Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuliati Amperaningsih
"Secara umum ditegaskan bahwa KTP umumnya dan KTI khususnya akan membawa dampak negatif yang sangat luas bagi kehidupan seluruh masyarakat, baik dari segi kesehatan, sosial, maupun ekonomi. KTI dapat berdampak fatal karena dapat mengakibatkan kematian seorang perempuan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya perilaku pencarian layanan pendampingan korban KTI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kota Bandar Larnpung tahun 2004.
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kerentanan, keseriusan terhadap masalah KTI dan gambaran manfaat, rintangan serta peran keluarga dalam pencarian layanan pendampingan. Selain itu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pencarian layanan pendampingan tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam pada 4 informan korban yang melapor ke LSM Damar dan 4 orang keluarganya, serta 4 informan korban yang tidak melapor (menyelesaikan masalah sendiri) dan 4 keluarganya. Selain itu dilakukan wawancara mendalam terhadap 4 pendamping korban dari LSM Damar. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung.
Hasil penelitian ini adalah menunjukan bahwa umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak tempat tinggal dan pengetahuan mempengaruhi persepsi individu, maka secara tidak langsung mempengaruhi perilaku pencarian layanan pendampingan terhadap masalah KTI, dan seluruh informan korban yang melapor maupun yang tidak melapor menganggap masalah KTI merupakan hal yang serius. Selain manfaat yang didapat informan korban yang melapor adalah secara hukum, konseling psikologis, pendampingan medis, dan pemberdayaan ekonomi, sedangkan korban yang tidak melapor hanya mendapat manfaat psikologis saja. Kemudian rintangan yang dirasakan korban yang melapor adalah tidak tahu keberadaan LSM Damar, takut biaya mahal, takut dan malu dengan keluarga, serta rintangan saat proses pendampingan seperti sikap aparat yang tidak berperspektif perempuan, kurangnya informasi dari LSM Damar tentang proses pengadilan yang sedang berjalan. Rintangan korban yang tidak melapor adalah rasa malu menceritakan masalah KTI dan rasa takut pada suami. Untuk peran keluarga pada umumnya berespon baik, walaupun ada yang tidak perduli dengan keadaan korban. Layanan yang diberikan LSM Damar pada umumnya baik, namun ada ketidakpuasan pada proses pendampingan hukum dan putusan pengadilan.
Peneliti menyarankan meningkatkan frekuensi program yang sudah ada sampai kepada tingkat institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat, menambah SDM untuk penanganan kasus, peningkatan pengelolaan dokumentasi kasus korban, diadakan konseling keluarga dan support group, melakukan advokasi untuk segera mengesahkan UU Anti KdRT, Biro Bina Pemberdayaan Perempuan agar mengkampanyekan dan meningkatkan dana yang memadai untuk KTP dan KTI khususnya, melakukan pelatihan cara penanggulangan dan penanganan KTI bagi petugas kesehatan, menyisipkan pengetahuan gender, KTP pada mata ajaran terintergrasi, meningkatkan sikap aparat penegak hukum dan putusan pengadilan yang setimpal bagi pelaku, untuk individu, keluarga dan masyarakat harus peka terhadap kejadian KTI, orangtua menanamkan keadilan dan kesetaraan gender sejak dini. Bagi akademisi memperbanyak penelitian tentang KTP pada umumnya dan KTI khususnya.

The Behavior of Seeking Assistance to the Victims of Wife Violence and the Factors Influencing Taken Place in Bandar Lampung City in 2004In general affirmed that generally violence to women and more specific is violence to wife will bring negative impact for the whole life society, from health, social, and economic aspects. The violence to women can cause fatal impact death of a woman.
Problem of this research is not known yet of the behavior seeking assistance to the victims of woman violence and the factors influencing in Bandar Lampung City in 2004.
This research aim to acknowledge susceptible definition, serious concern to women violence problems and benefits that will achieve, barricade and also the family role in assistance seeking. Besides that, to know what factors are influencing the assistance seeking behavior.
This research used qualitative approach which conducted indepth interview to 4 victims informer which reported to NGO Damar and 4 families member, and also 4 victim informer which did not report (finishing problem by themselves) and 4 of his/her family member. Besides that also indepth interview to ward for victim assistance from Damar. Research location in Bandar Lampung City.
