Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154672 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuyun Rani
"Masa remaja adalah periode yang paling rawan dalam kehidupan seorang manusia, dimana pada masa ini individu berada dalam masa transisi antara masa anak-anak dengan masa orang dewasa. Meningkatnya masalah seksualitas remaja seksual remaja berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja itu sendiri. Pada masa remaja karena hormon-hormon seksual sudah berfungsi secara aktif Hal ini menyebabkan secara alamiah remaja mengalami dorongan seksual yang diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual.
Perilaku seksual remaja tentulah sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan, mulai dari lingkungan keluarga, kelompok sebaya, sampai dengan media massa, semuanya dapat memiliki peran sebagai sumber informasi bagi remaja. Bila remaja tidak dapat menyeleksi berbagai pengaruh informasi yang kini semakin mudah di akses, akan dapat memancing remaja untuk mengadopsi kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang. Pada akhimya secara akumulatif kebiasaan tersebut mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada perilaku seksual berisiko.
Tujuan dan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor -faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja siswa kelas 2 SMUN di kota Bogor. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pada keluarga, serta kelembagaan dari masyarakat, untuk membina kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual pra nikah.
Jenis penelitian kuntitatif dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalah siswa kelas 2 Sekolah Menengah Umum Negeri kota Bogor dengan jumlah sampel 476 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dengan uji Chi-Square dan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil analisis bivariat yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, pengetahuan kesehatan reproduksi, ketaatan beragama dan media pornografi. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan variabel pengetahuan sebagai variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seksual.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan program pendidikan seks atau reproduksi sehat perlu diberikan dikalangan remaja baik di sekolah maupun di luar sekolah, untuk mendapatkan persepsi yang benar mengenai seks dan seksualitas. Perlu adanya pemahaman agama yang mendalam untuk pengendalian perilaku yang negatif. Selain itu, perlu meningkatkan penyuluhan kesehatan reproduksi melalui orang tua siswa dan peer group agar informasi kesehatan reproduksi menjadi lebih efektif dan tidak terjadi kesalahan dalam persepsi tentang kesehatan reproduksi.

Adolescent period is the most critical period in human life span, a transition from childhood to adult period. The increase of sexual problem among adolescent related to the growth and development of the adolescent period where sexual hormones has actively functioned. This will naturally increase sexual drive among adolescent which is expressed in various sexual activities.
Adolescent sexual behavior is greatly influenced by social environment including family, peer group, and mass media, all play important roles as source of sexual information for adolescent. Without proper filtration, adolescent could easily trapped to adopt unhealthy behavior such as smoking, alcoholic drinking, and drug abuse. These behaviors will cumulatively accelerate the beginning of sexual activity and could lead to risky sexual behavior.
The aim of this study is to obtain information o factors related to sexual behavior among Grade 2 high school student in Bogor city. It is expected that this study could provide relevant information to public, family, and community organization, as to improve the reproductive health aspect of adolescent, particularly pre marital sexual behavior.
This study is a quantitative one with cross sectional design. The population is Grade 2 students of state high schools in Bogor city with sample of 476 students. Data was analyzed using univariate, bivariate using chi square, and multivariate using logistic regression.
The bivariate analysis showed that gender, knowledge on reproductive health, religious piousness, and pornographic media have significant relationship to sexual behavior. The multivariate analysis showed that knowledge is the most dominant variable related to sexual behavior where better knowledge related to heavier sexual activity.
It is suggested to evaluate the on-going sexual and reproductive education among adolescent as to refine the perception on sexuality and its relevant aspect. There is a need to emphasis the religious understanding and activity as to prevent negative unhealthy sexual behavior. There is also a need to improve the effectiveness of reproductive health education and extension through parents and peer group approach to avoid misperception about reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saprianto
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang seksualitas dengan perilaku seksual siswa Sekolah Menengah Umum. Desain yang digunakan adalah cross sectional, lama penelitian lebih kurang satu minggu, yaitu dari tanggal 5 Mei s/d 10 Mei 2003, alat pengumpul data adalah kuesioner. Variabel yang dilihat adalah umur siswa, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap, jarak rumah ke sekolah, waktu sekolah, serta komunikasi tentang seks dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Secara umum hasil yang didapat 66 siswa (38,6%) perilaku seksual berisiko tinggi.
