Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taniawati Supali
"ABSTRAK
Penelitian respon imun terhadap larva stadium empat (L4) jarang dilakukan. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan materi larva stadium empat yang cukup untuk pembuatan antigen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan larva stadium empat (L4) pada kultur in vitro dengan menggunakan candle jar sebagai pengganti inkubator C02.
Larva infektif (larva stadium tiga) Brugia malayi berhasil dikultur in vitro menjadi larva stadium empat dalam medium NCTC 135 dan lstove's modified Dulbeccos yang diperkaya dengan 10% serum manusia selama 3 minggu. Larva infektif dikultur dalam candle jar dan diinkubasi pada suhu 37C.
Pada kultur in vitro dengan candle jar 52,99% larva infektif menjadi larva stadium empat; sedangkan dengan Cara in vivo pada mongolian jird hanya 10,8% dan larva infektif menjadi larva stadium empat dan perbedaan ini adalah bermakna ( Uji t, p < 0,001).

ABSTRACT
Immunological studies against the fourth stage larvae (L,4) are still scarce because it is difficult to collect enough L4 material produced in vivo for antigen.
The aim of this study is to produce the fourth stage larvae (L4) of B. malayi by using in vitro culture in candle jar.
Third stage larvae of Brugia Malayi has been successfully molted into fourth stage larvae in an in vitro culture medium composed of NCTC 135 and Iscove's modified Dulbecco's supplemented with 10% human serum for 3 weeks. The in vitro culture was done in a candle jar and incubated at 37C.
Of the infective larvae 52.99 % transformed into fourth stage larvae in an in vitro culture by mean of candle jar whereas only 10.8% of the infective larvae transformed into fourth stage larvae in in vivo using mongolian jird and this result differed significantly (t test, p < 0.001)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Upiek Ngesti Wibawaning Astuti
"Ruang lingkup dan cara penelitian.
Pemeriksaan larva B. malayi pada nyamuk secara konvensional (mikroskopis) banyak terdapat hambatan, antara lain nyamuk yang ditangkap harus langsung dibedah, memerlukan waktu yang lama, dan tidak spesifik karena larva dalam nyamuk sukar diidentifikasi terutama bila kepadatan larva dalam nyamuk rendah. Mengingat adanya kendala tersebut dikembangkan cara pemeriksaan nyamuk yang lebih cepat dan mudah yaitu melalui pendekatan biologi molekuler dengan Polymerase-chain reaction (PCR). Cara. PCR ini belum digunakan di lapangan sebagaimana cara mikroskopis. Berdasarkan hal diatas timbul pertanyaan apakah cara PCR dapat mendeteksi larva pada nyamuk dari lapangan. Penilaian angka prevalensi dan densitas mikrofilaria pada penduduk dilakukan berdasarkan pemeriksaan darah tebal (20ml). Proporsi infeksi pada nyamuk dihitung berdasarkan pemeriksaan sebagian sampel nyamuk langsung di lapangan dan cara PCR dilakukan di laboratorium terhadap sebagian sampel nyamuk yang disimpan dalam tabung yang mengandung silika.
