Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Satriya Budi
"Penyakit tonsilofaringitis termasuk dalam infeksi saluran pernafasan akut yang kasusnya banyak di masyarakat, mencapai 40 - 60 % kunjungan pasien ke Puskesmas. Dari Sistim Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas menunjukkan bahwa tonsilofaringitis adalah yang paling sering ditemui di lapangan.
Dilain pihak pengobatan antibiotika irasional terus berlangsung, tidak terkecuali ISPA. Padahal menurut laporan WHO, kebanyakan penyakit ISPA disebabkan oleh virus bukan bakteri, hanya 10 % gejala ISPA yang memang betul-betul memerlukan antibiotika.
Sementara DepKes RI mengeluarkan pedoman Pengobatan Dasar Berdasar Gejala bagi Puskesmas, dimana faringitis oleh infeksi kuman ditetapkan pilihan I amoksisilin, pilihan II ampisilin, pilihan III penisilin V dan terakhir pilihan IV eritromisin
Oleh karena itu perlu adanya evaluasi dengan cost effectiveness analysis antara amoksisilin dan eritromisin pada terapi tonsilofaringitis, agar diketahui pilihan yang tepat secara ekonomis di masyarakat.
Penelitian dilakukan di daerah Jakarta Barat pada Puskesmas Tambora, mulai bulan Juni sampai dengan September 2002.
Dalam evaluasi disertakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan terapi tonsilofaringitis mulai internal umur, jenis kelamin, pendidikan, status gizi, penghasilan keluarga, kepatuhan minum obat, adanya pengaruh minum obat simptomatis sebelumnya, ada tidaknya efek samping obat dan eksternal terpapar oleh polusi ditempat kerja, kepadatan hunian rumah serta kondisi lingkungan rumah.
Desain penelitian kohort, perhitungan sampel uji beda dua mean. Jumlah sampel jadi 241 orang dengan rincian 120 orang menerima pengobatan dengan amoksisilin dan 121 orang menerima pengobatan dengan eritromisin. Jugs dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan tes resistensi terhadap 75 spesimen swap, sebagai kontrol terhadap proses terapi yang rasional. Keduanya sensitif, namun eritromisin lebih sensitif dari amoksisilin.
Hasil kesembuhan penderita tonsilofaringitis dari 120 orang penderita yang diterapi amoksisilin: 101 (84,2%) orang penderita yang sembuh dan dari 121 orang yang diterapi eritromisin 115 (95,0%) orang penderita yang sembuh. Dalam analisa statistik nilai p = 0,005 bermakna, yang berarti bahwa kesembuhan dipengaruhi oleh adanya perbedaan jenis antibiotika yang digunakan dan nilai RR = 8,007, yang berarti kesembuhan dengan terapi eritromisin lebih baik 8.007 kali dibanding amoksisilin.
Berdasarkan perhitungan akhir, unit cost untuk amoksisilin Rp. 182.405,97, lebih murah dibanding eritromisin, yaitu Rp. 156.834,90. Maka terapi tonsilofaringitis yang menggunakan antibiotika eritromisin lebih cost effective dibanding dengan terapi yang menggunakan amoksisilin.

Cost Effectiveness Analysis Between Amoxicillin And erythromycin for The Tonsilopharyngftis Therapies at Puskesmas Tambora, West Jakarta 2002. Tonsilopharyngitis is one of the acute respiratory infection cases which frequently found in society. In fact, 40-60% patients who come to the Puskesmas are infected. The Integrated Reporting and Recording System of Puskesmas shows that tonsilopharyngitis is the most commonly case found in the society.
On the other hand, the irrational antibiotic treatment, including ISPA, is continuously conducted. According to WHO, most of the ISPA diseases are mainly caused by virus rather than bacteria. Only 10 % of ISPA symptoms need antibiotic.
Depkes RI has published a guidance of the basic treatment based on symptoms, which are given for the Puskesmas. It is stated that the pharyngitis caused by a germ infection determined as option 1 amoxicillin, option II ampicillin, and option III penicillin V and option IV erythromycin.
The techniques of cost effectiveness analysis between the amoxicillin and erythromycin for the tonsilopharyngitis are done in order to know the right use of therapy in the society economically.
The research is held at Puskesmas Tambora located in west Jakarta started from June until September 2002.