The result of this research is to show that the age, education, job, income, apart residence and knowledge influence individual perception, hence indirectly influence behavior seeking of assistance. Generally informer of victim which reported and also which did not report susceptible to wife violence, and all victim informer which report and also which did not report to assume that wife violence represent serious matter. Besides benefit which got victim informer of which report is judicially, psychological counseling, medical assistance, and the economic enableness, while victim which did not report only get just psychological benefit. Then the barricade felt by a victim which report is do not know existence of NOD Damar, fear costly expense, fear and lose face with family, and also the barricade moment of assisting process like: police attitude which is not in woman perspective, lack of information from NOD Damar of about litigation which is run in process. Barricade of Victim which do not report is feeling as homed to tell problem of wife violence and have cold feet at husband. For role of family of generally good respond, although there is which not give a dam with victim circumstance. Service given by the NGO Damar is generally good, but there is no satisfaction of assisting process to punish and the justice decision.
Researcher suggest to embolden program of campaign there until to level of governmental institution, private sector, and socialize, adding human resources for the case handling, require to be performed by counseling of family and support group, need improvement of documentation of victim case, conducting the advocation to immediately authenticate regulation of against domestic violence, Local Government in order to campaign and allocation of adequate fund for women violence and wife violence, conducting of training is a way of handling wife violence for health worker, inserting knowledge of women violence to the integrated subject, improving attitude of every police of enforcer punish and decision in kind justice for perpetrator, for more research about women violence and wife violence, for the individual, family and society have to be sensitive to the occurrences of wife violence.
References : 93 (1974 - 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Suminar
"Kekerasan terhadap Istri adalah suatu bentuk penganiayaan secara fisik maupun emosional/psikologis yang merupakan cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga Kekerasan terhadap Istri menimbulkan dampak yang serius pada kesehatan dan kualitas hidup wanita, sehingga kekerasan menjadi prioritas kesehatan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangannya (WHO, 1996). Studi mengenai Kekerasan terhadap istri di masyarakat yang menunjukan tentang masalah kekerasan terhadap istri sebagai masalah kesehatan masyarakat masih kurang, sehingga sangat sedikit sekali laporan mengenai dampak kekerasan terhadap istri (Suryadi, 1999 : 23).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap akibat kekerasan pada aspek fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi korban.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada korban dan keluarganya . Lokasi penelitian dilakukan di kota Jakarta dan Bandung. Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari enam orang informan korban dan enam orang informan keluarga korban sebagai tringulasi sumber.
Dampak fisik yang dialami oleh informan dalam penelitian ini adalah memar, gatal-gatal dan kulit panas, darah mengucur dari hidung dan mata bengkak , timbulnya perubahan pola menstruasi dan merasa enggan untuk melakukan hubungan seksual.
Dampak kekerasan terhadap aspek psikologis menyebabkan timbulnya perasaan ketakutan dan munculnya gejala-gejala depresi seperti harga diri rendah, merasa tidak berdaya dan kehilangan harapan untuk tetap mempertahankan perkawinannya, penurunan nafsu makan dan kurang tidur, perasaan sedih, menurunnya gairah untuk menjalani kehidupan sehari-hari , mengalami putus asa dan cenderung berkeinginan untuk mengakhiri hidup.
Dampak kekerasan pada aspek sosial yang dialami oleh informan antara lain terbatasnya interaksi dengan dengan orang lain karena suami sering membatasi pergaulannya dan perasaan malu korban terhadap orang lain, Dampak kekerasan terhadap aspek ekonomi yang dialami adalah istri harus mengeluarkan uang untuk mengobati lukanya dan keterbatasan pemenuhan ekonomi karena suami jarang memberikan nafkah, sehingga istri harus meminta bantuan pada keluarga, orang tua dan harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Peneliti menyarankan kepada Pemerintah untuk mempercepat pengesahan RUU KDRT serta mengimplementasikan kebijakan "Toleransi nol" secara menyeluruh dan termonitor dengan baik. Terhadap Kelompok Profesi kesehatan peneliti menyarankan untuk Lebih peka terhadap pasien dengan cedera khas akibat penganiayaan, Membuka unit-unit layanan perempuan korban kekerasan di Rumah Sakit Umum yang melibatkan perawat, dokter, psikiatri dan psikolog dalam upaya penanganannya, Melakukan advokasi kepada Pemerintah untuk membuat kebijakan mengenai keringanan pembiayaan untuk korban kekerasan terhadap istri. Terhadap kelompok psikologis peneliti menyarankan membuat shelter pelayanan pendampingan psikologi dengan biaya gratis dan bekerjasama dengan sektor kesehatan dan LSM untuk menjaring korban kekerasan terhadap istri yang mengalami gangguan psikologis.

