Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134547 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inge Sutanto
"Angka parasit dan angka limpa yang biasanya digunakan untuk menentukan keadaan penyakit malaria di suatu daerah mempunyai beberapa kendala. terutama bila diaplikasi di daerah hiper atau holoendemi dimana faktor kekebalan turut memegang peranan penting. Karena itu diparlukan cara lain untuk menutupi kekurangan tsb, misalnya dengan melakukan pemeriksaan seroepidemiologi. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan seroepidemiologi. 616 serum penduduk berbagai daerah endemi (meso-hiper-holo) diberbagai desa, kecamatan Mimika Timur, Fak-Fak, Irian Jaya, dengan menggunakan antigen stadium skizon P.falciparum yang dikultur secara in vitro sesuai dengan metode Trager & Jansen.
Hasilnya menunjukkan 84.1% (5187616) penduduk yang diperiksa mengandung zat anti skizon P.falciparum. Hubungan antara zat anti ini dengan malariometri: yaitu parasitemia menunjukkan bahwa titer positif rata-rata pada kelompok tampa parasitemia lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dengan parasitemia (Mann-WhitneY, P=0.0419), sebaliknya titer positif rata-rata pada kelompok dengan splenomegali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa splenomegali (Mann--Whitney, P=0.0126). Sadangkan berdasarkan tingkat endemisitas, ditemukan perbedaan bermakna baik angka seropositi.f maupun titer positif rata-rata antara desa meso dengan hiperendemik (chi-square, p=0.00000 ; Kruskal-Wallis, p=0.0000) dan antara: meso dengan holoendemik (chi-square, p=0.0000 ; Kruskal--Wallie, p=0.0000)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ludong, Dorothea Theresia
"Penyakit malaria menduduki urutan utama di antara penyakit tropik endemik. Penyakit ini disebabkan oleh parasit genus plasmodium dan pada manusia diketahui empat spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium aralarias dan Plasmodium ovale. Dari ke empat spesies tersebut, Plasmodium falciparum adalah yang paling sering menyebabkan penyakit di daerah tropik dan berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian (1). Oleh karena itu untuk menilai situasi malaria di suatu daerah, keberadaan Plasmodium falciparum perlu diketahui dengan jelas. Penilaian penyakit malaria di suatu daerah dapat dilakukan antara lain dengan survei malariometrik. Survei ini dapat menentukan prevalensi dan tingkat endemisitas malaria di daerah tersebut dengan mengukur angka limpa ("spleen rate") dan angka parasit ("parasite rate") (1,2). Angka limpa adalah persentase penduduk yang limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa (1,2,3). Pada suatu infeksi malaria, limpa akan membesar untuk beberapa minggu walaupun parasit tidak ditemukan lagi dalam darah tepi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawina Winita
"Latar Belakang
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang yang beriklim tropis. Lebih dari 40 % ( 2 milyar) penduduk dunia mempunyai risiko menderita penyakit malaria dan tiap tahun terdapat 1-2 juta orang meninggal karena penyakit malaria (Who,1993).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit malaria juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih tinggi, terutama di daerah luar Jawa dan Bali. Di Indonesia Bagian Timur, prevalensinya masih cukup tinggi yaitu lebih dari 5% pada tahun 1984-1989 (Arbani, 1991). Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit malaria di Indonesia, antara lain dengan pengendalian vektor malaria, pengobatan penderita dan perbaikan lingkungan (DepKes, 1991a).