Kesimpulan penelitian didapatkan dua variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual siswa SMU. Variabel tersebut adalah jenis kelamin siswa dengan P value = 0,002 dan OR = 2,778 yang memberikan informasi bahwa siswa perempuan mempunyai peluang untuk berperilaku seksual berisiko tinggi 2,778 kali dibanding siswa laki-laki, dan variabel komunikasi seksual dengan teman sebaya didapatkan hubungan bermakna P value 0,000 dan OR = 3,197 yang artinya tidak melakukan komunikasi seksual dengan teman sebaya mempunyai peluang 3,197 kali untuk melakukan perilaku seksual berisiko tinggi dibandingkan dengan melakukan komunikasi tentang seksual dengan teman sebaya.
Saran untuk orang tua dan guru selayaknya dapat memberikan pendidikan seksualitas pada siswa secara benar dan sesuai tahap perkembangannya. Bantu siswa dalam menghadapi dan mengatasi masalah seksualnya serta lakukan pendekatan dengan teman sebaya (peer group), upayakan memberdayakan kelompok sebaya dengan membekali mereka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya materi kesehatan reproduksi remaja dimasukkan sebagai muatan lokal sehingga dapat memperkaya pengetahuan siswa dan dapat memenuhi kebutuhannya.

This study is tried to find out the description of relationship between knowledge and attitude on sexuality, and sexual behavior among high school students. A cross-sectional is used as the study design. The study takes time about a week, from 5 to 10 May 2003, and a structured questionnaire is used as the instrument for data collection. The study is look at variables of student's age, gender, knowledge and attitude on sexuality, the school distance from home. school time, and communication about sexuality with parents, peers, and teachers. In general, the study found that there are 66 students (38.6%) who have a high-risk sexual behavior.
The study concluded that there are two variables that have a significant relationship with high school student's sexual behavior. They are: student's gender with P-value 0.002 and OR at 2.778, which mean that girls have a chance to be having high-risk sexual behavior 2.778 times than boys; and communication on sexuality with their peers, with P-value 0.000 and OR at 3.197, which mean that those who have no communication on sexuality with their peers have a chance to be having high-risk sexual behavior than those who have communication on sexuality with their peers.
A suggestion to the parents and teachers is that they are supposed to be giving the sexual education to their children and students in appropriate way depend on their stages age of life. They should support the children and students to deal with and to encounter their sexual problems, with a peer group approach. They suppose to reinforce the peer group with the reproductive health information. Regarding to the education and learning process at school, it is suggested that adolescent reproductive health materials are included at local capacity, as they can enrich the student's knowledge and fulfill their needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohanis
"Masalah perilaku seksual di kalangan remaja, tidak saja sebagai akibat faktor biologis semata tetapi juga berkenaan dengan faktor lingkungan serta kurangnya pembekalan informasi tentang seksualitas yang sehat secara utuh dan menyeluruh.
Beberapa penelitian menunjukkan telah terjadi pergeseran nilai dan moral perilaku dalam kehidupan remaja khususnya yang berkaitan dengan perilaku seksual. Hal ini juga berlaku di kota Padang yang kuat dengan adat dan agamanya, dibuktikan dengan hasil penelitian PKBI (1995) untuk 100 responden remaja ditemui kasus hubungan seksual 10,5% dan panelitian yayasan Widya Prakarsa (1999) ditemui dari 339 responden remaja telah melakukan hubungan seksual 5,9%.
