Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162986 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pantjawidi Djuharnoko
"Indeks standar pencemar udara (ISPU) adalah angka yang menggambarkan kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu. Kualitas udara ambien Kota Bandung dalam beberapa hal lebih buruk, hal ini disebabkan karena wilayah udara Kota Bandung merupakan sebuah wilayah udara yang tidak berventilasi baik sehingga dapat terjadi stagnasi udara yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa radang saluran pernapasan atau kelainan paru lainnya. Dan di Kota Bandung ISPA merupakan penyakit terbesar nomor pertama yaitu 32,35 % pada balita (0- 4) tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ISPU dengan Kejadian ISPA balita di Kota Bandung Tabun 2001. Penelitian ini merupakan studi ekologik yang berupa rancangan epidemiologik deskriptif
Partikulate (PMIO) merupakan parameter ISPU yang mempunyai hubungan garis liner yang signifikan secara statistik dengan kejadian ISPA balita di empat lokasi (wilayah) stasiun pemantau kualitas udara ambien Kota Bandung, kecuali di Dago (Cibeunying). Tingginya partikulate (PMIQ) tersebut diperkirakan akibat hasil pembakaran dari kendaraan bermotor dan kegiatan rumah tangga.
Untuk menanggulangi hal tersebut di atas disarankan diperketatnya pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor dan atau subsitusi bahan bakar kendaraan bermotor dan rumah tangga dengan bahan bakar gas cair (liquid gas).

Study of Ecologic Relationship Between Air Quality Pollutant Standard Index With Incidence of Acute Respiratory Infections of Children Under Five Years In Five Location Monitoring The Air Quality Ambien In City of Bandung Year 2001.Air Quality Pollutant Satandard index (ISPU) is number depicting the quality of air of ambien in certain time and location. The air Quality ambien of Bandung in some cases, this matter is caused by city air region of Bandung represent a air region which do not ventilate goodness (basin) so that earn happened air stagnation able to cause health trouble in the form of chafing respiratory tract or of other lung diseases. And in city of Bandung of acute respiratory infection (ISPA) represent biggest disease of first number, that is 32,35% at children under five (0-4) year.
This research aim to see relationship of ISPU with incidence of ISPA children under five year in city of Bandung year 2001, this reseach represent study of ecologic wich in the form of device of epidemiologi descriptive.
Particulate (PMI0) represent parameter of ISPU having linier line relationship wich significant statisticaly with incidence of ISPA children under five year in four station location (region) monitoring air quality of ambien city of Bandung, except in location (region) of Cibeunying. Height of particulate (PM I0) estimated by effect of result of combustion of motor vehicle and avtivity of household.
To overcome the mentioned above suggested its it gas enunision monitoring throw away motor vehicle and or motor fuel substitution and household with liquid gas fuel.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman
"Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyakit terbanyak di Kota Depok. Penurunan kualitas udara ambien dan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) karena pembangunan yang semakin berkembang diduga memiliki kaitan dengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend Kualitas Udara Ambien, RTH dan Jumlah Kasus ISPA yang terjadi di Kota Depok tahun 2013-2017 serta bagaimana kaitan ketiganya dalam kualitas kesehatan lingkungan. Desain penelitian ini adalah studi ekologi. Unit analisisnya adalah data sekunder konsentrasi lima parameter kualitas udara ambien (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) dan luas RTH dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), serta data jumlah kasus ISPA dari Dinkes Kota Depok. Analisis dilakukan secara spasial dan statistik. Hasil penelitian disajikan dalam tabel, grafik trend dan pemetaan. Terdapat trend fluktuasi yang acak dari konsentrasi lima parameter kualitas udara dan ISPA, sedangkan RTH mengalami trend perubahan yang teratur. Disarankan kepada pemerintah serta instansi kedinasan di Kota Depok untuk merumuskan regulasi dan berbagai program untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan serta menurunkan jumlah kasus ISPA di Kota Depok.

