Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahayuningsih Dharma Setiabudy
"Angka kejadian penyakit vaskuler di Indonesia akhir-akhir ini meningkat. Mungkin hal ini berkaitan dengan perubahan pola makanan. Penyakit peredaran darah otak (PPDO) merupakan salah satu penyakit vaskuler yang dapat mengakibatkan kelumpuhan, cacat mental maupun kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk mencegah terjadinya PPDO. Patogenesis PPDO perlu dipahami agar usaha pencegahan dapat herhasil. Penelitian ini bertujuan untuk memhuktikan hahwa pada penderita PPDO, trombosit mengalami aktivasi yaitu terjadi peningkatan kadar β-thromboglobulin (β-TG). Juga ingin diketahui apakah terdapat perbedaan sifat antara trombosit pads orang normal, penderita PPDO perdarahan dan PPDO bukan pendarahan.
Subyek penelitian meliputi 46 orang penderita PPDO berumur antara 21 - 84 tahun, yang terdiri atas 23 orang penderita PPDO bukan perdarahan, seorang penderita TIA dan 22 orang penderita PPDO perdarahan Berta 30 orang sehat berumur antara 40 -71 tahun sebagai kontrol. Untuk menilai adanya aktivasi tromhosit dilakukan pemeriksaan kadar β-TG, sedang untuk menilai sifat trombosit ditentukan rasio antara tromboksan B2 (TxB2) : 6 keto prostaglandin Flα (PGF1β). Pemeriksaan B-TG, TxB2 dan PGF1α dikerjakan dengan cara RIA.
Hasil penelitian menunjukkan hahwa aktivasi trombosit terjadi pada semua penderita PPDO, tetapi hanya 22 % dari penderita PPDO mempunyai trombosit yang relatif hiperaktif. Pada PPDO hukan perdarahan 26 % menunjukkan trombosit yang relatif hiperaktif sedangkan padaPPDO perdarahan hanya 18 %.
Dapat disimpulkan hahwa pada semua penderita PPDO trombosit mengalami aktivasi tetapi trombosit yang relatif hiperaktif hanya dijumpai pada 22 % penderita PPDO. Disarankan agar dilakukan penelitian untuk menilai manfaat pemberian obat antitrombosit pada individu dengan trombosit yang relatif hiperaktif.
Determination Of Thromboxan B2, 6-Keto Prostaglandin Flα And β-Thromboglobulin In Cerebro Vascular Disorders PatientsThe prevalence of vascular disease in Indonesia has been increasing recently. This is probably related to the changes in dietary pattern. The cerebro vascular disorders (CVDs) are among the vascular diseases that may result in paralysis, mental deterioration or death. Therefore, efforts ought to he carried out to prevent CVD. It is important to understand the pathogenesis of CVD in order to successfully prevent it.
The main purpose of this study was to prove that platelet is activated in CVD patients. The other aim was to find out whether there is a difference between platelet activity of CVD patients and control group, and between that of non-hemorrhagic CVD and hemorrhagic CVD.
The subjects of this study were 46 CVD patients (aged 21-84 years) consisting of 23 non-hemorrhagic CVD patients, I TIA patient, 22 hemorrhagic CVD patients, and 30 healthy subjects (aged 40 - 71 years) as control group. The presence of platelet activation was determined by measuring the level of β-TG, and the activity of platelet was evaluated by calculating the TxB2 : PGFlα ratio. Measurements of β-TG, TxB2, and PGF1α were done by RIA method.
The result showed that activation of platelet occurred in all of the CVD patients, but only 22% of CVD patients had relative hyperactive platelet. Twenty-six percents of non-hemorrhagic CVD patients had relative hyperactive platelet but only 18% of hemorrhagic CVD patients had it.
It was concluded that platelet activation occurred in all of the CVD patients but only 22% had relative hyperactive platelet. A study to evaluate the benefit of antiplatelet therapy on individu with-relative hyperactive platelet is suggested.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Adolfina R. Amahorseja
"Selama kurun waktu 3 tahun antara 1988 sampai 1990 nampak jumlah penderita. "stroke" di RS. PGI. Cikini Jakarta cendrung meningkat, 149 penderita (1988), 237 penderita (1989), dan 241 penderita (1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko yang dapat menimbulkan "stroke", dalam penelitian ini faktor risiko yang diteliti yaitu hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterolerni, dan merokok.
