Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. I. Murniati
"Sebagian besar penderita HIV/AIDS usia muda adalah pengguna NAPZA suntik yang berganti-ganti antar teman, yang mengakibatkan makin banyaknya penderita infeksi HIV/AIDS. Data Ditjen PPM&PL (2004), menyebutkan bahwa kasus HIV/AIDS melalui NAPZA suntik pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 232 kasus (64,4%), sedangkan untuk kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 33 kasus (9,2%).
Agar informasi yang diterima tidak disalahtafsirkan, diperlukan pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS, oleh sebab itu perlu adanya kebijakan pendidikan di sekolah-sekolah, terutama masalah kesehatan reproduksi, seksual, dan NAPZA sebagai langkah awal pencegahan penularan HIV/AIDS di Indonesia Strategi media komunikasi massa dengan perdekatan seting agenda yang dilengkapi dengan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) mengenai pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan penyakit menular seksual melalui keragaman saluran media, kemungkinan juga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan pajanan media komunikasi massa (pajanan media elektronik dan pajanan media cetak) dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 81 dan SMKN 51 Kodya Jakarta Timur Tahun 2004. Variabel yang diteliti adalah: pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, pajanan media komunikasi masa., informasi dari guru sekolah, informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dan teman/kelompok sebaya, informasi dari tetangga dan informasi dari narasumber.
Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data dianalisis dengan analisa univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis univariat didapatkan remaja dengan pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS 49% sedangkan remaja yang pengetahuannya baik tentang HIV/AIDS 51%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pajanan media komunikai massa dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS, sedangkan informasi dari guru sekolah, informasi dari orang tua/anggota keluarga lain, informasi dari teman/kelompok sebaya, informasi dari tetangga serta informasi dari narasumber bukan merupakan perancu bagi hubungan tersebut.
Dari hasil penelitian ini diharapkan untuk diupayakan lebih banyak pemasangan poster mengenai bahaya dan penanggulangan masalah HIV/AIDS selain itu perlu adanya kegiatan terpadu seperti mengadakan seminar atau diskusi panel secara periodik dan berkesinambungan mengenai masalah HIV/AIDS di sekolah-sekolah.
Bacaan: 39 (tahun 1981-2004).

Most HIV/AIDS patient of young age/adolescent is consumer of drugs inject flitting between friend, resulting to more and more the number of infection patient of HIV/AIDS. Data of Ditjen PPM&PL (2004), mention that case of HIV/AIDS through drugs inject at group age 20-29 year counted 232 case (64,4%), while for group age 15-19 year counted 33 case (9,2%).
So that accepted information is not wrong interpretation, needed the correct knowledge about HIV/AIDS as adolescent hold in determining its life step, on that account needing the existence of policy of education in schools, especially the problem of health of reproduction, sexual, and drugs as step early prevention of infection of HIV/AIDS in Indonesia, specially adolescent circle. Mass communications media strategy with approach of agenda setting provided with CIE (Communications, Information, Education) about adolescent knowledge around HIV/AIDS and contagion of sexual through all kind of media channel, possibility also will be more efficient and effective to reach target.
The purpose of this research is to get information about mass communications media exposure relation with adolescent knowledge about HIV/AIDS in SMAN 81 and SMKIN 51 East Jakarta 2004. Variable the checked is: adolescent knowledge about HIV/AIDS, mass communications media exposure, information of schoolteacher, information of parents/other family member, information of friend/group coeval, information of neighbour and information of expert.
Design research the used is study cross-sectional. Data analysed with analysis of univariat, bivariate and multivariat. From result of univariat analysis got adolescent with knowledge "less" about HIV/AIDS in SMAN 81 equal to 41,4% and in SMKN 51 equal to 56,5%, while adolescent which its knowledge of "good" about HIV/AIDS in SMAN 81 equal to 58,7% and in SMKN 51 equal to 43,5%. From bivariate analysis got relation having a meaning of there is 2 variables that is mass communications media exposure and information of neighbour with adolescent knowledge about HIV/AIDS. From multivariat analysis got strong relation between mass communications media exposure with adolescent knowledge about H V/AIDS, while information of schoolteacher, information of parents/other family member, information of friend/group coeval, information of neighbour and also information of expert not such as confounding to mass communications media exposure with adolescent knowledge about HIV/AIDS.