It is included in the evaluation the factors which related to the convalescence of the tonsilopharyngitis therapy antibiotic. The internal factors, namely, education, nutrition status, family income, medicine consumption, the previous effect of the symptomatic medicine consumption, the existence of the side effect of the medicine, and the external factors are air pollution in the workplace, thickness of the habitation and the environment condition.
Cohort research design is the sample test of the two different means. There are 241 patients for the sample. 120 of them are given with the amoxicillin therapy and the other 121 patients are given with the erythromycin therapy. The culture examination of the germ and the resistance test for the 785-swap specimen are also conducted as the control of the rational therapy. Both of the used antibiotics are still sensitive for the tonsilopharyngitis germ, and the erythromycin is more sensitive rather than amoxicillin.
The tonsilopharyngitis healing result of the 120 patients who have given the amoxicillin therapy consists of 101 (84,2%) patients, and 115 (95%) out of the 121 patients who have given the erythromycin therapy are recuperated. In a statistic analysis, p= 0.005 is valuable. It means that the recuperation is influenced by the different kinds of antibiotic used, and RR = 8,007, which has a recovery meaning for the therapy is 8.007 times better than amoxicillin.
Based on the final calculation, unit cost for the amoxicillin is Rp 182.405,97 and for the erythromycin is RP 156.834,90. Thus, tonsilopharyngitis therapy, which is using erythromycin, is more cost effective rather than the tonsilopharyngitis therapy using amoxicillin
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catty Amalia Yaricsha
"ABSTRAK
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat bertujuan untuk memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di Puskesmas serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan kefarmasian yang terjadi di Puskesmas. Selain itu melalui tugas khusus, mahasiswa dapat mengetahui salah satu tugas dan fungsi bagian farmasi di Puskesmas, yaitu Evaluasi Penggunaan Obat. Praktik Kerja Profesi dilakukan selama empat minggu pada bulan Maret 2017

ABSTRACT
The implementation of the Pharmacist Profession Practice at the Tambora Sub district Health Center in West Jakarta aims to understand the role, duties and responsibilities of the pharmacist in Puskesmas as well as to have a real picture of the pharmaceutical problems occurring at the Puskesmas. In addition through special tasks, students can know one of the duties and functions of the pharmacy department at the Puskesmas, the Evaluation of Drug Use. The Profession Practice is conducted for four weeks on March 2017."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yasinta Khairunissa Khalifatu Gunawan
"ABSTRAK
Praktek kerja profesi Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat periode bulan Oktober tahun 2015 bertujuan untuk memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika farmasi yang berlaku dan dalam bidang kesehatan masyarakat, memahami dan memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktek profesi Apoteker di Puskesmas, memahami gambaran nyata tentang permasalahan praktek dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas.
ABSTRACT The aims of apothecary profession internship program at Tambora District Community Health Centers in West Jakarta on March 2015 are to understand the role , duties and responsibilities in pharmaceutical care at Community Health Centers in accordance with the provisions and ethics pharmacy that applies in Community Health Centers, perceive and have knowledge, skill, behavior and attitude insight and experience to do the practice of a profession and pharmaceutical care in Community Health Centers, look and study the development of strategies and practice of the profession of pharmacists at Community Health Centers, having an example of the problems and work of pharmaceutical care in Community Health Centers and able to communicate and interact with other health workers working there.
