Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ike Gunawiarsih
"Fungsi pelayanan rumah sakit bertujuan untuk memproduksi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Pelayanan keperawatan sebagai sub sistem dari pelayanan rumah sakit harus melaksanakan pelayanan selama 24 jam sehinga harus dilakukan pengaturan staffing perawat melalui rotasi kerja secara bergiliran selama 24 jam kerja yang terdiri dari 3 shift kerja yaitu shift pagi, sore dan malam.
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal perawat yang berhubungan dengan persepsi perawat tentang shift kerja malam.
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal perawat yang berhubungan dengan persepsi perawat tentang shift shit kerja malam.
Penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik sederhana dan dari hasil analisis bivariat, 17 faktor yang diduga secara teoritis dan empiris berhubungan dengan persepsi perawat tentang shiftl kerja malam didapat 10 faktor yang mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik, dengan nilai p S 0,05 sedangkan 7 faktor lainnya tidak terbukti mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik.
Disarankan agar menggunakan informasi hasil penelitian ini untuk kebijakan manajemen sumber daya manusia khususnya kebijakan dan pengaturan Staffing dan rotasi perawat.

The Factor which are Related with Nurse Perception about Night Shift Work at Prof DR Sulianti Saroso Hospital, North JakartaThe function of hospital services in order to produce good quality services to the public.
Nursing service as a subsystem of hospital service have to perform services during 24 hour, so it needs a regulation of nurse staffing by shifting on job rotation during 24 hour ( work time) which are divided into three shifts, there are morning ,evening, and night shifts.
The purpose of this study was to looking for a relation between the internal and external factors of nurse which are related with nurse perception about night shift work.
This study was used a simple logistic regretion technique and from a bivariat analysis result, 17 factors which are suppose theoritical and empirical related to the nurse perception about night shift work, there was found 10 factors which are significant related statistically with p 0.05 and other 7 factors are not proved have a significant relation statistically.
Suggested that to use this information, the result of this study, for the human resources management policy, especially staffing regulation and nursing rotation policy."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Winarti
"Dinas Pertamanan Propinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan tugas pokoknya didanai dari Anggaran Belanja Pembangunan Daerah, yang tertuang dalam proses perencanaan dan penyusunan anggaran Dinas Pertamanan dan dikoordinasikan oleh Subbagian Keuangan. Proses penyusunan tersebut dimulai dengan kegiatan perencanaan dengan mengacu pada Propeda dan Renstrada kemudian diterjemahkan dalam rencana operasional tahunan berupa penyusunan proposal / usulan kegiatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penyusunan anggaran Dinas Pertamanan diteliti melalui pendekatan analisis deskriptif, menggunakan model koesioner terhadap 62 responden, di mana penentuan sampel dengan cara purposive sampling. Data yang terkumpul diolah dengan SPSS, deskripsi karakteristik individual dari responden dikelompokkan dalam golongan kepangkatan, tingkat pendidikan, usia dan masa kerja. Deskripsi statistik variabel penelitian meliputi variabel bebas kelengkapan data dan informasi, kualitas sumberdaya manusia, kebijakan rencana yang menyeluruh, mekanisme perencanaan dan penyusunan anggaran serta variabel terikat kegiatan penyusunan anggaran.
Hasil analisis regresi linier untuk variabel kelengkapan data dan informasi secara parsial mempunyai korelasi dan pengaruh terhadap variabel terikatnya dengan nilai koefisien korelasi r = 0,342 dan nilai koefisien determinasi R2 = 0,117. Dalam evaluasi koefisien regresi menunjukkan nilai signifikansi t = 0,007, artinya variabel bebas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kegiatan penyusunan anggaran (H1 diterima). Variabel kualitas sumber daya manusia secara parsial mempunyai korelasi dan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat dengan nilai koefisien korelasi r = 0,614 dan nilai koefisien determinasi R2 = 0,198.
Evaluasi koefisien regresi menunjukkan nilai siginifikansi t = 0,000 , artinya variabel bebas ini mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel terikatnya (H1 diterima).
Variabel kebijakan rencana yang menyeluruh secara parsial mempunyai korelasi dan pengaruh terhadap variabel terikat dengan nilai koefisien korelasi r = 0,357 dan nilai koefisien determinasi R2 = 0,128. Dalam evaluasi koefisien regresi menunjukkan nilai signifikansi t = 0,004 , artinya variabel bebas ini mempunyai hubungan yang signifikan dengan kegiatan penyusunan anggaran (H1 diterima).
