Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161230 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novanto Edi Sakti
"Mutu effluent yang dihasilkan sejumlah rumah sakit masih di atas baku mutu effluent yang dipersyaratkan bagi rumah sakit, juga pada saat peneliti melakukan residensi II pada bulan Agustus - November 2002 ditemukan cemaran asap dari incinerator dan kadar Ammonium dari limbah cair yang melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah cair dan klinis Rumah Sakit Haji Jakarta sehingga dapat diterapkan Metode dan Teknologi serta Sumber Daya Manusia yang terlibat beserta proses monitoring atau pemantauan pengelolaan limbah cair dan klinis rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan upaya untuk menggali informasi sedalam-dalamnya tentang pengelolaan limbah cair dan Minis di Rumah Sakit Haji Pondok Gede Jakarta; juga dalam rangka untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman para petugas dalam proses pengelolaan limbah cair dan klinis rumah sakit. Responden diambil secara Non Probability Sampling, menggunakan metode Purposive Sampling yang dilengkapi dengan pedoman wawancara sebagai instrumen.
Hasil penelitian berupa wawancara mendalam, pengamatan dan analisis dokumen. Untuk pengelolaan limbah Minis menggunakan metode Incinerasi, sedangkan untuk limbah cair adalah Biological Treatment; metode yang dianjurkan dalam sanitasi rumah sakit. Sedangkan teknologinya digunakan Incinerator dan STP - WWTP. Personil yang terlibat sudah mempunyai latar belakang pendidikan tentang kesehatan lingkungan. Dari aspek monitoring mengacu kepada standar atau parameter yaitu uji emisi untuk incinerator dan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No. 582/1995 untuk limbah cair.
Kesimpulan penelitian bahwa pengelolaan limbah cair dan klinis sudah mengacu kepada peraturan atau ketentuan yang berlaku seperti Permenkes No.986/MENKES/PER/XI/I992, maupun Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Saran untuk standar atau parameter limbah cair yang digunakan sebaiknya menggunakan Kep-58/MENLH/I2/1995, sedangkan cemaran asap yang timbul akibat incinerator dapat ditinggikan cerobongnya, bila pemindahan lokasi tidak dapat dilakukan.

The quality of effluent which producted from several hospital still exceed effluent's standard of hospital; also when researcher was undergoing residence II on August - November 2002, it found incinerator's smoke contamination and Ammonium level of liquid waste exceed effluent's standard. Considering the following facts, it's important to understand the method, technology and Human Resources who incharged, along with monitoring process of hospital's liquid waste and clinic treatment.
The approach of research is qualitatif, to get information deeply about treatment analysis of liquid waste and clinic in Haji Hospital Jakarta; also in framework to understand how deep comprehensive of officer in liquid waste and clinic treatment. Sample is being taken as Non Probability Sampling, utilizing Purposive Sampling Method and fully equipped with interview directive.
The result shaped in-depth interview, observation and content analysis. For clinic waste utilizing incinerate method, whereas for liquid waste using Biological Treatment; method that recommended in hospital sanitation. The technology making use of Incinerator and STP - WWTP. The officers who incharged have have sanitation's educational background. The monitoring process is referring to standard which is emission exam for incinerator and Decision of KDKI Jakarta's Governor No. 582/1995 for liquid waste.
The conclusion is liquid waste and clinic treatment have been following to regulation and legislation as well, like Permenkes No. 986/MENKES/PER/XI/1992, as well as Hospital's Sanitation Standard in Indonesia. Suggestion to recommend is standard for liquid waste preferable referring to Kep-58/MenLH/12/1995, whereas smoke contamination that emerged as impact of incinerator may heighten of chimney, if location moving is impossible.
