Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169193 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Turita Indah Setyani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan ingin mengungkapkan mengapa dan apa tujuan para wanita disayembarakan dalam cerita dan lakon wayang serta citra dan posisi wanita Jawa melalui citra dan posisi para wanita yang disayembarakan itu. Cerita dan lakon wayang yang digunakan sebagai bahan untuk mengumpulkan data berasal dari teks, oleh karena itu penelitian ini bergantung pada teks yang berbicara, di mana berdasarkan teks-teks cerita dan lakon wayang tersebut diperoleh gambaran bagaimana sesungguhnya citra dan posisi wanita Jawa seperti yang tercermin dalam wayang.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dalam penelitian ini digunakan pendekatan intrinsik dan metode kualitatif, sebab penelitian bersifat deskriptif analisis sehingga ditemukan hasil yang obyektif dari gambaran keadaan sebenarnya sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan hasil yang ditemukan itu, dapat diketahui bahwa penyebabnya adalah pertama karena memang sudah waktunya bagi para wanita yang disayembarakan tersebut untuk menikah, namun hingga dewasa belum mau menikah dan belum mempunyai pilihan untuk dijadikan suami, selain itu juga karena banyaknya raja dan satria yang ingin melamar mereka, kedua karena banyaknya pria yang ingin menyunting sang putri yang mempunyai kelebihan-kelebihan, ketiga karena memang untuk menanti jodoh yang sudah dipastikan; keempat karena hilangnya sang putri dari kerajaan, kelima untuk memperoleh pasangan yang sesuai dengan keinginan, dan keenam tidak disebutkan alasannya, maka diadakanlah sayembara. Oleh karena itu, dapat pulalah diketahui tujuan mereka disayembarakan, yaitu untuk mencari calon suami bagi mereka.
Sedangkan penggambaran tentang citranya secara garis besar para wanita yang disayembarakan itu taat dan patuh kepada ayah atau saudara laki-lakinya, serta memiliki sifat-sifat santun dan pasrah. Dengan citra yang senantiasa taat dan patuh serta setia dan pasrah tersebut, mengakibatkan para wanita menduduki posisi yang tersubordinat Hal itu diakibatkan oleh tidak diberinya wewenang dan hak untuk mengungkapkan pendapat pribadi yang sesuai dengan keinginan mereka. Sementara di sisi lain terdapat citra wanita yangpantang menyerah, sabar, belas kasih, dan pendendam. Disamping itu mempunyai watak yang teguh pada pendiriannya Dengan citra yang seperti itu mengakibaikan para wanita menduduki posisi yang sejajar dengan para pria. Posisi seperti itu diakibatkan oleh adanya kesempatan untuk menggunakan wewenang dan haknya mengemukakan sesuatu sesuai dengan keinginan, sehingga dapat menentukan dan memutuskan kehendaknya berdasarkan keadaan yang dialaminya.
Dengan demikian, dari hasil citra dan posisi wanita yang disayembarakan dalam cerita dan lakon wayang dapat diketahui bahwa citra dan posisi wanita Jawa tidak berbeda dengan citra dan posisi wanita yang disayembarakan tersebut Sebab selama ini konsep-konsep budaya Jawa yang menyatakan bahwa wanita adalah kanca wingking `sebagai yang dipimpin' dan laki-laki adalah kanca ngajeng `sebagai pemimpin atau yang memimpin' sudah begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat nya Demikian juga dengan konsep gurulaki, swarga nunur naraka karat, menyebabkan wanita selatu berada pada posisi di belakang atau bahkan di bawah laki-laki. Meskipun konsep-konsep itu sudah tidak dianut secara fanatik, dan bahkan terdapat ungkapan-ungkapan yang menilai kedudukan wanita cukup tinggi, misalnya 'Ibu pertiwi', Ibu jari.'', dan `surga di bawah telapak kaki Ibu', namun tanpa disadari mereka (masyarakat Jawa) masih terkungkung oleh budaya yang melingkupinya.

ABSTRACT
Image and Position of Javanesse Woman: Case Study in Women Figure which are Contested in Stories and Lakon WayangThe objective of this research is to find out why and what the purpose of contested woman is in stories and lakon wayang and image and the position of Javanesse women as well in terms of the contested image and position of the women. Stories and lakon wayang are used as material to collect data originated from texts, therefore, this research is depending upon the speaking texts, where the real image and position of Javanesse women are obtained in accordance to the texts as reflected in wayang.