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol (case-control study), dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari catatan medik RS.PGI. Cikini Jakarta dari penderitapenderita rawat mondok bulan April sampai Desember 1991, dimana diperoleh jumlah kasus 124. orang dan kontrol 124 orang. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisa terhadap distribusi frekuensi, tabulasi silang, dan multiple logistic regression.
Hasil penelitian merunjukkarn bahwa faktor risiko hipertensi, dan hiperglikemi secara statistik mempunyai hubungan. yang bermakna dengan kejadian "stroke", dimana individu dengan hipertensi mempurnyai risiko 11.021 kali untuk menjadi "stroke" dibandingkan dengan yang tidak menderita hipertensi. Individu dengan hiperglikemi mempunyai risiko 4, 325 kali untuk menjadi "stroke" dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemi. Sedangkan faktor hiperkolesterolemi dan merokok menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian "stroke". Dari analisa dengan multiple logistic regression yang paling besar pengaruhnya adalah faktor hipertensi.
Berdasarkan informasi yang didapat, maka saran-saran yang dikemukakan adalah pemeriksaan laboratorium klinik tidak hanya kolesterol total, tetapi perlu pula diperiksa HDLC (high density lipoprotein cholesterol) dan LDLC (Low density lipoprotein cholesterol}, agar hasilnya dapat lebih memuaskan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"LATAR BELAKANG : Stroke iskemik merupakan manifestasi aterosklerosis yang prosesnya dimulai jauh sebelum terjadinya serangan stroke. Bila seseorang mempunyai faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, dan lain-lain, proses patologis yang sedang berjalan akan dipercepat sesuai jumlah faktor risiko .Sindroma metabolik bila ditemukan tiga atau lebih komponen hipertensi, obesitas sentral, hipertrigliserida, HDL kolesterol yang rendah, dan gula darah puasa yang tinggi. Dengan mendapatkan sindroma metabolik pada anak dari penderita stroke iskemik dapat dilakukan pencegahan primer.
TUJUAN : Melihat gambaran sindroma metabolik pada anak dari penderita stroke iskemik dan sebaran komponennya
METODOLOGI : Penelitian deskriptif analitik pada 87 orang anak dari penderita stroke iskemik, berusia antara 20 - 50 tahun. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah, lingkar pinggang, kadar trigliserida , HDL kolesterol dan gula darah puasa.
HASIL : 31% anak dari penderita stroke iskemik menderita sindroma metabolic. Laki-laki lebih sering dibanding perempuan. Komponen sindroma metabolik yang sering ditemui adalah HDL kolesterol yang rendah, hipertrigliserida dan obesitas sentral. Bila yang menderita stroke iskemik ayah maka lebih sering sindroma metabolik ditemukan pada anak dengan usia lebih muda. Jika ibu yang menderita stroke iskemik, kemungkinan anak menderita sindroma metabolik lebih sering pada anak laki-Iaki dengan usia lebih tua. Etnis sunda kejadian sindroma metabolik lebih rendah dibanding etnis lainnya.
KESIMPULAN : Anak dari penderita stroke iskemik merupakan populasi utama untuk terjadinya aterosklerosis yang merupakan keadaan vaskuler beresiko menjadi stroke iskemik dimasa mendatang. Sindroma metabolik dengan komponen HDL kolesterol rendah, hipertrigliserida, dan obesitas sentral ditemukan lebih sering pada anak laki-laki dari penderita stroke iskemik, dan lebih jarang pada etnis sunda.

Background ; ischemic stroke is a manifestation of arteriosclerosis which have a long-term and gradual process before manifested. If a person has risk factors such as hypertension, diabetes mellitus and hyperlipidemia, pathologic process would be accelerated according to the number of risk factors he has. Nowadays, the term of metabolic syndrome is introduced in a person who has three or more of these components: hypertension, central obesity, hypertriglyceridemia, tow HDL cholesterol and high level of fasting blood glucose. In finding metabolic syndrome in the ischemic stroke patients' descendant, primary prevention can be done.
Objectives ;The objective of this study is knowing the pattern of metabolic syndrome and it's component in ischemic stroke patients' descendants
Methods ;We performed descriptive and analytic study in 87 subjects of 20-50 years-old by examined blood pressure, waist diameters, triglyceride level, HDL-cholesterol level and fasting blood glucose level.
