Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5863 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jana Tjahjana Anggadiredja
"Tesis ini merupakan gabungan dua makalah hasil penelitian mengenai keanekaragaman jenis rumput laut dan pemanfaatannya oleh masyarakat secara tradisional. Rumput laut atau dikenal dengan nama lain seaweed adalah alga makro yang tumbuh di laut dan digolongkan ke dalam tiga kelas yaitu; Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat). Penelitian keanekaragaman jenis dilakukan di perairan pantai Warambadi dan penelitian pemanfaatan rumput laut dilakukan khusunya di lingkungan masyarakat Suku Sumba dan Sabu di Kampung Warambadi dan sekitarnya, Kabupaten Sumba Timur, mulai bulan April 1997 sampai dengan bulan Maret 1998.
Makalah pertama berjudul Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Warambadi : Fenomena Substrat dan Musim. Penelitian ini didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput taut, yang antara lain adalah substrat, salinitas, temperatur, arus dan gelombang serta intensitas cahaya. Sedangkan salinitas, temperatur dan arus dipengaruhi oleh musim yang terjadi. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, kondisi substrat dipengaruhi pula oleh perubahan musim. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keanekaragaman rumput laut di lokasi penelitian melalui pengukuran indeks keragaman jenis, dengan memperhatikan substrat pasir dan batu karang serta musim kemarau dan musim hujan.
Dari pengamatan diperoleh catatan bahwa pada kedua musim dan di kedua substrat, rumput taut yang tumbuh di lokasi penelitian berjumlah 79 jenis Bari 23 genus, yang teridiri dari : 37 jenis alga hijau dari 9 genus, 22 jenis alga merah dad 8 genus dan 20 jenis alga coklat dari 6 genus. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis pada substrat pasir dan batu karang pada musim hujan maupun kemarau tidak berbeda. Demikian pula sebaliknya bahwa indeks keanekaragaman jenis pada musim hujan dan kemarau pada substrat pasir maupun batu karang tidak berbeda.
Hasil analisis menunjukkan pula bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis dan jumlah jenis alga tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe substrat dan musim, tetapi sangat dipengaruhi oleh interaksi antara substrat dan musim. Adapun hasil analisis terhadap masing-masing kelas menunjukkan, bahwa indeks keanekaragaman jenis alga hijau dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Untuk alga merah, indeks keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh musim dan interaksi antara substrat dengan musim, akan tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe substrat. Sedangkan indeks keanekaragaman jenis alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Hasil analisis menunjukkan pula, bahwa jumlah jenis alga hijau, alga merah dan alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan musim serta oleh interaksi keduanya.
Makalah kedua berjudul Studi Etnobotani : Pemanfaatan Rumput Laut di daerah Warambadi - Panguhalodo, Sumba Timur. Makalah ini sebagai hasiI dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat setempat, khususnya Suku Sumba dan Sabu mengenai pemanfaatan rumput laut. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 55 jenis yang telah dimanfaatkan secara turun temurun sebagai makanan dan/atau obat tradisonal, dan 32 jenis di antaranya adalah jenis yang baru diinformasikan sebagai makanan dan obat. 54 jenis dari 19 genus telah terbiasa dimanfaatkan sebagai makanan, khususnya oleh masyarakat keturunan Suku Sumba dan Sabu. Jenis alga tersebut terdiri dari 17 jenis alga hijau, 17 jenis alga merah dan 20 jenis alga coklat. Diketahui pula bahwa 38 jenis dari 18 genus temyata sudah biasa pula dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masayarakat, dan terdiri dari 7 jenis alga hijau, 13 jenis alga merah, 18 jenis alga coklat.
Rumput laut dikonsumsi secara tradisional dalam berbagai bentuk antara lain; mentah sebagai lalap dan sayur, dibuat acar dengan bumbu rempah dan cuka, dibuat sayur dengan air santan, ditumis dengan minyak kelapa, dimasak dengan air kelapa dan gula dibuat puding atau penganan. Sebagai obat tradisional rumput laut digunakan untuk: kosmetika tradisional (dalam bentuk puderlbedak atau lotion), penurun panas, antiseptik, obat cacingan, obat batuk dan asma, mimisan dan bisul, bawasir, GAKI, gangguan lambung dan pencernaan serta gangguan saluran air kemih.
