Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jasuri Sa`at
"ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di daerah Depok sebagai penunjang kota Metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Perkembangan pembangunan itu lebih cenderung merubah tata guna tanah (lahan) dari kondisi lolos air menjadi daerah kedap air. Daerah yang sebelumnya diperuntukan sebagai rembes air dengan pelan-pelan bertahap berubah menjadi daerah kedap air karena ditutupi oleh berbagai jenis bangunan seperti : Pemukiman, pertokoan, jalan dll.
Daerah Bogor umumnya dan Depok khususnya diperuntukan sebagai wilayah tangkapan air hujan dengan curah hujan sangat tinggi diharapkan sebagian besar hujan yang jatuh meresap ke dalam tanah dengan tujuan persediaan sumber air dan mengurangi besarnya volume air limpasan perumahan yang akan menyebabkan terjadinya luapan air di daerah yang letaknya secara topografi lebih rendah.
Mengingat perkembangan penduduk akibat pemindahan dari wilayah kota metropolitan Jakarta tidak dapat dihalangi, maka sudah barang tentu kebutuhan akan daerah pemukiman semakin luas termasuk pengembangan dan prasarananya, sehingga akhir-akhir ini penutupan lahan atau tanah oleh bahan yang kedap air semakin meluas dan akibat semakin kecilnya daerah lahan yang dapat merembeskan air ke dalam tanah apabila terjadinya presiptasi atau hujan. Dalam hal ini juga semakin besarnya volume air hujan yang mengalir sebagai air permukaan atau limpasan menuju saluran dalam waktu yang relatif singkat dan bersamaan. Sebagai akibat tingginya volume air limpasan tersebut, maka akan memberi kapasitas atau debit saluran yang besar sehingga terjadi banjir pada lokasi yang berada di hilir sungai atau saluran akhir. Diamping itu akibatnya adalah berkurangnya volume air tanah pada musim kemarau dan terjadi banjir pada musim hujan.
Perkembangan di atas sangat erat hubungan dengan system pengolahan dan pegendalian air hujan yang diterapkan oleh masyarakat selama itu, untuk meliput masyarakat dalam pengendalian air hujan. Dalam hal ini diharapkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan-peraturan pemerintah dalam hubungannya dengan IMB. Terutama Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan penyediaan lahan atau ruang terbuka di setiap daerah atau lokasi pemukiman, untuk menentukan system teknis pengendalian itu dicoba untuk meneliti seluruh daerah Depok dengan pembagian lokasi penelitian ditentukan oleh kondisi topografinya dan karakteristik lahan (tanah) pada lapisan topsoilnya.
Dari hasil penelitian ini diharap menemukan data, kemampuan tanah dalam menginfiltrasikan air hujan serta menahan volume limpasan dalam waktu tertentu sesuai dengan dimensi dan karkateristik waduk retensi percobaan, sehingga waktu alir menuju saluran dapat diperlama dengan sendirinya debet air dalam saluran dapat dikurangi dalam waktu itu. Disamping itu juga sebagian air masuk ke dalam tanah sebagai resapan dan akan menambah cadangan air tanah itu sendiri.
Jadi sebagai konstrabusi dari pembuatan waduk retensi setiap unit bangunan adalah untuk menghindari air limpasan dan banjir dan juga menambah cadangan air tanah serta kelembabannya tanpa mengganggu fungsi dari tanah itu sendiri."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Kirana
"ABSTRAK
Banyaknya budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata selain meningkatkan pendapatan petani ikan setempat juga menimbulkan dampak bagi kualitas perairan waduk. Hal ¡ni disebabkan banyaknya sisa pakan dan faeces ikan yang masuk ke perairan mengakibatkan eutrofikasi perairan waduk. Hal ini menyebabkan peledakan (blooming) fitoplankton. Kondisi ini berakibat menurunnya kualitas perairan waduk tersebut.
