Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardiana Bhakti Mekkah
"Dalam menghadapi persaingan antara rumah sakit dan adanya era globalisasi, rumah sakit hares mampu bertahan hidup melalul peningkatan mutu pelayanan dan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi. Namun sejak Indonesia mengalami krisis di berbagai bidang, maka rumah sakit harus melihat kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya dan tidak mengabaikan pelayanan sosial sesuai dengan misi rumah sakit dan memberikan pelayanan yang lebih bail( kepada masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Rumah Sakit Harum adalah rumah sakit swata tipe madya, harus dapat mengembangkan semua unitnya utamanya pelayanan rawat Map yang memberikan kontribusi pendapatan yang terbesar. Layanan rawat inap Rumah sakit Harum dalam dua tahun terakhir ini pemanfaatannya menurun, pada tahun 1996 BOR 59,9 % dan pada tahun 1997 BOR 43,1 %. Persaingan dalam pelaksanaan layanan rawat inap cukup berat sehingga perlu merumuskan strategi pemasaran layanan rawat inap yang akan dijalankan.
Terdapat beberapa faktor pada lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi pemanfaatan layanan rawat inap. Dan lingkungan eksternal diidentifikasi peluang antara lain peningkatan golongan sosial ekonomi menengah ke bawah, sedangkan pada ancaman adanya RS pesaing yang mempunyai fasilitas yang lebih modem dan dokter subspesialis yang lebih lengkap. Pada lingkungan internal diidentifikasi kekuatan berupa letak rumah sakit yang strategis dan mudah dicapai, ketersediaan dokter spesialis dan 4 subspesialis bedah dengan kelemahan internal antara lain adanya konflik antara dokter dan pihak rumah sakit dan kegiatan pemasaran yang belum memadai.
Dari hasil identifikasi lalu dilakukan analisis matriks SWOT ( TOWS ) untuk merumuskan strategi pemasaran layanan rawat inap yaitu dengan strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Dengan melihat kondisi yang ada pada saat ini, maka dusulkan perbaikan hubungan dokter dan pihak rumah sakit dengan membuat kontrak kerja sarna yang menguntungkan kedua belah pihak, jugs membuat "Paket Hemat" ( Bedah ), "Paket Unggulan" (Kebidanan ) serta rnenyediakan "Paket Karyawan".

The Effect of Working Programs on Low Back Pain Occured on Women Employer at P.T. Dewi Duta Busana Tama in North of JakartaLow back pain is a sign of sigh or disturbance of movement system usually found out in working area. In several industries such as garment industry, especially in sewing division because they worked with backless chair. Low back pain is a silent symptom, most of them consider that low back pain is a small minority of case. So that, they didn`t pay more attention to this matter, and it will be decreasing of productivity not only in quality and quantity but also a great losses in treatment. Low back pain is strongly related with posture and working position, design equipments, facility, layout of working area. Special attention and well management must be paid to the caused factors so, low back pain can be prevented.
Experimentally study held in garment industry that low back pain is used to find in sewing division. A simple experiment study held and it finds that in amount of 171 population women employers which is divided in two groups, they are consisted of control groups and intervency groups based in random row. The purpose of this experimental study is to know how far the influence of working program and its implementation, as well as sitting stretches on their work.
The result of experimental study is show that intervency group can reduce low back pain until 80% and decreasing of pain 11%. According to t - test for paired sample is found a significant result, so intervency program is very important to loss of low back pain, with sitting stretches it will make our body fit, in order to prevent occupational disease, improvement and maintenance of fitting condition of employer must be optimally.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Cahyani Windyata
"Rumah Sakit Islam Jakarta merupakan rumah sakit yang memherikan herhegai pelayanan, namun pelayanan unggulannya adalah pe!ayanan rawat jalan raudhah, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat konsep pemasaran yang dilakokan apakah sesuai dengan konsep syariah yang sesual dengan brand sebagai rumah sakit islam. Penelitian ini dilakukan selama periode Mei 2008 sarnpal Juni 2008 terhadap 19 responden dengan menggunakan wawancara terbuka tcrhadap pasien, pegawal dan para manajer. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dalam melakukan justifikasi terhadap pelaksanaan Bauran Pemasaran Layanan Rawat Jalan Raodheh berbasis Marketing Syariah di Rumah sakit Islam Jakarta.