Acute Respiratory Infection (ARI) disease is still the highest number of disease in Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space (GOS) due to the growing development is thought to be the causing factors. This study was conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number of ARI cases that occurred in Depok during 2013-2017. The research design is ecological study. The units of analysis are the secondary data of the concentration of five parameters of ambient air quality (SO2, NO2, CO, Pb dan PM10) and GOS from Department of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from Health Department in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Result of the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trend on theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. It is suggested to the city government as well as the official departments in Depok City to formulate regulations and various programs to improve the quality of environmental health and reduce the number of ARI cases in Depok."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yvonne Suzy Handajani
"ABSTRAK
Kualitas udara pemukiman meliputi udara dalam rumah dan udara sekitar pemukiman. Didalam rumah kualitas udara berkaitan dengan lingkungan fisik(ventilasi dan kelembaban), kegiatan penghuni didalamnya dan kepadatan penghuni.
Kualitas udara yang buruk sering dijumpai pada pemukiman kumuh dan pada umumnya pemukiman yang demikian tidak memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit terutama yang ditularkan meialui udara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor kualitas udara dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada anak balita. Demikian halnya untuk melihat faktor yang terdapat pada anak(umur,status gizi dan status imunisasi anak) yang diperkirakan mempengaruhi hubungan kualitas udara dalam rumah dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada anak balita.
Menggunakan desain survei dengan pendekatan cross sectional , pengambilan sampel dengan cam random sampling berstrata sebanyak 464 responden.
Dengan menggunakan uji statistik multivariabel regresi logistik, didapatkan basil sebagai berilcut : penggunaan bahan baker masak, kepadatan penghuni, kelembaban mempunyai hubungan secara statistik(p<0,05) dengan kejadian infeksi saluran pemapasan akut(ISPA) pada anak balita. Demikian pula ventilasi dan penggunaan alat nyamuk bakar mempunyai hubungan secara statistik dengan kejadian penyakit asthma pada anak balita. Akan tetapi ventilasi,perokok dalam rumah, penggunaan obat nyamuk bakar tidak menunjukkan hubungan secara statistik dengan kejadian ISPA pada anak balita. Demikian halnya dengan kelembaban, perokok dalam rumah, penggunaan bahan bakar masak dan kepadatan tidak menunjukkan hubungan secara statistik dengan kejadian asthma pada anak balita.
Dalam penelitian ini ditemukan risiko terjadinya penyakit ISPA 3,8 kali lebih besar pada anak balita dengan bahan bakar minyak tanah dibandingkan dengan bahan bakar gas dan risiko terjadinya penyakit asthma sebesar 2,2 kali lebih besar pada anak balita dengan obat nyamuk bakar dibandingkan dengan tanpa ahat nyamuk bakar.
Faktor umur, status gizi dan imunisasi anak tidak mempengaruhi hubungan kualitas udara dalam rumah dengan kejadian gangguan saluran perrnapasan (ISPA dan asthma) pada anak balita, sehingga dengan demikian ketiga faktor tersebut bukan sebagai faktor pengganggu/confounding dalam penelitian ini.
Model regresi logistik yang fit terhadap kejadian ISPA adalah bahan bakar masak,kelembaban, kepadatan penghuni dalam rumah dan umur anak, sedangkan terhadap kejadian penyakit asthma adalah penggunaan obat nyamuk bakar dan ventilasi.
Berdasarkan pengukuran gas pencemar dalam rumah(gas 502 dan NOX),ternyata terdapat hubungan secara stalistik antara gas pencemar NOX dan S02 dengan kejadian ISPA pada anak balita, demikian pula gas pencemar NOX dengan kejadian penyakit asthma pads anak balita.

ABSTRACT
The Relationship Between Air Quality Indoors and Respiratory Diseases among Children Living in Slums in Kalianyar, West Jakarta.The air quality in settlements comprises the indoor and outdoor air of the area. The air quality indoors relates to the physical surroundings (ventilation and humidity), the activities and the density of the inhabitants.
Poor air quality is frequently found in slum areas and generally those areas do not fulfill basic health conditions. Because of this it is relatively easy for infections to disseminate through the air.
This research aimed to ascertain the indoor air quality factors in relation to the prevalence of respiratory diseases in children under five, along with other factors (age, nutrition and immunization status) which are considered to influence the relationship between air quality indoors and respiratory diseases in children under five.
This survey employed a cross sectional approach, randomly and proportionally taking samples from 464 respondents.