Abuse to wife is a form of maltreatment physically and also emotional/ physiologist which is a controlling way to couple in householder life. Wife abuse has generating serious effects to wife health and quality of life, so that abuse become the public health priority in prevention and overcome effort (WHO, 1996). Study of wife abuse in society which is show about wife abuse as a public health problem is still less, so that there's still very small amount report about the effect of wife abuse (Suryadi, 1999:23).Problem in this research is not yet known clearly the effect of abuse victim in physically, psychology, social, and economy aspect.
This research use qualitative approach by doing interview to victims and their family. Research is conducted in Jakarta and Bandung. Informant that entangled in this research composed from six informants from victims and six informants from their family as the source of triangulation.
Physical effect which is felt by victims is bruise, itches and hot skin, nose bleeding and bloated eyes, menstruation pattern changed and sexual desire decrease.
Abuse effect to physiology aspect mention the appearance of fear and the appearance of depression symptoms like lack of self-confidence, empowered, feel not powered and lost the will to keep her marriage, the decrease of eating desire and lack of sleep, sad feeling, the decrease of desire to live on daily life, desperate and tend to suicide.Abuse effect in social aspect which is experienced by informant for example is the lack of interaction with other people because her husband oftenly strict her association and victim embarrassed to other people. Abuse aspect to economy is wife has to spend some money for healing her wound and the economy fulfill limitation because husband rarely gives maintenance, so that wife has to ask help from family, parents, and has to work to fulfill the daily life.
Researcher is suggesting the Government to haste the authentication of RUU KDRT and also implementing the "Zero Tolerance" policy totally and monitored well. To Health Profession Group researcher suggest being more sensitive to patient with abuse typical wound. Open women abuse service unit in General Hospital which is involved nurse, doctor, psychiatry, and physiology in handling effort. Conduct an avocation for Government to make a policy about priority defrayal for wife abuse victim. To physiology group researcher suggest making physiology adjacent service shelter with free cost and cooperate with health sector and LSM netting abuse victim to wife who suffer physiology trouble.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Kesowo
"Kekerasan merupakan bagian kenyataan masyarakat yang perlu
untuk dipahami dan dicarikan penanggulangannya. Kekerasan yang terjadi
di dalam keluarga, terutama terhadap perempuan, merupakan masalah yang
baru disadari keberadaannya setelah sekian lama dianggap sebagai bagian
dari kehidupan rumah tangga.
Stordeur dan Stille (1989) rnembagi karakteristik suami yang
melainkan kekerasan kepada istrinya menjadi 6 bagian. Keenam
karakteristik suami tersebut antara lain: kurangnya ketrampilan sosial,
digunakannya bentuk mekanisme pertahanan diri seperti denial dan
proyeksi untuk melepaskan diri dari tanggungjawab, karateristik
kepribadian yang rendah diri, karakteristik lingkungan yang mendukung
terjadinya serangan kepada istri, sejarah pengalaman kekerasan pada masa
kecil, serta sikap suami yang menyetujui kekerasan kepada istri. Bila suami
percaya bahwa penggunaan kekerasan terhadap istri dapat diterima, maka
ia akan cenderung mengurangi kontrolnya terhadap perilaku kekerasan
Sementara itu, kekerasan terhadap istri yang terjadi di Indonesia
juga mulai mendapatkan perhatian, namun baru sedikit yang memfokuskan
diri pada suami sebagai pelaku kekerasan. Dari sini peneliti berusaha
memahami suami sebagai orang yang berpotensi melakukan kekerasan
terhadap istri, dengan melihat pengalaman kekerasan di dalam keluarga
ketika kecil, pola kekerasan di dalam keluarga, dan hubungannya dengan
sikap terhadap kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri. Peneliti
berharap hasil penelitian dapat berguna sebagai bahan pertinmbangan untuk
intervensi terhadap pelaku kekerasan terhadap istri.