To answer the above question, intrinsic and qualitative methods are used in this research for the research is analysis descriptive, so the unbiased result of real image is obtained up to the objective of this research.
Based on the result, there are some reasons why the contest is conducted; first, they are already have to get married, but they don't want it yet, and also they aren't find yet a goad pair, apart from that, there are so many prince and king want to proposed them; second, quite a few nobles men want to marry them; third, they waiting for somebody who has a faith to be their husband; fourth, somebody kidnapped the princess; fifth, to find somebody who fulfilled her desired; sixth, contested performed without any reason. Therefore, we can find the purpose of the contest, that is to find a marriage partner.
From that research we can find out that the image of the Javanesse women are always obey to the father and the brother's will, have a loyal and submit to their fate,-The consequences of these characteristic put the women in the subordinate position. Women can't expose their right and opinion as their wanted to. In the other side, women are describe have strong character, patient, mercifully, and bears a grudge. Consquences on that image cause the women have a similar position with a man. In that case, women can dicided what ever she wanted to do.
Javanesse culture have a concept of that a women is kanca wingking (follower), and a man is kanca ngajeng (leader), and also guru lake, swrzrga nunut, naraka katut (should follow the man in a good place or a bad place). All of these concept make a woman always in the lower position or even under the man. Besides that perceptions, in the wayang plays, there are another concept which is contrary different as we mention before. For example; i pertiwi (home land); ibu fart (thumb) and surga di bawah telapak kaki ibu (heaven is under mother's foot). These concept try to put the women in a good position. But that can't change so much, because man still fells that he is a leader and the women is the follower. Until now that conditions still continue and that continuation influenced with the patron of education and socialization that still life in the society.
Actually with wayang we can change the perception of the society. For example with the presentation of the Damayanti story. With the lakon wayang we also can influence the mission of equality of man and woman. We can change the perception of the society about the images and position of woman, from the subordinate to equality.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Restu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan efektivitas terapi menggunakan radionuklida Lutetium-177 dengan mengukur aktivitas secara akurat di setiap volume anatomi. Penelitian dilakukan untuk menentukan faktor kalibrasi (calibration factor, CF) dan koefisien pemulihan (recovery coefficient, RC), beserta ketidakpastiannya, untuk setiap metode rekonstruksi yang digunakan dalam praktik klinis. Nilai CF merupakan nilai kuantifikasi citra menjadi aktivitas. Penentuan CF dilakukan melalui akuisisi sumber titik. Hasil menunjukkan bahwa rekonstruksi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai CF, sedangkan ketidakpastian akibat peluruhan selama akuisisi berdampak kecil terhadap perbedaan nilai. Nilai RC merupakan faktor koreksi dalam memperkirakan aktivitas yang dipengaruhi oleh efek volume parsial (partial volume effect PVE). Penentuan RC dilakukan dengan akuisisi fantom NEMA-IEC. Pengukuran nilai RC melibatkan variasi beberapa parameter, antara lain pemilihan volume (volume of interest, VOI), jumlah iterasi, dan jenis rekonstruksi. Hasil menunjukan bahwa variasi VOI yang mempertimbangkan cacahan tertumpah (spill-out) menghasilkan nilai RC yang lebih representatif. Pada variasi metode rekonstruksi, jumlah iterasi tidak mempengaruhi nilai RC secara signifikan, sedangkan jenis rekonstruksi memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai RC. Ketidakpastian kurva RC akibat ketidakpastian volume dipengaruhi oleh ketidakpastian voksel, resolusi spasial, dan ketidakpastian parameter pencocokan kurva. Berdasarkan analisis gambar danĀ  parameter, hasilnya diperoleh bahwa saturasi dalam rekonstruksi AST dicapai pada volume yang lebih kecil dengan ketidakpastian yang lebih rendah dibandingkan dengan rekonstruksi OSEM, FBP, dan MLEM. Dengan demikian, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, rekonstruksi AST memberikan representasi ukuran objek yang lebih baik.