Melihat permasalahan diatas dan belum adanya penelitian yang menjawab permasalahan tersebut di kota Padang, maka dilakukanlah penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) yang berada diwilayah kota Padang tahun 2001.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, populasinya adalah siswa kelas dua Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SMU, SMK dan MA) di kota Padang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan 27% responden berperilaku seksual berisiko berat dan 73% responden berperilaku seksual berisiko ringan, didapati 2,5% telah melakukan hubungan seksual. Variabel-variabel independen yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan perilaku seksual adalah pengetahuan, sikap, agama, peran media massa dan peran teman sebaya, sedangkan variabel yang tidak bermakna yaitu jenis kelamin dan peran prang tua, dari variabel tersebut yang paling dominan adalah pengetahuan dengan OR sebesar 3,80.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang berkaitan dengan seksualitas remaja oleh Instansi berwenang dengan melibatkan organisasi kemasyarakatan dan pemuka masyarakat baik melalui pendidikan formal maupun informal seperti seminar, pelatihan yang dapat menggiring remaja ke arah perilaku seksual yang baik.

Factors Related to Sexual Behavior of Public High School Students (SMU, SMK, MA) in Padang City 2003Sexual behavior problem among teenagers, not only caused biologically, but also regarding on environment factors and minimum information about sexuality health.
Some of this study showed that that there is shiftiness on value and moral of behavior in teenager especially in sexuality behavior. This is happened in Padang which has strong and strictness cultural on religion, this evidence found by PKBI study (1995) for 160 respondents 10,5% have sexual relationship experience and study of Widya Praicarsa Foundation found from 339 respondents 5,9% do sexual intercourse.
This study tries to find out factors that related to sexual behavior of public high school student (SMU, SMK, and MA) in Padang City 2002.
This study use cross sectional design, population is second grade of public high school in Padang City with 200 samples and statistically analyzed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Result of this study showed that 27% respondents have bad severe sexual risk behavior and 73% have light sexual risk behavior, 2,5% have sexual intercourse. Independents variables which have significant relation to sexual behavior are knowledge, attitude, religion, mass media, and peer group. While the insignificants variables are sex and role of parent, the most dominant variable is knowledge (OR=3,so).
Based on result of this study, we recommend there should be some efforts to improve knowledge about sexuality which involving social organization and public figures through formal and informal education, seminar, training that could lead teenagers to have better sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Kusumawati
"Remaja di dunia maupun di Indonesia yang jumlahnya sekitar seperlima dari jumlah penduduk sering mendapat hambatan didalam tumbuh kembangnya. Sifat rasa ingin tahu remaja yang besar serta keberanian untuk mencoba hal baru tanpa mempertimbangkan dampaknya sering membuat remaja terjerumus kedalam berbagai bentuk perilaku bersiko, salah satunya perilaku seksual beresiko. Penelitian dengan disain potong lintang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Penelitian dilakukan pada 187 orang responden siswa kelas XI SMA sederajat di Kota Jambi dilaksanakan pada bulan April 2014.
Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 89,8% siswa memiliki perilaku seksual resiko rendah dan 10,2% siswa memiliki perilaku seksual resiko tinggi. Usia termuda responden yang telah melakukan hubungan seks adalah 14 tahun dan tertua 17 tahun; bentuk hubungan seksual yang dilakukan adalah seks oral (4,81%), seks anal (1,60%) dan seks vaginal (3,74%). Hasil analisis mutivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang paling berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin (laki-laki) dan umur pubertas (dini) dengan Odss Ratio 4,01 (95% CI :1.059 ? 15.212) untuk jenis kelamin dan 3,98 (95% CI :1.130 ? 14.056) untuk umur pubertas. Oleh karena itu, disarankan agar para pemangku kepentingan utama serta para orang tua untuk dapat segera mengambil tindakan sesuai dengan porsi masing-masing. Hal ini demi menyelamatkan generasi muda dari kehancuran moral dan masa depan bangsa ini.

Adolescents of Indonesia and even the whole world constitute one fifth of total number of human. They often face various problems during their growth. Their curiousity and courage to try new things whilst ignoring the effects lead them entangled into many risky behaviour, sexual risky behavior. This cross-sectional is intended to find out factors related to adolescent sexual behavior. This research has 187 respondents who are students of 11thGrade of Senior High School in Kota Jambi for April 2014.