"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farha Elein Kukihi
"ABSTRAK
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Tambora Kota Jakarta Barat dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2016. Praktik Kerja ini bertujuan untuk mengetahui peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas sehingga mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai praktik profesi apoteker di Puskesmas serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan dan strategi penyelesaian masalah dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Tambora sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan farmasi klinik yang belum optimal dijalankan di Puskesmas Kecamatan Tambora adalah visite tim bersama dokter dan pemantauan terapi obat. Kata Kunci : Puskesmas, Tambora, profesi, praktik kerjax 65 halaman : 9 lampiranDaftar Acuan : 15 2003-2016

ABSTRACT
Internship at Tambora Public Health Centre West Jakarta was held in July 2016. The internship was intended to make apothecary student knows about pharmacist roles, duties and responsibilities in public health centre and have knowledge and skill about pharmaceutical practice. Internship also intended for apotechary student to have real experience about problem and the strategy to solve the problems in pharmaceutical practice at public health centre. Pharmaceutical care activities in Tambora Public Health Centre are appropriate according to government regulation about Pharmaceutical Practice Standard in Public Health Centre. Clinical pharmacy practice such as ward round and therapy drug monitoring were activities that not yet optimal conducted. Keyword s public health centre, Tambora, profession, internshipx 65 halaman 9 appendicesBibliography 15 2003 2016 "
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Falda Septiana
"ABSTRAK
Nama : Falda SeptianaNPM : 1506814993Program Studi : Profesi ApotekerJudul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Tambora Kota Jakarta Barat Periode Bulan Juli Tahun 2016Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat yang dikhususkan pada pelayanan publik, Upaya yang dilakukan dengan adanya pusat kesehatan masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang disebut dengan Pusat kesehatan masyarakat PUSKESMAS . Oleh karena itu dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Tambora Kota Jakarta Barat pada bulan Juli tahun 2016 yang bertujuan untuk, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang peran, ugas dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Tambora sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pelayanan kefarmasian belum optimal dilihat dari segi waktu pelayanan yang dilakukan dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan pelayanan farmasi klinik belum seluruhnya dilakukan seperti pemantauan terapi obat.Kata Kunci : Puskesmas, Tambora, Pelayanan Kefarmasian, praktik Kerja Profesi Apotekerx 65 halaman : 6 lampiranDaftar Acuan : 11 2006-2016

ABSTRACT
Name Falda SeptianaNPM 1506814993Study Program ApothecaryTitle Internship at Tambora Public Health Centre West Jakarta in July 2016 The Government is take responsibility to plan, manage, organize and supervise for the implementation of universal health efforts equitable and effordable to people with devoted to public service. efforts made by the public health center as one type of first level health care facility is called Public Health centers PUSKESMAS . Therefore the Internship at Tambora Public Health Centre West Jakarta was held in July 2016 was intended to make apothecary student knows about increased knowledge and skill about pharmacist roles, duties and responsibilities in pharmaceutical care at public health centre. Pharmaceutical care activities in Tambora Public Health Centre are appropriate according to government regulation about Pharmaceutical Practice Standard in Public Health Centre. Pharmaceutical care activites is not optimal in term of respond time for service performance due to lack of human resources and pharmaceutical care services have not been fully carried out as therapy drug monitoring. Keyword s public health centre, Tambora, pharmaceutical care, , internshipx 65 page 9 appendicesBibliography 11 2006 2016 "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elsaday Putri Iswahyudi
"ABSTRAK
Praktik Kerja Profesi di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat Periode Bulan Maret Tahun 2017Elsaday Putri Iswahyudi, Ramayanti, Nanda Asyura RizkyaniFakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesiaelsadayputri@gmail.comABSTRAKPraktik kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Tambora dilaksanakan pada tanggal 2 ndash; 27 Maret 2017. Tujuan pelaksanaan praktik kerja profesi ini adalah agar mahasiswa program studi Apoteker mampu memahami peran, tugas, dan tanggung jawab Apoteker di Puskesmas sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi, diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mahasiswa untuk melakukan praktik kefarmasian di Puskesmas, serta dapat memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian. Dalam pelaksanaan praktik kerja profesi mahasiswa dapat memahami kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan farmasi klinis dan membantu memberikan ide untuk penyelesaian masalah praktik kefarmasian di Puskesmas.

