Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12698 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurwahidin
"Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada corak pemikiran Tasawuf Hamka, yang tercermin dalam ketiga bukunya --Tasawuf Modern, Renungan Tasawuf dan Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya--, maka penelitian ini akan menampilkan pembaharuan pemikiran seorang tokoh, ulama besar yang banyak memberikan kontribusi dan andil yang cukup berarti dan relevan terhadap kemajuan ummat Islam Indonesia, yaitu Hamka. Hamka yang mama lengkapnya Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, ia dilahirkan di Sungai Batang Maninjau (Sumatera Barat), Ranah Minang, pada tanggal 17 Februari 1909 M bertepatan dengan tanggal 14 Huharram 1328 H.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Hamka bukanlah seorang ahli tasawuf dalam arti seorang Sufi yang telah mengalami perjalanan (pengalaman) rohani, namun ia dapat menerima dan mengamalkan tasawuf sebagai jalan untuk mendekatkan diri (taqarub) pada Tuhan, sepan jang ajaran-ajarannya mempunyai dasar dalam kitab suci al-Qur'an dan al-Hadis. Di samping itu ia telah melakukan beberapa h al penting dalam kontekstualisasi, rekonstruksi dan interpretasi terhadap al-Qur'an dan al-Hadis --khususnya dalam kajian tasawuf-- sehingga mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat modern."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Refani
"ABSTRAK Tesis ini meneliti tentang karya Arsyad al Banjari berjudul risalah Kanzul Marifah yang menjelaskan tentang jalan menuju maqam marifatullah yang harus dijalani oleh para salik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi pemikiran tasawuf antara tasawuf Imam al Ghazali dan Arsyad al Banjari dengan melacak pemikiran Imam al Ghzali pada risalah Kanzul Marifah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berdasar kepada teori hermeneutika yang mengupas tiap naskah risalah Kanzul Marifah agar dapat mengetahui arah tujuan penelitian tesis ini. Dengan menggunakan teori ini, peneliti dapat menemukan bahwa adanya indikasi kesamaan corak pemikiran tasawuf antara Arsyad al Banjari dan Imam al Ghazali pada risalah Kanzul Marifah yang mana dapat dilacak pada beberapa karya tasawuf Imam al Ghazali yang melatar belakangi pemikiran tasawufnya Arsyad al Banjari.
ABSTRACT
This thesis examines the work of Arsyad al Banjari entitled the treatise of Kanzul Marifah which explains the path to ma'rifatullah which must be lived by the salik. This study aims to find a correlation between Sufism of Imam al Ghazali and Arsyad al Banjari by tracking Imam al Ghzali's thoughts in the treatise of Kanzul Marifah. This study uses a qualitative method based on hermeneutic theory that examines each manuscript of the treatise Kanzul Marifah in order to know the direction of the purpose of this thesis. By using this theory, this research found that there are indications of similarities in sufi thought between Arsyad al Banjari and Imam al Ghazali in the treatise of Kanzul Marifah which can be traced to some of Imam al Ghazalis works in sufism"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hadi Wiji Muthari
Bandung: Mizan, 1995
899.211 ABD h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Braginsky, Vladimir I.
Jakarta : RUL, 1993
297.4 BRA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Braginsky, Vladimir I.
Jakarta: RUL, 1993
899.221 09 BRA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika menulis bukunya yang terkenal, "Tasawuf Modern", Hamka sesungguhnya telah meletakan dasar-dasar sufisme baru di tanah air. Dalam buku ini terdapat alur pemikiran yang memberi penghargaan yang wajar kepada penghayatan esoteris Islam yang tetap dalam kendali ajaran-ajaran standar syariah dan menekankan perlunya perlibatan diri dalam masyarakat. Berbeda dengan "Sufisme Klasik" yang menganut faham isolatif (i'tizaliyah) yaitu menjauh dari masyarakat. Jadi, "Sufime modern" yang dianut Hamka menekankan pada perbaikan akhlak dan keterlibatan langsung pada masyarakat secara permanen. Karena itu, tegas Hamka, tasawuf diperlukan oleh masyarakat. Pemikiran tasawuf Hamka berbeda dengan faham tradisionalis. Ada pikiran dan gagasan baru dalam tasawuf yang dibaewa Hamka. Dalam faham Tasawufnya, Hamka tidak pernah memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Hamka termasuk ulama yang mengkritik keras faham tasawuf yang anti dunia dan cenderung menjauhkan diri dari persoalan yang dihadapi masyarakat. bentuk tasawuf pembaharuan Hamka yang ada dalam :Tasawuf Modern" berbeda dengan yang lain. Tasawuf Modern Hamka sebenarnya sama dengan Neo-Sufisme. Beliau perintis Neo-Sufisme di Indonesia"
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika menulis bukunya yang terkenal, “Tasawuf Modern” Hamka sesungguhnya telah meletakkan dasar-dasar sufisme baru di tanah air. Dalam buku itu terdapat alur pemikiran yang memberi penghargaan yang wajar kepada penghayatan esoteris Islam yang tetap dalam kendali ajaran-ajaran standar syariah dan menekankan perlunya pelibatan diri dalam masyarakat. Berbeda dengan “Sufisme Klasik” yang menganut paham isolatif (i'tizaliyah) yang menjauh dari masyarakat. Jadi sufisme modern yang dianut Hamka menekankan pada perbaikan akhlak dan keterlibatan langsung pada masyarakat secara permanen. Karena itu, tegas Hamka, tasawuf diperlukan oleh masyarakat. Pemikiran tasawuf Hamka berbeda dengan paham tradisionalis. Dalam paham tasawufnya Hamka tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Bentuk tasawuf pembaruan Hamka yang ada dalam “Tasawuf Modern” berbeda dengan yang lain. Tasawuf modern Hamka sebenarnya sama dengan Neo-Sufisme. Beliau perintis Neo-Sufisme di Indonesia."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Memen Durachman
"Novel Khotbah di Alas Bukit karya Kuntowijoyo merupakan 'teks tasawuf puitik' dalam terminologi Braginsky. Novel ini pada mulanya--ketika terbit sebagai cerita bersambung pada Kompas tahun 1970-an-mengundang kontroversi pro dan kontra. Kontroversi itu terjadi tidak hanya pada pembaca awam, tetapi juga pada para kritikus.