Usaha untuk mengurangi blooming algae secara biologis telah banyak dilakukan di antaranya dengan mengontrol pemasukan unsur hara atau menggunakan tumbuhan air sebagai perangkap nutrien. Pengendalian secara biologis merupakan cara yang paling aman dan efektif, yaitu dengan mengurangi, merusak atau menghambat pertumbuhan suatu organisme oleh organisme lain. Penggunaan ¡kan untuk mengendalikan blooming fitoplankton merupakan salah satu cara yang sangat ideal.
Ikan mola (Hypothalmichthys molitrix (C.V.)) merupakan jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder yang mempunyai pertumbuhan cepat. Dengan adanya budidaya ikan mola bersama-sama dengan ikan lainnya dalam karamba jaring apung diharapkan pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan dapat dikendalikan, dan lestari serta sekaligus dapat menghasilkan protein hewani (ikan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan, struktur komunitas fitoplankton, indeks keanekaragaman jenis fitoplankton serta melihat pengaruh dan efektivitas ikan mola sebagai. pengendali blooming fitoplankton di Waduk Cirata.
Hipotesis penelitian ini adalah pemanfaatan ikan mola (Hypophfhalmichthys molitrix (C.V) dapat menekan atau mengendalikan blooming fltoplankton sehinggga kwalitas perairannya tetap terjaga.
Penelitian ini menggunakan metode survei
a. Teknik Pengambilan Sampel: pengambilan sampel air dan ikan dilakukan 6 kali dengan selang waktu 2 minggu selama 3 bulan. Analisis sampel dilakukan di Waduk Cirata dan di Laboratorium. Sampel diambil di tujuh (7) titik (stasiun). Parameter yang diukur adalah suhu air, pH, kecerahan, DO, BOD5 total P, total N, CO2, H2S, fltoplankton yang terdapat di perairan dan yang terdapat di saluran pencernaan ikan mola.
b. Teknik Analisis Data
- perkiraan kandungari fitoplankton keseluruhan sampel dengari menggunakan rumus n = a.c/L
- untuk menghitung keanekaragaman fitoplankton dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener yaitu
H? = pi Iog2 pi, pi = ni/N
c. untuk mengetahui kemerataan fitoplankton dengan rumus
E = H?/H? maks = H?/ In S
d. untuk mengetahui tingkat kesamaan titoplankton di setiap stasiun dengan menggunakan Indeks Sorensen yaitu
IS=2c/a+bx 100%
e. untuk menganalisis makanan ikan mola digunakan Indek Elektivitas dan lvlev yaitu E = ri - pi/ri + pi
f. data kualitas perairan yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kualitas air bagi peruntukan perikanan (golongan C) berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 dan pustaka.
g. untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fitoplankton yang terdapat di perairan yang ada ikan mala dengan yang tidak ada dilakukan uji ?Jumlah Jenjang Wilcoxon, untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fltoplankton di tujuh stasiun dilakukan uji ?Kruskal WalIis dan untuk mengetahul korelasi antara kualitas perairan dengan jumlah fltoplankton digunakan ?Koefisien Korelasi Spearman?.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas perairan permukaan Waduk Cirata adalah sebagai berikut: rata-rata suhu 28,8 ° C; kecerahan 12615 cm; pH 6,8; karbondioksida 3,94 mg/I; DO 6,32 mg/I; BOD5 1.81 mg/i; H2S 0,42 mg/l; total P 0,05 mgII dan total N 2,34 mg/I. Kondisi perairan tersebut masìh cukup baik untuk kehidupan ¡kan dan masih dalam kisaran baku mutu air golongan C (PP No 20 Tahun 1990), kecuali H2S, total P dan total N yang telah melebihi baku mutu air tersebut. Nilai total P dan total N yang tinggi menyebabkan eutrotikasi perairan waduk tersebut sehingga menyebabkan bloomng fitoplankton