Hasil dan Kesimpulan
Hasil pemeriksaan mikrofilaria B. malayi darah-malam penduduk menunjukkan prevalensi 18,3% untuk Desa Rogo dan 5,8% untuk Desa Mahoni. Hasil pemeriksaan nyamuk dengan cara mikroskopis di Desa Rogo adalah 2,6% dan Desa Mahoni adalah 1,1%. Pada pemeriksaan nyamuk secara PCR di Desa Rogo adalah 11,2% dan Desa Mahoni 3,2% positif mengandung DNA larva B. malayi. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan sangat bermakna (X2 = 22,24; P-values=0,001) antara Desa Rogo dan Desa Mahoni untuk pemeriksaan darah-malam penduduk, dengan densitas rata-rata 15,89 untuk Desa Rogo, sedang Desa Mahoni densitas rata-ratanya adalah 6,17. Hasil pemeriksaan nyamuk secara mikroskopis antara kedua Desa tidak menunjukkan perbedaan bermakna, namun pada pemeriksaan nyamuk secara PCR menunjukkan perbedaan bermakna (X2 = 4,74; P-values= 0,029). Perbedaan bermakna ditunjukkan antara cara mikroskopis dan cara PCR (X2 = 6,35; P-values-0,01), dan cara PCR memberikan nilai proporsi positif lebih tinggi yaitu 7,62% sedang cara mikroskopis adalah 1,90%, sehingga cara PCR dapat mendeteksi larva di dalam nyamuk lebih baik dari cara mikroskopis."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Meylisa Saragi
"Pemberian pelayanan kepada masyarakat tentunya membutuhkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial menurut Taylor (2006) adalah sebagai pertukaran interpersonal, dengan memberikan bantuan kepada orang lain, bertukar informasi, dan melibatkan emosi untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk saran maupun materi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan sosial yang diberikan masyarakat sekitar kepada Kader Jumantik di Kota Bekasi serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses pemberian dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci serta menjelaskan serangkaian tahapan atau langkah-langkah. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan masyarakatn kepada Kader Jumantik PKK Kelurahan Mustikajaya, Bekasi mencakup dukungan sosial, instrumental, penghargaan, emosional dan integrasi sosial. Faktor pendukung dukungan ini relasi dan respon positif yang diberikan masyarakat kepada kader jumantik, PKK Kelurahan Mustikajaya. Sedangkan, faktor penghambat dukungan sosial adalah terdapat beberapa masyarakat yang memiliki ketidakpercayaan kepada kader jumantik dalam memberikan pelayanan. Sumber-sumber dukungan sosial yang diberikan masyarakat kepada kader jumantik berasal dari tetangga dekat dan jauh, suami serta anak. Terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat, dukungan sosial ini meningkatkan kualitas pelayanan kader jumantik. Peneliti merancang penelitian bersama dengan pemangku kepentingan dari institusi, Desa Mustikajaya, dan mereka telah menyetujui peneliti untuk melakukan penelitian selama pandemi COVID 19, dengan memperhatikan protokol kesehatan

Providing services to the community requires social support from the surrounding environment. Social support according to Taylor (2006) is an interpersonal exchange, by providing assistance to others, exchanging information, and engaging emotions to provide mutual assistance in the form of suggestions and materials. This study aims to determine the social support provided by the surrounding community to Jumantik Cadres in Bekasi City as well as supporting and inhibiting factors in the process of providing social support. This study uses a qualitative approach with a descriptive design that aims to provide a detailed description and explain a series of stages or steps. The data collection techniques used were in-depth interviews, observation, literature study, and documentation study. The results of this study indicate that the social support provided by the community to the Jumantik PKK cadres of Mustikajaya Village, Bekasi includes social support, instrumental, appreciation, emotional and social integration. The supporting factors for this support are the positive relationships and responses given by the community to Jumantik cadres, PKK, Mustikajaya Village. Meanwhile, the inhibiting factor for social support is that there are some people who have distrust of jumantik cadres in providing services. Sources of social support provided by the community to larva monitoring cadres come from near and far neighbors, husbands and children. Apart from the existence of supporting and inhibiting factors, this social support improves the service quality of jumantik cadres. Researchers designed joint research with stakeholders from institutions, Mustikajaya Village, and they have approved researchers to carry out research during the COVID 19 pandemic, by paying attention to health protocols."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Akbar Cindani Gardian
"Latar belakang: Temefos dan Sipermetrin sebagai insektisida memiliki zat aktif yang dapat membunuh larva Culex quinquefasciatus melalui kerusakan organ digestif dan penurunan neurotransmitter( Octopamin dan Tiramin).
Tujuan: Mengevaluasi aktivitas larvasida , mekanisme kerusakan histopatologi, dan penurunan neurotransmitter tiramin dan oktopamin.