Penelitian menggunakan kuesioner pengalaman masa kecil sebagai
alat untuk mengukur kekerasan yang pemah dilakukan kedua orang lua
terhadap subyek maupun dilihat subyek terjadi idantara kedua orang, tuanya
ketika subyek berusia antara 3-15 tahun.
Skala sikap mengenai kekerasan suami terhadap istri disusun
menggunakan 7 skala dari skala likert. Subskala terdiri dari subskala verbal
langsung, subskala fisik aktif, dan subskala fisik pasif. Dasar teori yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah bentuk-bentuk agresi dari
Buss (1961). Alpha dari skala ini adalah 0,83.
Pengolahan data untuk hubungan antara pengalaman masa kecil
dengan sikap dilakukan dengan korelasi Pearson Product Moment, untuk
melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dengan
sikap positif dan kelompok dengan sikap negatif dalam hal pengalaman
kekerasan masa kecil tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan kenyataan bahwa sebagian besar
subyek pernah mengalami kekerasan masa kecil oleh orangtuanya. ayah
cenderung melakukan kekerasan yang lebih berat bila dibandingkan ibu.
Hubungan antara sikap mengenai kekerasan suami terhadap istri dengan
pengalaman masa kecil tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Saran yang diajukan peneliti adalah memperbaiki alat penelitian,
melakukan penelitian yang lebih mendalam dan dilakukan kampanye anti
kekerasan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Rifka Annisa Women's Crisis Center, [date of publication not identified]
362.829 2 DER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalini Gomes
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoieh pemahaman' yang. komprehensif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan terhadap istri dari perspektif suami maupun istri dalam konteks sosial budaya. Data dikumpulkan melalui wawancara terfokus, dilakukan terhadap suami sebagai pelaku kekerasan dan suami yang diidentifikasi tidak melakukan kekerasan serta pihak terkait yang melakukan usaha untuk mencegah kekerasan terhadap istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Janis kekerasan yang dilakukan suami adaiah mencakup kekerasan fisik, verbal dan ekonomi. Dari perspektif pelaku, kekerasan dianggap sebagai hal yang lumrah. Pelaku bersikap menutup-nutupi fakta atau mengambil rasionaiisasi mengenai apa yang sesungguhnya terjadi daiam keluarga dan menganggap apa yang telah dilakukannya adalah hak pribadinya sehinga orang Iuar tidak periu campur. Hal berbeda terjadi pada istri. Bila istri menyadari bahwa apa yang terjadi merupakan suatu perlakuan yang meianggar haknya yang tidak seharusnya terjadi akan lebih mudah mengungkapkan kejadian sesungguhnya. Tetapi bagi istri yang masih bimbang akan merasa malu bila masalah keluarga diketahui orang lain. Hal lain yang terungkap daiam peneiitian ini adaiah bahwa tradisi barfaque tidak berkontribusi langsung pada kekerasan terhadap istri. Namun yang menjadi akar permasalahan kekerasan terletak pada peran dan status subordinasi perempuan di dalam sistem sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya penelitian pada suami,non kekerasan terungkap bahwa faktor komunikasi yang terbuka dapat mencegah konflik dalam keluarga. Rekomendasi yang diberikan adalah diperlukan suatu pendekatan yang terintegrasi, baik( dari segi pendidikan terhadap keluarga,masyarakat, profesional dan menciptakan suatu sistem hukum yang melindungi istri sebagai korban kekerasan domestik.