This study aims to optimize the effectiveness of therapy using Lutetium-177 radionuclide by accurately measuring activity in each anatomical volume. The study was conducted to determine the calibration factor (CF) and recovery coefficient (RC) and their uncertainty for each method of reconstruction used in clinical practice. The CF value is the quantification value of the image into activity. CF determination is carried out through point source acquisition. The results show that reconstruction has no significant effect on the value of CF. In contrast, the uncertainty due to decay during acquisition has a small impact on the difference in value. The RC value is a correction factor in estimating activity affected by the partial volume effect (PVE). RC determination is carried out through NEMA-IEC phantom acquisition. The RC value measurement involves various parameters, including : the calculated volume of interest (VOI), the number of iterations, and the type of reconstruction. The results show that the variation of VOI that considers the spill-out results in a more representative RC value. In the various reconstruction methods, the number of iterations does not significantly affect the RC value, while the type of reconstruction greatly influences the RC value. The uncertainty of the RC curve due to volume uncertainty is influenced by voxel uncertainty, spatial resolution, and curve matching parameter uncertainty. Based on image and parameter analysis, the results show that saturation in the AST reconstruction is achieved at a smaller volume with lower uncertainties compared to OSEM, FBP, and MLEM reconstructions. Thus, both qualitatively and quantitatively, the AST reconstruction provides a better representation of the object's size."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Fauzi
"Multichannel Blind Deconvolution digunakan dalam restorasi citra karena pada kenyataannya statistik citra asli dan fungsi blur (point spread function) tidak selalu diketahui dengan pasti. Semakin banyak informasi tentang citra asli dan fungsi blur maka restorasi citra akan semakin baik, oleh karena itu diperlukan suatu cara yang mampu mendeteksi citra asli sebaik mungkin dan menggali sebanyak mungkin informasi fungsi blur (PSF) untuk peningkatan kualitas restorasi citra.
Metode MBR telah dikembangkan dengan menggunakan cross-correlation antara citra-citra terdegradasi dengan filter bank restorasi, yaitu melakukan restorasi langsung dari citra terdegradasi ke filter bank restorasi. Hasil restorasi pada metode ini sangat sensitif terhadap pergeseran titik piksel dari tiap citra terdegradasi, apalagi dengan adanya noise akan lebih sulit untuk mendapatkan citra berkualitas baik. Di lain pihak, metode identifikasi kanal jamak secara blind (multichannel blind identification ) sinyal satu dimensi digunakan untuk mengestimasi statistik kanal dalarn proses equalisasi dan temyata sangat efektif untuk mendapatkan sinyal asli jika statistik kanal dan citra asli tidak diketahui.
Penelitian ini menggabungkan teknik MBD dan estimasi fungsi blur (PSF) dengan metode multichannel blind identification untuk mengatasi sensitifitas metode MBR dan meningkatkan kualitas citra restorasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini menghasilkan kualitas hasil restorasi yang lebih baik dibandingkan metode MBD. Kualitas citra juga dipengaruhi oleh ukuran fungsi blur dan level noise.

Multichannel Blind Deconvolution (MBD) is used in image restoration because in reality original image statistic and blur function (point spread function) is not always known. More information about original image and blur function then image restoration will be better, for that reason we need a way to detect original image as good as possible and find blur function information (PSF) to increase image restoration quality.
MBR method has been developed using cross-correlation between degraded images with restoration filter bank, which is direct restoration from degraded image to restoration filter bank. Restoration result in this method is very sensitive to pixel shifting from each degraded image, even more with the existence of noise will be difficult to get good quality image. On the other side, multichannel blind identification 1-D signal method is used to estimate channel statistic in equalization process and it's very effective to find original signal it channel statistic and original image unknown.