Variabel mekanisme perencanaan dan penyusunan anggaran secara parsial mempunyai korelasi dan pengaruh terhadap variabel terikat dengan nilai koefisien korelasi r = 0,257 dan nilai koefisien determinasi R2 = 0,066. Dalam evaluasi koefisien regresi menunjukkan nilai siginifikansi t = 0,044, artinya variabel bebas ini mempunyai hubungan yang signifikan dengan kegiatan penyusunan anggaran (H1 diterima).
Faktor - faktor yang mempengaruhi kegiatan penyusunan anggaran Dinas Pertamanan telah diketahui, sehingga dapat direkomendasikan agar (1) kelengkapan data dan informasi perlu selalu dimutakhirkan dan dibuat sistem informasi terpadu di Dinas Pertamanan, (2) kualitas sumber daya manusia perlu harus ditingkatkan, (3) kebijakan rencana yang menyeluruh di Dinas Pertamanan perlu diformalkan melalui keputusan Kepala Dinas dan (4) perlu disusun dan dibakukan mekanisme perencanaan dan penyusunan anggaran di Dinas Pertamanan sebagai buku panduan yang baku."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadhi Arif Rachman
"Peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia merupakan tantangan yang tidak akan habis-habisnya. Salah satu kunci suksesnya transfformasi menuju masyarakat yang adil dan makmur sangat ditentukan oleh proses pendidikan dan kualitas pendidikan. Saat ini terjadi transisi masyarakat industri ke masyarakat informasi di dorong dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi. Hal ini ditandai dengan terjadinya konvergensi yaitu integrasi mass media ,komputer dan telekomunikasi ke dalam satu teknologi dan institusi. Dengan adanya Internet maka telah tercipta jaringan komputer keseluruh dunia untuk komunikasi elektronik. Dengan munculnya internet akan berdampak pada bagaimana orang berkerja dan mengambil keputusan. Pertukaran informasi menjadi sangat cepat dari suatu daerah ke daerah yang lain yang jauh. Maka dapat disebutkan bahwa abad yang baru ini disebut dengan abad Informasi. Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan pada tingkat SMU masih rendah namun yang sangat menarik adalah sebagian besar pengguna Internet di Indonesia berasal dari kalangan remaja.
Peneliti ingin mencari faktor-faktor apa saja yang membentuk persepsi siswa untuk mempergunakan Internet untuk belajar. Sebelumnya telah diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah atensi, faktor struktural dan faktor fungsional, dengan mempergunakan faktor analysis faktor-faktor tersebut akan direduksi menjadi faktor-faktor yang lebih kecil. Penelitian mengambil setting Sekolah Menengah Umum yang berada di wilayah DKI Jakarta. Sebanyak tiga puluh satu SMU dipilih menjadi tempat penelitian dengan jumlah responder seratus lima puluh orang siswa.
Setelah dilakukan analisis dengan mempergunakan faktor analysis, dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada satu faktor yang membentuk persepsi siswa SMU untuk mempergunakan Internet untuk belajar yaitu faktor pembentuk persepsi siswa untuk mempergunakan Internet untuk belajar dimana terdapat variabel I)persepsi terhadap stimuli kemudian 2) variabel sosiopsikologis 3)Pengaruh kebutuhan, 4) Suasana emosional, 5) Kesiapan mental, 6) Latar belakang budaya, 7)Konteks menentukan makna, 8) Prinsip kesamaan (principles of similarity).

Several Factor that form High School Student Perception to use Internet for Learning Purposes in DKI JakartaAn effort to elevate the quality of education in Indonesia is a never-ending challenge. Two of the success keys in the transformations to a prosperous and just society are determent by educational process and the quality of education. Today the transformation from industrial society to information society is pushed by the rapid development in technology. This transformation is marked by the convergences, which is the integration of mass media, computer and telecommunication into one technology and institution basis. Today with Internet there is a computer network to all over the world for electronic communication purposes. Internet will give an impact to how people work and make a decision. Information exchange will be a lot faster from place to place even in the far distance. We called today is the information age.
In Indonesia the use of Internet for academic and learning purposes in high school is still very low, but interestingly is the most of Internet user in Indonesia come from teenagers age groups. The researcher wants to find what is the factors that form student's perception to use Internet for learning purposes. Before the research takes place the researcher already identified several factors that influences perception, which are attention, structural factor and functional factor. By using factor analysis those factors are going to be reduced into smaller groups factor. The research took place in the province of DKI Jakarta. Thirty-one high schools are randomly selected for the research with total of hundred and fifty student's respondents.