Dalam program pengendalian vektor malaria, Cara yang umum dilakukan adalah penyemprotan rumah dengan insektisida (racun serangga) efek residu. Penyemprotan rumah dilakukan pada waktu-waktu tertentu oleh petugas penyemprot yang dikoordinasikan oleh pemerintah pusat (DepEes, 1991a). Di dalam aplikasinya di lapangan Cara ini membutuhkan peran berita yang aktif dari masyarakat karena penduduk harus mengizinkan petugas penyemprot rumah masuk ke dalam rumah mereka. Adanya keengganan penduduk untuk mengizinkan petugas penyemprot masuk ke dalam rumah mereka dapat merupakan penghambat bagi program ini. Hal lain yang dapat menjadi penghambat program penyemprotan rumah adalah adanya konstruksi rumah yang tidak cukup melindungi penghuninya dart gigitan nyamuk (DepKes,1991b). Oleh karena itu, diperlukan cara alternatif untuk penanggulangan vektor malaria, yang merupakan cara yang sederhana, mudah, efektif dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Penggunaan kelambu (mosquito bed nets) sebagai usaha perlindungan terhadap gigitan nyamuk dan serangga lainnya telah lama dilakukan oleh masyarakat karena kelambu dapat berperan sebagai sawar antara nyamuk atau serangga lainnya dengan manusia (Lindsay & Gibson,1988). Penelitian di Gambia (Forth & Boreham,1982) dan Papua New Guinea (Charlwood, 1986) menunjukkan bahwa penggunaan kelambu dapat menurunkan jumlah blood fed mosquitoes di dalam suatu ruangan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Astuty
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Berbagai faktor respon imun & seluler yang spesifik telah dipelajari sebagai dasar pengembangan vaksin malaria. Selain itu respon imun non spesifik akhir-akhir ini mulai banyak diteliti; salah satunya adalah nitrogen oksida (NO). Penelitian yang dilakukan di 2 daerah yang berbeda tingkat endemisitasnya memberi kadar NO labia tinggi di daerah hipo daripada hiperendemik. Penelitian lebih lanjut pada berbagai golongan umur di suatu daerah endemi diperlukan untuk mengetahui variasi kadar NO pada kelompok yang imunitasnya berbeda. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar NO pada berbagai golongan umur, serta hubungannya dengan parameter parasitemia dan splenomegali.
Hasil dan kesimpulan.: Sebanyak 150 serum penduduk desa Tipuka, Irian Jaya yang terdiri dari kelompok anak berumur 3 - 5 tahun (19 orang ), anak berumur 6 - 9 tahun 51 orang) dan kelompok dewasa z 15 tahun (80 orang) didalamkan pemeriksaan kadar NO, parasitemia dan splenomegali. Kadar NO diukur sesuai dengan metoda Rocket dkk. (1992) dengan uji Reactive nitrogen intermidiates (RNI). Hasil penelitian memperlihatkan kadar NO tertinggi ditemukan pada kelompok anak berusia 6 - 9 tahun dan berbeda bermakna dibandingkan kadar NO kelompok dewasa (p = 0.0001 ); tetapi tidak bermakna bila dibandingkan kadar NO kelompok anak 3 - 5 tahun (p = 0.0848 ). Pada anak umur 6 - 9 tahun kelompok tanpa parasitemia, kadar NO nya lebih tinggi daripada kelompok parasitemia (p = 0.0239 ); demikian juga dengan splenomegali, dimana kelompok tanpa splenomegali kadar NO lebih tinggi daripada kelompok dengan splenomegali. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar NO pada berbagai kelompok umur suatu populasi yang tinggal di daerah malaria dengan endemisitas tinggi. Pada kelompok umur 6 - 9 tahun yang kadar NO nya tertinggi ada kemungkinan bersifat protektif terhadap infeksi malaria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakarias Busiara
"Penyakit malaria di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama daerah-daerah di luar pulau Jawa dan Bali. Dari tahun ke tahun angka kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit malaria tidak mengalami perubahan, terbukti dari tahun 1984 - 1991, angka kasakitannya berkisar antara 28, 88 - 87,65-7, 65 persen (Profit Kesehatan.tahun 1992). Khususnya di Propinsi Irian Jaya, penyebab kematian dari 10 besar penyakit di Puskesmas malaria yang paling tinggi, yaitu: 18,94 persen (lihat tabel 1.1), dan di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura, sampel darah yang diambil untuk pemeriksaan malaria ternyata yang positif malaria, untuk umur 0 - 12 bulan: 60,00 persen dan umur 1 - 9 tahun: 61,54 persen.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria, pada Balita di lokasi transmigran arso VI Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura. Irian Jaya.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat berguna bagi pengelola program dalam upaya menentukan target sasaran intervensi penanganan kejadian malaria di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Argo Kabupaten Jayapura dan didaerah lain yang mempunyai permasalahan yang sama. Penelitian ini menggunakan pendekatan "Cross Sectional" dengan menggunakan data primer, yang diperoleh di lapangan. Unit analisa adalah: ibu dari balita 0 - 5 tahun, diambil satu anak yang. paling kecil dalam keluarga.