Bibliography : 36 ( 1992-2002 )
"
Depok: Universitas Indonesia,
T12975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Djunaidi
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Azoeddin
"Rumah sakit melaksanakan fungsi berbagai kegiatan terutama mengenai kegiatan yang berhubungan dengan manusia, menimbulkan dampak yang besar pengaruhnya terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan mengingat rumah sakit menghasilkan limbah yang bukan hanya berjumlah besar tetapi juga memiliki bahaya atau potensial untuk mencemari lingkungan. Apalagi mengingat limbah rumah sakit yang masuk dalam kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Oleh karena itu panting dilakukan penelitian untuk mengetahui proses pengelolaan limbah padat klinis di rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengelolaan limbah padat klinis di Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi yang meliputi tentang Manajemen, Metode, Sumberdaya Manusia dan Teknologi yang diterapkan. Dengan pendekatan Kualitatif diharapkan dapat diperoleh informasi lebih rinci dari para informan terhadap pemahaman dan pengetahuan terhadap proses pengelolaan limbah padat klinis di Rumah Sakit Mekar Sari. Informan dipilih berdasarkan metode Non Probability Sampling yaitu Purposive Sampling dengan menggunakan instrumen penelitian pedoman wawancara.
Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi, sudah dilakukan. Hasil observasi diperoleh dokumen UKL-UPL sebagai dokumen yang menuangkan proses manajemen pengelolaan limbah padat klinis. Metode yang digunakan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan yaitu melakukan pemisahan dan pengkodean terhadap limbah padat klinis rumah sakit sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pengelolaan. Personil atau sumberdaya manusia yang melakukan kegiatan merupakan petugas yang merangkap sebagai petugas kebersihan rumah sakit. Sedangkan teknologi yang digunakan dalam pemusnahan adalah mesin incenerator, bekerjasama dengan pihak RSU Bekasi sebagai pemilik peralatan.
Kesimpulan yang diperoleh, proses pengelolaan limbah padat klinis di Rumah Sakit Bekasi sudah mengarah kepada ketentuan atau peraturan yang ada yaitu tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Beberapa saran yang perlu diperhatikan adalah antara lain : perlunya struktur organisasi mandiri dalam pengelolaan sanitasi rumah sakit. Petugas atau personil yang terlibat seharusnya khusus untuk menangani masalah limbah klinis rumah sakit dan perlu dilakukan pelatihan atau peningkatan pengetahuan. Perlu dibuatkan prosedur tetap yang mudah difahami oleh petugas dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
Daftar Pustaka : 27 ( 1995 - 2002 )

The hospital have been doing the function many activities generally about the activities have correlating to human, make the big effect influenced toward of the environment. These case caused to remember the hospital resulting dump have not only the big amount but so have the dangerous or potential to dirt the environment. Whatever remember the dump hospital have entering in dump categories B3 (Dangerous and Poison Material). Cause of that more important done the research to know the management of liquid damp clinical process in the hospital.
These research have purpose to know the management of solid dump clinical process in Mekar Sari Bekasi Hospital have recover about Management, Method, Human Resources and Technology have laid. By Qualitative Approach hoped can reached more detail information from every informant toward the understanding and knowledge toward of the management of liquid dump clinical process in Mekar Sari Bekasi Hospital. Informant chose based on the method of Non Probability Sampling such as Purposive Sampling by using research exampling interviewing instrument.
The result of the observation get reached that management variable have include the planning, organizing and evaluation, have doing the result observation reached the document UKL-UPL as the document have laying the management process of the management of solid dump clinical. That method have used according to the arrangement of required such as doing the separating and coding toward of the solid dump hospital is that it happen the mistakes in doing management. Personnel or human resources have doing the activity may be it the worker have double activities as cleaning service in the hospital. Even though the technology of used to broke was incinerator machine, cooperating to RSU Bekasi party as to tool owner.
The conclusion have reached, process of the management of solid dump clinical in Bekasi Hospital ready toward to the arrangement or rule have such as about Hospital Guide Sanitation in Indonesia. Some of suggestion have necessity attended was such as more important alone organization structure in sanitation management. The worker in hospital or personnel have joint should be specific to solve about solid dump clinical problem and need of doing the training or increasing the knowledge. Necessary made rapidly procedure have easier understood by the worker have aim to the valid arrangement.
Bibliography : 27 (1995-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Wendi Yunianti
"Tugu Ibu Depok hospital is a type C hospital. As a health care provider, Tugu Ibu hospital has many activities and provides many services. With the Bed Occupancy Rate (BOR) of 50-70%, the hospital generates quite a lot both medical and non-medical solid waste. The hospital should organize and conduct waste minimization program to prevent pollution.