From result of this research expected to be strived more installation of poster concerning danger and preventive effort of HIV/AIDS problems, besides needing the existence of inwrought activity like performing brain trust or seminar periodical and continual regarding the problem of HIV/AIDS in schools.
References: 39 (1981-2004).
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina
"Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia dewasa ini. Penyakit ini terdapat hampir di semua negara di dunia termasuk Indonesia, dan hingga saat ini belum ada obatnya dan praktek pelacuran dan pergaulan seks dituding sebagai salah satu penyebab terbesar timbulnya virus tersebut. Menurut data WHO, 2 dari 3 penderita PMS terjadi pada kelompok umur di bawah 24 tahun, dan proporsi remaja yang terinfeksi diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah menikah. Di Indonesia berdasarkan Dirjen P2M/PLP Depkes R.I., sampai dengan Juni 2000, terdapat 42,9% penderita HIV/AIDS pada kelompok umur (20-29) tahun, sedangkan pada kelompok usia (15-19) tahun sekitar 7,1%.
Pada saat yang bersamaan, sejak tahun 80-an telah terjadi perubahan pandangan terhadap seksualitas dikalangan remaja yang kemudian mempengaruhi perilaku seksual remaja, sementara informasi yang bersifat merangsang dengan mudah didapat dan dinikmati melalui gambar porno, VCD/LD bahkan tayangan-tayangan televisi. Di sisi lain keterbatasan pengetahuan remaja tentang masalah kesehatan seksual reproduksi termasuk HIV/AIDS karena keterbatasan informasi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, sehingga remaja yang pada masa usianya ini cenderung melakukan aktivitas seks coba-coba untuk menjawab keingintahuannya dapat terjerumus ke perilaku seks bebas.
Berdasarkan keadaan diatas, dilakukan penelitian untuk melihat gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di Kabupaten Sinjai dan hubungannya dengan keterpaparan informasi dari berbagai media komunikasi massa (televisi, radio, VCD/LD, film, majalah, koran buku dan poster). Keterpaparan pada media komunikasi massa ini bersifat umum dan tidak secara khusus memuat pesan-pesan tentang HIV/AIDS.
Penelitian ini menggunakan desian Cross Sectional Study dengan menggunakan data primer. Responden berjumlah 400 orang yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS yang cukup dan kurang sama besar yaitu 50% dengan keterpaparan yang paling sering dengan media radio, televisi dan buku. Secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara keterpaparan majalah, poster, tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. Dari keempat faktor yang berhubungan tersebut, maka faktor keterpaparan majalah (OR : 4,81; 95% CI 3,01 - 7,69), keterpaparan poster (OR ; 1,86; 95% CI : 1,17- 2,96) dan tingkat pendidikan ayah (OR : 5,3; 95% CI : 3,33 - 8,59) merupakan faktor yang paling dominan dan secara bersamaan berhubungan dengan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
Diperlukan peningkatan penyebaran informasi tentang HIV/AIDS melalui media televisi dan radio, sebagai upaya peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dalam rangka pencegahan peningkatan penderita HIV/AIDS. Selain itu juga perlu dilakukan penyampaian informasi HIV/AIDS melalui lingkungan sekolah dengan menambah dan melengkapi perpustakaan sekolah dengan majalah dan poster tentang HIV/AIDS melalui kerjasama instansi terkait (Depkes dan Depdiknas) berupa pengadaan bahan majalah dan poster, Ayah remaja yang berpendidikan baik dapat dijadikan contoh edukatif dalam strategi penyuluhan dan penyebaran informasi HIV/AIDS di kalangan remaja dalam rangka peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.

The Relationship between Mass Communication Media Exposure and Young Man Knowledge with HIV/AIDS in Senior High School Two South Sinjai, Sinjai District, South Sulawesi Province by the year 2000AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) it was now a great problem of public health in the world. This surface of symptom occurred in evident and the all countries in the world including Indonesia, till now hadn't get medicine treatment for that and prostitution practice and sex practice as caused appear the viruses. According the data WHO, 2 from 3 the sick man with a age group under 24 old, and proportion of young man who infected about higher than which had married. In Indonesia according Directorate of General P2M/PLP health department Republic of Indonesia till June 2000, occurred 42,9 % HIV/AIDS with age group (20-29) old, while for age group (15-19) old about 7,1 %.