Hasil penelitian ditemukan bahwa RSIJ telah menerpkan konsep bauran pemasaran dengan prinsip-prinsip Syariah. Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya diterapkan untuk menciptakan kepuasan pasien tetapi juga kepuasan pegawai dan stakeholde. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka disarankan agar RSIJ tetap mempertahankan prinsip-prinsip Syariah baik dalam proses pemasaran maupuan pelayanan terhadap pasien, karena prinsip Syariah mampu menselaraskan perkembangan masyarakat yang dinamis, dan prinsip ini bersifat general sehingga mampu menciptakan ekspektasi semua kalangan dimasyarakat.

Rumah Sakit Islam Jakarta is hospital which give Variant services, but their prime services is outpatient care Rhaudah. The pwpose of this research is to see how the marketing concept suitable to Syariah based on Rumah Sakit Islam brnnd loyalty. This research was conducted from May 2008-June 2008 by interviewing I9 respondents, which included patients employees and managers. Research method used was Analytical Descriptive Method by justifying the implementation of Bauran Pemasaran Layanan Rawat Jalan Raudbah, based on Syariah Market at RS Islam Jakarta. Research result show that RSU has applied mixed marketing concept with syariah principles. Those principles were not only applied to give satisfactions for patients, but also for employees and stakeholders.
Research result show that RSIJ has applied mixed marketing concept with Syariah principles. Those principles were not only applied to give satisfactions for patients, but also for employees and stakeholders. Based on the results above, it is recommended for RSIJ to keep applying Syariah principles, both in marketing process and service for patients, because those principles will be able to harmonize dynamic society, and the principles is general so it can create expectations from every stage in the society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21056
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Parmin
"Manajemen sebagai seni memperoleh hasil melalui kegiatan orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Fenomena yang didapatkan di RSUP Undata Palu, fungsi manajemen kepala ruangan belum terlaksana dengan maksimal sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala ruangan.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Undata Palu. Populasi dalam penelitian ini adalah 203 perawat pelaksana yang bertugas di 11 ruang rawat inap. Jumlah sampel penelitian ini adalah 149 perawat pelaksana. Proses analisa data menggunakan uji chi square untuk menguji hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan motivasi dan regresi logistik ganda menguji variabel yang paling dominan berhubungan dengan motivasi perawat pelaksana.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan baik 50,3 %, motivasi perawat pelaksana baik 53,7 %. Ada hubungan yang bermakna antara fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan motivasi perawat pelaksana, (p value 0,032, 0,022, 0,002, 0,003), karakteristik perawat pelaksana (umur, jenis kelamin, lama kerja, status perkawinan) tidak ada hubungan dengan motivasi perawat pelaksana (p value 0,949, 0,402, 0,0677, 0,575), sedangkan karakteristik pendidikan ada hubungan dengan motivasi perawat pelaksana (p value 0,045).
Peneliti menyimpulkan bahwa variabel fungsi manajemen kepala ruangan yang paling berhubungan dengan motivasi adalah fungsi pengarahan dan fungsi pengawasan setelah dikontrol oleh variabel pendidikan.

Management as the art of getting results through the activiti of others in order to achieve the goals previously set. Management functions are planning, organizing, directing and monitoring. The phenomenon found in RSUP undata Palu, the implementation of management functions with a maximum head room in accordance with the duties and responsibilities as the head of the room.
This research past descriptive correlation design with a cross-sectional approach that aims to identify how the implementation of relationship management functions with head room nurses motivation in implementing inpatient rooms RSUP Undata Palu. Population in this study was 203 nurses who served in 11 treatmant rooms. The number of samples of this study was 149 nurse staff. The process of data analysis using chisquare test to test the implementation of relationship management functions of lower manager with the motivation and multiple logistic regression to test the most dominant variables associated with motivation nurse staff.