Jumlah marga fitoplankton di perairan waduk pada bulan Mei ? Juli 2000 sebanyak 29 marga yang terdiri dan divisi Chlorophyta 17 marga, Chrysophyta 5 marga, Cyanophyta 5 marga, Pyrrophyta dan Euglenophyta masing-masing 1 marga. Jumah individu fitoplankton terbanyak di stasiun 7 (Calincing) sebesar 5.135.041 indu yang diikuti di stasiun I (Jangari) sebesar 5.076.000 md/I, sedangkan yang paling sedikit ditemukan di stasiun 4 (Patok Besi) yaitu 2.301.522 indu dan stasiun 2 (Jarigarildalam karamba) yaitu sebesar 2.424.000 md/I. Marga yang banyak ditemukan adalah Synedra, Chiorella, Microcystis, Cosmanum dan Scenedesmus. Zooplankton yang ditemukan di perairan Waduk Cirata adalah Copepoda 2 marga, Rotifera 4 macga, dan Cladocera 2 macga. Marga yang banyak ditemukan adalah Naupli, Diaptomus, dan Asplanchna.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H?) komunitas fitoplankton di Waduk Cirata berkisar antara 2,85 - 3,53. Nilai indeks keanekaragarnan tertinggi terdapat di stasiun 3 (Maleber) yaltu 3,53, sedangkan terendah di stasiun 1 (Jangari/luar karamba) yaitu 2,85.
Indeks keseragaman atau kemerataan (E) komunitas fitoplankton disetiap stasiun berkisar antara 0,61 ? 0,84. Indeks kesamaan Sorensen (IS) komunitas fitoplankton antar stasiun di perairan Waduk Cirata berkisar antara 7179? 89,36 %.
Berdasarkan sampel ikan mola yang diteliti sebanyak 18 ekor dengan ukuran panjang 18,6 ? 27,5 cm dan berat antara 76 ?191,2 g, mempunyam panjang usus atau saluran pencemaan berkisar 101,4 ? 255 cm atau 5,5 ? 9,6 panjang totalnya. Jenis fitoplankton yang terdapat diusus ikan mala sebanyak 30 marga yang terdiri dari Chlorophyta 18 marga, Cyanophyta 5 marga, Chrysophyta 5 marga, Pyrrophyta, dan Eugenophyta masing-masing I marga. Adapun jenis yang dominan adalah Synedra, Mensmopedia, Cosmanum, Chiorella, dan Microcystis.
Berdasarkan nilai lndeks Elektivitas (E) ternyata bahwa komponen pakan yang berasal dari perairan karamba yang disukai ikan adalah Actinasfrum, Ankistrocjesmus, Characium, Cncígenia, Eudotina, Gloeocystis, Kirchneriella Oocystis, Gomphosphaetia, Astenonella, Gomphonema, Peridinium, Eugiena, Mensmopedia, Spaerocystis, Synedra, Scenedesmus, Staurastrum, Dictyosphaerium, Coelastrum, dan Cosmarium. Pakan yang tidak disukai ¡kan mola yaitu Anabaena, Euastnim, Melosira, Navicula, Spiro gyra, Chlorella, Chroococcus, Qsciflatorja, Desmidiurn, dan Microcystis.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa ikan mola dapat memanfaatkan pakan alami yang berupa fitoplankton secara efektif sampai 50 % sehingga ikan tersebut dapat digunakan sebagai pembersih pencemaran akibat blooming fitoplankton. Hal ini terbukti dengan perairan dalam karamba di mana ikan mola dipelihara, jumlah fitoplankton yang ditemukan jauh lebih sedikit dan Iebih jernih dibandingkan dengan perairan di luar karamba. Berdasarkan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan sangat nyata antara jumlah fitoplankton di stasiun yang ada ikan mola (stasiun 2) dengan stasiun luar karamba (stasiun 1), juga terdapat perbedaan sangat nyata jumlah fitoplankton di antara 7 stasiun penelitian. sedangkan dari Uji Koefisien Korelasi Spearman terbukti bahwa ada korelasi yang positif nyata antara Total P dengan jumlah fitoplankton. Oleh karena ¡tu apabila ikan mola yang ditebarkan keseluruh perairan waduk dalam jumlah yang banyak, maka blooming fìtoplankton yang terjadi selama ini dapat dicegah sehingga tidak terjadi pencemaran dan kematian masal ikan yang pernah terjadi di Waduk Cirata tidak akan terulang kembali.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpuIan sebagai berikut:
1. Perairan Waduk Crata tergolong perairan yang hypertrofik, dan kuahtas airnya terutama Total P, Total N dan H2S telah melampaui nilai ambang batas baku mutu lingkungan.