This study intends to gain a comprehensive insights on matters related to wife-abuse from the perspectives of husbands as perpetrators and wives as the victims in socio-cultural context. Data gathered through focused interviews to abusive and non-abusive husbands as well as competent authorities concerned with wife-abuse. Results of study reveal that types of abuse perpetrated by the husbands fall into three categories: physical assault, verbal abuse and economic violence. From the perpetrators' perspectives, violence is prevalent. They tend to conceal facts or rationalize what had happened at home. They also believe that it is their rights to do whatever they want to do with their wives and no outsider shall intervene his rights and privacy. From the victims' perspectives, in the case that the victim have already perceived that the act is a violation against their rights, they would find it easy to disclose the factual case to the public. On the other hand, if the wives still believe that violence against wives is a private matter, exposing the violence to the outsiders will bring a disgrace to them. Other finding shows that the tradition of barlaque does not directly account for the wife abuse. The root of problem is more to the subordinate roles and status of women within the prevailing social system than the barlaque alone. Study also finds that non-violent husbands believe that communication plays a key role to avoid domestic conflicts."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T16722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Diah Utami
"ABSTRAK
Permasalahan KDRT dengan segala dinamika dan dampaknya yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari seolah dianggap sebagai topik yang menarik untuk diangkat ke dalam berbagai medium, salah satunya adalah karya sastra. Salah satu karya sastra yang menampilkan permasalahan kekerasan terhadap perempuan dalam ranah rumah tangga adalah novel Tea For Two karya Clara Ng. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan telaah terhadap dampak psikologis berupa Battered Woman Syndrome atau BWS yang dialami perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga KDRT dalam novel Tea for Two. Selain menganalisis dampak psikologis akibat KDRT, penelitian ini juga akan melihat pemicu terjadinya KDRT yang dilakukan pelaku dan dinamika psikologis yang dialami korban hingga akhirnya ia mampu keluar dari lingkaran kekerasan dan bercerai dari pelaku KDRT. Setelah melakukan analisis, diketahui bahwa KDRT yang dilakukan oleh pelaku dilatarbelakangi oleh internalisasi budaya patriarki pada pelaku. Pada akhirnya melalui tahapan resiliensi dan sumber-sumber resiliensi, korban mampu mengatasi sindrom BWS serta keluar dari lingkaran kekerasan dan bercerai dari pelaku KDRT.

ABSTRACT
The problem of domestic violence with all the dynamics and impacts that occur in everyday life seems to be considered as an interesting topic to be raised into various mediums, one of which is a literary work. One of the literary works that presents the problem of violence against women in the domestic sphere is Clara Ng 39 s novel titled Tea For Two. This research aims to examine the psychological impact of Battered Woman Syndrome or BWS experienced by women victims of domestic violence KDRT in the novel Tea for Two. In addition to analyzing the psychological impact of domestic violence victim, this study will also see the trigger of domestic violence perpetrated by the perpetrator and the psychological dynamics experienced by the victim until finally she was able to get out of the cycle of violence and divorced from the perpetrator of domestic violence. After conducting the analysis, it is known that domestic violence perpetrated by the perpetrators is motivated by the internalization of patriarchal culture on the perpetrators. In the end through the stages of resilience and resilience sources, the victim was able to overcome the syndrome BWS and out of the cycle of violence and divorced from domestic violence perpetrators. "
2017
S69532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Ariasih
"Kekerasan perempuan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Hasil pemetaan Komnas Perempuan tahun 2013 di seluruh Indonesia menunjukkan kekerasan terhadap perempuan persebarannya semakin luas, bentuknya beragam, menimbulkan bekas trauma yang dalam, dan jumlah terus berkembang mencapai 279.156 kasus. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sikap setuju terhadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat menjadi 34,5% dari 30,8% (pada perempuan) dan 17,3% dari 16,3% (pada laki-laki) di tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan besaran sikap dan faktor individu, keluarga, dan masyarakat yang berhubungan dengan sikap setuju terhadap KDRT. Analisis data dilakukan pada responden laki-laki dan perempuan menikah; 38.873 orang pada SDKI 2007 dan 40.626 orang pada SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan analisis statistik menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukan peningkatan sikap setuju terhadap KDRT dari tahun 2007 ke 2012. Sikap setuju lebih diterima secara luas pada faktor individu (perempuan, orang berusia lebih muda, orang berpendidikan rendah, menikah muda, status ekonomi rendah, tinggal di pedesaan, tinggal di wilayah timur) dan faktor keluarga (pernikahan yang singkat, pengambilan keputusan tunggal).