Novel ini memang harus dipandang sebagai allegori dari gagasan tasawuf. Peristiwa demi peristiwa bukan hanya merupakan `realitas fiktif, tetapi sebagai penanda dari gagasan tasawuf. Bahkan keseluruhan novel ini merupakan simbol-simbol dari ajaran tasawuf. Tidak mengherrankan kalau novel ini dipandang sebagai karya allegoris.
Sebagai sebuah 'teks tasawuf puitik' novel ini menyajikan gagasan tasawuf secara sublim. Artinya, deskripsi gagasan tasawuf di dalamnya diekspresikan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut berada pada tataran gagasan, peristiwa, tokoh dan latar.
Di dalam tesis ini ditelusuri bagaimana gagasan tasawuf itu dieskpresikan dalam bentuk struktur novel. Dari penelitian diperoleh simpulan ternyata struktur novel ini sangat mendukung penyampaian gagasan tasawuf tersebut. Selain itu, tesis ini juga berusaha mendeskripsikan gagasan-gagasan tasawuf yang terdapat di dalamnya.
Penelitian ini menitikbera tkan pada analisis aspek sintaksis dan analisis aspek semantik novel ini Analisis aspek sintaksis mendeskripsikan alur dan pengalurannya. Sedangkan deskripsi tokoh dan latar diperoleh melalui analisis aspek semantik. Untuk mendeskripsikan gagasan novel ini diperoleh melalui analisis hubungan intertekstual dengan teks tasawuf dan teks mistisisme Tao.

The novel of Khotbah di Atas Bukit by Kuntowijoyo is a 'poetic tasawuf text' in Sraginsky's terms. At the beginning-when published as a serial in Kompas in 1970s--this novel aroused controversy, pro's and con's. The controversy took place not only among the lay readers, but also among the literary critics.
This novel should actually be viewed as an allegory of tasawuf ideas. Each event is not only a 'fictitious reality', but also the signifier of tasawtrf ideas. Even the whole novel is symbols of the teaching of tasawuf. It's no wonder if this novel is viewed as an allegorical work
As a 'poetic tasawuf text', this novel presents tasawuf ideas sublimely. It means that in this novel the description of tasarwuf ideas is presented in the form of symbols. Those symbols are on the level of ideas, events, characters, and backgrounds.
In this thesis, it is explored how the tasawuf ideas are expressed in the form of novel structure. From this study, it was found that the structure of this novel greatly contributes the conveyance of the tasawuf ideas. In addition, this thesis also describes the tasawuf ideas existing in the novel
This study emphasizes on the analysis of syntactic and semantic aspects of this novel. The analysis of syntactic aspect describes the plot and how it is arranged. Whereas the description of characters and backgrounds is achieved through the analysis of semantic aspect The description of ideas of this novel is acquired through the analysis of the intertextuality with the tasawuf text and Tao mysticism text."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T1605
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdullah
"Bachtiar (1974) dalam salah satu artikelnya menuliskan bahwa di antara tujuan pembangunan nasional yang harus diperhatikan pada masa-masa mendatang adalah pentingnya memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional. Pengembangan budaya nasional Indonesia secara historis tidak dapat dipisahkan dari berbagai nilai budaya masa lampau yang banyak tersimpan dalam dokumen-dokumen sejarah. Salah satu wujud dokumen sejarah yang banyak mengandung nilai budaya masa lampau ialah peninggalan yang berupa naskah-naskah klasik Nusantara. Salah satu jenis naskah itu antara lain adalah naskah-naskah Melayu klasik yang cukup banyak jumlahnya.