Hipotesis yang diajukan adalah: ? secara bersama-sama " ada hubungan antara variabel-variabel pengaruh (independen variabel) dengan variabel terpengaruh (dependen variabel). Analisa yang digunakan adalah: univariat, untuk melihat gambaran. frekwensi distribusi responden menurut berbagai karakteristiknya; dan analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel independen dengan dependen variabel. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, variabel- variabel independen yang mempunyai hubungan dengan kejadian. malaria (dependen variabel) adalah: variabel tingkat pendidikan responden, dengan nilai p = 0,0000 (p<0,05) dan Chi-Square = 24,5818 pada Df = 1; variabel pengetahuan responden tentang penyakit malaria dengan nilai p = 0,0545 (p <0,05) dan Chi-Square = 13,80 pada Df = 1; variabel perilaku pencegahan penyakit malaria dengan nilai p = 0,0000 (p <0, 05) dan Chi-Square = 24,58 pada Df = 1; dan variabel lingkungan perumahan dengan nilai p = 0,0003 (p < 0,05) dan Chi-Square= 13, 13 pada Df =1; variabel bentuk perumahan dengan nilai p = 0,003 dan Chi-Square = 8,18 pada Df = 1.
Dari hasil penelitian dengen menggunakan uji statistik Chi- Square, ternyata yang mempunyai hubungan dengan kejadian malariaadalah: variabel tingkat pendidikan responden yang masih rendah; variabel pengetahuan responden tentang penyakit malaria yang masih rendah; variabel perilaku pencegahan penyakit malaria yang buruk; variabel bentuk perumahan yang buruk dan variabel lingkungan yang buruk oleh sebab itu untuk menurunkan angka kejadian malaria di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura, yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut diatas, diperlukan adanya upaya-upaya sebagai berikut: Perlu diberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan ketrampilan melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat meningkatkan derajat kesehatan den tidak terlepas dari faktor pendukung lainnya yaitu; faktor sosial ekonomi yang perlu ditingkatkan pula.

The related factors with malaria for children under5years old in transmigration location Arso VI, Subdistrict of Arso, Regency of Jayapura in 1994.In Indonesia, malaria disease is still become a problem for public healthy, especially for the outside areas of Java-and Bali Island. From year to year, the number of sickness that consequences by malaria disease have never been change, it have prove from 1981 - 1991, Number 07 sickness revolve between28, 88 - 87, 65% (Health profile 19-92 ).
From Big ten diseases for the causes of death, in public Health centreespecially in province of Irian Jaya, it could be said that malaria get the highest rank, it is 18,94% ( see table 1 .1 ), and the blood sample for malariaanalysis s in transmigration location Arso VI, subdistrict of Arso, regency of Jaya Pura; positive evidencely for children 0 - 12 months old, is 60,00t and for 1 - 9 years old is . 61,541 purpose ofresearch isto get to know the reisting factors whit malaria occurrence, for children waders 5 years old in transmigration location Arso VI, subdistrict of Arso, regency of Jayapura, Irian Jaya. The advantage of researchcaved be given some beneficial to program processors in effort to determined main interventions target aims for malariaaccurance in transmigration location Arso VI, subditrict Arso, Regency of Jayapura, and for some other areas with the same set of problems.
This research is using primary datasquare with " Cross Sectional Approach ?.