In several conditions, since the year 80 decade had changed perception forward sexuality among young men, while the information stimuli which can effect their sexual behavior among young men, while information easy responsively and can get them trough pornography, VCD/LD while television program. In order side young men knowledge limited can appear precedent difference perception, and so the young men in their age trend done sexual activity tried for fulfill their knowledge and could with free sexual.
With that reality, have done researched for saw knowledge description among young men about I-IVIAIDS in Sinjai District and related with information exposures from several mass communication media (television, radio, VCDILD, film, magazine, newspaper, book, and poster), In this exposure communication by generally and it was not specially contain HIV/AIDS massages.
This researched used Cross Sectional Study designed and used primary data, Sum of respondent were 400 persons who got according calculated have been done.
Resulted this research shown proportion of the young men level about HIV/AIDS was enough and less than is the same namely 50 % with immediately frequency exposures with media involved radio, television, and book. By the statistic gotten relationship was significant between magazine exposures, poster, parent's education level and the young men knowledge about HIV/AIDS. From four factors which related, exposures of magazine factor ( OR : 4,81; CI : 3,01-7,69 ), poster exposure ( OR : 1,86 ; 95 % CI : 3,33 - 8,59 ) occur dominant factor and simultaneous relationship with the young men knowledge about HIV/AIDS.
Improving for information HIV/AIDS need through television and radio, for effort in this prevention improving HIV/AIDS. Beyond that necessary do explain HIV/AIDS information through school environment and to add and school library available about HIV/AIDS involved magazine and poster about HIV/AIDS through the other institution (health and national education department) look-like magazine and poster, the young men father can be model for educative with counseling and to distribute HIV/AIDS information among young men for improving their knowledge about HIV/AIDS.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Jos Iswadi
"Penularan HIV menjadi tantangan dunia hingga saat ini yang memerlukan pencegahan yang konprehensif berbasis pengetahuan. Remaja merupakan kelompok kecil yang rentan terhadap penularan HIV. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 87 siswa SMA dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penularan HIV. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,01, α=0,05). Analisis bivariat sikap dan perilaku menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,20,α=0,05). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk memperkaya remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV/AIDS sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan HIV/AIDS.

HIV transmission is challenging the world to date and need base prevention conprehensive prooer knowledge. Teenagers are a small group who are vulnerable to HIV infection. This correlation descriptive study aimed to identify the correlation between knowledge and attitudes to HIV prevention behaviour with a cross-sectional approach involving juvenile respondents with a high school 87 students with quota sampling technique. The research instrument used questionnaires to measure the level of knowledge, attitudes, and behaviors to prevent HIV transmission. Results of bivariate analysis with chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge with behavior of the prevention of HIV/AIDS (p=0,01 α=0,05). Bivariate analysis of attitudes and behavior showed there was no significant relationship between attitude with behavior prevention of HIV/AIDS (p=0,20 α=0,05). Health education should be included in the education curriculum in schools to enrich the youth about health information in particular HIV/AIDS so that they can break the chain of transmission of HIV/AIDS."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmeang, Berliana
"Stigma terhadap ODHA menjadi salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan, perawatan, pengobatan, dan dukungan HIV/AIDS. Pengetahuan mempengaruhi terjadinya stigma terhadap ODHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma terhadap ODHA di kalangan remaja usia 15-19 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia SDKI Tahun 2012 dengan disain cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 8.316 orang total sampling.
Hasil studi menunjukkan 71,63% remaja mempunyai stigma terhadap ODHA, 49,10% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang HIV. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS berhubungan dengan stigma terhadap ODHA (PR= 1,210 95% CI: 1,149-1,273) setelah dikontrol oleh keterpaparan media massa. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja guna mengurangi stigma terhadap ODHA.

Stigma towards people living with HIV/AIDS is one of biggest obstacle in HIV/AIDS prevention, treatment, care, and support. HIV/AIDS knowledge affected stigma towards people living with HIV/AIDS. This study aimed to identify the relationship HIV/AIDS knowledge related stigma towards people living with HIV/AIDS among adolescent 15-19 years old in Indonesia. The study used Indonesian Demographic and Health Survey IDHS in 2012 with cross sectional design. Subject of the study were as many as 8.316 persons.