Metode: Bioassay larva Cx. quinquefasciatus instar III dan IV sesuai dengan protokol WHO , pemeriksaan rutin histopatologi menggunakan pewarnaan HE, dan deteksi Oktopamin dan Tiramin dengan antibodi menggunakan metode imunohistokimia.
Hasil: Temefos dan Sipermetrin memperlihatkan aktivitas larvasida terhadap larva Cx. quinquefasciatus.Sipermetrin memiliki aktivitas larvasida lebih tinggi dengan LC50 dan LC90 masing-masing sebesar 0,013 ppm dan 0,184 ppm dibandingkan dengan Temefos yang memiliki LC50 dan LC90 masing-masing sebesar 0,009 ppm dan 0,016 ppm. Kedua insektisida menyebabkan kelainan histologi pada bagian midgut( food bolus, membran peritropik, mikrovili, lapisan epitelium, dan sel epitel). Sipermetrin menyebabkan kerusakan histologi midgut lebih parah dibandingkan Temefos. Setelah perlakuan kedua insektisida, Oktopamin dan Tiramin masih bisa terdeteksi. Namun, imunoreaktivitas keduanya berkurang.
Simpulan: Temefos dan Sipermetrin dapat direkomendasikan untuk digunakan dalam pemberantasan nyamuk Cx.quinquefasciatus.

Background: Temephos and Cypermethrin as insecticides have active substances that can kill Cx. quinquefasciatus larvae through damage to digestive organs and decrease in neurotransmitters (Octopamine and Tyramine).
Objective: valuating larvacidal activity, histopathological damage mechanisms, and decreased neurotransmitters tyramine and octopamine.
Method: Bioassay of Cx. quinquefasciatus instar III and IV according to WHO protocol, routine histopathological examination using HE staining, and detection of Octopamine and Tyramine with polyclonal antibodies using immunohistochemical methods.
Results: Temephos and Cypermethrin showed larvicidal activity against larvae of Cx. quinquefasciatus. Cypermethrin has higher larvicidal activity with LC50 and LC90 of 0.013 ppm and 0.184 ppm respectively compared to Temephos which has LC50 and LC90 of 0.009 ppm and 0.016 ppm respectively. Both insecticides cause histological abnormalities in the midgut (food bolus, peritropic membrane, microvilli, epithelium layer, and epithelial cells). Cypermethrin causes more severe midgut histological damage than Temephos. After the second treatment of insecticides, Octopamine and Tyramine can still be detected but the immunoreactivity of both is reduced.
Conclusion: Temephos and Cypermetrin can still be recommended for use in the eradication of Cx.quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Ulya
"DBD merupakan penyakit yang tergolong endemis di Indonesia. Salah satu metode untuk menurunkan tranmisi DBD adalah dengan cara pengendalian vektor. Ekstrak rimpang Zingiber purpureum Roxb dan nanokomposit Ag-TiO2 masing-masing memiliki efek larvasida terhadap larva Ae.aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan ekstrak Zingiber purpureum Roxb yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 terhadap larva Aedes aegypti. Rancangan penelititan ini bersifat eksperimental dengan 3 kelompok perlakukan, yaitu kelompok Ekstrak Z. purpureum dengan nanokomposit Ag-TiO2, kelompok nanokomposit Ag-TiO2 dan kelompok kontrol, yaitu Ekstrak Z. purpureum. Konsentrasi Ekstrak Z. purpureum yang digunakan adalah 50 ppm, 100 ppm, dan 400 ppm. Konsentrasi nanokomposit Ag-TiO2 yaitu 1 ppm ,2 ppm, dan 8 ppm. Sesuai dengan panduan WHO, setiap konsentrasi sediaan dilakukan 4 kali pengulangan. Korelasi signifikan antara konsentrasi dengan kematian larva Ae.aegypti terlihat pada ekstrak Z. Purpureum dan campuran ekstrak Z. purpureum dengan nanokomposit Ag-TiO2.