After the analysis conducted (using factor analysis). The output from this research was the reduction of many factors into one factors that influences student's perceptions for using Internet for learning purposes. The factor is factor that form student perception to use Internet for learning purposes, which contains several variables, the first variable 1) perception towards stimulation. The second variable is 2) sociopsychologis. The third variable is 3) Needs influences, the forth variable is 4) State of Emotional, The fifth variable is 5) Mental readiness, the sixth variable is 6) Cultural background. The seventh variable is 7) Frame of References. The eighth variable is principles of similarity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budirahardjo
"Hasil penelitian Levitt dan Klassen di tahun 1970 menunjukkan bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pria gay bersifat feminin dan pekerjaan yang sesuai untuk pria gay adalah pekerjaan kreatif feminin. Di tahun 1990-an makin banyak negara-negara bagian di Amerika yang memberlakukan undang-undang antidiskriminasi berdasarkan orientasi seksual, sehingga makin banyak pria gay yang berani membuka identitas homoseksual mereka. Jadi bukan hanya pria gay yang bekerja di bidang kreatif feminin yang berani membuka identitas homoseksual mereka, namun juga mereka yang melakukan pekerjaan-pekerjaan non kreatif feminin dan tidak bersifat feminin. Namun ini hanya terjadi di negaranegara bagian di Amerika yang memberlakukan undang-undang tersebut. Sedangkan di negara-negara bagian yang tidak memberlakukan undang-undang tersebut, pada umumnya hanya pria gay yang bekerja di bidang kreatif yang berani membuka identitas homoseksual mereka kepada lebih banyak orang.
Bagaimana dengan Indonesia yang tidak memberlakukan undang-undang tersebut? Dapat diduga bahwa pria gay yang melakukan pekerjaan maskulin dan bersifat maskulin tidak banyak yang berani membuka identitas homoseksual mereka, dibandingkan dengan para pria gay yang bekerja di pekerjaan kreatif feminin dan bersifat feminin. Sehingga dapat diduga bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pria gqy memiliki sifat feminin dan melakukan pekerjaanpekerjaan kreatif feminin. Dugaan inilah yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini.
Penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat tentang pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay. Tujuan tambahan dari penelitian ini adalah mencari tahu apakah masyarakat mempersepsikan bahwa pria gay bersifat feminin, dan menemukan apakah ada korelasi positif yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang sifat feminin pada pria gay dengan pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan skor gambaran persepsi masyarakat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pekerjaan yang sesuai untuk pria gay adalah pekerjaan kreatif feminin. Hasil ini didukung oleh adanya persepsi masyarakat bahwa pria gay bersifat feminin dan adanya korelasi positif yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang sifat feminin dengan pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka disarankan untuk dilakukan penelitian berikutnya dengan sampel para pria gay sendiri, sehingga dapat diteliti apakah menurut mereka sendiri pekerjaan yang sesuai untuk mereka adalah pekerjaan kreatif feminin dibandingkan dengan pekerjaan non kreatif feminin."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sulistijono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina R. Soedarno
"Kepadatan penduduk di perkotaan akan terus meningkat dan menjadi masalah yang sangat serius di masa yang akan datang. Terbatasnya lahan yang tersedia di kota bagi penduduk yang berpenghasilan rendah dan meningkatnya harga-harga perumahan, mengakibatkan mereka berdesak-desakan dalam bangunan-bangunan yang kebanyakan beruangan tunggal di daerah perkampungan kota.
Kebanyakan penduduk berpenghasilan rendah dipermukiman kota, hidup diruang yang berukuran antara 2-10 m2 per orang, bahkan sering dijumpai tujuh orang lebih hidup bersamaan dalam satu ruangan. Kondisi ini, memicu tingginya penyakit infeksi seperti penyakit kulit, saluran pernafasan bagian atas (Ispa), diare dan mata; kondisi gangguan psikologis seperti stress, pusing-pusing dan mual; gejala mal nustrisi dan turunnya kualitas lingkungan berikut mutu penduduk.
Sangatlah mengherankan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang, penanggulangan pembangunan dengan memperhatian aspek sosial budaya seperti dampak kepadatan yang berlebih (overcrowding) masih belum banyak mendapat perhatian. Padahal perhitungan kepadatan yang bertumpu kepada pengetahuan masyarakat merupakan aspek penting untuk mendukung argumentasi di balik perumusan kebijakan dan penyusunan program kesehatan, perumahan dan lingkungan.