The objective of this research was to analyze the waste minimization efforts and management of medical and non-medical solid waste. This research used qualitative and quantitative approaches. Data collection was done using in-depth interviews, observation, and document review.
The results of this research showed that the Tugu Ibu Depok hospital has conducted a program of waste minimization through waste reduction by sorting it (segregation and housekeeping). The hospital has never been reused nor recycled the waste. The management of solid waste from sorting, collecting, transportion, storage and waste disposal are properly organized. Medical waste incineration has been done by third party.
To improve waste minimization efforts, specific standard operating pdures (SOP) to reduce and reuse waste is needed. It is also suggested to conduct training Latar Melanon waste minimization and reuse techniques. Strong commitme fro top-level management is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S42827
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Sarwanto Moersidik
"Limbah cair rumah sakit yang mengandung limbah klinis jika dibuang ke badan penerima tanpa pengolahan lebih dahulu dapat membahayakan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pengolahannya diperlukan untuk menghasilkan effluen yang sesuai dengan standar effluen yang diisyaratkan yang diindentifikasikan dalam parameter Padatan Tersuspensi, Zat Organik (KMnO4),BOD, COD, N dan P.
Salah satu cara mereduksi kontaminan yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit adalah dengan proses pengolahan secara fisis-kimiawi dengan menggunakan bahan koagulan PAC (Polyaluminiumrium Chloride) dikenal sebagai koaguian yang mampu mereduksi secara optimal kandungan turbiditas dalam pengolahan air bersih.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas reduksi PAC jika digunakan dalam pengolahan limbah cair, khususnya limbah cair rumah sakit. Penelitian dilakukan di lapangan dengan menggunakan alat simulasi pengolahan fisis-kimiawi. Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi air baku dan air hasil olahan dengan parameter uji melipuli pH, Turbiditas, Padatan Tersuspensi, Zat Organik (KMnO4), BOD, COD. N-Amonia dan P. Sebelum penelitian, terlebih dahulu dilakukan Jar test guna mengetahui dosis optimum yang akan diterapkan selama penelitian. Dengan membandingkan hasil pemeriksaan air olahan dengan hasil pemeriksaan air bakunya dapat diketahui tingkat reduksi dari koagulan PAC yang menunjukkan efektifitasnya.
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa PAC jika digunakan dalam pengolahan limbah cair - khususnya limbah rumah sakit - memang cukup efektif dalam mereduksi turbiditas, yaitu dengan dosis 50 mg/l didapat reduksi turbiditas maksimum 79%; tetapi tidak cukup efektif dalam mereduksi kontaminan lainnya dimana reduksi pada kontaminan lainnya maksimum hanya 56% (Zat Organilr KMnO4). Penggunaan unit saringan pasir cepat sesudah proses koagulasi tidak banyak manambah tingkat reduksi kontaminan, dimana turbiditas tersebut hanya naik menjadi 82%. Selain hasil penelitian yang berkaitan dengan penggunaan koagulan PAC lersebut, diperoleh pula tingkat effisiensi yang rendah dari alat simulasi yang pada umumnya berada di bawah harga kisaran effisiensi pengolahan teoritis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Della Amanda Andika Putri
"Sebagai penghasil limbah padat B3, rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkannya. Ketidakpatuhan rumah sakit dalam mengelola limbah padat B3 dapat berdampak buruk terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat, terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana jumlah produksi limbah padat B3 yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Dalam rangka melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dari dampak timbulan limbah padat B3, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 pada rumah sakit di Indonesia pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan terhadap 343 rumah sakit di Indonesia dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sikelim (Sistem Informasi Kelola Limbah Medis) milik Kemenkes RI. Data akan dianalisis menggunakan uji chi-square, mann whitney, dan regresi logistik model determinan. Berdasarkan hasil analisis, terjadi peningkatan tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 oleh rumah sakit di Indonesia, yaitu dari 82% menjadi 86% selama pandemi. Meskipun capaian tingkat kepatuhan sudah cukup baik, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kegiatan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri oleh rumah sakit dimana ditemukan hanya 6% rumah sakit yang melakukan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri menggunakan insinerator yang memenuhi izin selama pandemi COVID-19 tahun 2020.

