed that the clinical recovered malaria patients in radical curative were having probabilities of 8.14 times greater than regularly medicine intake compared to the clinical in-recovered patient. (95% CI=4.1--13.235). There was no interaction and confounding between medicine intake habits and the original region of infection and self treatment experience variables. Therefore, the variables independently correlated with dependent variables.
To make the medicine treatment in radical curative effective, the intervention by medicine intake supervisor and mass extension on good medicine intake habits need to be done. It is hoped that the recovered clinical patients in radical curative could be increased.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>