This research combines MBD technique and blur function estimation (PSF) with multichannel blind identification method to overcome MBR method sensitivity and increase image restoration quality. The research result show that this method yields a better restoration result quality then, MBD method. The image quality is also affected by blur function size and noise level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdi Fadillah
"Dalam pengambilan citra, dapat terjadi penurunan kualitas akibat kondisi lingkungan sekitar. Salah satu kondisi penyebab penurunan kualitas tersebut adalah kondisi hujan, yang menyebabkan citra dengan tetesan air hujan. Dewasa ini, pendekatan deep learning dapat menjadi solusi, dengan banyaknya model yang mampu melakukan restorasi citra dengan tetesan air hujan (raindrop removal). Akan tetapi, banyak model yang hanya mampu menyelesaikan kasus spesifik dan tergantung pada data melalui metode supervised. Sebagai alternatif, terdapat model yang berpotensi dalam kasus ini adalah Zero-Shot Denoising Diffusion Null Model. Zero-Shot Denoising Diffusion Null Model adalah model yang bisa menyelesaikan kasus umum dengan tetap berperforma baik dengan pendekatan zero-shot, yaitu tanpa optimisasi dan pelatihan data. Sayangnya, sejauh ini Zero-Shot DDNM masih terbatas pada masalah linier, sementara itu masalah raindrop removal adalah masalah non-linier. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan metode Zero-Shot Denoising Diffusion Null Model dalam menyelesaikan masalah non-linier seperti raindrop removal. Untuk membantu memodelkan masalah raindrop removal ini pada Zero-Shot Denoising Diffusion Null Model, dibutuhkan input tambahan berupa raindrop mask. Pada penelitian ini, raindrop mask diperoleh menggunakan Attentive Generative Adversarial Network kemudian dilakukan thresholding dengan nilai 0.5 yang digunakan bersama dengan operator degradasi untuk melakukan deblurring with mask untuk mencari hasil restorasi terbaik. Data citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah dataset citra dengan tetesan air hujan di luar ruang. Selain itu diterapkan juga beberapa strategi tambahan yaitu time-travel trick. Hasil restorasi citra dengan tetesan air hujan menunjukkan hasil paling baik dalam metrik Structural Similarity Index Measure yaitu simplified denoising with mask dengan time-travel trick, sedangkan hasil paling baik dalam metrik Peak Signal-to-Noise Ratio yaitu menggunakan simplified denoising with mask.

When taking an image, there can be a decrease in quality due to the surrounding conditions. One of the causes of this decrease in quality is rain, resulting in raindrops in the image. These days, there are many deep learning approached to solve raindrop removal. However, many of the models that perform well for raindrop removal are only able to solve specific cases based on the available data through supervised methods. A potential model capable of more general cases is the Zero-Shot Denoising Diffusion Null Model. Zero-Shot Denoising Diffusion Null Model has the capacity to solve common cases while still performing well in a zero-shot manner, that is, without data optimization and training. However, the model is limited to linear problems, while raindrop removal is a non-linear problem. This study aims to measure the ability of the zero-shot method in solving the non-linear problems of raindrop removal. To help model the raindrop removal task, it is necessary to generate raindrop masks that indicate the location of raindrops in the image. In this research, the raindrop masks are generated using Attentive Generative Adversarial Network then are thresholded with 0.5 value that are used with an adjusted degradation operator for deblurring with masks to find the best restoration results. Additionally, some strategies are implemented such as time-travel trick. The image data used in this study was an image dataset with raindrops outside the room. The result of raindrop removal shows the best results in the Structural Similarity Index Measure metric is simplified denoising with mask and time-travel trick, while the best result in the Peak Signal-to-Noise Ratio metric is using simplified denoising with mask."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardianto
"Citra gelap (low light images) merupakan citra yang diambil pada kondisi pencahayaan yang rendah, sehingga menimbulkan noise secara acak dan distorsi warna. Noise dan distorsi ini membuat informasi pada citra berkurang yang menjadi kendala bagi sistem berbasis computer vision selanjutnya. Oleh karena itu, dapat dilakukan peningkatan kualitas citra gelap untuk meningkatkan kualitas informasi yang terkandung di dalamnya. Zero-DCE merupakan suatu model deep learning yang dikembangkan untuk melakukan peningkatan kualitas citra gelap dengan memanfaatkan struktur U-net dan perumusan loss function tanpa membutuhkan data citra berpasangan pada proses pembelajaran model. Pada penelitian ini, dilakukan berbagai eksperimen untuk mengoptimisasi performa model Zero-DCE meliputi percobaan trainable parameter weight loss, modifikasi color constancy loss, pemanfaatan bilateral filter dan proses hyperparameter tuning. Pengujian performa model optimisasi Zero-DCE dilakukan terhadap beberapa dataset, yaitu dataset LOL, SICE Part 1 dan Dark Face. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif pada citra hasil model optimisasi Zero-DCE dibandingkan dengan citra hasil model Zero-DCE. Pada experimen pada model Zero-DCE dengan trainable parameter weight loss, terlihat bahwa nilai optimal loss pada proses training model Zero-DCE tidak menghasilkan peningkatan kualitas citra gelap yang lebih baik. Pada eksperimen pada model dengan modifikasi color constancy loss dan hyperparameter tuning terlihat bahwa hasil model optimisasi zero-DCE lebih baik dibandingkan model Zero-DCE dalam analisis kuantitatif pada beberapa metrik. Namun jika dilakukan analisis secara kualitatif, tidak terdapat perbedaan hasil yang besar jika model dimanfaatkan dalam berbagai tugas seperti face detection dikarenakan perbedaan hanya terdapat pada adanya noise serta warna citra. Eksperimen juga berusaha meningkatkan performa lebih jauh menggunakan bilateral filter pada tahap terakhir. Pemanfaatan bilateral filter dapat disesuaikan terhadap karakteristik masukan citra. Jika citra memiliki banyak noise dan detail citra yang rendah akan lebih baik memanfaatkan post processing bilateral filter dibandingkan citra masukan yang memiliki banyak detail penting.