Hospitals generate many types of medical wastes. Therefore, they have the responsibility to manage the waste they produce. Improper management of medical waste can have a negative impact on the environment and public health, especially during the COVID-19 pandemic where the amount of medical waste generated by health care facilities is increasing. To protect the environment and public health from the negative impact of medical waste, this study was conducted to determine the level of compliance of medical waste management in hospitals before and during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Cross-sectional study was conducted among 343 hospitals in Indonesia. The data used in the research is secondary data from the medical waste management information system owned by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The data will be processed using chi-square, mann whitney, and logistic regression test. The research found that there was an increase in the hospital’s compliance level of medical waste management in Indonesia, from 82% to 86% during the pandemic. Although the level of compliance was adequate, there should be an effort to improve independent treatment of medical waste by hospitals where only 6% of hospitals doing treatment for medical waste independently using incinerators that meet the standards during the COVID-19 pandemic in 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Supriadi
"Pelayanan rumah sakit menghasilkan limbah medis padat yang harusdikelola dengan baik dan komprehensif sejak limbah dihasilkan hingga dikelola ditempat pembuangan akhir. Berdasarkan pengamatan, masih ada petugaskebersihan di Rumah Sakit Haji Jakarta yang tertusuk jarum saat melakukanpengolahan limbah medis yang berarti pengelolaan limbah masih belum optimaldilakukan dan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan bagi petugas danlingkungan sekitar.Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem pengelolaan limbah medispadat sesuai dengan Keputusan Kemenkes 1204 tahun 2004. Metode penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif dengan disain studi kasus. Pendekatankualitatif dilakukan untuk menganalisis sistem pengelolaan limbah medis diRumah Sakit Haji Jakarta yang terdiri dari input, proses, output dan rekomendasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada faktor input poduksi limbah medistergolong besar sebesar 128 kg/hari. Pada faktor proses mulai dari pewadahan,tercampur antara limbah medis dan non medis serta benda tajam jarum suntik ,pengangkutan belum menggunakan trolly khusus dan penyimpanan limbah medisbelum memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2014. Oleh karenaitu pemilahan pewadahan limbah medis yang dimulai dari sumbernya, perilakupetugas dan penyediaan sarana limbah medis menjadi faktor penentu didalampengelolaan limbah medis sehingga diharapkan dampak resiko kecelakaan kerjadan lingkungan sekitar dapat dikurangi dan bahkan dihindari zero accident.

Hospital services produce solid medical waste that must be managed properly andcomprehensively since the waste is produced until it is managed in a landfill.Based on the observation, there is still a janitor at Haji Hospital Jakarta whopunctured needle while doing medical waste treatment which mean wastemanagement still not optimal done and have potential to cause health impact forofficer and environment.This research discusses solid waste medical management system based onregulation of Ministry of Health No. 1204 2004. The research method usedqualitative approach with case study design. A qualitative approach wasundertaken to analyze the medical waste management system at Haji JakartaHospital consisting of inputs, processes, outputs and recommendations.The resultsshowed that in the input factor of medical waste production is large amounted to128 kg day. In process factors starting from containers, mixed between medicaland non medical waste and sharp objects syringes , transportation has not beenusing special trolly and medical waste storage has not been eligible according toregulation of Ministry of Health No. 1204 2004. Therefore, the sorting ofmedical waste starting from the source, the behavior of the officer and theprovision of medical waste becomes the determining factor in the management ofmedical waste, so that it is expected that the impact of occupational accident riskand the surrounding environment can be reduced and avoided zero accident."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Agustine Putri
"Pada tahun 2011 jumlah timbulan limbah padat di DKI Jakarta mencapai 5.598 ton/hari (BPS DKI Jakarta, 2012), di mana 35% limbah padat berasal dari industri dan perkantoran. Gedung Menara Prima belum memiliki pengelolaan limbah padat terpadu, sehingga diperlukan upaya pengurangan limbah padat dari sumber melalui rekomendasi pengelolaan limbah padat pada aspek teknis operasional berdasarkan timbulan dan komposisi limbah padat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 19-3964-1994 dengan pengukuran selama 8 hari dan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Hasil penelitian menunjukkan total rata-rata berat timbulan limbah padat Gedung Menara Prima adalah 449,8 kg/hari dengan total rata-rata volume 3459 L/hari dan berat jenis limbah padatnya adalah 0,15 kg/L. Laju timbulan yang dihasilkan pada area basement adalah 0,062 L/m2/hari, area gedung (aktivitas administrasi kantor) 0,700 L/orang/hari, area kantin 0,089 L/orang/hari, area taman dan sapuan jalan 0,048 L/m2/hari. Komposisi limbah padat Gedung Menara Prima yang dihasilkan dari setiap sumber limbah padatnya mempunyai 3 komponen utama yaitu area gedung terdiri dari 32,9% organik, 50,4% kertas, 9,25% plastik; area kantin terdiri dari 90,0% organik, 4,55% kertas, 4,22% plastik; area taman dan sapuan jalan terdiri dari 79,0% organik, 5,20% kertas, 4,79% kaca.