Results ;We found 31% of subjects who have metabolic syndrome which was more frequent in man. Among metabolic syndrome components, low level of HDL-cholesterol is the most frequent, followed by hypertriglyceridemia, and central obesity. Metabolic syndrome is more frequent in young age if the father had ischemic stroke while in older age if the mother who had ischemic stroke in Sundanese, metabolic syndrome is less frequent.
Conclusions ;The descendants of ischemic stroke patients is main target population of arteriosclerosis which is have high risk to have ischemic stroke in the future. Metabolic syndrome with low level of HDL-cholesterol, hypertriglyceridemia, and central obesity found more frequent in men and less frequent in Sundanese.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hendrik
"Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kecacatan fisik jangka panjang dan mental pada usia produktif sehingga akan berdampak pada keadaan psikologis dan sosioekonomi keluarga. Penderita stroke membutuhkan perawatan yang intensif serta memerlukan dukungan dari keluarga. Pemikiran utama setelah stroke bagi penderita dan keluarganya adalah prospek penyembuhan. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat beberapa faktor yang memmpengaruhi keluaran pasca stroke seperti beratnya kelainan, tekanan darah, kadar gula darah, perawatan fase akut.
Tujuan: Mengetahui perbedaan derajat keterbatasan pada penderita pasca stroke terhadap tekanan darah sistolik fase akut, kadar gula darah fase akut, dan subtipe stroke.
Disain dan Metode: Studi potting lintang dengan perbandingan internal antara tekanan darah sistolik fase akut, kadar gula darah fase akut. dan subtipe stroke terhadap beratnya derajat keterbatasan setelah 6 bulan awitan stroke. Keluaran fungsional dinilai dengan menggunakan skala Rankin yang dimodifikasi (mRS).
Hasil: Dari 93 penderita didapatkan 80 (86%) penderita menunjukkan keluaran fungsional yang baik (skor mRS 0-2), terdiri dari 90.9% laki-laki dan 78,9% perempuan. Sebagian besar penderita (67,5%) yang mempunyai keluaran fungsional yang baik mengalami subtipe stroke sindroma lakunar (LACS), 48,75% penderita memiliki tekanan darah sistolik > 160 mmHg peda fase akut, dan 77,5% menunjukkan kadar gula darah fase akut 8-150 mgldL. Faktor yang berpengaruh terhadap keluaran fungsional setelah 6 bulan awitan stroke adalah subtipe stroke (p<0,05).
Kesimpulan: Subtipe stroke merupakan faktor yang berhubungan dengan keluaran fungsional stroke setelah 6 bulan.

Background: Stroke causes long term physical and mental disability in productive age and impacts on family's psychology and social economy. Stroke patients need intensive care and support from their family. The main question from the patients and their family is prospect to recovery. Previous study showed that there were many factors affecting outcome in stroke patients such as severity or disability, acute blood pressure, acute blood glucose level, and treatment in acute phase.
Purpose: To perceive the difference between degree of disability and acute systolic blood pressure, acute blood glucose level, stroke subtype.
Design and method: Cross sectional study with internal comparison in acute systolic blood pressure, acute blood glucose level, stroke subtype aspects between group with good and poor functional outcome. Functional outcome was assessed using modified Rankin Scale (mRS).
Result: From 93 patients, we have 80 (86%) patients with good functional outcome (mRS score 0-2). consist of 90.9% male and 78.9% female. Most of patients (67.5%) with good outcome had lacunar syndrome (LACS). 48.75% with systolic blood pressure > 160 mmHg, and 77.5% showed blood glucose level 8-1 50 mg/dI,. Factor that independently influenced functional outcome 6 months after stroke is stroke subtype (p<0.05).
Conclusion: Stroke subtype is significant factors to functional outcome 6 months after stroke."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandri Bunga Wijayanti
"Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang terjadi akibat terganggunya aliran darah otak secara tiba-tiba yang mengakibatkan kematian sel saraf otak sehingga terjadi disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya kecacatan ataupun kematian. Latihan Range of Motion adalah suatu latihan yang dilakukan untuk menilai dan meningkatkan fungsi sistem muskuloskeletal dan juga merupakan salah satu terapi lanjutan pada pasien stroke yang bertujuan untuk meningkatkan aliran darah otak, dan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan, sehingga dapat memperbaiki fungsi sensorimotorik.
Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai Range of motio dalam mengatasi masalah gangguan motorik untuk meningkatkan fungsi sistem muskuloskeletasl pada pasien post stroke.
Hasil dari latihan ROM pada pasien ini terbukti efektif dalam mengembalikan fungsi muskuloskeletal klien dalam kekuatan otot dan meningkatkan aliran darah otak serta meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan latihan ROM kepada pasien pasca stroke.

Stroke is an emergency neurological illness caused by sudden obstruction of bloof flow to the brain that can lead to brain cell death motoric and sensoric dysfunction, and lead to morbidity or mortality. Range of Motion is an exercise done to value and improve of stroke patient's musculoskeletal system and is one of the follow-up therapy given to improve brain blood flow, hopefully maximize sensoric-motoric function.
This article is aimed to analyze evidence based about range of motion therapy to figure out all musculoskeletal problem that accompany post stroke patient.
The result of range of motion therapy proof that it is effective for the stroke patient. The result of range of motion therapy proof that it is effective for the stroke patient to have this exercise which is able to increase musculoskeletal system especially muscle strength, brain flood flow and minimize deformity. It is recommended for the nurses to educate post stroke patient to have this Range of Motion exercise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Titia Paramadina
"Urbanisasi di daerah perkotaan adalah masalah kesehatan. Perilaku kesehatan masyarakat perkotaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempatnya tinggal dan bekerja. Kepadatan penduduk, polusi udara, persaingan, pekerjaan adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress bagi masyarakat kota. Stress menyebabkan resiko hipertensi dan dapat mengarah pada terjadinya penyakit stroke hemoragik. Tingkat morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh stroke hemoragik tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya asuhan keperawatan yang komprehensif dari perawat untuk melakukan rehabilitasi, terutama perlunya mobilisasi bertahap pada pasien dengan stroke hemoragik.

Urbanization in many urban is a health issue. Behavior of urban public health is strongly influenced by environmental conditions where he lived and worked. Population density, air pollution, competition, jobs are the factors that can cause stress for the urban society. If the stress is prolonged the risk of hypertension to happen bigger and can lead to the occurrence of hemorrhage stroke. The morbidity and mortality caused by hemorrhage stroke is high. Therefore, it is necessary to have a comprehensive nursing care from nurses to undertake rehabilitation, especially the need for gradual mobilization in patients with hemorrhage stroke.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herman SY
"Stroke merupakan salah satu penyakit saraf gawat darurat yang harus segera ditolong dan ditanggulangi. Jika diketahui dengan cepat dan diberikan terapi dengan tepat, maka hasil pengobatan akan sangat memuaskan. Namun pada kenyataannya sampai saat ini angka kematian karena stroke masih tetap tinggi. Di negara maju, USA, stroke merupakan penyebab kematian urutan ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker.
Sedangkan di Indonesia sampai tahun 1990 stroke masih menduduki peringkat kematian ke 3 sesudah penyakit infeksi saluran nafas bawah dan penyakit jantung. Akan tetapi sejak tahun 1991 sampai 1995 stroke telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit (merupakan 11,7% dari seluruh kematian di Rumah Sakit).
Di RSPAD Gatot Soebroto kematian stroke di tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 adalah berkisar 30 sampai dengan 43,37 %. Angka kematian ini cukup tinggi dibanding dengan angka kematian di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia, apalagi bila dibandingkan dengan luar negeri. Dengan meningkatnya insiden karena bertambahnya usia harapan hidup, haruslah dibuat rancangan penanganan stroke yang lebih terpadu, agar angka kematian stroke dapat dikurangi.
Dalam membuat rancangan penanganan stroke akut/unit stroke dalam upaya menurunkan angka kematian penderita stroke di RSPAD Gatot Soebroto, dilakukan observasi prosedur pelayanan penderita stroke akut di RSPAD Gatot Soebroto selama ini, observasi pengelolaan Unit Stroke di RSCM, studi kepustakaan tentang pengelolaan stroke akut di luar negeri dan tentang pengelolaan stroke yang ideal.