With the use of a logistic regression multivariate statistic test, the following was achieved: use cooking fuel, overcrowded homes, and humidity is related statistically (p < 0,45) with the prevalence of acute respiratory infections found in children under five. Thus, ventilation and the use of burning mosquito repellent was statistically related to the prevalence of asthma found in children under five. However ventilation, smokers in the home, burning mosquito repellent did not show a relation to the prevalence of acute respiratory infection found in children under five.. Likewise humidity, smokers in the home, use of cooking fuel and overcrowded homes did not show a relation to asthma in children under five.
In this research it was discovered that the risk of acute respiratory infection is 3.8 times greater for children under five exposed to kerosene fuel compared to natural gas fuel. The risk of asthma is 2.2 times greater for children under five exposed to burning mosquito repellent compared to children under five not exposed to burning mosquito repellent.
The age ,nutrition and immunization factors did not influence the relationship between air quality indoors and the prevalence of respiratory diseases (acute respiratory infection and asthma) in children under five.
The logistic regression model which fitted the prevalence of acute respiratory infection was found on cooking fuel, humidity, overcrowded homes and the age of the child, while the prevalence of asthma was found on the use of burning mosquito repellent and ventilation in the home.
Based on the levels of fuel pollution indoors (gas S02 and NOX), evidently there was statistical relation between those two gasses in the prevalence of acute respiratory infection in children under five and likewise the pollutan NOX in the prevalence of asthma in children under five."
1996
T2826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahman
"Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA masih menjadi penyakitterbanyak di Kota Depok. Penurunan kualitas udara ambien dan luas Ruang TerbukaHijau RTH karena pembangunan yang semakin berkembang diduga memiliki kaitandengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melihat trend Kualitas UdaraAmbien, RTH dan Jumlah Kasus ISPA yang terjadi di Kota Depok tahun 2013-2017serta bagaimana kaitan ketiganya dalam kualitas kesehatan lingkungan. Desainpenelitian ini adalah studi ekologi. Unit analisisnya adalah data sekunder konsentrasilima parameter kualitas udara ambien SO2, NO2, CO, Pb dan PM10 dan luas RTH dariDinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DLHK , serta data jumlah kasus ISPA dariDinkes Kota Depok. Analisis dilakukan secara spasial dan statistik. Hasil penelitiandisajikan dalam tabel, grafik trend dan pemetaan. Terdapat trend fluktuasi yang acakdari konsentrasi lima parameter kualitas udara dan ISPA, sedangkan RTH mengalamitrend perubahan yang teratur. Disarankan kepada pemerintah serta instansi kedinasan diKota Depok untuk merumuskan regulasi dan berbagai program untuk meningkatkankualitas kesehatan lingkungan serta menurunkan jumlah kasus ISPA di Kota Depok.

Acute Respiratory Infection ARI disease is still the highest number of diseasein Depok City. Decline in ambient air qualityand availability of Green Open Space GOS due to the growing development is thought to be the causing factors. This studywas conducted to determine the trend of Ambient Air Quality, GOS and the number ofARI cases that occurred in Depok during 2013 2017. The research design is ecologicalstudy. The units of analysis are the secondary data of the concentration of fiveparameters of ambient air quality SO2, NO2, CO, Pb dan PM10 and GOS fromDepartment of Hygiene and Environment, and data of ARI cases from HealthDepartment in Depok. The analysis was done with spatial and statistical analysis. Resultof the analysis showed in tables, graphs and mapping. There is random fluctuative trendon theambient air parametersand ARI. Whereas there is patterned change on the GOS. Itis suggested to the city government as well as the official departments in Depok City toformulate regulations and various programs to improve the quality of environmentalhealth and reduce the number of ARI cases in Depok."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Feby An'nisa Putri
"Pencemaran udara dan faktor meteorologis dapat mempengaruhi kualitas udara dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini menganalisis hubungan antara kualitas udara ambien (PM10, SO2, NO2, O3) dan faktor meteorologis (suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin) dengan kejadian ISPA di Kota Bogor tahun 2019-2022. Menggunakan desain studi ekologi time trend, hasil bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,002). Sedangkan tidak terdapat hubungan antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA (p = 0,093), konsentrasi NO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,283), konsentrasi O3 dengan kejadian ISPA (p = 0,439), suhu dengan kejadian ISPA (p = 0,571), kelembaban dengan kejadian ISPA (p = 1,000), curah hujan dengan kejadian ISPA (p = 0,732) dan kecepatan angin dengan kejadian ISPA (p = 0,334). Analisis regresi linear berganda menghasilkan persamaan: Kejadian ISPA = -41413,496 + 399,0079 (PM10) + 891,919 (SO2). Analisis spasial menunjukkan Kecamatan Tanah Sareal memiliki kejadian ISPA tertinggi. Dapat disimpulkan, hanya SO2 yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian ISPA di Kota Bogor selama periode penelitian.