Kepadatan diakui banyak ahli, memang berdampak negatif bagi perumahan, lingkungan dan kesehatan. Dalam ruang lingkup internasional, WHO (1974) menyatakan bahwa sudah waktunya memperhatikan aspek sosial budaya dari kepadatan.
Oleh karena kurangnya data mengenai indikator-indikator sosial budaya dari kepadatan, dibutuhkannya definisi yang terperinci dan spesifik dari masyarakat yang hidup di perkampungan. Maka disusunlah tesis ini yang berjudul : PERSEPSI "KEPADATAN" BAGI MASYARAKAT KALIANYAR (STUDI RASUS PERKAMPUNGAN KUMUH DI DKI JAKARTA).
Lokasi penelitian yang dipilih adalah sebuah pemukiman kumuh yang terletak di RW 01 dan RW 08, Kel. Kalianyar, Kec. Tambora, Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena merupakan komuniti yang terkumuh, terpadat dan di dalamnya terdapat berbagai jenis kegiatan ekonomi informal yang sudah relatif mapan. Studi ini menggunakan pendekatan kwalitatif dengan tehnik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menurut persepsi dan pengetahuan penduduk, kepadatan erat dengan pemahaman; (a) dalam rumah dan di luar rumah; (b) dalam pengertian untung rugi; (c) dalam pengertian fisik dan sosial; dan (d) dalam pengertian baik dan buruk. Selain itu, muncul peristilahan yang sering diucapkan berulang kali oleh masyarakat mengenai kata padat dan kepadatan, keempat batas diantaranya adalah : berdempetan, berderet, bergandengan, berjubel, kecil, mepet-mepet, padat, pengep, penuh, rame, rapet, sempi t, semrawut dan sumpek.
Dan pengetahuan kata-kata padat dan kepadatan dari pengukuran penduduk tersebut mewujudkan perilaku pemukiman sebagai berikut kebiasaan menggunakan kipas angin, kebiasaan tidur dan istirahat bergantian, kebiasaan hidup dengan suara bising, kebiasan membuka pintu sepanjang waktu, kebiasaan membeli barang-barang, kebiasaan merokok, kebiasaan mandi, kebiasaan makan, kebiasaan HAS, banyaknya binatang seperti tikus dan kecoa di dalam rumah membentuk pola hidup khas perkampungan kota. Pola hidup yang khas ini mempunyai dampak negatif dalam pemeliharaan kesehatan penghuninya di dalam rumah.
Keluarga-keluarga miskin di perkampungan kota seperti di Kalianyar tidak kuasa mengatasi pertambahan anggota keluarga akibat kelahiran (banyak kasus kehamilan yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh salah satu pasangan), perkawinan muda (lulus SMP sudah banyak yang menikah) dan kasus perceraian. Melestarikan pola hidup bersama beberapa rumah tangga di bawah satu atap dengan alasan akan memperluas dan memperkokoh tali persaudaraan dan pertemanan satu asal.
Berlandaskan pertimbangan ekonomi tidak segan-segan keluarga-keluarga di Kalianyar, menyewakan ruangan dalam rumahnya kepada orang lain untuk memperoleh penghasilan ekstra. Adapun umum menggunakan ruangan tunggalnya untuk kegiatan komersial, hal ini dilakukan untuk menggalang kesatuan ekonomi keluarga menjadi kuat. Kepadatan bisa diartikan menjadi beban dan juga bisa menjadi potensi, tergantung bagaimana masyarakat disini memainkannya.