Violence against women is a major public health problem worldwide. The Indonesian Women National Commission 2013 mapping results showed that violence against women spreads more widely, in various types, causing traumatic scars, and the number continues to grow reaching 279.156 cases. According to the 2012 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), attitude supporting domestic violence increase to 34.5% from 30.8% (in women) and 17.3% from 16.3% (in men) compared to 2007. This research aims to obtain attitudinal changes at individual, family, and community level of those who agreed supported domestic violence. Data analysis was done on married men and women, a total of 38,873 in 2007 IDHS and 40,626 in 2012 IDHS. IDHS used a cross-sectional design and the statistical analysis employed logistic regression. The results show an increased in supportive attitudes toward domestic violence (from 2007 to 2012). Women are more supportive at individual level, younger age, low education, younger of age at first marriage, and living rural areas and eastern island. At family level, shorter length a marital time and being a sole decision maker are significantly related to supportive attitude toward violence against women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buzawa, Eve S.
London : Sage, 2002
364.15 BUZ d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmiyati Sarah
"Resiko besar yang harus dihadapi pelaut adalah terbatasnya waktu untuk berkumpul dengan keluarga Keith & Schaefer (dalam Fesbach,1987) mengemukakcan bahwa terdapat konflik peran pada istri-istri yang suaminya memiliki waktu kerja yang panjang karena dengan demikian kesempatan untuk membangun nilai-nilai keluarga seperti kedekatan, kehangatan dan keintiman menjadi berkurang.
Banyak Iagi faktor-faktor pendukung terciptanya kepuasan perkawinan yang kurang dapat dipenuhi seutuhnya oleh seorang suami karena terbatasnya waktu yang dimiliki karena tuntutan pekerjaannya. Kondisi dimana istri harus Iebih banyak menanggung beban serta Iebih besar bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan rumah tangga seperti istri pelaut akan menyebabkan tidak dapat dipenuhinya beberapa faktor tersebut diatas. Oleh karenanya penulis ingin Iebih jauh mengetahui tentang gambaran kepuasan perkawinan pada istri istri pelaut melihat cukup banyak ditemukan para istri yang suaminya bekerja sebagai pelaut mengeluhkan mengenai keadaan rumah tangga mereka. Melihat yang Iebih banyak mengalami masalah adalah para istri, maka peneliti secara khusus melakukan penelitian pada subyek istri.
Selanjutnya penulis berharap dari penelitian ini dapat diperoleh manfaat yaitu memberikan masukan kepada istri pelaut tentang hal-hal yang penting untuk diperhatikan guna menegakkan Iandasan yang kuat bagi terciptanya kepuasan perkawinan, memberikan informasi bagi institusi yang menangani masalah masalah keluarga, tentang masalah kepuasan perkawinan yang dirasakan istri pelaut dimana informasi ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan penyuluhan, konseling ataupun terapi bagi yang bermasalah serta menambah hasil-hasil penelitian tentang keluarga pelaut yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan terhadap 5 orang subyek penelitian dengan melakukan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan yang mendorong subyek penelitian untuk menikah beragam, yaitu sebagai wadah pemenuhan kebutuhan ekonomi, kelangsungan generasi, karena menganggap pemikahan sebagai sesuatu yang normal dan wajar juga karena cinta. Ada pula subyek yang menikah karena kasihan pada calon suami yang telah Iama mengejarnya, juga karena subyek merasa tidak enak menolak calon mertua yang telah datang dari jauh untuk melamar. Sedangkan jenis perkawinan istri pelaut didominasi oleh jenis perkawinan tradisionaI. Diketahui pula bahwa tingkat kepuasan perkawinan istri pelaut naik dan turun silih berganti. Pada umumnya tinggi rendahnya kurva kepuasan perkawinan istri pelaut dipengaruhi oleh keberhasilan penyesuaian diri istri terhadap tugasnya baik sebagai istri maupun sebagai istri pelaut. Keberhasilan pada masa penyesuaian diri berpengaruh pada kuatnya Iandasan perkawinan selanjutnya. Selain itu, kurva kepuasan perkawinan iuga dipengaruhi oleh terpenuhinya faktor-faktor yang mendukung terciptanya kepuasan perkawinan, yaitu afeksi dari suami, keberhasilan anak anak dalam sekolah dan kelancaran karir suami. Faktor- faktor kepuasan perkawinan yang tidak dapat dipenuhi oleh suami dapat menimbulkan ketidakpuasan perkawinan yang dirasakan istri pelaut, dalam penelitian ini ditemukan faktor-faktor tersebut antara Iain adalah kualitas komunikasi yang buruk dengan suami, faktor sosial, faktor hubungan intim, faktor peran dan tingkah Iaku suami yang kurang sesuai dengan keinginan istri serta faktor kebutuhan istri yang tidak terpenuhi oleh suami, khususnya kebutuhan untuk dimengerti. Ada pula subyek yang merasakan bahwa faktor ekspresi afeksinya tidak terpenuhi oleh suami serta hubungan mertua dan ipar yang buruk.