Air pollution and meteorological factors can affect air quality and increase the risk of respiratory diseases such as Acute Respiratory Infection (ARI). This study aimed to analyze the relationship between ambient air quality (PM10, SO2, NO2, and O3) and meteorological factors (temperature, humidity, rainfall, and wind speed) with the incidence of ARI in Bogor City from 2019 to 2022. A time-trend ecological study design was employed. Correlation test results indicated a significant relationship between SO2 concentration and ARI incidence (p = 0.002). However, no significant relationships were found between PM10 concentration and ARI incidence (p = 0.093), NO2 concentration and ARI incidence (p = 0.283), O3 concentration and ARI incidence (p = 0.439), temperature and ARI incidence (p = 0.571), humidity and ARI incidence (p = 1.000), rainfall and ARI incidence (p = 0.732), and wind speed and ARI incidence (p = 0.334). A multiple linear regression analysis between PM10 and SO2 with ARI incidence yielded the equation: ARI Incidence = -41413.496 + 399.0079 (PM10) + 891.919 (SO2). Spatial analysis results showed that during the study period, Tanah Sareal district had the highest ARI incidence in Bogor City. In conclusion, only SO2 concentration was significantly associated with ARI incidence in Bogor City from 2019 to 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Home Air Quality and Case of Pneumonia in Children under Five Years Old (in Community Health Center of South Cimahi and Leuwi Gajah, City of Cimahi). Pneumonia is the number one deadliest disease in the world with the prevalence of 44%. In Indonesia, pneumonia in todler is the leading cause of death, after diarrhea, with proportion 15,5%. Pneumonia is a disease caused by a virus and bacteria influenced by physical and chemical contaminants. The purpose of this study was to analyze indoor air quality with the incidence of pneumonia in children under five years old with cross sectional method. The population in this study was the population living in the region of South Cimahi Public Health Center and Leuwi Gajah Public Health Center. The criteria of selection for the region were: region with the highest population, high pneumonia cases (in the red and yellow area), a coal-fired industrial area, and located near the highway Purbaleunyi. The sample of this research are respondents who live in the region of South Cimahi Public Health Center and Leuwi Gajah Public Health Center with inclusion criteria length of stay ≥1 year with a child under five years old. Significant correlation occured between PM10 and PM2,5 (p < 0.05) with odd ratio 4.40 and 3.24 while the density of dwelling house, room occupancy density, home ventilation, kitchen hole, a smoker in the home, use of mosquito coils, sulfur dioxide (SO2), nitrogen dioxide (NO2) and carbon monoxide (CO) did not show a significant relationship (p > 0.05) with pneumonia. Dominant factors that cause pneumonia in infants is PM10 (p= 0.036) with a value of OR 4.09 after controlled PM2,5 (p= 0.142; OR 2.78), the number of bacteria (p = 0.004; OR 0.17) and ventilation the house (p= 0.395; OR 0.58).