Naskah-naskah Melayu klasik yang bernilai tinggi itu menurut Hussein (1974: 12) belum ditangani secara saksama dan optimal. Bahkan menurut Chambert Lair dalamArchipel 20 (1980: 45) ada empat ribu naskah Melayu yang belum diteliti orang. Karena itulah banyak di antara naskah-naskah itu yang masih terlantar di berbagai perpustakaan, baik di dalam maupun di luar negeri (Robson, 1978: 2-3). Hal ini sungguh sangat memprihatinkan, mengingat naskah-naskah itu merupakan warisan sastra yang memiliki nilai-nilai spiritual dan intelektual yang sangat berguna untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang (Sutrisno, 1981: 7)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzakiyyah Fauziyah Rif'At
"Di era modern ini, berbagai pertentangan mengenai hukum dan kebiasaan kuno berkaitan isu-isu yang dihadapi perempuan di dunia muslim telah memantik berbagai perdebatan di kalangan cendekiawan muslim terutama berkaitan dengan kesetaraan bagi perempuan muslim. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas mengenai masalah tersebut adalah melalui diskusi tasawuf modern yang mengajarkan manusia bagaimana memposisikan diri dalam situasi di mana urusan duniawi bersinggungan dengan ukhrawi. Diantara perkembangan tersebut, tokoh Hamka dipandang sebagai pendiri dan juru bicara tasawuf modern karena dua karyanya tentang evolusi dan kemurnian tasawuf yang banyak digunakan sebagai acuan oleh masyarakat Indonesia. Tasawuf modern Hamka menunjukkan bahwa tasawuf tidak dapat dipisahkan dari Islam dan ia juga berbicara tentang laki-laki, perempuan, dan masalah rumah tangga. Dengan dasar tersebut, muncul ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh terkait pemikiran Hamka mengenai emansipasi perempuan. Dengan menerapkan metode penelitian kualitatif dan pendekatan hermeneutika terhadap karya-karya Hamka, diketahui jika Hamka berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki dalam sebuah masyarakat haruslah bekerja sama agar bisa menjadi masyarakat yang sempurna dan adil. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki sebagaimana mereka juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Dalam Islam sendiri, seseorang dilihat dari ketakwaannya bukan dari apakah ia laki-laki atau perempuan. Sementara itu, hasil analisis skema AGIL menunjukkan bahwa proses adaptasi terhadap penanaman nilai-nilai ajaran agama Islam yang mendukung tercapainya emansipasi perempuan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pembiasaan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan yakni untuk mendefinisikan, membangun, dan melindungi hak-hak politik, ekonomi, dan sosial perempuan yang setara. Sementara itu, proses integrasi di masyarakat berkaitan dengan tujuan emansipasi perempuan masih belum sepenuhnya berlangsung. Masih ada sejumlah aspek yang memerlukan peningkatan integrasi yang lebih baik demi tercapainya tujuan emansipasi. Kedepannya, dapat dilakukan upaya untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut melalui pendidikan keagamaan yang tepat dan mengacu pada pedoman agama seperti Al-Quran dan Hadits yang diinternalisasikan bagi generasi muda sehingga nilai tersebut akan tertanam dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat.

In this modern era, various conflicts regarding ancient laws and customs related to issues faced by women in the Muslim world have sparked various debates among Muslim scholars, especially with regard to equality for Muslim women. One of many approaches that can be used to discuss this problem is through the approach of modern Sufism which teaches humans how to position themselves in situations where worldly affairs intersect with ukhrawi. Among these developments, Hamka is seen as the founder and spokesperson of modern Sufism because of his two works on the evolution and purity of Sufism that are widely used as a reference by the Indonesian people.  Modern Sufism Hamka shows that Sufism is inseparable from Islam and he also talks about men, women, and domestic issues. On this basis, there is an interest for researchers to study further Hamka's thoughts on the emancipation of women. By applying qualitative research methods and hermeneutic approaches to Hamka's works, it is known that Hamka argues that women and men in a society must work together to become a perfect and just society. Women have the same potential as men as they also have the same rights and obligations as men. In Islam itself, a person is seen from his piety not from whether he is male or female.  Meanwhile, the results of the analysis of the AGIL scheme show that the  process of adaptation to the cultivation of Islamic religious values that support the achievement of women's emancipation can be carried out through proper education and habituation. This relates to the purpose of women's emancipation, namely to define, establish, and protect women's equal political, economic, and social rights. Meanwhile, the process of integration in society related to the goal of women's emancipation is still not fully underway. There are still a number of aspects that require improved integration for the achievement of the goal of emancipation. In the future, efforts can be made to encourage the achievement of these goals through proper religious education and referring to religious guidelines such as the Quran and Hadith which are internalized for the younger generation so that these values will be embedded and become commonplace in people's lives."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>