Pengetahuan pemanfaatan rumput laut sebagai makanan dan obat tradisional, sampai saat ini ternyata masih dimiliki oleh masyarakat di daerah Warambadi, Desa Mburukulu Kecamatan Panguhalodo, Kabupaten Sumba Timur, khususnya Suku Sumba dan Sabu. Dengan tidak diketahui asal mulanya, pengetahuan ini telah dimanfaatkan secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu dan dari basil wawancara ternyata diketahui pula, bahwa pengetahuan ini berkurang secara gradual sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta kondisi lokasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This volume contains 22 chapters by renowned experts, grouped in five parts. In Part I fundamental processes and acclimation strategies of seaweeds towards the abiotic environment are covered. Part II focuses on the multitude of biotic interactions in seaweed communities, and in Part III the reader is introduced to the structure and function of the main seaweed systems of the world. The chapters of Part IV highlight and discuss the effects of global and local environmental changes on seaweeds and their communities. In the final Part V a comprehensive overview of developments in seaweed aquaculture, industrial applications and the overall economic importance of seaweeds is provided. Summarizing the advances in seaweed biology achieved within the last few decades, this book also identifies gaps in the present knowledge and needs for future research."
Berlin: Springer, 2012
e20417700
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rira Wahdani Martaliza
"UHC (Universal Health Coverage) merupakan tujuan utama dari reformasi kesehatan hampir di seluruh negara dan juga menjadi prioritas WHO dimana setiap masyarakat memiliki akses ke layanan kesehatan yang diperlukan. Untuk mendukung terwujudnya UHC maka pemerintah melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak 1 Januari 2014. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh JKN terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat inap dan jumlah hari rawat inap di Pulau Timor, Flores, dan Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Susenas Tahun 2017.
Hasil analisis logit dan negatif binomial membuktikan bahwa program JKN meningkatkan probabilitas utilisasi rawat inap sebesar 1,58 kali dengan peningkatkan jumlah hari rawat inap sebesar 0,318 hari rawat inap. Oleh sebab itu, dibutuhkan penguatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan.

UHC (Universal Health Coverage) is the main goal of health reform in almost all countries and is also a WHO priority where every community has access to the necessary health services. To support the realization of UHC, the government implemented the National Health Insurance Program (JKN) since January 1, 2014. This study aims to determine the effect of JKN on the utilization of inpatient health services and the number of inpatient days on Timor, Flores and Sumba Island in East Nusa Tenggara 2017. This study uses a cross-sectional study design using 2017 Susenas secondary data.
The results of binomial logit and negative analysis prove that the JKN program increases the probability of inpatient utilization by 1.58 times by increasing the number of hospitalization days by 0,318 days hospitalization. Therefore, it is necessary to strengthen community access to health services by improving health facilities and infrastructure.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Gde Agung
Jakarta : Sarana Mulia, 2006
333.95 ANA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Hapsari
"As indicator for environmental disturbances, the understory is an important structural and functional component of forests ecosystems. Hence, this study was conducted to investigate the diversity and composition of understory plants in the lowland forests adjacent to the trekking paths along Semut Bay (dock entrance) to Segara Anakan Lagoon and some coastal areas in Sempu Island, and to detemine their association with the underlying environmental factors as disturbance indicators by the presence of understory invasive alien species (IAS). Sixty six plots of 2 x 2 m2 were established to analyze the understory vegetation, the site profiles and the environmental variables. A total of 135 understory plant species belonging to 108 genera and 60 families were recorded within the 66 plots of the study areas. Poaceae was the dominant family, followed by Compositae, Phyllanthaceae, Sterculiaceae, Rubiaceae, Putranjivaceae and Cyperaceae. The understory communities in the lowland forest adjacent to Semut Path were dominated by tree seedlings and had a relatively fewer composition of shrubs. Coastal areas, which have more open canopies, were dominated by grasses and shrubs. Some dominant native understory species include Ckistanthus ohlongifolius, Pterocymbium javanicum, lschaemum muticum, Guettarda spedosa, etc. Indicating disturbance, 12 understory IAS were found in the study areas. Four of these are among the world’s worst invaders (Chromolaena odorata, Imperata tylindrica, Lantana camara and Spathodea campanulata), and three are noxious weeds (Cyperus rotundus, Eleusine indica and Imperata cylindricd). The light intensity and air temperature were strongly positively associated with disturbed sites, while relative humidty, soil pH, and elevation were associated with less disturbed sites. These study results provide the scientific basis for management and recommendations on the current diversity status of the understory plant species at Sempu Island, hoping that these would justify further conservation of indigenous species and their protection from these disturbances."