The results are 89,8% for low risk sexual behaviour while 10,2% for high risk sexual behaviour. It is also surprisingly found that youngest respondent had sexual intercourse is 14 years of age while the oldest is 17 years; sexual activities among respondents are 4,81% for oral sex, 1,60% for anal sex and 3,74% for vaginal. Multivariate analysis results in gender (male) and age of puberty (earlier) as dominant factors with each Odss Ratio 4,01 (95% CI :1.059 - 15.212) and 3,98 (95% CI :1.130 ? 14.056), repectively. Therefore, it is highly envisaged that primary stake holders, including Dinas Kesehatan Kota Jambi, Dinas Pendidikan Kota Jambi, Kemenag Kota Jambi, Kementerian Kesehatan RI, schools and parents shall take proper actions and policies. This objective is to save our adolescents from moral failure and our nation?s future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Dharma
"Masa remaja merupakan fase penting dalam kehidupan seseorang, dimana pada ihse tersebut terjadi perubahan baik secara biologis maupun psikologis. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan perilaku seksual yang harus disikapi dengan hati-hati agar tidak menimbulkan masalah.
Perilaku seksual adalah seluruh tingkah laku yang didorong oleh adanya hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenisnya. Manifestasi yang bennacam-macam dari perilaku seksual ini sering menyebabkan masalah selama masa remaja seperti hubungan seksual pranikah, aborsi, penyakit menular seksual dan juga HIV/AIDS.
Tujuan penelitian adalah untuk rnengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA di Kecamatan Bangkinang tahun 2008. Manfaat penelitian adalah untuk memberikan masukan kepada pembuat keputusan dan pelaksana program kesehatan dalam melakukan pembinaan kepada remaja sebagai pribadi yang berkembang.
Desain penelitian menggunakan cross sectional dan melihat hubungan antara faktor predisposisi dan penguat dengan perilaku seksual siswa SMA di Kecamatan Bangkinang Faktor predisposisi meliputi umm, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap. Faktor penguat meliputi nilzzi moral dalam masyarakat keharmonisan keluarga, pengaruh Ieman sebaya, lingkungan pendidikan dan keterpaparan oleh media informasi.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2008. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau dengan populasi seluruh siswa SMA di Kecamatan Bangkinang. Sampel dipilih secara acak sederhana berjumlah 432 orang. Pengambilan data dilakukan dengan meminta responden untuk mengisi kuisioner.
Hasil penelitian mendapatkan adanya 27 orang responden (6,3%) yang telah melakukan hubungan seksual pranikah, dimana 3 orang responden atau pasangannya hamil dan semuanya menggugurkan kandungan sendiri atau dengan bantuan dukun. Responden yang memiliki perilaku seksual beresiko sebesar 152 responden atau 35,2%. Faktor yang memiliki hubungan bemrakna dengan perilaku seksual adalah nilai moral dalam masyarakat, pengaruh teman sebaya dan ke/terpaparan oleh media informasi. Responden dengan nilai moral masyarakat yang longgar berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 1,8 kali dibandingkan siswa dengan nilai moral dalam masyarakat yang ketat setelah dikontrol oleh faktor pengaruh teman sebaya dan faktor keterpaparan oleh media informasi. Siswa yang terpengaruh oleh teman sebayanya berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 2,6 k li dibandingkan siswa yang tidak terpengaruh teman sebayanya setelah dikontrol oleh faktor nilai moral dalam masyarakat dan keterpaparan oleh media infonnasi. Siswa yang terpapar oleh media informasi berpeluang memiliki perilaku seksual beresiko 3,3 kali dibandingkan dengan siswa yang kurang terpapar oleh media informasi, setelah dikontrol oleh faktor nilai moral dalam masyarakat dan pengaruh teman sebaya. Diperoleh hasil bahwa keterpaparan oleh media informasi merupakan faktor yang paling dominant berhubungan dengan perilaku seksual beresiko setelah dikontrol oleh nilai moral dalam masyarakat dan pengaruh teman sebaya.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar para pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan tentang pemasangan software antipomografi pada setiap penyedia jasa intemet, mengadakan pelatihan konselor bagi teman sebaya, pembatasan I-IP berkamera di lingkungan sekolah, dan memperbanyak materi kesehatan reproduksi yang bertanggungiawab untuk seluruh siswa SMA
This the important life phase in someone life, at this phase the changed happened meaning by biological and psychological. This change will cause the behavioral change of sexual attitude which must carefully faced in order not to generate problem.