ABSTRACT
Apothecary Profession Internship Program at Primary Healthcare Service of Tambora Subdistrict, West Jakarta on March 2017Elsaday Putri Iswahyudi, Ramayanti, Nanda Asyura RizkyaniFakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, IndonesiaABSTRACTApothecary Profession Internship Program in Tambora Subdistrict Primary Healthcare Service was held on March 2nd to March 27th 2017. The aim of this internship program are to make Pharmacist student understand the role, duties and responsibilities of clinical Pharmacist at Primary Healthcare Service according to the provisions and ethics of pharmaceutical care, expected to improve student rsquo s insight, knowledge, skills and experience in conducting pharmaceutical practices in Primary Healthcare Service, and students can find out the real pharmaceutical practice problems. In the implementations of this internship program, students can understand the activities of pharmaceutical management, clinical pharmacy service and contribute ideas for solving pharmaceutical practice problems in the Primary Healthcare Service."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zwageri Argo Pitoyo
"ABSTRAK
Praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat periode Bulan Oktober tahun 2015 bertujuan untuk memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika farmasi yang berlaku dan dalam bidang kesehatan masyarakat, memahami dan memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktek profesi Apoteker di Puskesmas, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat dilakukan selama tiga minggu dengan tugas khusus yaitu analisis satu resep penyakit cacar air terkait kelengkapan resep dan kerasionalan resep pasien rawat jalan di apotek Puskesmas Kecamatan Tambora.ABSTRACT The aims of apothecary profession internship program at Tambora District Community Health Centers on October 2015 are to understand the role, duties and responsibilities in pharmaceutical care at Community Health Centers in accordance with the provisions and ethics pharmacy that applies in Community Health Centers, perceive and have knowledge, skill , behavior and attitude insight and experience to do the practice of a profession and pharmaceutical care in Community Health Centers, look and study the development of strategies and practice of the profession of pharmacists at Community Health Centers, having an example of the problems and work of pharmaceutical care in Community Health Centers and able to communicate and interact with other health workers working there. The practice of the professional work in Tambora District Community Health Centers was done in three weeks by a special assignment that is the analysis of one varicella prescription related to prescription completeness and rationality in outpatient in Apotek Kecamatan Tambora."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destry Rizkawati
"Stunting tidak hanya berdampak pada perawakan yang pendek namun juga padapenurunan fungsi kognitif usia sekolah, menurunkan kapasitas kerja dankemampuan ekonomi serta peningkatan risiko penyakit metabolik di usia dewasa.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor dominan kejadian stuntingpada balita kelompok usia 6-12 bulan, 13-24 bulan dan 25-59 bulan di wilayah kerjaPuskesmas Kelurahan Tambora tahun 2017. Desain penelitian ini adalah kasuscontrol dengan 68 sampel kasus dan 68 sampel kontrol. Data dianalisis dengan ujichi square untuk melihat hubungan antar variabel dan uji regresi logistik gandauntuk menemukan faktor dominan penyebab stunting pada setiap kelompok usia.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tinggi badanibu, kenaikan berat badan hamil, panjang badan lahir, asupan energi saat usia 6-12bulan, 13-24 bulan dan 25-59 bulan, asupan protein saat usia 6-12 bulan dan 13-24bulan, penyakit infeksi dan sanitasi total dengan kejadian stunting pada balita disetiap kelompok usia.
Berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktordominan kejadian stunting pada balita kelompok usia 6-12 bulan adalah asupanenergi saat usia 6-12 bulan p-value 0,001; OR 7,382; 95 CI 2,261-24.102 , padakelompok usia 13-24 bulan adalah penyakit infeksi p-value 0,016; OR 7,154;95 CI 1,436-35,653 dan pada kelompok usia 25-59 bulan adalah asupan energisaat usia 13-24 bulan p-value 0,040; OR 12,599; 95 CI 1,125-141,126 . Perluadanya perbaikan asupan gizi balita sesuai kelompok usia dan pencegahan penyakitinfeksi melalui pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat.

Stunting affects not only to short stature but also decreases in cognitive function atschool age, decreases work and economic capacity at the productive age andincreases the risk of metabolic diseases in elderly. The purpose of this study was toanalyze the dominant factors of stunting among children aged grup 6 12 months,13 24 months and 25 59 months in Kelurahan Tambora. This was case controlstudy with 68 cases and 68 controls. The data were analyzed by chi square test forbivariate analysis and multiple logistic regression test to find the dominant factorof stunting in each of age group.
The results of this study shows that there was asignificant relationship between maternal height, weight gain during pregnancy,birth length, energy intake at 6 12 months, 13 24 months and 25 59 months, proteinintake at 6 12 months and 13 24 months, infectious diseases and sanitation withstunting.
Based on multivariate analysis, it was found that the dominant factor ofstunting at 6 12 months children was energy intake at 6 12 months p value 0,001 OR 7,382 95 CI 2,261 24,102 , at 13 24 Months was infectious disease p value0.016 OR 7,154 95 CI 1,436 35,653 and at 25 59 months was energy intake at13 24 months p value 0,040 OR 12,599 95 CI 1,125 141,126 . It is necessaryto improve the nutritional intake of under five children and prevention of infectiousdiseases through community based total sanitation approaches.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Asha
"ABSTRAK
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat diharapkan dapat memberikan pengalaman, pengetahuan serta gambaran langsung terkait dengan peran serta fungsi apoteker di puskesmas. Praktek kerja dilakukan dari tanggal 11 April sampai dengan tanggal 3 Mei 2016. Tugas khusus berjudul Kajian Kesesuaian Farmasetik Pada Resep Racikan di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat.