A low-light image is an image that was taken in an environment that lacks sufficient lighting, resulting in random noise and color distortion. This noise and distortion results in the lack of information in the image that becomes a hindrance for later computer vision models or systems. Thus, low light image enhancement is necessary to try to recover the missing information in the image. Zero-DCE is a deep learning model designed to improve the quality of low light image by utilizing the U-net structure and loss function formulation without requiring paired image data in the model learning process. In this research, various experiments were conducted to optimize the performance of the Zero-DCE model, including adjusting the trainable parameter weight loss, modifying color constancy loss, utilizing bilateral filter, and tuning hyperparameters. The performance of the optimized Zero-DCE model was tested on several datasets, namely the LOL, SICE Part 1, and Darkface datasets. The analysis is done quantitatively and qualitatively and the image of the optimized Zero-DCE model is compared to the image of the Zero-DCE model. The experimental results show that the trainable parameter weight loss, the evaluation results showed that the optimal loss value in the training process of the Zero-DCE model does not guarantee better low-light image enhancement results. Modifying the calculation of color constancy loss calculation and tuning hyperparameter experiments show that the results of the optimized Zero-DCE model are better than the Zero-DCE model in terms of certain quantitative metrics. However, when analyzed qualitatively, there is no big difference in results particularly in tasks like face detection because the difference only exists in terms of noise presence and image color. To further enhance the image, this experiment also employed the bilateral filter at the last step. The utilization of bilateral filters can be adjusted according to the characteristics of the input image. If the image contains a lot of noise and low image detail, utilizing bilateral filter would be more beneficial compared to images with important details."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sholekhatun Nisa
"ABSTRAK
Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan Good Governance dengan komitmen
pakta integritas sebagai landasan bekerja belum terlaksana dengan baik di
kalangan instansi pemerintah. Salah satunya Kementerian Pemuda dan Olahraga
yang menghadapi tantangan ketahanan lembaga akibat pelanggaran pakta
integritas. Terjadinya operasi tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
terkait Suap Dana Hibah KONI pada tahun 2018 di Kemenpora, berdampak pada
citra buruk instansi sekaligus menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap
integritas Kemenpora. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis strategi
pemulihan citra yang diterapkan oleh Kemenpora pasca terjadinya OTT KPK,
menentukan faktor-faktor yang menentukan strategi pemulihan citra, dan
menganalisis efektivitas strategi-strategi yang dilakukan oleh Kemenpora dalam
pemulihan citra publik. Teori Pemulihan Citra oleh Benoit (1995) digunakan
sebagai landasan analisis strategi dengan metode campuran kualitatif-kuantitatif
bertahap sebagai pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan hasil
penelitian, pihak Kemenpora menggunakan Strategi Pemulihan Citra berupa
Reducing Offensiveness, Evading of Responsibility, Denial, Mortification,
Corrective Action, dan satu temuan strategi berdasarkan hasil analisis faktor yaitu
Strategi Pencitraan Profesional dalam usaha pemulihan citra publik. Sedangkan
hasil pengujian regresi linear berganda menunjukkan secara simultan keenam
strategi yang diterapkan oleh Kemenpora tersebut berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan kepercayaan publik pada citra Kemenpora. Pihak
Kemenpora menggunakan Strategi utama Reducing Offensiveness sedangkan
penelitian kepada masyarakat, Strategi Evading of Responsibility yang paling
efektif dan berpengaruh dalam pemulihan citra publik. Sementara itu, penerapan
Strategi Pencitraan Profesional oleh Kemenpora justru berdampak buruk pada
kepercayaan publik.