Sexual behavior is the entire adolescent behaviour pushed by existence of good sexual ambition with its oposite gender and or its sesame type. Too many kinds of this sexual behavior manifestation will often cause the problem of during teen-age, like a prcmarital sexual intercourse, abonion, sexual contagion as well as HIV I AIDS.
The research aim to to know the factors that related to sexual behavior of Senior High School students at Bangkinang District in year of 2008. This Research benefit is to give the input to decision maker and reproduction health programmer in conducting construction to adolescent as an cxpandent person.
The research use cross sectional designed to see the relation between the predisposing and reinforcing factors with sexual behavior of SMA student in Bangkinang District. Predisposing factors cover the age, gender, knowledge and attitude. Reinforcing factor cover asses the moral in society, the family harmonious, friend influence coeval, mileu of school and exposurcd by media of information.
Research conducted in Februari and March 2008. Research location is in District of Bangkinang of Kampar regents Riau Province, with the entire population student SMA in District Bangkinang. Sampel selected at random modestly amount to 432 people. Data intake conducted by asking for responder to fill questioner.
Result of the research get 27 responder ( 6,3%) which have done the premarital sexual intercourse, whcrc 3 responder or their couple was pregnant and altogether abon the pregnance by themself or constructively soothsayer. The responder who owning high risk sexual behaviour is about 152 responder or 35,2%. Factors that have significant relation with sexual behaviour is moral value in society, friend influence coeval and media of information exposure. Responder with the diffuse society moral value have opportunity to have the high risk sexual behavior l,8 times compared to student with the moral value in tight society after controlled by factor of friend influence coeval and media of information exposure. Student affected by friend coeval have opportunity to have the high risk sexual behavior 2,6 _times compared to a student which is not affected by a friend coeval alter controlled by factor assess the moral in society and the media of infomation exposure. Student which media of infomation exposure have opportunity to have the high risk sexual behavior 3,3 times compared to a less student of media exposure, after controlled by factor assess the moral in society and friend influence coeval.
Obtained by the result that media of information exposure represent the most of dominant factor that relate to the high risk sexual behavior alter controlled by moral value in society and iiiend influence coeval. Pursuant to research result suggested that all policy maker release the regulation of software antipornography installation in each internet service provider, performing a counselor training to friend coeval, demarcation of camera handphonc in school environment, and multiply the items of responsibly health reproduction entire SMA student.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solha
"Masa remaja adalah periode yang paling rawan sepanjang daur kehidupan , yaitu masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Pada masa ini sering tenjadi masalah seksual yang berhubungan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan mereka, dimana honnon hormon seks yang mulai aktif berfungsi. Keadaan ini merupakan hal yang normal. Seiiring dengan meningkatnya aktititas seksual mereka, dimana akhirnya mereka ekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku seksual.
Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul akibat dorongan seksual, dan menjadi perhatian besar dikalangan remaja yang apabila tidak mendapat penyaluran yang tepat akan mengakibatkau masalah dalam kesehatan reproduksi seperti hamil diluar nikah, KTD, aborsi, penyakit menular seksual dan lain lain.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMU kelas 2. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan keluarga, untuk membina kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual pada remaja_ Penelitian ini adalah Studi kuantitatif dengan rancangan cross-sectional serta melihat hubungan antar variabel jenis kelamin, umur, pengetahuan, sikap, tempat tinggal, pcrnanfaatan layanan konsultasi, hubungan dengan orang 1118. dan sumber sumber informasi terhadap perilaku seksual pada remaja SMU kelas 2.Penelitian dilakukan pads bulan April 2007 dan lokasi penelitian adalah SMU 7, SMU Pusri, SMU Sultan Mahmud. B H, SMU Bina Cipta, SMU PGRI yang seluruhnya berada dalam wilayah Kecamatan kalidoni Palembang dengan jumlah sampcl sebanyak 240 responden.