Pneumonia merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia dengan prevalensi 44%. Di Indonesia, pneumonia anak bawah lima tahun merupakan penyebab kematian nomor dua setelah diare dengan proporsi 15,5%. Pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang dipengaruhi oleh pencemar fisik dan kimia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas udara kimia rumah dengan kejadian pneumonia anak bawah lima tahun dengan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan dan Puskesmas Leuwi Gajah. Pemilihan kriteria wilayah dilakukan berdasarkan wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi, kasus pneumonia tinggi (berada di wilayah merah dan kuning), merupakan wilayah industri yang berbahan bakar batu bara dan berada di dekat jalur tol Purbaleunyi. Sampel penelitian adalah responden yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan dan Puskesmas Leuwi Gajah dengan kriteria inklusi lama tinggal ≥1 tahun dan memiliki anak bawah lima tahun.Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan terjadi pada Particulate Matter (PM)10 dan Particulate Matter (PM)2.5 (p < 0,05) dengan nilai odd ratio masing-masing 4,40 dan 3,24, sedangkan kepadatan hunian rumah, kepadatan hunian kamar, ventilasi rumah, lubang penghawaan dapur, adanya perokok dalam rumah, penggunaan obat nyamuk bakar, Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan carbon monoksida (CO) tidak menunjukkan hubungan signifikan (p > 0,05) dengan pneumonia. Faktor dominan yang menyebabkan pneumonia pada balita adalah PM10 (p= 0,036) dengan nilai OR 4,09 setelah dikontrol dengan PM2,5 (p= 0,142; OR 2,78), jumlah kuman (p= 0,004; OR 0,17) dan ventilasi rumah (p= 0,395; OR 0,58)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Porman Tiurmaida
"Dampak pencemaran udara telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan khususnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi 10 tertinggi dengan prevalensi ISPA sebesar 13,2%. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai korelasi antara kualitas udara ambien dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. Desain penelitian ini adalah studi ekologi dengan analisis time series. Data yang digunakan adalah data bulanan jumlah kasus ISPA balita dan data kualitas udara ambien diperoleh dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang kemudian dikonversi menjadi nilai konsentrasi per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kasus ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022 sebesar 6.048 kasus dengan jumlah kasus tertinggi sebesar 65.972 kasus. Konsentrasi parameter kualitas udara ambien yang melebihi baku mutu adalah parameter O3 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 126 ug/m3. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa O3 memiliki hubungan yang signifikan dan korelasi arah positif dengan nilai p=<0,001; r=0,307). Kesimpulan dari penelitian ini adalah parameter kualitas udara ambien yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita ialah O3, sedangkan PM10, PM2.5,NO2 dan SO2 tidak berhubungan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022. Dari hasil temuan ini perlu dilakukan upaya dalam pengendalian pencemaran udara terkait parameter tersebut. Untuk peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan rentang waktu yang lebih lama untuk melihat kekuatan hubungan antara kualitas udara ambien dan kejadian ISPA pada balita.<

The impact of air pollution has caused a decrease in air quality which can cause various health problems, especially Acute Respiratory Infections (ARI). Based on the results of the 2018 Basic Health Research, DKI Jakarta Province is the 10th highest province with an ARI prevalence of 13.2%. Therefore, it is necessary to conduct a more in-depth study of the correlation between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022. The design of this research is an ecological study with time series analysis. The data used are monthly data on the number of cases of ARI under five and ambient air quality data obtained from Air Pollution Standard Index (ISPU) data which is then converted into concentration values per month. The results of this study show that the average number of ARI cases in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022 was 6,048 cases with the highest number of cases of 65,972 cases. The concentration of ambient air quality parameters that exceed quality standards is the O3 parameter with an average concentration of 126 ug/m3. The results of the Spearman Rank correlation test show that O3 has a significant relationship and a positive directional correlation with a value of p = <0.001; r=0.307). The conclusion of this study is that ambient air quality parameters that have a relationship with the incidence of ARI in toddlers are O3, while PM10, PM2.5, NO<2 and SO2 are not related to the incidence of ARI in under five in DKI Jakarta Province in 2018-2022. From these findings, efforts need to be made in controlling air pollution related to these parameters. For further researchers, it is necessary to conduct a study with a longer time span to see the strength of the relationship between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nurrahmi Lukman
"Kondisi Kota Makassar dengan berbagai macam aktivitas perkotaan menjadikan kota Makassar mengalami permasalahan lingkungan dan polusi udara adalah salah satunya. Adapun ketiga parameter pencemar pada udara yaitu NO2, CO, dan SO2. Akibat buruknya kualitas udara didalam maupun diluar rumah menyebabkan masyarakat rentan terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Jumlah kasus ISPA di kota Makassar tahun 2015 sebanyak 204.848 dan pada tahun 2017 sebanyak 158.991 dan tahun 2019 sebanyak 218.060 kasus. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis sebaran polutan NO2, CO, dan SO2, menganalisis hubungan ketiga parameter tersebut dengan kejadian penyakit ISPA, serta mengetahui kebijakan pemerintah dalam menanganai masalah polusi udara.