ABSTRACT
Puskesmas is a technical unit of district/city health officice that responsible for
organizing the health development in a work area. Activity Apothecary
Professional Practice at Puskesmas Kecamatan Tambora West Jakarta is expected to provide experience, knowledge and description directly related to the role and functions of Apothecary in Puskesmas. Internship conducted on April 11th to May 3rd, 2016. The Specific Assignment entitled Pharmaceuticals Suitability Assessment of Compounded Prescriptions in Puskesmas Kecamatan Tambora, West Jakarta."
2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Arifin Tanaya
"Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disertai dengan peningkatan prevalensi status gizi lebih, yang kemungkinan disebabkan oleh rendahnya aktivitas fisik. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Evaluasi Program Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas DKI Jakarta tahun 1997, yang merupakan kerja sama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi lebih pada lanjut usia di Jakarta Barat. Penelitian menggunakan Rancangan Potong Lintang (cross sectional) dengan pengambilan sampel secara kluster berdasarkan PPS (probability proportional to size). Sampel adalah lanjut usia yang berumur 55 tahun atau lebih sebanyak 120 orang. Faktor dependen yang dipilih adalah status gizi lebih, sedangkan faktor independen adalah aktivitas fisik. Untuk melihat pengaruh faktor konfonding, maka diuji faktor-faktor umur, jenis kelamin, status kawin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status kesehatan, tingkat ekonomi, konsumsi energi dan kebiasaan merokok terhadap kemaknaan variabel tersebut. Data dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat, serta diuji korelasi antar variabel dengan uji Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status gizi lebih lanjut usia adalah sebesar 44.2%. Prevalensi lanjut- usia dengan aktivitas fisik tingkat ringan sebesar 51.7%, sisanya dengan aktivitas fisik tingkat berat. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih. Setelah dilakukan pemisahan aktivitas fisik menjadi aktivitas kerja, aktivitas olahraga dan aktivitas waktu luang, ternyata terdapat hubungan antara aktivitas waktu luang dengan status gizi (Indek Masa Tubuh) yang dikontrol faktor wanita, faktor umur 55-59 tahun, faktor pendidikan SMU keatas serta faktor lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih keluhan sakit, menunjukkan hubungan yang bermakna. Kemudian model regresi linier dengan cara dilakukan analisis regresi liner serta dilakukan uji koefisien korelasi parsial yang akan mengetahui faktor yang lebih kuat hubungannya, hasil menunjukkan hanya faktor wanita yang berperan dalam model tersebut. Sebagai saran bagi perencana program pembinaan peningkatan kesehatan lanjut usia adalah: Pola aktivitas pada waktu luang perlu dilakukan perubahan intensitasnya terutama bagi lanjut usia wanita.

Relationship between Physical Activity and Elderly Nutritional Status under Community Health Center Management in West Jakarta in 1997During the last decade, population of the elderly in developing countries including Indonesia has increased due to the improvement of social welfare. Many cases indicated that most elderly people were in malnourished condition that caused the overweight or even obesity. Some studies reported that the elderly people were also lack of physical activities.
This research is aimed to identify the relationship between the physical activities and the overweight status of the elderly in west Jakarta. The research used the secondary data from the Evaluation Studies on the Elderly Health Program in the Public Health Center in Jakarta during 1997. The studies were carried out by Public Health Faculty The University of Indonesia as a joint worked with Jakarta Health Office. The secondary data were taken by cluster sampling through PPS (Probability Proportional to Size) includingmen and women of the age 55 or above. The sample size was 120 persons. The dependent factor was over weight status, and the independent factor was the physical activity. The confounding factors were considered include sex, age group, marital status, education level, health condition, and energy consumption. Data were analyzed using univariate and bivariate correlation test (spearman test). The results showed that the proportion of elderly with overweight was 44.2 % and with the physical activity was 51.7 %.
The result of bivariate analysis showed that there was no meaningful correlation between physical activity and overweight status. After categorizing the physical activity became to work activity, sport activity and leisure time activity it was shown that there was the meaningful correlation between the leisure time activity and the nutritional status (body mass index) after controlling with age of 55-59, high school education and over and the elderly with 3 and over illness complaints. Further more, the multiple liuier regression analysis that in stages made the model also it used the partial correlation coefficients test to the strength correlation. The result showed that only women factor was activity. Suggestions for action on planning the program of elderly health improvement are activity leisure time pattern need for the improvement the intensity of the women elderly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>