Hasil penelitian mcnunjukkan proporsi murid yang berisiko terhadap perilaku seksual scbesar 20,4% dcngan umur dialas 15 tahun sebesar (20,9%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 38,8% atau 31 mmid. Sebanyalc 14 orang (45%) dari siswa laki-laki tersebut telah melakukan hubungan seksual, 3 orang diantaranya teljadi kehamilan yang tidak diinginkan pada remaga perempuan yang menjadi pasangannya yang akhirnya melakukan penggugumn kandungan.
Delapan variabel yang diuji, terdapat hubungan yang bennakna dengan perilaku seksual adalah variabel jenis kelamin, pemanfaatan layanan konsultasi dan variabel sumber informasi. Namun analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengamh terhadap perilaku selmual.

Youngster is a critical time during the life where transition between childish to adult was begun. On this time the sexual problem is often happened in conjuction with the growing process and their development, where sexual hormon is actively ftmgtional. This condition is a normal event. In relation to increasing its sexual activities, the behaviour is expressed in various sexual actions.
Sexual behaviour is action that may arise as a result of sex willingness and will become big attention among the youngster if it doesn?t have correct guideline and will cause to reproductive health problem like unwanted pregnancy, abortion, infected sexual disease etc.
The goal of this research is to verify some factors that related to sexual behaviour of 2 ed grade of High School students. The function of this research is expected to give some informations to the community and families to guide reproduction health especially about sexual behaviour for youngster.
The research is a quantitative study with cross - sectional reference in conjuction among sex variable, age, knowledge, attitude, living house, parents relationship, usage of consultation services and information resources against yoimgster sex behaviour The research is perfonned on April 2007 and the location is SMU 7, SMU Pusri, SMU Sultan Mahmud B H, SMU Bina Cipta, SMU PGRI in Kalidoni district, Palembang with the total sample of 240 respondences.
The research show that proportional student has risky sex behaviour amount 20,4% with the age above 15 years is 20,9% and for male is 38,8% or 31 students. There arc 14 male students (45%) who had already had sexual intercouse, three of the male couple happened to have unwanted pregnancy, which led them to do an abortion. Eight variable tested there are significant relation on sexual behaviour is sexual variable, the application of consultation services and the variable of information source. Eventhough, the multivariation analysis shows that sexual variable is the most dominant factor of sexual behaviour."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Garnecia Mangosta DV
"Anak-anak sekolah dasar memiliki kebiasaan jajan, pada umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah disertai dengan kegiatan jajan (WHO, 1993). Makanan jajanan anak sekolah ini sangat berisiko terhadap pencemaran mikrobiologis dan bahan tambahan makanan berbahaya yang tentunya dapat mengancam kesehatan anak. Diketahui bahwa 60% jajanan anak sekolah di seluruh Indonesia tidak memenuhi standar mutu dan keamanan, 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung boraks (BPOM, 2004).
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku memilih jajan pada siswa SDN Pondok Cina 2 tahun 2011, seperti faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor reinforcing. Besar sampel penelitian yaitu 137 responden yang terdiri dari kelas 4 dan 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin siswa memiliki hubungan (p value=0.031) dengan perilaku jajan siswa di SDN Pondok Cina 2 tahun 2011. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa snack dan jajanan dengan saos merah adalah dua jajanan favorit yang biasa siswa beli di luar pagar sekolah. Penelitian ini juga menemukan bahwa 46.5% siswa menyukai jajanan dengan saos merah.

Elementary school children have a snack habits. In general, every day they spent a quarter of time in the school accompanied by snack activities (WHO, 1993). Snacks are particularly at risk of microbiological contamination and harmful food additives that can certainly threaten the health of children. It is known that 60% of street children in schools throughout Indonesia does not meet the standards of quality and safety, 56% of the sample containing rhodamine and 33% contain borax (BPOM, 2004).