Metode pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan peralatan mobile laboratory, Aeroqual AQM60 Ambient Air Monitoring dan hasil pembacaan dengan satuan ppm kemudian dikonversi ke dalam satuan µg/m3 kemudian dapat dibandingkan langsung dengan baku mutu udara ambien Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999. Analisis yang digunakan yaitu analisis spasial dan analisis statistik uji korelasi.
Adapun hasil penelitan didapatkan yaitu pola sebaran nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di kota Makassar untuk jenis parameter NO2 dan SO2 di kota Makassar masih tergolong baik sedangkan untuk parameter CO tergolong dalam kategori tidak sehat. Hasil uji korelasi didapatkan bahwa SO2 memiliki hubungan yang rendah dengan kasus ISPA, NO2 memiliki tingkat hubungan yang sedang, sedangkan CO memiliki tingkat hubungan yang sangat lemah. Kebijakan-kebijakan pemerintah kota Makasssar dalam mengontrol polusi udara yaitu mendukung program langit bitu, melaksakan car free day, memperluas jalur pesepeda dan pengadaan alat pemantau kualitas udara.

The condition of Makassar City with various kinds of urban activities makes Makassar City experience environmental problems and air pollution is one of them. The three pollutant parameters in the air are NO2, CO, and SO2. Due to poor air quality inside and outside the home, people are vulnerable to acute respiratory infections (ARI). The number of ARI cases in Makassar city in 2015 was 204,848 and in 2017 there were 158,991 and in 2019 there were 218,060 cases. The purpose of this study was to analyze the distribution of NO2, CO, and SO2 pollutants, to analyze the relationship between these three parameters with the incidence of ARI, and to find out government policies in dealing with air pollution problems.
The measurement method used is using mobile laboratory equipment, Aeroqual AQM60 Ambient Air Monitoring and the reading results in ppm units are then converted into g/m3 units then can be directly compared with the ambient air quality standard, Government Regulation No. 41 of 1999. The analysis used is spatial analysis. and statistical analysis of correlation test.
The results of the research showed that the distribution pattern of the Air Pollution Standard Index (ISPU) in the city of Makassar for the types of NO2 and SO2 parameters in the city of Makassar was still in the good category, while for the CO parameter it was in the unhealthy category. The correlation test results showed that SO2 had a low relationship with ARI cases, NO2 had a moderate relationship, while CO had a very weak relationship. The Makassar city government's policies in controlling air pollution are supporting the blue sky program, implementing a car free day, expanding cyclists' routes and procuring air quality monitoring equipment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmina Pertiwi
"DKI Jakarta merupakan salah satu daerah urban dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan memiliki mobilitas kegiatan penduduk yang tinggi pula. Kegiatan penduduk seperti perindustrian, perkantoran, perumahan, dan transportasi akan menghasilkan pencemaran udara dimana pencemar tersebut akan dibuang ke udara bebas. Semakin besar peningkatan pencemaran udara akan semakin menurunkan kualitas udara ambien. Penelitian ini dilakukan penulis dengan observasi terhadap 4 lokasi sampling di wilayah DKI Jakarta dan Bukit Kototabang, Sumatera Barat sebagai Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) untuk Indonesia Bagian Barat. Analisis dilakukan terhadap sampel bulan April 2014-September 2014 untuk musim kemarau dan sampel bulan Oktober 2014-Maret 2015 untuk musim hujan. Konsentrasi SO2 saat musim kemarau lebih tinggi daripada saat musim hujan, dapat dilihat dari adanya penurunan konsentrasi saat musim hujan sebesar 5,126 μg/Nm3 untuk lokasi BMKG Jakarta; 5,023 μg/Nm3 untuk lokasi Monumen Nasional; 1,634 μg/Nm3 untuk lokasi Ancol; dan 