Bogor: Seameo Biotrop, 2020
634.6 BIO 27:3 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Virda Ekaningrum
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2015 yang menyatakan bahwa PT ASTIL terbukti melanggar pasal 18 UU No. 5 Tahun 1999 dalam penguasaan pembelian rumput laut hasil Sumba Timur. PT ASTIL merupakan pembeli tunggal atau menguasai pasokan rumput laut jenis E. Cottoni hasil Sumba Timur. Menurut majelis Komisi PT ASTIL telah melakukan hambatan pasar terhadap calon pembeli potensial dengan cara membuat perjanjian dengan pengepul yang memiliki klausula kewajiban menjual ke PT ASTIL dan dengan adanya catatan rekomendasi Dinas Perikanan dan Kelautan yang dibuat Ir. Maxon M. Pekuwali yang sekaligus menjadi Pemegang Saham dan Komisaris PT ASTIL. Terhadap permasalahan diatas dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Majelis Komisi tidak tepat dalam melakukan perhitungan jumlah pangsa pasar PT ASTIL. Padahal, pendekatan pasal 18 UU No. 5 Tahun 1999 adalah rule of reason, dimana salah satu syaratnya adalah penguasaan pasar lebih dari 50 . Majelis Komisi tidak memperhitungkan pembeli rumput laut lain dan hanya memberikan pernyataan bahwa PT ASTIL melakukan penguasaan pasokan dan merupakan pembeli tunggal. Oleh karena itu, maka unsur penguasaan pembelian menjadi tidak terpenuhi dan menjadikan putusan akhir tidak tepat.

ABSTRACT
This thesis discussed about the Commission 39 s decision of KPPU No. 21 KPPU L 2015 which states that PT ASTIL proven violating Article 18 of Law No. 5 of 1999 about purchase mastery of seaweed product East Sumba. PT ASTIL is a single buyer or controlling the supply of seaweed type E. cottoni. The Judges declared that PT ASTIL conduct market barriers to potential buyers by making agreement with collectors with the clause oblige sell to PT ASTIL and records recommendation Department of Fisheries and Marine Resources created by Ir. Maxon M. Pekuwali which become shareholders and commissioners PT ASTIL. Based on above problems, do research using normative judicial method. Results of research addressing that commission did not appropriate in calculating the amount of the market share of PT ASTIL. Besides, approach to article 18 are rule of reason. one of the requirements is a market share of more than 50 . Commission did not take into account other buyers seaweed. Therefore, the element of mastery purchase being unfulfilled and makes the final decision was not appropriate."
2017
S66740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regi Zaky Utama
"Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Oleh sebab itu Indonesia memiliki potensi dalam pemanfaatan sumber daya kelautan. Rumput laut merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Di Pulau Tidung dapat dimanfaatkan tidak hanya dari sektor pariwisata, melainkan dapat dimanfaatkan dari sektor sumberdaya lautnya. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah potensi pengembangan budidaya rumput laut dengan metode skoring. Berdasarkan data-data dari variabel kondisi perairan, budidaya, dan objek wisata ditumpangtindihkan dan kemudian dianalisis secara spasial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari segi kondisi fisik perairan di pesisir utara Pulau Tidung pada segmen U1, U2, U3, dan U4 merupakan wilayah yang sesuai. Potensi pengembangan budidaya rumput laut berada di segmen U2 yang didukung oleh jumlah produksi yang tinggi, jarak objek wisata yang jauh, dan jumlah penginapan yang rendah membuat di wilayah tersebut menjadi berpotensi untuk dikembangkan.