DHF is an endemic disease in Indonesia. One method to reduce DBD transmission is by vector control. Zingiber purpureum Roxb rhizome extract and Ag TiO2 nanocomposite has a larvicidal effect agains Ae.aegypti larvae. This study is aim to evaluate the effectiveness of the use of Zingiber purpureum Roxb extract with Ag TiO2 nanocomposite against Aedes aegypti larvae. This study design was experimental design. There were 3 groups, first group is Z. purpureum extract group with Ag TiO2 nanocomposite, second is Ag TiO2 nanocomposite group and Z. purpureum extract as the control group. Concentration of Z. purpureum extract were 50 ppm, 100 ppm, and 400 ppm. Concentration of Ag TiO2 nanocomposite were 1 ppm, 2 ppm, and 8 ppm. Based on WHO guidelines, each concentration of preparation is performed in four replicated. A significant correlation between concentration and death of Ae.aegypti larvae was seen in the Zingiber purpureum Roxb rhizome extract and mixture of Z. purpureum extract with Ag TiO2 nanocomposite p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faqihuddin
"Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi merupakan daerah dimana tempat bermuaranya berbagai sungai. Muara sungai merupakan daerah asuhan bagikehidupan larva ikan. Larva Ikan merupakan benih ikan yang dapat dikonsumsi danjuga bernilai ekonomis. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap kehidupanlarva ikan impun adalah kondisi salinitas pada suatu perairan. Nilai salinitas dapatdiketahui dari hasil pengolahan citra satelit Landsat 8 OLI dengan menggunakanalgoritma Cimandiri Supriatna et al., 2016. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui dan menganalisis persebaran larva ikan di Pantai Selatan KabupatenSukabumi dan menganalisis hubungan nilai salinitas dengan curah hujan dankondisi oseanografis. Persebaran Larva Ikan berdasarkan nilai salinitas pada habitatlarva ikan di Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi berkisar antara 14,10/0 - 25,860/00. Nilai salinitas semakin tinggi bila curah hujan rendah dan tingginya tinggi mukaair laut. Nilai salinitas rendah bila curah hujan tinggi dan rendahnya tinggi mukaair laut. Terpaparnya muara oleh arus permukaan laut maka nilai salinitas muaratersebut memiliki variasi yang rendah, muara tidak terpapar oleh arus pemukaanlaut maka nilai salinitas muara tersebut memilki variasi yang tinggi.

Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi is the river rsquo s outlet area. It is an area of carefor the life of fish larvae. Larvae Fish can be consumed and also has a higheconomic value. One of the factors that affect the lives of fish larvae is the salinityconditions on waters. Salinity can be analyzing from the landsat 8 OLI satelliteimagery processing using Cimandiri algorithms Supriatna et al., 2016 . This study aims to determine and analyse the distribution of fish larvae at Pantai SelatanKabupaten Sukabumi and analyse the relationship between the value of salinitywith rainfall and the oceanographic conditions. Salinity values on larvae fish habitatin Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi ranged from 14,10 00 ndash 25,860 00. The higher currents move, low rainfall, and sea in a state of low tide make salinity value increase. The lower of salinity value when high rainfall, sea state and low velocitytidal currents move.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Qurrota A'yun
"Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Insidensi lebih dominan di daerah tropis dan subtropis. Terdapat berbagai faktor yang diduga berkontribusi pada penyebaran DBD, seperti kepadatan penduduk, perubahan iklim, dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara kepadatan penduduk, iklim, dan larva nyamuk secara bersamaan di Jakarta Utara. Studi ini menggunakan uji cross sectional yang membandingkan insidensi demam berdarah di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2019 hingga 2022 dan diuji hubungannya dengan faktor iklim, seperti temperatur udara, curah hujan, kelembaban udara, serta kepadatan penduduk dan angka bebas jentik. Uji dilakukan dengan uji korelasi Pearson dan Spearman. Pengaruh terhadap insidensi demam berdarah, antara lain kelembaban udara pada bulan yang sama (p=0.037, r=0.303 pada Non TL), curah hujan pada satu bulan setelah curah hujan diukur (p=0.038, r=0.303 pada TL-1). temperatur udara pada 2 bulan setelah temperatur udara diukur (p=0.005, r=-0.405). Kepadatan larva pada bulan yang sama (p=0.006, r=-0.547). Kepadatan penduduk pada bulan yang sama (p=0.036, r=0.431). Kelembaban udara, kepadatan larva, dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh terhadap insidensi demam berdarah pada bulan yang sama, sedangkan curah hujan pada 1 bulan setelah pengukuran, dan temperatur udara tidak memiliki korelasi signifikan.