Faktor-faktor yang diteliti disini terutama tentang organisasi unit stroke, fasilitas, SDM, pendanaan dan prosedur pelayanan. Sebagai hasilnya organisasi unit stroke di RSPAD Gatot Soebroto perlu ditempatkan dibawah Departemen Saraf dan diketuai oleh Dokter Ahli Penyakit Saraf. Kemudian dalam menangani penderita stroke akut perlu dibentuk satu tim terpadu yang terdiri dari Dokter Ahli Penyakit Saraf sebagai Ketua Tim, Dokter Ahli yang terkait, misalnya ; Jantung, Paru, Penyakit Dalam, Gizi, Ahli Rehabilitasi Medis, Perawat yang telah terlatih khusus merawat penderita stroke akut.
Perawat perlu terlibat secara aktif dalam prosedur mobilisasi dan rehabilisasi, dan keluarga penderita perlu dilibatkan sedini mungkin dalam merawat penderita stroke melalui Program Edukasi Keluarga (PEK). Stroke Pathway diberlakukan sejak pasien masuk melalui bagian gawat darurat. Penderita dipulangkan atau pindah ke ruangan lain diluar unit stroke setelah melalui Ease akut dan minimal dapat duduk. Disarankan agar kemandirian pasca stroke penderita di follow up setelah 3 bulan pasca stroke dengan Indeks Barthel.

Stroke Unit Plan For Lowering Patient Death Rate In Gatot Soebroto Central Army HospitalStroke is one of emergency nerve diseases which must be helped and managed as soon as possible. A fast and right therapy will give a good result. At present however its death rate still remain high. In developed country such as USA, stroke is the third cause of the death after heart disease and cancer.
In Indonesia until 1990 stroke was in the third cause of death after low respiratory tract infection and heart disease. But from 1991 until 1995 stroke had become the first cause of death in hospital and accounted for 11,7% of the entire death in hospital.
In The Gatot Soebroto Central Army Hospital care fatality of stroke from 1994 to 1996 ranged from 30 to 43,37 %. This rate was higher than the rate in educated hospitals in Indonesia and far higher if it was compared with other countries. As the incidence was increasing caused by higher expectancy of life, it was necessary to make a stroke integrative management plan in order to reduce the stroke death rate.
To plan the stroke unit, a study was conducted to observe the existing services, in this hospital and the management of stroke unit in RSCM. Existing literatures on the management of acute stroke in abroad and about the ideal management of stroke were studied. The observations were focused on organization, facilities, human resources, fund and service procedures.
Based on this study, the stroke unit in Gatot Soebroto Central Army Hospital should be placed under the Department of Neurology and chaired by a Neurologist. An integrative team should be built to manage the unit, which consist of a neurologist as the Chief, other related specialists such as a cardiologist, a pulmonologist, an internist, a nutrician, a rehabilitative expert and nurses well trained for acute stroke management.
The nurse should involve actively in mobilization and rehabilitation procedure. An early family involvement to care stroke patient through family educated program should be encouraged. The stroke pathway began as patients admitted in the emergency unit. Patient should be discharged or moved to other room out of stroke unit after passed from a critical phase and at least after able to sit. Three months after stroke, a follow up evaluation should be conducted to measure the patient independency using the Barthel Index.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Octaviani
"ABSTRAK
Pemeriksaan kesehatan dalam konteks ini adalah salah satunya untuk mencegah penyakit serebrovaskular, kondisi ini dapat dipahami sebagai salah satu kondisi yang memungkinkan terjadinya kedatangan kembali dari pasien selain bertujuan untuk melakukan pengobatan atau melakukan pencegahan dari penyakit ini. Data pemeriksaan kesehatan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat prediksi yang akurat dari kedatangan kembali dari pasien dengan diagnosis kondisi pasien tersebut. Kondisi pasien yang cocok dengan kriteria diprediksi seperti kriteria yang terpreiksi untuk melakukan kedatangan kembali dan jika aturan tersebut memiliki skor ABD maka pasien diindikasikan sebagai rentan terhadap penyakit serebrovaskular yang akan memiliki kesempatan lebih tinggi untuk kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan atau untuk mencegah penyakit atau bahkan melakukan pengobatan untuk penyakit serebrovaskular. Metode pohon keputusan merupakan salah satu pendekatan Data Mining yang mampu menghasilkan pohon keputusan yang dapat dikonversi untuk menghasilkan aturan yang komprehensif. Dalam menghasilkan aturan, masalah yang terjadi adalah dengan banyaknya atribut yang digunakan maka aturan yang dihasilkan akan lebih kompleks. Dalam penelitian ini, pendekatan metaheuristik diterapkan untuk memaksimalkan efisiensi aturan yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah Particle Swarm Optimization (PSO).