Melalui rekomendasi pengelolaan limbah padat pada aspek teknis operasional, yaitu pemilahan dan pewadahan di sumber; pengumpulan; pengolahan; pemindahan dan pengangkutan; serta pembuangan akhir; limbah padat yang diangkut berpotensi dikurangi sebesar 28,6% dengan penerapan pengomposan dan penjualan limbah padat anorganik laku jual ke lapak yang menerima limbah padat dari kawasan kantor. Untuk memberikan gambaran keefektifan sistem yang direncanakan, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek lainnya yaitu aspek hukum, lembaga, biaya dan peran serta masyarakat di mana dalam hal ini pengelola dan penghuni/karyawan Gedung Menara Prima dalam menerapkan rekomendasi tersebut.

In 2011, the amount of solid waste generated in Jakarta reached 5.598 tons/day (BPS Jakarta, 2012), in which 35% of solid waste is from industrial and office. Menara Prima Office Building, has yet to implement an integrated solid waste management, thus a recommendation of solid waste management on technical aspect is required based on waste generation and composition. The method used in this research is based on SNI 19-3964-1994 for 8 days measurement and SNI 19-2454-2002 about the technical aspect.
The results found from the measurements are as followed: the average weight of total solid waste generation of Menara Prima is 449.8 kg/day, the average of total volume is 3459 L/day, and the density of solid waste is 0.15 kg/L. Generation rates measured from the basement area is 0.062 L/m2/day, building area (office administration activities) is 0.700 L/person/day, canteen area is 0.089 L/person/day, parks and street sweeping area is 0.048 L/m2/day. Each solid waste source in Menara Prima Office Building has 3 main components which make up their solid waste composition, the building area consist of 32.9% organic, 50.4% paper, 9.25% plastic; the canteen area consists of 90.0% organic, 4.55% paper, 4.22% plastic; and the parks and street sweeping area consists of 79.0% organic, 5.20% paper, 4.79% glass.
Solid waste management recommendation on the technical aspect that is separation at the source; collection; processing; transfer and transport; and disposal; can potentially reduce solid waste transported up to 28.6% by the implementation of solid waste composting and sale of salable inorganic solid waste from the office area. Further research regarding the other aspects such as law, institution, cost, and the role and participation of the community, in this particular case the managers, occupants/employees of Menara Prima Office Building, is needed to provides an overview of the effectiveness of the proposed system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Handoko Purwojatmiko
"Penanganan limbah elektronik yang tidak tepat dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Limbah elektronik dihasilkan dari perkembangan pesat teknologi manufaktur yang mendorong revolusi industri sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Extended Producer Responsibility (EPR) adalah pendekatan kebijakan lingkungan yang berorientasi terhadap tanggung jawab produsen. Akan tetapi perkembangan EPR di negara berkembang masih kurang, dimana sistem pengumpulan dan daur ulang belum cukup diperhatikan. Di sisi lain, motivasi produsen dari sektor industri belum memiliki perhatian yang cukup untuk memperluas tanggung jawab produk mereka hingga tahap pasca konsumsi, terutama untuk mengambil kembali, memulihkan dan membuang. Studi ini mengeksplorasi faktor-faktor kunci yang dapat memotivasi produsen untuk sepenuhnya mengadopsi konsep EPR dalam industri elektronik di Indonesia. Model yang dibangun berdasarkan pada Theory of Planned Behavior (TPB) yang diperluas dalam konteks EPR. Model ini dibentuk oleh tiga konstruksi utama: perilaku individu, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku, serta tiga faktor lain yang diidentifikasi dari tinjauan pustaka dan wawancara kepada perwakilan perusahan yaitu insentif ekonomi, insentif administrasi dan insentif logistik. Faktor-faktor tersebut terlibat dalam membentuk intensi untuk melakukan suatu perilaku. Hasil yang didapatkan dari analisis jalur bahwa faktor insentif administrasi hanya dapat mempengaruhi intensi sedangakan insentif logistik dapat mempengaruhi perilaku produsen elektronik untuk mengadopsi EPR