2. Jumlah marga yang ditemukan di stasiun 2 adalah 25 marga, stasiun 2 sebanyak 18 marga, stasiun 3 sebanyak 25 marga, stasiun 4 sebanyak 14 marga, stasiun 5 sebanyak 18 marga, stasiun 6 sebanyak 17 marga, dan stasiun 7 sebanyak 22 marga. Marga terbanyak dan divisi Chiorophyta.
3. Nilai indeks keanekaragaman (H?), perairan Waduk Cirata berkisar antara 2,85 ?3,53.
4. Berdasarkan analisis usus ikan mola terlihat bahwa seluruh pakan yang dimakan adalah fitoplankton. Jenis yang disukai adala h Mensmopedia, Synedra, Microcyst is, Spaerocystis, Dictyosphaenum, Coelastrum dan Cosmarium. Dengan demikian terbukti bahwa ¡kan mola dapat mengurangi tingkat pencemaran akibat bloomìng fltoplankton sebesar 50 %."
2001
T3781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
JSEPU 3(1-3)2011
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Nitrogen and phosphorus compounds in water column oj a waterbody are important nutrient Jor the growth ofphytoplankton. Based on literature, it was noted that the NIP ratio in a waterbody can be useful as a diagnostic tool Jor assessing the types of algae likely to exist under different condition. it was also said that a low NIP ratio between 2 - 10, community phytoplankton would be dominated by Cyanophyta (blue green algae) group. in applying in cascade reservoirs at Citarum River Basin indicated there is a particular link between NIP ratio and the tendency oj phytoplankton population dominating the reservoirs. in Jatiluhur Reservoir, the total N to total P ratio (TNITP) is low around 4 and the phytoplankton communities are dominated by Pyrrophyta group with species Ceratium hirudinella. On the contrary, the low TNITP ratio in Saguling and Cirata Reservoirs show that the reservoirs are dominated by Cyanophyta group."
551 BKMIKPK 1:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Khamdani
"Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta adalah Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi di DKI Jakarta adalah semakin buruknya kondisi ekosistem akuatik, khususnya waduk. Waduk yang ada di DKI Jakarta saat ini memiliki kualitas yang semakin menurun akibat perubahan fungsi daerah tangkapan air waduk. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas dan kesehatan waduk berdasarkan metode asesmen yang dikeluarkan oleh Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton). Analisis perubahan kondisi kualitas dan kesehatan waduk di DKI Jakarta dilakukan berdasarkan data tahun 2010 – 2019. Penelitian dilakukan pada 10 waduk yang terletak di wilayah DKI Jakarta. Pemilihan sepuluh waduk tersebut merepresentasikan kualitas serta kesehatan waduk di lima kotamadya DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan tiga variabel utama dalam menentukan kualitas dan kesehatan waduk yaitu persentase tutupan lahan, data kualitas air waduk, dan data kondisi sempadan waduk. Analisis dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama dilakukan analisis korelasi metode Spearman Rank. Tahap kedua adalah regresi untuk mendapatkan koefisien pengaruh explanatory variable. Disajikan hasil analisis berupa tabel rekapitulasi penilaian kualitas dan kesehatan waduk. Hasil persamaan regresi dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi perubahan kualitas air waduk akibat perubahan tutupan lahan dan kondisi sempadan waduk. Dari hasil time series dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kualitas dan kesehatan pada kesepuluh waduk yang ditinjau dalam kurun waktu 10 tahun.