The results showed the implementation of management functions of lower manager both 50.3%, well motivated nurses managing 53.7%. There was a significant relationship between management functions of planning, organizing, directing and monitoring by nurses implementing motivation, (p value 0.032, 0.022, 0.002, 0.003), the nurse staff characteristics (age, gender, working time, marriage status) there was no relationship with the nurse staff motivation (p value 0.949, 0.402, 0.0677, 0.575), whereas educational characteristics have a relationship with the nurse staff motivation (p value 0.045).
Researchers concluded that the variable management functions of lower manager most related to motivation is a function of direction and oversight functions are controlled by the variable after education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T32846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldino Novian
"Latar Belakang: Manajemen professional sangat dibutuhkan untuk menentukan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan rumah sakit yang berkualitas. Perawat sebagai salah satu sumber daya manusia di rumah sakit merupakan ujung tombak pelayanan yang harus direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja dan jumlah optimal kebutuhan tenaga perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit FMC tahun 2018.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational descriptive dengan menggunakan metode quantitative dan wawancara mendalam. Pengumpulan data secara quantitative dilakukan dengan cara observasi, yang dilakukan dengan pendekatan work sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit FMC. Sample penelitiannya adalah seluruh perawat (27 perawat) di instalasi rawat inap. Data dianalisa menggunakan formula Gillies, PPNI, Ilyas dan Douglas.
Hasil: analisa ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu produktif terhadap total waktu kerja kerja selama observasi 7 hari sebesar 64,87%. 28,11% digunakan untuk aktifitas keperawatan langsung dan 36,11% digunakan untuk aktifitas keperawatan tidak langsung. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan waktu produktif oleh perawat masih rendah. Berdasarkan penggunaan waktu produktif yang dianalisa menggunakan formula Gillies, PPNI, Ilyas dan Douglas rata-rata tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah 22 perawat.
Kesimpulan: Jumlah optimal kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan di instalasi rawat inap Rumah Sakit FMC sebanyak 22 orang perawat. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan jumlah perawat di instalasi rawat nap Rumah Sakit FMC sebanyak 5 orang perawat.

Background: Professional management is needed to determine the type as well as the quality of the human resources to assure the quality productive hospital services. Nurses, as one kind of the resources in hospital, act as a frontline service that should be planned. This study aimed at finding out of workload and the optimal number of nurses in the inpatient instalasi at FMC hospital 2018.
Method: This research is a descriptive observational study using quantitative method and deep interview. Quantitative data collection observation was done by using work sampling approach. Data were collect through observation of nurses activities at inpatient instalasi at FMC hospital will be observed for seven days. Samples were all nurses (27 nurses) at inpatient instalasi. The data were analyzed using Gillies, Indonesian nurses association, Ilyas and Douglas formulas.
Results: The analysis showed that using the total productive activities time were observed for seven days at 64,87%. 28,76% is used for direct nursing activities and 36,11% is used for indirect nursing activities, it was conclude that the productive time use of the nurses still very low. Based on the productive working hours that analyzed using Gillies, Indonesian Nursse Association, Ilyas and Duoglas formulas, average only twenty two nurses needed.
Conclusion: The optimal number of nurses needed in the inpatient instalasi at FMC hospital is twenty two nurses. This means that there are an excessive number of nurses as five nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Abdullah
"Banyak pengelola Rumah Sakit telah melaksanakan kegiatan pemasaran walau belum didasari oleh manajemen pemasaran yang benar sehingga hasilnya belum optimal. Agar kegiatan pemasaran dapat berjalan sesuai dengan tujuannya maka diperlukan adanya kegiatan manajemen atau manajerial yang utama meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi kerja dan pengawasan. Kegiatan pemasaran yang direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dikoordinasikan serta diawasi akan membuahkan hasil yang memuaskan. Kegiatan pemasaran yang seperti itulah yang disebut sebagai kagiatan Manajemen Pemasaran.