The result showed 71,63% adolescent had stigma towards people living with HIV/AIDS, 49,10% adolescent had lack of HIV/AIDS knowledge. Lack of HIV/AIDS knowledge were significantly related to stigma towards people living with HIV/AIDS (PR= 1,210 95% CI 1,149 1,273) after controlling exposure to mass media. Need to improve HIV/AIDS knowledge among adolescent to reduce stigma towards people living with HIV/AIDS.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Hayati Ifroh
"Pemerintah Indonesia menargetkan standar pengetahuan remaja tentang HIVAIDS di Kabupaten/Kota sebesar 95%. Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia berdasarkan data Dinas Kesehatannya tahun 2012, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di Kota Samarinda baru mencapai 25,5%. Sehubungan dengan hal tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur melaksanakan kampanye kesehatan Aku Bangga Aku Tahu di Kota Samarinda dengan menggunakan media bantu KIE.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi media audiovisual berupa film animasi Aku Bangga Aku Tahu dan diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan HIV-AIDS pada remaja di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Samarinda. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang terdiri dari 80 subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2014 menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh subjek penelitian. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah kegiatan intervensi, kelompok intervensi dan kontrol mengalami peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Peningkatan pengetahuan remaja tentang HIVAIDS pada kelompok intervensi adalah sebesar 22,41% dan peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS pada kelompok kontrol adalah sebesar 21,6%. Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan nilai pengetahuan tentang HIV-AIDS antara kelompok intervensi (melalui pemutaran film dan diskusi kelompok) dan kelompok kontrol (melalui pemutaran film).

The Indonesian government has a target of 95% adolescents to have knowledge about HIV-AIDS throughout Indonesia. East Kalimantan, as one of the provinces in Indonesia, based on data from The Departement of Health in 2012 showed that the level of adolescent's knowledge Samarinda reached 25.5%. Based on these data, the Department of Health in East Kalimantan implemented the health campaign Aku Bangga Aku Tahu in Samarinda by using teaching aids.
This study aims to determine the effectiveness a combination of audiovisual media Aku Bangga Aku Tahu and discussion groups to improve knowledge about HIV-AIDS among adolescents in SMAN 1 and SMAN 3 Samarinda. The study design used was quasi experimental on the primary data consisted of 80 research subjects. The study was conducted on January 2014 using self administered questionnaire by research subjects. Data analysis are univariate and bivariate analysis by using the Wilcoxon and Mann Whitney.
The results showed that after the intervention, both intervention and control groups experienced an increase in knowledge about HIVAIDS. The increase of adolescent's knowledge about HIV-AIDS in the intervention group amounted to 22,41% and the increase of adolescent's knowledge about HIV-AIDS in the control group was 21,6%. In addition, there is no statistically significant difference in the change in the value of knowledge of HIV-AIDS among the intervention group (film screening and group discussion) and control group (film screening).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Theresia Yanuaria Rainy Tukan
"Remaja merupakan generasi penerus bangsa sehingga dalam kehidupan perlu mendapat informasi dan pendidikan yang layak baik secara ilmu pengetahuan maupun keagamaan. Pengetahuan yang benar dan pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya penyakit menular seksual (PMS) sangat penting untuk kehidupan remaja agar tidak terjebak dalam pola kehidupan yang salah. Di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi informasi tentang penyakit menular seksual, mengingat data tentang penyakit menular seksual yang didapat remaja dari petugas kesehatan 60%, orang tua remaja 65%, dan presentase tertinggi di peroleh remaja dari teman yaitu sebesar 77,3%, data tersebut menunjukkan peran orang tua dan petugas kesehatan masih kurang sehingga remaja lebih cendrung memilih bertanya pada teman. Informasi yang di peroleh dari teman belum tentu sepenuhnya benar dan bisa membawa dampak negatif bagi remaja itu sendiri. Kasus AIDS tertinggi dilaporkan di DKI dan kasus AIDS yang bertahan hidup tertinggi di Papua (122,22/100.000).
Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengetahuan remaja SMAN 30 Jakarta tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS serta Faktor-faktor yang Menpengaruhi Pengetahuan tersebut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik,laki-laki sebanyak 36,0% dan perempuan sebanyak 63,0%, pendidikan ayah paling banyak adalah tamat SMA 47,2% dan pendidikan ibu paling banyak 50,9% adalah tamat SMA, orang tua tidak pernah memberikan informasi sebesar 62,7%, pernah 59,1%, tenaga kesehatan pernah memberikan informasi sebesar 56,2% dan tidak pernah sebesar 70,6%, teman sebaya pernah memberikan informasi sebesar 56,2% dan tidak pernah memberikan sebesar 66,2%, remaja lebih banyak mendapatkan informasi melalui media cetak dan elektronik sebesar 59,6% sedangkan tidak pernah sebesar 85,7%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan sumber informasi dengan pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dikarenakan nilai p value > α.

Teens are the future generation of the nation that in lives they are need to be informed and proper education either science or religion The right knowledge and the provision of information about reproductive health in particular Sexually Transmitted Diseases STDs are very important for teenage life in order not to get stuck in a pattern of life which is wrong In Indonesia still needs to be improved further information about sexually transmitted diseases given the data on sexually transmitted diseases teen obtained 60 of health care workers parents of teenagers 65 and the highest percentage of teens get a friend that is equal to 77 3 the data demonstrate the role of parents and health workers are lacking so that more teens tend to choose ask a friend Information that was obtained from a friend is not necessarily completely true and can have negative impacts on adolescents themselves Highest AIDS cases reported AIDS cases in the city and the highest survival in Papua 122 22 100 000
Research purposes to find out how teens SMAN 30 Jakarta knowledge about STDs and HIV AIDS and Factors Influencing the Knowledge This study uses cross sectional study design cross sectional. The results showed that based on the characteristics as many men as much as 36 0 and 63 0 of women most of father s education is 47 2 graduated from high school and the mother s education is at most 50 9 graduated from high school the parents did not Never give information for 62 7 59 1 never ever health workers provide information for 56 2 and 70 6 never never give information peers at 56 2 and never giving by 66 2 more teenagers getting information through print and electronic media by 59 6 and amounted to 85 7 never The results showed no significant relationship between gender father s education mother s education and the knowledge source informs teens about sexually transmitted diseases and HIV AIDS due to the value of p value
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarsi Rusti
"Latar Belakang : Remaja rentan terhadap perilaku berisiko yang bisa membawa kepada HIV/AIDS. Perilaku berisiko adalah perilaku remaja yang melakukan hubungan seks dan menggunakan narkoba suntik. Secara global, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda usia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah sebanyak 7000 remaja terinfeksi HIV setiap harinya. Pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS adalah komponen untuk memperbaiki perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan perilaku berisiko di Indonesia.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian obeservasi dengan desain studi crosssectional, menggunakan data Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku tahun 2011. Jumlah keseluruhan responden adalah 6.991 orang remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan cox regression.
Hasil : Prevalensi perilaku berisiko pada remaja adalah 15,8% sedangkan prevalensi pengetahuan komprehensif 22,3%. Analisis multivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan Perilaku beresiko remaja dengan nilai p=0,153 dan PR= 1,11 (95% CI:0,962-1,283) setelah dikontrol dengan variable kovariat yaitu jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pengaruh teman sebaya.
Kesimpulan : Secara statistik, pada penelitian ini pengetahuan komprehensif tidak berhubungan dengan perilaku berisiko. Saran untuk para ilmuwan agar menelaah ulang indikator yang digunakan untuk mengukur Pengetahuan komprehensif tentang HIV, serta untuk pemerintah melalui lembaga pendidikan adalah agar memasukkan pendidikan HIV/AIDS kedalam kurikulum sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mencegah perilaku beresiko.

Background : Adolescent are susceptible to a variety of risky behavior that can lead towards HIV/AIDS. Risky behavior is adolescent behavior that having sexual intercourse or using drug-injection. Globally, about 40% of all cases of HIV infections occur in young people aged 15-24 years. Latest estimate was as much as 7000 teens are infected by HIV every day. Comprehensive knowledge about HIV/AIDS is the component to make up behavior.The aim of the study is to know the relationship between comprehensive knowledge about HIV/AIDS with sexual behavior in Indonesia.
Methods: This study is observational study with cross-sectional design, using the Integrated Biological and Behavioural Surveillance data in 2011. Total respondents are 6.991 adolescents. Data analysis was performed by cox regression multivariate analysis.