This research was conducted with cross sectional method, to determine the factors that influence on student's behavior on choosing snack at SDN Pondok China 2 years 2011, such as predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. Total study sample consisted of 137 respondents from grades 4 and 5. The results of this study indicate that student gender has a relationship (p value = 0.031) with the student's behavior on choosing snack at SDN Pondok snack China 2 year 2011. In addition, this study also found that snack (chiki, candy, biscuit,etc) and food with red sauce are two favorite snacks that students usually buy from the vendors who sell snacks out of the school fence. The study also found that 46.5% of students like snacks with red sauce.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loveria Sekarrini
"Seksualitas dan kesehatan reproduksi adalah sebuah isu yang paling jarang untuk di bicarakan dan menjadi isu yang tabu di masyarakat. Secara psikologis remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal yang baru. Isu seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan menjadikan remaja cinderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi beresiko pada perilaku seks yang beresiko dan berdampak pada kehamilan tidak di inginkan, married by accident, infeksi menular seksual, hiv dan aids serta masih banyak lagi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja di SMK Kesehatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 dengan responden sebanyak 112 responden yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang telah di uji coba terlebih dahulu.
Dari hasil analisis, didapatkan sebanyak 60,7% berperilaku seksual beresiko berat. Sebagian besar responden perempuan, pubertas normal, memiliki pengetahuan yang kurang, memiliki sikap positif. Sebagian responden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (50%), sebagian besar responden melakukan komunikasi pasif dengan teman (61%). Mempunyai orang tua yang masih lengkap (92%). Sebanyak 53% responden memiliki orang tua dengan pola asuh demokratis. 96,4% yang menyatakan pernah mempunyai pacar. Usia rata-rata berpacaran 13 tahun. Lama pertemuan dengan pacar kurang dari 5 jam/minggu dan lebih dari 21 jam/minggu, variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja yaitu paparan terhadap media, sedangkan variabel yang lain tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Di sarankan bagi pihak SMK untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan melakukan kerjasama lintas sektor dalam memberikan penyuluhan untuk siswa dan orang tua disekolah. Bagi pemerintah/departemen terkait untuk penetapan kurikulum pendidikan seksualitas yang komprehensif. Bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas memberikan akses informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas serta dapat menjadi wadah remaja untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja, khususnya tentang seksualitas.

Sexuality and reproductive healt is an issue that is rare to be talk and become a taboo issue in society. Psychologically adolescent have a high curiosity and wanted try something new. Taboo Sexuality and reproductive health issues are makes adolescent want to create new experiment about sexual behavior which may impact on on unwanted pregnancy, married by accident, sexually transmitted infections, hiv and aids and many more. This research was conducted to determine the factors associated with adolescent sexual behavior in SMK Health in Bogor Regency Year 2011.
This research hase been conducted with cross-sectional design. The data was collected in December 2011 with 112 respondents taken by multistage systematic random sampling. Data collected by using a structured questionnaire that has been tested and analyzed prior univariate and bivariate.
Based on the result, it showed 60,7% have high risk of sexual behavior. The majority of female respondents, have normal puberty, have less knowledge, have a positive attitude. Most respondents did not perform active communication with parents (50%), most respondents do passive communication with friends (61%). Still have both parent (92%). As many as 53% of respondents had parents with democratic parenting. 96.4% said they never had a boyfriend. The average age of respondents was 13 years old with an age range of 9-16 years. Meeting with the boyfriend/girlfriend have less than 5 hours / week and more than 21 hours/week, and that the variables that have a significant relation with adolescent sexual behavior that exposure to media and the other variables showed no significant relation.
Suggested for the vocational high school (SMK Kesehatan) to increase of students' knowledge and conduct cross-sector cooperation in providing counseling to students and parents in schools. For the government / departments to create and apply the curriculum of comprehensive sexuality education. For Public Health / Community Health Center provides access to information about reproductive health and sexuality and provide a chance for adolecents to consult about sexual reproductive health and right.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1265
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>