Dengue fever (DF) is a disease caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. The incidence is more dominant in tropical and subtropical areas. Various factors are believed to contribute to the spread of DF, such as population density, climate change, and environmental conditions. Therefore, this study aims to analyze the relationship between population density, climate, and mosquito larvae concurrently in North Jakarta. This study uses a cross-sectional design comparing the incidence of dengue fever in North Jakarta from 2019 to 2022 and examines its relationship with climatic factors such as air temperature, rainfall, humidity, as well as population density and the larval index. The analysis was performed using Pearson and Spearman correlation tests. Factors influencing the incidence of dengue fever include humidity in the same month (p=0.037, r=0.303 for Non TL), rainfall one month after it is measured (p=0.038, r=0.303 for TL-1), air temperature two months after it is measured (p=0.005, r=-0.405), larval density in the same month (p=0.006, r=-0.547), and population density in the same month (p=0.036, r=0.431). Humidity, larval density, and population density have an influence on the incidence of dengue fever in the same month, while rainfall measured one month later and air temperature doesn’t have significant temperature."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Fatimah Azzahra
"ABSTRAK
Estuari merupakan ekosistem yang khas karena percampuran salinitas air tawar dengan air laut sehingga estuari menjadi ekosistem yang subur untuk tempat ikan memijah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wilayah estuari berdasarkan salinitas permukaan dan hubungan dengan lokasi penangkapan larva ikan. Peninjauan akan wilayah estuari berdasarkan salinitas yang didapatkan dari tiga variabel yaitu arus permukaan, pasang surut, serta curah hujan ini bertujuan untuk mengetahui wilayah Estuari Cimadur berdasarkan salinitas permukaan perairan yang disesuaikan antara hasil pengukuran salinitas di lapangan dengan hasil pengolahan citra penginderaan jauh, kemudian dihubungkan dengan hasil wawancara mengenai lokasi penangkapan larva ikan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu menganalisis citra hasil penginderaan jauh dan hubungan dengan variabel. Data yang disajikan berupa hasil olah statistik pengukuran langsung maupun tidak langsung sehingga dapat disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah wilayah estuari serta lokasi penangkapan larva ikan yang dipengaruhi oleh salinitas permukaan perairan.

ABSTRACT
Estuary is a typical ecosystem due to the mixing of freshwater salinity with sea water so that estuariy become a fertile ecosystem for spawning fish. This study aims to analyze the estuary area based on surface salinity and the relationship with larvae fishing locations. The estimate of estuary area based on salinity obtained from three variables, namely surface current, tidal, and rainfall is aimed to know the area of Estuary Cimadur based on water surface salinity which is adjusted between the result of salinity measurement in the field with the result of remote sensing image processing, then connected with interviews result about larvae fishing sites. This research uses quantitative method by analyzing the image of remote sensing and relationship with all variables. The data presented from statistical measurement directly or indirectly so that it can be presented in descriptive form. The results of this study were estuary area and larvae fishing location affected by water surface salinity."