The Special Region of Jakarta is the capital city of the Republic Indonesia. One of the environmental problems that occur in DKI Jakarta is the worsening condition of the aquatic ecosystem, especially reservoirs. The existing reservoir quality in DKI Jakarta is currently of a decreasing due to changes in the function of the reservoir's catchment area. This study aims to assess the quality and health of the reservoir based on the assessment method issued by the Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton). Analysis of changes in the quality and health conditions of reservoirs in DKI Jakarta was carried out based on data from 2010 - 2019. The research was conducted in 10 reservoirs located in the DKI Jakarta area that assumed to represent the five municipalities in DKI Jakarta and represents the quality and health of the reservoirs in DKI Jakarta. This study uses secondary data with three main variables in determining the quality and health of the reservoir, land cover data, reservoir water quality data, and reservoir boundary condition data. The analysis was carried out in two stages, the first stage was the Spearman Rank method correlation analysis. The second stage is regression to get the coefficient of the explanatory variable influence. The results can be presented in the form of a recapitulation table for quality assessment and reservoir health. The results of the regression equation can be used as a tool to predict changes in reservoir water quality due to changes in land cover and reservoir boundary conditions. From the results of the time series, it can be seen that there has been a decrease in quality and health in the ten reservoirs reviewed over a period of 10 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi ikan dan pendapatan masyarakat adalah dengan melakukan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung dengan memperhatikan daya dukung perairan. Informasi tentang daya dukung perairan sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan budidaya ikan di Waduk Ir. H. Djuanda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi daya dukung perairan berdasarkan fluktuasi oksigen menurut waktu pengamatan."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Ferdiansyah
"Waduk Saguling merupakan salah satu dari tiga waduk terbesar yang ada di Daerah Aliran Sungai Citarum. Sumber air Waduk Saguling berasal dari DAS Citarum Hulu dengan pos pengamatan debit di Citarum-Nanjung dan debit lokal dari beberapa sungai sekitar waduk. Permasalahannya adalah tidak ada pengamatan debit lokal di anak sungai tersebut sehingga potensinya diperkirakan. Tujuan dari pengkajian ini adalah melakukan analisis potensi debit lokal dengan model Hydrology Engineering Center-Hydrologic Modeling System (HEC-HMS). Metode hujan limpasan dengan menggunakan HEC-HMS digunakan untuk menghitung potensi debit lokal yang masuk ke Waduk Saguling. Parameter yang digunakan dalam model adalah deficit constant (parameter loss), linear reservoir (parameter baseflow), dan lag time (parameter transform). Model hujan limpasan tersebut menghasilkan nilai kalibrasi yang baik di pos duga air Citarum-Nanjung dengan nilai R2 sebesar 0,8 dan nilai Nash–Sutcliffe efficiency (NSE) sebesar 0,788. Hasil verifikasi yang dilakukan di Waduk Saguling mempunyai nilai NSE sebesar 0,8343 dan R2 sebesar 0,83. Hasil simulasi menunjukkan potensi debit air dari sungai lokal menyumbangkan 21,64% dari total debit air yang masuk ke Waduk Saguling dengan nilai debit andalan rata-rata bulanan untuk keperluan pembangkit listrik yaitu Q80 dan Q85 adalah sebesar 8,23 m3/s dan 5,69 m3/s. Debit rata-rata sungai lokal tersebut dapat membangkitkan listrik sebesar 3,89 MW – 162 MW."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
551 JSDA 16:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marissa Istika
"[Tesis ini menganalisis tentang Implementasi Kebijakan Normalisasi Waduk Pluit
dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan Normalisasi Waduk Pluit
di Wilayah Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang diperoleh melalui studi
pustaka, observasi, dan wawancara mendalam dengan para sumber dari pihak
pemerintah, pakar kebijakan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan warga
eks Bantaran Waduk Pluit. Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi
kebijakan Normalisasi Waduk Pluit tidak efektif dan belum mampu