ABSTRACT
Preventive medical check-ups in this context is preventing the cerebrovascular disease, could be understood as one of the condition that enables the re-coming of the examinees besides doing the treatment for the disease. Establishing examinee’s diagnoses often determine the recommendation made to the examinees. The health examination data provides the information needed to make an accurate prediction of the re-coming of the examinee with diagnosis for the examinee’s condition. The condition of the examinee that match the criteria is predicted as do the re-coming and if the rule has the ABD score the examinee indicated as vulnerable to cerebrovascular disease which will have higher chance to come back to the hospital whether to do another checkup for preventing the disease or even doing the treatment for the disease. Decision tree method is one of Data Mining approach that capable to generate decision tree that can be converted to produce comprehensive rules. In generating the rules, the problem occurred is more attribute used more complex the rules would be. In this research, a metaheuristic approach ;"
2015
T44693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Jovial Nisa
"Kepercayaan kesehatan merupakan salah satu yang mempengaruhi untuk mempertahankan atau memulai perilaku pencegahan stroke. Penelitian ini bertujuan membahas perbedaan kepercayaan kesehatan olahraga pada orang berisiko stroke yang berolahraga dan tidak berolahraga. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian perbandingan tidak berpasangan. Jumlah responden 98 orang berisiko stroke di wilayah Beji, Depok. Hasil penelitian menunjukan pada alfa <0,001 menunjukan bahwa ada perbedaan kepercayaan kesehatan antara yang berolahraga dan tidak berolahraga. Perbedaan ini terdapat pada dimensi kerentanan merasakan stroke, manfaat dan hambatan olahraga, serta self efficacy dan subjective norm. Namun, tidak ada perbedaan antar kelompok dalam kepercayaan mengenai keseriusan stroke. Hasil penelitian menyarankan bahwa tenaga kesehatan perlu meningkatkan edukasi dan program dengan berfokus meningkatkan kepercayaan kesehatan terhadap olahraga.

Health belief is one that affects the behavior to maintain or initiate stroke prevention. The aim of this study is to explore the differences in health beliefs among people with high risk of stroke who exercise and non exercise. This research is quantitative research design with unpaired comparisons. 98 people at higt risk of stroke in the territory of Beji, Depok were involved in this study. There is differences in health beliefs between the people at high risk stroke who exercise and non exercise. The differences are in the sense of vulnerability stroke dimensions, benefits and barriers to exercise, self-efficacy, and cues to action. However, there was no difference between groups in beliefs about the seriousness of stroke. The results suggest that health professionals need to increase education and programs focused on increasing health belief exercise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pertambahan kasus stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan penatalaksanaan di rumah sakit
menyebabkan dalam dekade terakhir stroke merupakan penyebab kematian nomor 1 di R.S. di
Indonesia (Depkes RI, 1997). Oleh sebab itu pentingnya rehabilitasi khusunya pemulihan Range of
Motion pada klien post stroke yang mengalami hemiparese dapat ditingkatkan melalui program
rehabilitasi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh Iatihan ROM
terhadap peningkatan kemampuan ROM. Penelitian kami dimulai tanggal 18 Desember 2004
sampai dengan 26 Desember 2004 di Ruang IRNA B RS Fatmawati. Tujuan penelitian untuk
memperoleh data tentang pengaruh latihan Range of Motion terhadap peningkatan kemampuan
Range of Motion pada klien post stroke yang mengalami herniparese. Metodologi penelitian yang
kami gunakan adaIah Quasi Eksperimen. Dari hasil penelitian kami didapatkan keputusan uji
statistik dimana nilai P < 0,001 yang lebih kurang dari nilai alpha (0.05) maka diputuskan Ho
ditolak sehingga dengan α 5 % dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada pengaruh
peningkatan kemampuan Range of Motion setelah diberikan latihan Range of Motion. Jadi teori
yang ada telah terbukti dalam penelitian kami. Sehingga peneliti berharap agar penelitian
berikutnya dapt berfokus pada klien post stroke hemoragik atau non hemoragik saja . Dan untuk
mencapai hasil yang lebih baik sebaiknya penelitian dilakukan lebih intensif dalam kurun waktu
yang lebih lama."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5353
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>