2017
S68582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Eliza
"Buah Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl. mengandung metabolit sekunder yang aktif, sehingga dapat membunuh larva Ae. aegypti untuk mengendalikan vektor DBD tanpa resistensi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi aktivitas ekstrak metanol buah Mahkota Dewa dan mekanisme kerja ekstrak tersebut sebagai larvasida terhadap larva Ae.aegypti . Penelitian eksperimen ini terdiri dari dua kelompok, 1 Kontrol positif saponin dan kuersetin dari Sigma Aldrich 2 Perlakuan, yaitu ekstrak metanol dan n-heksana dan fraksi etil asetat . Uji fitokimia memperlihatkan ekstrak metanol mengandung saponin dan kuersetin. Setelah 24 jam, kelompok kontrol dengan saponin ditemukan 100 mortalitas larva. Konsentrasi ekstrak metanol 0,15 -0,30 dan ekstrak n-heksana serta fraksi etil asetat 0,20 -0,30 memperlihatkan aktivitas larvasida bermakna.

Mahkota Dewa Fruit Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl. contains active secondary metabolites, thus killing Ae.aegypti larvae to control the DHF vector without resistance. The object this study was to evaluate the activity of extract of Mahkota Dewa fruit methanol extract and the mechanism of action the extract as larvacide larvae Ae.aegypti. The study experimental consisted of two groups, 1 Positive control saponin and quercetin from Sigma Aldrich 2 Treatment, ie extract methanol and n hexane and fraction ethyl acetate . Phytochemical tests show methanol extract containing saponins and quercetin. After 24 hours, control group saponins found 100 mortality of the larvae. The concentration methanol extract 0.15 0.30 and n hexane extract and ethyl acetate fraction 0.20 0.30 showed significant larvicidal activity p."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yismairai
"Aedes aegypti merupakan salah satu nyamuk yang berperan sebagai vektor bagi virus Dengue dalam mentransmisikan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satu strategi yang dapat memutus rantai penyakit DBD yaitu dengan penggunaan larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas larvasida pada batang dan daun D. pentandra terhadap larva instar IV Ae. aegypti. Pengujian larvasida dilakukan menggunakan konsentrasi 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; dan 10.000 ppm, serta menggunakan 3 ulangan pada masing-masing larutan perlakuan ekstrak batang dan daun D. pentandra. Mortalitas pada pengamatan 48 jam dilakukan analisis probit menggunakan aplikasi Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 untuk mengetahui nilai LC₅₀ pada kedua ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak batang dan daun D. pentandra memiliki aktivitas larvasida dengan nilai LC₅₀ yang berbeda. Ekstrak batang memiliki nilai LC₅₀ = 1.183,23 ppm dan ekstrak daun memiliki nilai LC₅₀ = 6.013,63 ppm. Analisis HPLC juga dilakukan untuk mengetahui profil kromatogram pada kedua ekstrak. Hasil HPLC menunjukkan bahwa terdapat tiga senyawa pada puncak dengan retensi waktu 7,7; 8,6; dan 13,8 menit, yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra. Namun demikian, perlu dilakukan isolasi dan identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa yang diduga berperan dalam aktivitas larvasida pada kedua ekstrak D. pentandra.

Aedes aegypti is a mosquito that acts as vector of Dengue virus in transmitting dengue haemorrhagic fever (DHF) disease. Strategy that can break the chain of dengue fever is using larvicide. This study aims to know the potential of larvicidal activity in the stem and leaves of D. pentandra against fourth instar larvae of Ae. aegypti. Larvicidal testing was carried out using concentration series at 1.000; 2.500; 5.000; 7.500; and 10.000 ppm with 3 replications for each extract of D. pentandra. Data of mortality at the 48 hours observation was analyzed using probit in Statistic Product and Service Solution (SPSS) 24.0 application to determine the LC₅₀ value in both extracts. The test results showed that both extracts have a different LC₅₀ value, where stem extract has LC₅₀ = 1,183.23 ppm and leaves extract has LC₅₀ = 6,013.63 ppm. HPLC analysis was carried out to determine the chromatogram profile in each extract of D. pentandra. HPLC results showed three peaks at 7,7; 8,6; and 13,8 minutes indicated have a role in larvicidal activity in stem and leaves extracts. Further, it is needed to isolate and identification three compounds that indicated to have a role in larvicidal activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>