6,502 μg/Nm3 untuk lokasi Glodok. Terjadi peningkatan konsentrasi SO2 di lokasi sampling GAW Bukit Kototabang sebesar 17,475 μg/Nm3 yang diakibatkan oleh adanya kebakaran hutan di Provinsi Riau. Konsentrasi NO2 saat musim kemarau lebih tinggi daripada saat musim hujan, dapat dilihat dari adanya penurunan konsentrasi saat musim hujan sebesar 0,583 μg/Nm3 untuk lokasi GAW Bukit Kototabang, 8,902 μg/Nm3 untuk lokasi BMKG Jakarta; 12,306 μg/Nm3 untuk lokasi Ancol; dan 2,0139μg/Nm3untuk lokasi Glodok. Konsentrasi SO2, NO2, dan logam Pb di udara saat musim hujan menurun karena adanya pengendapan atau pengumpulan polutan tersebut di awan dan terkondensasi menjadi bentuk cair / hujan (bentuk H2SO4 dan HNO3). Kualitas udara ambien terbaik di DKI Jakarta terdapat pada daerah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan terburuk pada Glodok, hal ini terkait kepada jumlah kendaraan bermotor yang melewati titik daerah sampling tersebut.

DKI Jakarta is one of the urban areas with highly crowded population and has a high mobility of daily activities. People activities in industrial, offices, housing, and using transportations will produce air pollution whose pollutants will be discharged into the air. The more the polution increases, the less the quality of ambient air will be. The research was conducted with the observation of 4 sampling locations in Jakarta and Bukit Kototabang, West Sumatera as the Global Atmosphere Watch (GAW) for Western Indonesia. Analyses were performed to samples of April 2014-September 2014 for the dry season, and samples of October 2014-Maret 2015 for the rainy season. SO2 gas concentrations in ambient air while the dry season is higher than the rainy season, can be seen from the presence of a decrease in the concentration of 5,126 μg/Nm3 for BMKG Jakarta; 5,023 μg/Nm3 for national monuments (Monas); 1,634 μg/Nm3 for Ancol; and 6,502 μg/Nm3 for Glodok. An increase in the concentration of SO2 in the sampling location GAW Bukit Kototabang of 17,475 μg/Nm3 activity caused by the forest fires in Riau Province. NO2 concentration while the dry season is higher than the rainy season, can be seen from the presence of a decrease in the concentration of 0,583 μg/Nm3 for GAW Bukit Kototabang, 8,902 μg/Nm3 for BMKG Jakarta; 12,306 μg/Nm3 for Ancol; and 2,0139 μg/Nm3 for Glodok. Concentrations of SO2, NO2, and metal Pb in the air when the rainy season decreases due to the deposition of the pollutants in the collection or the cloud and condensed into a liquid form / rain (HNO3 and H2SO4). The best ambient air quality in BMKG Jakarta and worst in Glodok, this corresponds to the number of motor vehicles passing through the area of the sampling point."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sabana Hadi
"Jumlah polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia saat ini sudah sangat besar. Besarnya emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor maupun dari aktivitas industri di kota Jakarta selama ini telah menurunkan kualitas udara hingga mencapai nilai di atas standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Dampak negatif yang ditimbulkan dari menurunnya tingkat kualitas udara di Jakarta saat ini yang terburuk adalah telah menyebabkan besarnya angka kematian akibat peradangan saluran pernapasan.
Hasil yang diperoleh adalah pola kualitas udara Jakarta pada musim hujan maupun musim kemarau tidak memiliki perbedaan yang nyata. Wilayah yang memiliki indikasi tingkat kualitas udara paling kritis tersebar di bagian timur laut Kota Jakarta, meliputi Kecamatan Cilincing, Pulo Gadung, Cakung, Koja, dan Kelapa Gading. Wilayah dengan tingkat kualitas udara paling kritis terdapat jumlah penderita penyakit ISPA yang terbanyak. Hasil analisis statistik didapat bahwa ada korelasi yang nyata dengan arah korelasi positif dan lemah antara Indeks Polusi Udara dengan jumlah penderita ISPA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>