meminimalisir banjir di Jakarta. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kebijakan Normalisasi Waduk Pluit ini adalah komunikasi, sumber daya, struktur
birokrasi, dan faktor lingkungan tempat kebijakan dioperasikan. Hasil penelitian
menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta perlu mempercepat penyelesaian
Normalisasi Waduk Pluit agar Waduk Pluit dapat berfungsi dengan baik sebagai
area resapan air dan berperan sebagai flood control system kota Jakarta. Pemprov
DKI perlu mempersiapkan dengan lebih baik pelaksanaan Kebijakan Normalisasi
Waduk Pluit yang masih berjalan sampai saat ini dan kebijakan tersebut harus
terintegrasi dengan penanganan masalah sosial dan ekonomi warga eks Bantaran
Waduk Pluit. Selain itu Pemprov DKI perlu mempercepat pembangunan rumah
susun untuk warga Waduk Pluit dan membuat Standard Operasional Prosedure
sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan Implementasi Kebijakan
Normalisasi Waduk Pluit ini;The focus of this research is to analyzes the Normalization Policy Implementation
Pluit Reservoir and factors affecting the Implementation of Normalization of Pluit
Reservoir in Sub-District of Penjaringan, North Jakarta. This research uses
qualitative method that generates descriptive data collected from literature review,
observation, and depth interview with sources from varies field, such as DKI
regional government, expert in policies maker, non goverment organization
(LSM) including people who live in the area of Pluit dam. The result shows that
Implementation of Normalization of Pluit Reservoir and has not able to even
minimize the flood in Jakarta. Factors affecting the implementation of policy,
firstly are communication, resources, structure of bureaucracy and environment
where the policy operate. The research suggests that the DKI regional government
should accelerate completion Normalization Pluit reservoir so that the reservoir
can function well as a water catchment area and serves as a flood control system
of the city. DKI regional government needs to prepare the preferable to
implementation of policy normalization Pluit reservoir that still works until now
and the policy which is integrated with social and economic problem solving of
people who live in the area of Pluit Reservoir. In addition the DKI regional
government needs to speed up the construction of flats for the people who live in
the area of Pluit Reservoir and needs to make Standard Operating Procedures as a
guide and reference in implementing the Policy Implementation Normalization
this Pluit Reservoir, The focus of this research is to analyzes the Normalization Policy Implementation
Pluit Reservoir and factors affecting the Implementation of Normalization of Pluit
Reservoir in Sub-District of Penjaringan, North Jakarta. This research uses
qualitative method that generates descriptive data collected from literature review,
observation, and depth interview with sources from varies field, such as DKI
regional government, expert in policies maker, non goverment organization
(LSM) including people who live in the area of Pluit dam. The result shows that
Implementation of Normalization of Pluit Reservoir and has not able to even
minimize the flood in Jakarta. Factors affecting the implementation of policy,
firstly are communication, resources, structure of bureaucracy and environment
where the policy operate. The research suggests that the DKI regional government
should accelerate completion Normalization Pluit reservoir so that the reservoir
can function well as a water catchment area and serves as a flood control system
of the city. DKI regional government needs to prepare the preferable to
implementation of policy normalization Pluit reservoir that still works until now
and the policy which is integrated with social and economic problem solving of
people who live in the area of Pluit Reservoir. In addition the DKI regional
government needs to speed up the construction of flats for the people who live in
the area of Pluit Reservoir and needs to make Standard Operating Procedures as a
guide and reference in implementing the Policy Implementation Normalization
this Pluit Reservoir]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Model distribusi spasial nitrit dan nitrat telah dikembangkan untuk mengantisipasi ancaman pencemaran peruntukan kualitas air untuk perikanan dan sumber baku air minum di badan air waduk Jatiluhur."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>