Manajemen Pemasaran di Rumah Sakit X dalam pengamatan penulis selama melakukan kegiatan residensi beberapa waktu sebelumnya belum mempunyai departemen pemasaran formal dan belum menerapkan seluruh fungsi pemasaran. Dimana dari analisa situasinya Rumah Sakit X mempunyai beberapa peluang dan ancaman, seperti adanya perluasan kapasitasnya dan tingginya tingkat persaingan antar Rumah Sakit dewasa ini. Dengan adanya usulan model pengembangan manajemen pemasaran ini diharapkan dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Tujuan penelitian adalah membuat beberapa model manajemen pemasaran baik yang bersumber dari industri jasa kesehatan maupun industri jasa lainnya, yang kemudian akan dikaji kekuatan dan kelemahan dari masing-masing model untuk dibuat menjadi suatu karya (design) model yang sesuai untuk pengembangan manajemen pemasaran di Rumah Sakit X.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan metode penelitiannya diskriptif analitik.
Dari hasil penelitian tampak bahwa team pemasaran atau manajemen pemasaran Rumah Sakit X masih bergerak dalam ruang lingkup yang masih terbatas, baik dalam perencanaan pemasaran, struktur organisasi, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan pemasaran yang dilakukannya.
Usulan pengembangan model ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi pengembangan manajemen pemasaran di Rumah Sakit X.
Daftar Pustaka : 29 (1980 ? 1996)

The Development of Marketing Management Model in the Hospital XMany hospital have carried out marketing activities, but they have not used correct marketing management, and the result is not maximum.
In order to work as the plan, marketing activities need management activities or the main managerial which include Planning, organization, working coordination and control of marketing activities which are planned carefully, organized, coordinated and fully controlled with the hope to get best result. These activities are called marketing Management activities.
As he writer observed juicing the residential program, the hospital "X" doesn't have a formal marketing department and it has not applied all marketing functions.
Where from the situational analysis the hospital "X" has both opportunities and threats, such as capacity improvement and high competition among hospitals.
The idea of improvement model of marketing management hopefully can help to face the existing problems.
The aim of the observation is to make some models of marketing management both from the industry of health services and other service industries. Then based on these models, we can observe each model for its strength and weaknesses so in the end we can create a model which is suitable for improving marketing management in the Hospital "X".
It is a qualitative observation with a model of analytical descriptive examination. From the observation we can conclude that the marketing team or marketing management in the hospital "X" work with a limited scope, such as in marketing plan, organization structure, activities performance and marketing control.
The idea- of improving this model hopefully can be used for marketing management improvement in the Hospital "X"."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurhana
"ABSTRAK
Pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu sasaran pengendalian internal untuk meningkatkan penerimaan pendapatan rawat map laboratorium klinik.
Dari data tahun 1992/1993 dan 1993/1994 diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik di RSUPN Cipto Mangunkusumo masih kurang efektif dalam mencegah terjadinya kesalahan pada bukti transaksi pendapatan layanan rawat inap laboratorium klinik, piutang rumah sakit. Juga agaknya masih kurang dipahami dan dipatuhi prosedur pengendalian internal tentang pencatatan bukti layanan rawat inap laboratorium klinik yang telah ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit,
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pengendalian internal sistem informasi akuntansi penerimaan pendapatan rawat inap laboratorium klinik Cipto Mangunkusumo dan upaya untuk mengefektifkan pelaksanaannya. Metodologi yang dipakai pada penelitian ini adalah metode telaah kasus,dengan pendekatan pemecahan masatah, jadi penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan melakukan pendamatan, telaah dokumen, wawancara mendalarn dan wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Dari hasil penelitian didapat data bahwa pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik, menurut sistem dan prosedurnya sudah ada tetapi masih terdapat beberapa kelemahan prosedur pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik. Kelemahan ini terutama adalah pada unsur-unsur pengendalian internal pemisahan tanggung jawab, prosedur otorisasi, prosedur pencatatan transaksi dan pembukuan. Disamping kelemahan tersebut, prosedur otorisasi masih kurang dipatuhi oleh dokter atau pelaksana pemberi layanan rawat inap laboratorium klinik.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah prosedur pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik masih kurang memadai dalam melindungi rumah sakit dari resiko kerugian keuangan. Keandalan trasaksi, pembukuan dan prosedur pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik masih kurang dipatuhi. Hal ini dapat disebabkan karena belum berfungsinya Satuan Pengawasan Internal yang sudah dibentuk.