Hal lain yang perlu diperhatikan Iebih Ianjut dalam penelitian ini adalah adanya sejumlah keterbatasan yang diduga dipengaruhi oleh jumlah subyek yang terbatas, alat ukur yang kurang tajam menggali inforrnasi, kekurang- terampilan peneliti dalam menggali informasi ataupun dalam menganalisa data karena pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang baru bagi peneliti. Saran untuk penelitian selanjutnya adaiah melengkapi subyek penelitian, yaitu bukan hanya istri saja yang dijadikan subyek, namun juga suaminya sehingga informasi mengenai kepuasan perkawinan dapat diperoleh lebih Iengkap. Disamping itu penambahan jumlah subyek penelitian dapat memperkaya hasil penelitian, agar wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat berjalan lancar, maka diperlukan waktu yang cukup untuk membina ?raport' antara peneliti dan subyek penelitian, sehingga sewaktu wawancara dilakukan subyek penelitian tidak canggung menjawab pertanyaan peneliti."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Christanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keintiman yang dimiliki oleh istri yang berperan penuh sebagai ibu rumah tangga, maupun sebagai ibu bekeija ,yang tetap bertanggung jawab pada urusan keluarga dan rumah tangga di samping urusan pekerjaan di luar rumah. Karena keintiman merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup berumah tangga. Batasan keintiman ( intimacy ) p»ada penelitian ini merupakan hubungan antara dua individu, dengan jalinan ikatan, di mana satu sama lain saling mempercayai, ada keinginan untuk selalu bersama , saling membutuhkan, dan ada kecocokan, agar hubungan dapat berlangsung lama, mengingat dua individu tersebut berbeda sifat dan latar belakang . Intimacy ini terdiri atas 9 jenis yang merupakan gabungan dari teori Charles Jung http://www.couDlescompanv.com ) dan Olson ( dalam Schaefer & Olson, 1983 ) yakni fisik, estetik, rekreasional, intelektual, spiritual, emosional, seksual, cinta tanpa pamrih, dan sosial. ( dalam Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner keintiman, dengan metode sampling incidental sampling. Dalam p>enelitian ini terdapat 100 partisipan, dengan usia antara 23-60 tahun ,tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, dan berpendidikan terakhir minimal SMU. Analisis data menggunakan frekuensi dan tabulasi silang yang menggunakan program komputer SPSS ( Statis t ical Packagefor Social Science ) versi 11.0 untuk melihat sejauh mana keintiman yang di miliki oleh ibu rumah tangga yang berperan penuh dan yang berperan ganda. Hasilnya adalah sebagian besar responden hanya memiliki jenis keintiman fisik, spiritual, dan sosial, dan asumsi penulis bahwa ibu rumah tangga memiliki jenis keintiman lebih besar daripada ibu bekerja tidak sepenuhnya benar. Banyak faktor pendukung yang memyebabkan ibu bekerja memiliki jenis keintiman tertentu dengan perolehan yang besar. Selain itu juga diperoleh data pada penelitian ini bahwa sebagian subyek yang dikategorikan memiliki jenis keintiman fisik, spiritual, sosial, berada pada usia masa dewasa muda, dengan rentang pernikahan 0-5 th. Namun penelitian ini tidak dapat digeneralisir untuk semua ibu rumah tangga, hingga disarankan untuk mengadakan penelitian serupa dengan sample yang lebih banyak, dengan asumsi akan lebih representatif, dan dilakukan di daerah lain, agar dapat melihat gambaran lebih tuas tentang keintiman dalam pernikahan, serta melengkapi penelitian dengan metode observasi dan wawancara agar dapat diperoleh data yang lebih maksimal untuk memberi gambaran psikologis."
2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>