Result: Prevalence of risky behaviorin adolescent was 15,8% while the prevalence of comprehensive knowledge was 22,3%. Multivariate analysis showed no statistically significant relationship between comprehensive knowledge about HIV/AIDS with risky behavior. P value=0,153, PR=1,11( 95% CI 0,962-1,283) after adjusted by covariates, included: sex, parents education and peer-grouped influence.
Conclusion: Statistically, in this study comprehensive knowledge is not associated with risky behavior. Recommendation for the scientist to review the indicators used to measure the comprehensive knowledge about HIV/AIDS, and recommendation for the government through educational institutions is to include education about HIV / AIDS into the school curriculum, in an effort to improve the comprehensive knowledge and prevent risky behavior.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
"Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Solekhah
"Peningkatan pravelensi Orang dengan HIV/AIDS ODHA dari tahun ke tahun merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius. Antiretroviral ARV merupakan satu-satunya pilihan terapi yang tersedia bagi ODHA yang harus dikonsumsi seumur hidup dengan kepatuhan tinggi 95 guna mencapai efektfitas obat. Akan tetapi, masalah kepatuhan masih menjadi masalah utama bagi ODHA. Pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya merupakan faktor yang dapat mendukung tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS, terapi ARV dan infeksi oportunistik dengan tingkat kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral. Digunakan metode cross sectional consecutive total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan dalam menjalani terapi ARV p value = 0.107 > 0.05.

Increasing the number of People Living with HIV AIDS PLWHA from year to year is one of the serious global health problems. Antiretroviral ARV is the only available therapeutic option for PLWHA to be consumed for a lifetime with high adherence 95 in order to achieve drug effectiveness. However, compliance issues are still a major problem for PLWHA. Knowledge about the disease and theraphy are factors that can support medication adherence.
This study aims to determine the correlation between the level of knowledge about HIV AIDS, ARV therapy and opportunistic infections and the level of adherence of PLWHA in antiretroviral therapy. The method of cross sectional consecutive total sampling was used with 50 respondents in total. The results of this study indicate there is no significant correlation between the level of knowledge and the level of adherence in undergoing antiretroviral therapy p value 0.107 0.05.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggih Dewi Kusumaningrum
"Tingkat pengetahuan pelajar/remaja SMA pada tahun 2002 rendah yaitu hanya 38,5 % dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 63 %. Rendahnya tingkat pengetahuan ini berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingginya prevalensi HIV/AIDS terutama di DKI Jakarta. Generasi muda adalah penerus bangsa, oleh karena itu penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan HIV/AIDS pada pelajar. Penelitian mengenai pengetahuan siswa SMU Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur, tentang HIV/AIDS tahun 2008, dilakukan karena belum diketahuinya tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS di SMU Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2008 dengan subjek penelitian yaitu siswa SMU Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur, menggunakan kuesioner untuk pengambilan data.
Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Uji yang dilakukan adalah uji univariat (melihat frekuensi, mean, median, modus) dan uji bivariat (dengan uji X2). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang HIV/AIDS sebesar 51,8 %, cara-cara penularan HIV/AIDS 69,3 %, gejala HIV/AIDS 62,0 %, dan cara-cara pencegahan HIV/AIDS 62,8 %. Distribusi karakteristik responden yaitu 56,2 % responden perempuan, 53,3 % berusia 17 tahun, 60,6 % dari bidang ilmu IPA, dan 52,6 % memperoleh 6 sumber informasi.
Hasil uji hubungan menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan usia, dan tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan : jenis kelamin, bidang ilmu, ataupun jumlah sumber informasi.
Beberapa saran untuk meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa, antara lain memasukkan informasi tentang HIV/AIDS ke dalam kurikulum pelajaran di sekolah dan ekstrakurikuler, menambah koleksi perpustakaan tentang HIV/AIDS, mempersiapkan para guru Bimbingan dan Konseling (BK) untuk bisa menyampaikan informasi seputar HIV/AIDS kepada siswa, membuat acara-acara seputar HIV/AIDS seperti seminar, lomba debat, cerdas cermat, atau karya tulis bagi siswa, selain itu juga dapat dibentuk organisasi siswa peduli HIV/AIDS."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>