Saran yang diajukan dalam mengefektifkan pengendalian sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik adalah dengan mengaktifkan Satuan Pengawasan Internal untuk memperbaiki kelemahan unsur-unsur pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik di RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Saran lain adalah dengan mengingatkan kembali tenaga staf medik dan perawatan akan pentingnya pengendalian internal sistem informasi akuntansi pendapatan rawat inap laboratorium klinik serta mempertegas kembali batasan tugas dan tanggung jawab dalam satuan pengendalian internal, prosedur otorisasi, prosedur transaksi dan pembukuan.

ABTRACT
The Internal Control of Accountancy Information System for In-patients of the Dr.Cipto Mangunkusumo Clinical Laboratory is one of the objectives of the Internal Control to increase Clinical Laboratory In-patients revenue.
In fact, it?s operational function are still not effective to prevent or minimize the mistake in the filing In-patient transaction documents, minimize hospital financial debts and following Hospital's directives and procedures for the Internal Control as a whole.
The purpose of this research is to find the design of the functional operational the Dr Cipto Mangunkusumo Hospital 's Internal Control of the Accountancy Information System for the clinical laboratory In-patients revenues, and to propose how the mechanisms should to function more effectively.
The methodology of this research is based on case-analysis using problem-solving approach. The data was collected using on spot observations, documents analysis, depth interviews and questionnaires.
The result show some important data concerning the operational functions of the Internal Control of the Accountancy Information System of the Clinical Laboratory In-patients revenues which are:
* The system and the procedures have been established and exist but the mechanisms are not functioning properly.
* No clear job description for staffs responsible for internal control, procedures authorization, procedures transaction documents, financial records (book-keeping ) procedures.
Also, the ignorance attitude of medical or nursing staff in the usefulness of the accountancy Information System is still dominant.
The conclusions of the research are :
* The operational procedures of the Dr.Cipto Mangunkusumo Hospital Clinical in-patients revenues of the Internal Control of the Accountancy Information System is still not adequate to safe-guard the financial risks, the accuracy of the transaction documents for the financial records.
* Though the internal control mechanism and directives are already exist, there are not functioning well.
The recommendations proposed:
* To function immediately and effectively the internal control unit in order to improve the weakness of the related sectors of the internal control of the accountancy information system of the Dr Cipto Mangunkusumo clinical laboratory to increase in-patients revenues.
* Reminding of informing again the medical and nursing staff the importance and the benefits of the internal control of the accountancy information system.
* Redefining the job description, responsibility in internal control unit, procedure
* Authorization, procedure transaction documents, financial records (book-keeping) procedures.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Budy Astuti
"RSCM adalah rumah sakit rujukan nasional, tersier, pelayanan sub spesialis dan sub spesialis luas. Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A menjadi sentral pelayanan rawat inap dengan 660 tempat tidur dari total 1033 kapasitas RSCM. Pasien yang dirawat di Gedung A 90 menggunakan alat kesehatan medis. Sistem manajemen Pemeliharaan alat medis penting untuk penyediaan alat medis yang siap pakai, laik pakai, dan aman. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan bagaimana perancanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pemeliharaan. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara mendalan, Forum Grup Diskusi FGD, telaah dokumen dan observasi. Hasil dari penelitian ini bahwa pendanaan, pemenuhan suku cadang, sarana dan prasarana, kebijakan dan system informasi berpengaruh dalam pelaksanaan system manajemenpemeliharaan alat medis.