Indonesia is geographically an archipelagic country with two thirds of the oceans larger than the mainland. Indonesia has the potential in the utilization of marine resources. Seaweed is one of the marine resources commodities that have great potential to be developed. In Tidung island can be utilized not only from the tourism, even can be utilized from the marine resources. In this study aims to determine the potential areas of seaweedcultivation development by the scoring method. Based on data from the variables oceanography, cultivation, and tourist objects overlapped and then analyzed spatially. The results of this study show that in terms of oceanography in the north coast of Tidung island in U1, U2, U3, and U4 segments are the suitable areas. Potential development of seaweed cultivation in Tidung island is in U2 segment, which is support by high production quantities, long distance from tourism object, and low number of accommodation makes it potentially to be developed area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virgi Citra Nabila
"Peninjauan aktivitas budidaya rumput laut secara optimal perlu dilakukan mengingat tingginya daya dukung lingkungan dan bernilai ekonomis. Namun perkembangan pariwisata membuat aktivitas budidaya rumput laut terus terdesak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian wilayah budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan dan aktivitas budidaya rumput laut di Pulau Serangan beserta hubungannya. Variabel yang digunakan ialah kondisi perairan, pengelola, teknologi, manajemen, dan objek wisata. Kesesuaian wilayah budidaya rumput laut di Pulau Serangan diperoleh melalui pengolahan data citra Landsat 8 tahun 2020 serta pengukuran lapang in situ maupun ex situ. Survey dan wawancara dilakukan untuk menganalisis aktivitas budidaya rumput laut di Pulau Serangan. Metode skoring dan overlay digunakan pada seluruh variabel yang kemudian dianalisis spasial. Analisis statistik deskriptif juga dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesesuaian wilayah berdasarkan kondisi perairan terhadap jumlah produksi rumput laut. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput laut terletak di segmen Teluk Lebangan. Aktivitas budidaya rumput laut tinggi terletak di segmen Teluk Lebangan, aktivitas budidaya sedang terletak di segmen Pantai Timur Serangan, dan aktivitas budidaya rendah terletak di segmen Teluk Serangan. Kesesuaian wilayah budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan berupa suhu, salinitas, arus, muatan padatan tersuspensi, dan oksigen terlarut secara simultan berpengaruh terhadap jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan. Semakin tinggi oksigen terlarut, suhu, dan kecepatan arus maka jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan akan meningkat. Semakin rendah muatan padatan tersuspensi dan salinitas maka jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan akan meningkat.

Seaweed cultivation is an alternative use of coastal areas. An optimal review of seaweed cultivation activities needs to be done, considering the environment's high carrying capacity and its economic value. However, the development of tourism has made seaweed cultivation activities continue to be pressed. This study aims to analyze seaweed cultivation areas suitability based on water conditions and seaweed cultivation activities on Serangan Island and their relationship. The variables used are water conditions, cultivation, technology, management, and tourist objects. The suitability of the seaweed cultivation area on Serangan Island was obtained through Landsat 8 imagery data processing in 2020 and field measurements in situ and ex-situ. Surveys and interviews were also conducted to analyze seaweed farming activities on Serangan Island. The scoring and overlay methods were used for all variables, which were then analyzed spatially. Descriptive statistical analysis was also carried out to analyze the relationship between the suitability of the area based on water conditions and seaweed production. The analysis results show that a suitable area for seaweed cultivation is in the Lebangan Bay segment. The high level of seaweed cultivation activity is in the Lebangan Bay segment, moderate cultivation activity is in the Serangan East Coast segment, and low cultivation activities are in the Serangan Bay segment. The suitability of the seaweed cultivation area based on water conditions in temperature, salinity, current, total suspended solids, and dissolved oxygen has a simultaneous effect on seaweed cultivation activities on Serangan Island. The higher the dissolved oxygen, temperature, and current speed, the amount of seaweed production on Serangan Island will increase. The lower total suspended solids and salinity, the amount of seaweed production on Serangan Island will increase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davy, John
Dehiwala,: Tisara Prakasakayo , 1821
915.493 DAV a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wardah
"Palms diversity composition, and density i six selected sites of 15 rectangular plots of 100 x 20 m were successfully studies. The sites are in kasepuhan ciptagelar, which located in the Gunung Halimun Salak National Park in West Java. The sites are in the disturbed primary submontane forest at 800 to 1400 m altitude. Ethnobotanical observations made in some of the villages in kasepuhan ciptagelar proceeded through informal unending open interviews involving some traditional elders, prominent communities, and handicraftsmen. There is no species addition to the park from the kasepuhan cigelar. Three species of rattans (calamus polystachys, C. burckianus, and korthalsia laciniosa) are added to the park from Cibedug, Leuwijaming, Ciptarasa, and Cikidang. Young leaves of doemonorops rubra are used for traditional inner baduy cloth. The use of C. javensis canes for bracelets and rings, and the infructescence of plectocomia elongata for decoration are new findings "
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>