Konsepnya kebersamaan dan sistem toleransi terhadap "keberjubelan" hunian dan "kerapetan" bangunan menjadi landasan moral, strategi dan perasaan bermasyarakat orangorang di kampung perkotaan. Dimasa yang akan datang, dimana kepadatan makin mendekati angka yang luar biasa, lingkungan Kalianyar akan semakin kumuh, dan semakin menurunnya kebugaran masyarakat yang hidup di dalamnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T7142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine
"Remaja dalam menyongsong masa depannya. memeriukan pendampingan dari orang-orang yang iebih tua dan berpengalaman. Pendampingan diperlukan remaja untuk mengarahkan keinginan dan cita-cita mereka secara optimal. Program bantuan seperti itu, telah diberikan di Sekoiah Menengah Umum, yang dikenal dengan program Bimbingan dan Konseling. Namun. dan penelitian terdahulu dan hasil wawancara singkat pada beberapa siswa SMU, dirasakan keberadaan program yang penting ini, tidak begitu mendapatkan perhatian siswa. Oleh karena itu, peneliti hendak mengetahui bagaimana siswa mempersepsikan program BK sesungguhnya. Dalam peneletian ini juga akan dilihat perbedaan yang muncul antar kelompok jurusan program studi IPA dan IPS serta antar kelompok konsep diri tinggi dan rendah pada aspek kemampuan fisik. aspek daya tarik penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan dalam mata pelajaran sekoiah. Penelitian dilakukan pada 80 siswa/i SMU, yang duduk di kelas 111 dan sudah mendapalkan program BK selama dua tahun. Pengambrlan data dilakukan dengan penyebaran kuesloner. bertipe skala Liked.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMU mempersepsikan program BK panting dan bermanfaat, namun dalam pelaksanaannya program ini masih kurang diberikan eecara menarik, sehingga adakalanya menyebabkan srsvra metasa bosan dan mengantuk. Berdasarkan jurosan program studi, ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK dan pelaksanaan BK di sekolah. Namun, dalam persepsi tentang peranan BK di bidang bimbingan ptibadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan kanr, tidak ditemukan adanya perbedaan yang slgnifikan.
Berdasarkan konsep dm, ditemukan tidak adanya pedtedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap program BK antar kelompok konsep din tinggi dan rendah dalam aspek kemampuan fisik. Dalam ketlga aspek konsep din lainnya, yaHu aspek daya tank penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan daiam mata pelajaian sekolah, tidak ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap guru pembimbing BK, dan peranan BK dalam kehidupan siswa d, bidang bimbingan pnbadi-sosial dan bidang bimbingan beiajar. Walaupun daiam ketiga aspek tersebut, ditemukan juga ada perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK, metode pelaksanaan BK dan peranan BK di bidang bimbingan karir."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erita Narhetali
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi beban kerja mental pemandu
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.. Persepsi beban kerja pada
gilirannya juga akan memberi informasi tentang bagaimana interaksi pemandu dengan sistem
teknologi yang digunakannya selama ini, berikut letak masalah yang mereka alami.
Penelitian ini merupakan studi lapangan yang bersifat non-eksperimental karena tidak
memanipulasi variabel yang diteliti. Ada dua jenis pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran
respon subyektif (subjective measure) berupa rating subyektif, dan pengukuran performa psikologis
(performance measure) berupa kemampuan deteksi sinyal. Teknik statistik yang digunakan adaiah
Uji Korelasi Pearson's Product Moment, Uji One-Way Multivariate Analysis of Covariance, dan Uji
Korelasi Parsial. Sampel diambil berdasarkan kemudahan, dengan tetap melihat pada kriteria
sampel. Jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 21 orang pemandu lalu lintas udara
Bandara Soekamo-Hatta, Cengkareng.
Data didapat melalui dua alat ukur, yaitu rating subyektif multidimensi NASA TLX dan
Signal Balance. Skala yang diukur oleh NASA TLX adalah kebutuhan mental, kebutuhan fisik,
kebutuhan waktu, tingkat performa, tingkat usaha, dan tingkat frustrasi. Sedangkan Signal Balance
mengukur performa subyek dalam kecepatan dan akurasi mendeteksi sinyal.
Hasil pengolahan data menyatakan bahwa pemandu lalu lintas udara di Bandara Soekamo-
Hatta mempunyai rata-rata tingkat beban kerja sedang, dan tingkat kemampuan deteksi sinyal di
atas rata-rata. Penelitian ini mengidentifikasi adanya korelasi yang signifikan antara masa kerja
dengan beban kerja. Juga ditemukan adanya pengaruh masa kerja dan jenis tugas terhadap
kombinasi variabel-variabel beban kerja, faktor sistem dan faktor manusia. Namun tidak ditemukan
hubungan antara kemampuan deteksi sinyal dengan beban kerja dan masa kerja.
Beban kerja yang berasal dari aspek psikologis dipersepsi lebih berat daripada beban kerja
yang berasal dari aspek teknis pekerjaan. Hal ini berarti bahwa beban kerja pemandu masih
didominasi oleh beban dari faktor manusia daripada beban yang berasal dari aspek pekerjaan. Oleh
sebab itu, rendahnya performa kerja subyek dapat diidentifikasi sebagai adanya masalah dalam
interaksi manusia dengan sistem teknologi dan organisasi yang diterapkan saat ini. Hal ini tentu
menimbulkan pertanyaan, terlebih mengingat bahwa ternyata dari segi performa mendeteksi sinyal
para pemandu menunjukkan hasil yang amat baik. Maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk,
mengetahui faktor-faktor penyebabnya."