ABSTRACT
Government policies in realizing Good Governance with the commitment of the
integrity pact as the basis for work have not been well implemented among
government institutions. One of them is the Ministry of Youth and Sports which
faces the challenges of institutional resilience due to violations of the integrity
pact. The occurrence of sting operation by Komisi Pemberantasan Korupsi for
KONI Grant Funding Bribery in 2018 at the Ministry of Youth and Sports, has an
impact on the instituions bad image while reducing the level of public trust in the
integrity of the Ministry of Youth and Sports. This study aims to analyze the
image repair strategy adopted by the Ministry of Youth and Sport after the sting
operation by KPK, finding the factors that determine the image repair strategy,
and analyze the effectiveness of the strategies carried out by the Ministry of
Youth and Sports in restoring public image. The Image Repair Theory by Benoit
(1995) is used as the basis for strategy analysis with a qualitative-quantitative
mixed method as an approach to achieving research objectives. The results, the
Ministry of Youth and Sports uses the Image Repair Strategy such as Reducing
Offensiveness, Evading of Responsibility, Denial, Mortification, Corrective
Action, and one strategy finding based on the results of factor analysis, namely
the Professional Imaging Strategy in the effort to restore public image. While the
results of multiple linear regression testing show simultaneously the six strategies
implemented by the Ministry of Youth and Sports have a significant effect on
increasing public trust in the Ministry of Youth and Sportss image. The Ministry
of Youth and Sports uses Reducing Offensiveness as the main strategy while
research to the public, the most effective and influential strategy in restoring
public image is Evading of Responsibility. Meanwhile, the application of the
Professional Imaging Strategy by the Ministry of Youth and Sports actually has a
negative impact on public trust.
"
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Darmoko
"ABSTRAK
Permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini yaitu masalah mantra. Bagaimanakah bentuk/sifat, penggunaan/penyajian, fungsi dan kedudukan mantra dalam peertunjukkan wayang kulit purwa.
Tujuan pokok penelitian ini ialah untuk mendapatkan pengertian yang utuh tentang mantra dalam pertunjukan wayang kulit purwa. Melalui analisis bentuk/sifat. Penggunaan/penyajian. Fungsi dan kedudukan mantra dalam pertunjukan wayang kulit purwa diharapkan didapatkan pengetian yang sifatnya wholleness.
Untuk meneliti unsur mantra dalam pertujukan wayang kulit purwa saya menggunakan wayang kulit purwa saya menggunakan metode analisa abstraksi. Sedangkan pendekatan yang saya gunakan ialah pendekatan intrinsik, menitikberatkan pada segala sesuatu yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Aryandini Sumaryoto
"ABSTRAK
Suatu saat dalam masyarakat dikenal adanya pemujaan terhadap 'dewi ibu' , namun pada saat lain dikenal juga pemujaan terhadap lingga. Pengertian pemujaan itu ada kaitannya dengan
kekuasaan. Pemujaan sebagai kekuasaan itu juga tercermin dalam cerita wayang.
Permasalahan penelitian ini adalah ingin mengetahui dalam cerita apa kekuasaan dipegang oleh wanita, dan dalam cerita apa kekuasaan dipegang oleh laki-laki, dan kapan terjadinya perubahan kekuasaan itu.
Tujuan penelitian ini adalah mencoba menggali, mengungkapkan, dan memahami pengetahuan budaya yang terkanddng dalam cerita nayang, khususnya yang berkaitan dengan kekuasaan.
metode penelitian yang digunakan adalah kajian cerita, baik lisan maupun tertulis dengan menggunakan metode content analysis.
Hasil penelitian yang didapat adalah bahwa dalam cerita Ramayana kekuasaan wanita lebih dominan, yang diperankan oleh Dewi Kekayi, kemudian oleh Dewi Sinta, ditambah Swayampraba,
Surpaknaka, Wilkataksini, dan Trijatha. Semua peristiwa yang terjadi ada kaitannya dengan wanita. Sedangkan dalam cerita Mahabharata kekuasaan dipegang oleh laki-laki. Peran wanita tidak dominan; hanya ada satu panglina perang wanita, yaitu Srikandi (yang menurut Mahabharata Sansekerta adalah bukan wanita, tetapi wadam atau banci). `
Bila dilihat pada nitologi Hindu. mula-mula yang ada (berkuasa) adalah Hisnu yang androgini, kemudian timbul Padma atau Dewi Ibu yang feminin, disusul dengan munoulnya Brahma yang maskulin sehingga menempatkan Dewi Ibu pada kedudukan yang lebih rendah. Dan akhirnya timbul kekuasaan yang lebih tinggi yaitu dengan munculnya Ciwa yang juga maskulin."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyati D. Pradipta
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>