RSCM is a national, tertiary referral hospital, sub specialist and sub specialist services. The integrated inpatient unit building a becomes the center of inpatient services with 660 beds out of a total of 1033 rscm capacity. 90 Patients treated in integrated inpatient unit Building A RSCM use medical equipment. Health Management system maintenance of medical devices is important to provide ready made, wearable, and safe medical equipment. The purpose is to know the factors that influence and how the planning, implementation, monitoring and evaluation of maintenance. Using qualitative research methods with in depth interviews, focus grup disscusion, document the review and observation. The results of this study that funding, fulfillment of spare parts, facilities and infrastructure, policies and information systems have an effect on the implementation of medical equipment maintenance management system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Elaine Yulisar
"Rumah Sakit Hermina Kemayoran merupakan rumah sakit baru yang dibangunpada tahun 2016 dan merupakan bagian dari Hermina Hospital Group yang saatini merubah status dari rumah sakit ibu dan anak menjadi rumah sakit umum.Gedung yang baru, lokasi, status yang baru memerlukanstrategi pemasaran untukmerubah image masyarakat dan memasarkan rumah sakit sebagaiRumah SakitUmum Hermina Kemayoran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatifdeskriptif analitik dengan menggunakan data sekunder berupa data kunjungan pasien dari Januari ndash; Maret 2018 dan observasi fasilitas kesehatan yang ada untuk menganalisa karakteristik pasien dan kebutuhan pasien untuk sebagai riset pasar untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien merupakan perempuan dan anak usia 4-15 tahun dan tingginya angka batal berobat. Dari hasil ini, telah ditetapkan strategi pemasaran yangberorientasi untuk menarik konsumen yang lebih bervariasi dan dapat bersaingdengan kompetitor. Evaluasi kepuasan pasien dan keluhan pasien dilakukan untukumpan balik pelayanan kesehatan.Kata kunci: strategi pemasaran, riset pasar, RS Hermina Kemayoran

Hermina Kemayoran Hospital is a new hospital built in 2016 and is a part ofHermina Hospital Group, a hospital group that has changed its status from amother and child hospital to a general hospital. A new hospital, location, andstatus needs a marketing strategy to change the public rsquo s perception and to marketthis new hospital as a general hospital. This research uses the analyticaldescriptive quantitative method using secondary data and observation of availablefacilities in the hospital to analise patient characteristics and needs as a form ofmarket research to formulate a marketing strategy for this hospital. The resultsshow that most patients were 4 15 years old children and women with a highnumber of patients cancelling. From this result, the marketing strategy is orientedto attract more variations of costumers and to compete with the competitors.Evaluation of patients rsquo satisfaction level and complaints should be done forhospital services feedback.Key words marketing strategy, market research, Hermina Kemayoran Hospital"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Barkah
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
14-24-72311901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Ratna Primayanti
"Rumah sakit secara umum yang menghadapi berbagai tantangan dalam melaksanakan fungsinya sebagai institusi pelayanan kesehatan dalam upaya mengembangkan fungsi sosial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan berbagai hal, antara lain permintaan pasar yang semakin mengarah pada kualitas pelayanan, dicanangkannya pelayanan prima, kebijakan tentang pelayanan pasien miskin, akreditasi rumah sakit, lahirnya UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maraknya Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai kontrol sosial.