2002
S3003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sami`an El Faizi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan persepsi arsiparis terhadap profesi kearsipan berdasarkan pengalaman diklat dan pengalaman kerjanya di bidang kearsipan. Di samping itu penelitian juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan tugas atau kinerja arsiparis dan kendala serta permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan profesinya.
Penelitian survei ini dilakukan dengan melibatkan sampel yang dipilih secara acak sejumlah n=217 responden. Populasi penelitian N=514 orang merupakan Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam jabatan arsiparis yang terbesar di berbagai instansi pemerintah pusat (departemen) di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau angket. Uji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi dan kinerja arsiparis berdasarkan pengalaman kerja dan pengalaman pendidikan dilakukan menggunakan analisis "Kai Kuadrat" (Chi Square Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan sikap positif terhadap jabatan fungsional arsiparis. Di sisi lain sebagian besar responden arsiparis berpersepsi positif terhadap kegiatan kearsipan yang mencakup pengolahan dan pelayanan kearsipan, menilai dan menyeleksi arsip, memasyarakatkan kearsipan dan pengembangan profesi kearsipan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal persepsi arsiparis terhadap profesi kearsipan baik antara mereka yang kursus dan tidak kursus kearsipan minimal 3 bulan, maupun antara mereka yang bekerja dan tidak bekerja di bidang kearsipan.
Dalam hal pelaksanaan tugas atau kinerja arsiparis, sebagian arsiparis memperlihatkan kinerja di atas standar minimal, artinya kinerja mereka cukup baik, walaupun ada sebagian arsiparis yang menunjukkan kinerja kurang baik yaitu berada di bawah standar minimal. Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kinerja arsiparis antara mereka yang pernah kursus dan tidak pernah kursus kearsipan minimal 3 bulan, kecuali dalam kegiatan pelayanan kearsipan. Namun ada perbedaan kinerja arsiparis antara mereka yang sekarang bekerja dan tidak bekerja di bidang kearsipan kecuali kegiatan pemasyarakatan kearsipan. Kendala dan permasalahan yang dihadapi arsiparis dalam menjaiankan tugasnya, antara lain, adalah terbatasnya sarana dan peralatan kerja, kurangnya apresiasi/dukungan pimpinan, dan kurangnya kemampuan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan tugas.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa keberadaan jabatan fungsional arsiparis dan profesi kearsipan memperoleh tanggapan positif dan memiliki harapan cukup baik untuk masa mendatang. Namun diakui, bahwa tugas-tugas dan kegiatan kearsipan yang tercantum dalam SK MENPAN Nomor: 36 7 ahun 1990 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh arsiparis, sehingga kinerja mereka belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan kinerja arisparis.

Archivists' Perception toward Archival Profession: A Survey Study on the Govermental Institutions (Ministries) in JakartaThis study is intended to illustrate the perception of archivists toward their profession based on their working experience and educational background as related to their performance in handling archival activities. Constraints in carrying out their assignments in archival activities are also identified.
The sample of this study was n = 217 respondents randomly drawn from 514 archivists working in 15 public institutions in Jakarta. A set of questionnaire, used as the data collection instrument, was distributed directly to respondents in their working place. Descriptive statistical analysis was carried out in order to describe the perception of archivists toward their profession based on their working experience and educational background. While the Chi Square Test was conducted to test the hypothesis on the relationship between perception toward profession and performance of archivists.
Results of this study indicated that in general, archivists have positive perception toward their profession. There is no significant difference of archivists perception based on their educational background and their "real" assignment - whether or not they are handling archival activities.
The results of this study also illustrate the general performance of archivists based on the performance criteria of SK MENPAN No. 36/199d. The general picture showed that most archivists are performing around 1-3 times of minimal criteria, and some of them are performing under the minimal criteria. Furthermore, in general, there is no significant difference of archivists performance based on their educational background. However, there is significant difference of archivists performance based on their "real" assignment, except in terms of socializing/promoting archive to public audience.
According to the archivists involved in this study, there are many constraints they are facing in carrying out their archival assignment, among others the lack of proper equipments, lack of appreciations and supports from managers toward their achievement, and insufficient knowledge and technical skills on the part of the archivists themselves.
In a general, the study concludes that archivists have positive perceptions toward their profession. They are seeing their profession as having a good future. However, there are still rooms for improvement, especially in maximizing their performance in archival activities, which at the end will improve the overall picture of archivists and archive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>