Improper handling of WEEE (Waste Electrial and Electronic Equipment) can cause negative impacts on the environment and human health. WEEE is generated from the rapid development of manufacturing technology that has pushed the industrial revolution to have an impact on economic growth, especially in developing countries such as Indonesia. Extended Producer Responsibility (EPR) is an environmental policy approach that is oriented towards producer responsibility. However, the development of EPR in developing countries is still lacking, where the collection and recycling system has not been adequately addressed. On the other hand, the motivation of producers from the industrial sector does not have enough attention to expand their product responsibilities to the post-consumption stage, especially to take back, recover and dispose. This study explores the key factors that can motivate producers to fully adopt the EPR concept in the electronics industry in Indonesia. The model built based on extended Theory of Planned Behavior (TPB) in the context of EPR. This model is formed by three main constructs: attitude, subjective norms and perceived behavioral control, and three other factors that identified from literature reviews and interviews with producer representatives namely economic incentives, administrative incentives and logistic incentives. These factors are involved in forming the intention to behavior. The results obtained from the path analysis that administrative incentive factors can only influence intention while logistic incentives can influence the behavior of electronic producers to adopt EPR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Wikandari
"ABSTRAK
Pertumbuhan usaha, peningkatan kepedulian terhadap lingkungan, serta kenaikan
biaya produksi merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi PT XYZ, yang
memproduksi sabun, kosmetik, dan bahan pembersih rumah tangga. Perusahaan
ini sudah menerapkan konsep eko-efisiensi melalui perbaikan IPAL, namun
kualitas air limbahnya belum memenuhi standar baku mutu, sehingga dilanjutkan
dengan program cleaner production di area produksi. Penelitian ini bertujuan
menganalisis hubungan antara penerapan program cleaner production di area
produksi dengan kinerja IPAL, menghitung keuntungan ekonomi, dan rasio ekoefisiensi,
dengan mengikutsertakan karyawan. Penelitian dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif serta mix method. Hasil analisis menunjukkan korelasi
positif dan signifikan antara keberhasilan program cleaner production di area
produksi dengan penurunan COD outlet IPAL, dari 458,70 mg/l menjadi 153,22
mg/l. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku pekerja sangat baik; biaya
pengolahan air limbah di PT XYZ menurun 21%; dan rasio eko-efisiensi
penggunaan air naik dari 0,55 menjadi 0,56. Hal ini memperlihatkan bahwa
program cleaner production memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan

ABSTRACT
Growth in the business, increase of the environmental awareness, as well as
increase in the production costs are become a challenge and an opportunity for
PT XYZ, that produces soap, cosmetics, and household products. The company
has already implemented the eco-efficiency concept through improvement of
WWTP, however quality of the waste water effluent did not meet the quality
standards applied yet, so that proceeded with implementing the cleaner
production program in production area. A proper application of the ecoefficiency
concept should get an appropriate quality of the waste water and also
decrease in the production costs. This study was conducted to analyze correlation
between implementation of the cleaner production program on production area
and performance of the WWTP and also to calculate the economic benefits and
ratio of the eco-efficiency, with involvement of the employee definitely. The study
was using a quantitative approach and the mix methods. Result of the analysis
shows positive and significant correlation between successfully of the cleaner
production program by decreasing COD of IPAL outlet from 458.70 mg/l to
153.22 mg/l. The level of knowledge, attitude, and behavior of workers related to
the program was very good; cost of waste water treatment in PT XYZ decreased
by 21%; and increased eco-efficiency ratio of water from 0.55 to 0.56. Thus,
implementing the cleaner production program will provide economic and
environmental benefits to the company"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>