Penjabaran tentang fungsi sosial rumah sakit tersebut dapat diketahui dari Pasal 25 Permenkes Nomor 159 b tahun 1988 tentang Rumah Sakit Nasional Jo. SK Menkes Nomor 378 tahun 1993 tentang pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit swasta, dinyatakan "Setiap rumah sakit harus melaksanakan fungsi sosialnya dengan antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang tidak mampu. Bagi rumah sakit pemerintah sekurang-kurangnya 75% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia, sedangkan bagi rumah sakit swasta sekurang-kurangnya 25% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pelaksanaan kebijakan Permenkes No. 159b tahun 1988 tentang penerapan fungsi sosial dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dengan tujuan khusus :
Pemahaman kebijakan tentang fungsi sosial rumah sakit dalam kaitannya dengan penerapan fungsi sosial rumah sakit, pelaksanaan penerapan kebijakan fungsi sosial rumah sakit dan penilaian pelaksanaan Permenkes No. 159b /Menkes/Per/1111988 tentang penerapan fungsi sosial rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukk`an bahwa pemahaman manajer kesehatan terhadap kebijakan fungsi sosial ialah terjadi salah persepsi di pejabat Depkes, yaitu Permenkes 159b/Menkes/Per/1111988 telah diganti SK Menkes 582/Menkes/SK VII1997. Pemahaman dari RSUD Tarakan tentang kebijakan fungsi sosial rumah sakit hanya diketahui oleh level manajer 1 dan level manajer 2. Lever manejer 3 dan manajer 4 hampir seluruhnya baru tahu ada kebijakan fungsi sosial rumah sakit dan merasa hanya menjalankan kebijakan fungsi sosial rumah sakit sebagai perintah atasan. RSUD Tarakan telah melaksanakan fungsi sosial dengan tempat tidur kelas III 41,41% dengan BOR kelas 111 73,23%, klaim yang dikeluarkan untuk fungsi sosial rumah sakit 23,29% dari hasil pendapatan rumah sakit.
Disarankan agar antara Permenkes 159blMenkeslPer/1111988 Pasal 25 dan SK Menkes RI No. 582/ MenkesISKIVI/1997 sehingga harus dilakukan peninjauan kembali 2 ketentuan yang menetapkan besarnya jumlah tempat tidur, meskipun RSUD Tarakan dalam pelaksanaannya tidak memenuhi ketentuan Permenkes 159b tahun 1988 Pasal 25 ternyata dengan tempat tidur 41,41% BOR nya 73,23%. Hal ini dipertimbangkan agar rumah sakit dibebaskan untuk mengatur tempat tidur.

Analysis on Implementation of Hospital Social Function Policy Conducted in Tarakan Hospital, Central Jakarta Year 2004Hospitals face many challenges in implementing their function as health care institution related to the development of hospital social function and the duty to provide health care to the public. This complex situation is caused by market demand towards quality, prime service embark, policy on poor patient, hospital accreditation, Law No. 8/1999 on consumer's protection and the ever increasing number of NGO act as social control.
The Minister of Health Decree Number 159b/1988 Chapter 25 on National Hospital and Minister of Health Decree Number 378/1993 on the implementation of social function of private hospitals stated that every hospital should implement its social function by, among others, providing facilities to poor patients, at least 75% of bed capacity for state-owned hospital and at least 25% for private hospital.
This study objective is to analyze the implementation of Minister of Health Decree Number 159b/1988 on the implementation of hospital social function in Tarakan Hospital with specific objectives of investigating the understanding of the hospital social function among hospital managers, the implementation of hospital social function policy, and evaluation of Minister of Health Decree Number 159b/1988 on hospital social function implementation.
The study shows that there is misperception on social function policy among hospital managers the Minister of Health Decree Number 159b/1988 has been replaced by Minister of Health Decree Number 582/1997. Understanding of hospital social function were only perceived by level 1 and level 2 managers. Level 3 and 4 managers did not notice the policy as legal document and implement the policy based on superior's command only. Tarakan Hospital has been implemented its social function by providing 41.41% class III wards with BOR of 73.23%, the hospital also claimed that they spent 23.29% of its income for social function.
It is recommended to adjust and to review both the Minister of Health Decree Number 159b/1988 and the Minister of Health Decree Number 582/1997 as to not confuse hospital managers. Even though Tarakan Hospital was not complied to the Minister of Health Decree Number 159b/1988 but the hospital had provided 41.41% class III wards with BOR of 73.23%. It is also suggested that the hospital should given the freedom to determine the number of beds provided for social function.
References: 25 (1986-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>