Analysis Unit is: mother of the youngest children from 0 - 5 years old, in family.
Hypothesis that collective remanded have connection between independent variables and dependent variables.
And Analysis use urrivariat analysis means to description about respondent distribution frequency,according to all sort of their characteristics, and bivariat analysis that means to know if there have relationship between independent variables and dependent variables .
According to statistictest with chi-square test, have been know that independent variables which- have- relation with malaria occurance (dependent variables) are :
- Respondent educational-level variables with P value 0,0000 ( p < 0,05 ) and chi - square 24,5818 at Df = I;
- Respondent ability to know about malaria diseasevariable with P value 0,0545 ( P < 0.05 ) and chi-square 13, 80 at Df = I;
- Malaria disease prevention behavior variable with P value0,0000 ( P<0,05 ) and chi-square 24,58 at Df = 1 and housing environment variable with P value = 0, 0003 ( P<0,05 ) and chi-square = 13,13 at Df=1, Housingtype variable with P value = 0,003 and chi-square = 8,18 at Df =1
Based on resulting of research, with chi-square statistic test, therehave been know that some variable having connection with malaria occurance, and the mention variable are : Law range of respondent arilityto know about malaria disease variable, dilapidated malaria disease unproporsional housing type malaria and bad environmental variable.
So, if we want to reduce malaria occurance digit in transmigration location Arso- VI, subdistrict of Arso, Regency of Jayapura, which are causing by some factors as mention above; there. are stall required some efforts as following below : Give some elucidation and skill training through formal and informal education, especially in healthy service sector, until people can raise their selves healthy degrees, without apart from ether proponent factor, such as increasing of social-economy factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Raja Putra Klaudius
"Malaria menjadi masalah kesehatan global utama karena banyaknya kejadian resistensi obat, sedangkan ketersediaan obat yang efektif juga terbatas, sehingga mendasari pentingnya pengembangan obat antimalaria yang baru. Berbagai penelitian perancangan obat yang mentarget berbagai enzim terus dilakukan, terutama enzim Plasmodium falciparum Enoyl Acyl Carrier Protein Reductase (PfENR). Penapisan virtual sebagai salah satu metode pendekatan in silico telah digunakan pada pencarian senyawa penuntun dari basis data senyawa ataupun dari basis data bahan alam sebagai inhibitor PfENR. Pada penelitian ini dilakukan penapisan virtual basis data senyawa tanaman obat di Indonesia pada PfENR. Penapisan dilakukan dengan menggunakan piranti lunak AutoDock dan AutoDock Vina. Pada AutoDock Vina dilakukan validasi terlebih dahulu sedangkan pada AutoDock tidak dilakukan karena telah divalidasi oleh peneliti sebelumnya. Hasil validasi AutoDock Vina diperoleh grid box terbaik yaitu 80x80x80. Berdasarkan hasil penapisan diperoleh 10 peringkat senyawa terbaik dari tiap metode dan 5 senyawa irisan dari kedua metode yaitu jacoumaric acid, beta sitosterol glucoside (lyoniside), limacine, leucadenone B, dan yuehchukene.

Malaria is a major global public health problem. The alarming spread of its drug resistance and limited number of effective drugs available underline how important it is to discover new antimalarial drug. Various researches have been done to design drug targeting Plasmodium falciparum Enoyl Acyl Carrier Protein Reductase (PfENR) enzymes. Virtual screening as in silico approach has been used to find lead molecules from compound library or natural database as PfENR inhibitors. In this research, virtual screening of Indonesian herbal database was done to PfENR. Virtual screening was done using AutoDock and AutoDock Vina. AutoDock Vina was validated beforehand in order to obtain the best grid box while the virtual screening using AutoDock is not validated because it has been validated by previous researchers. Based on this research, the best grid box for AutoDock Vina is 80x80x80. Top ten ranked compounds were obtained for each method and five the same compound of the two methods that was jacoumaric acid, beta sitosterol glucoside (lyoniside), limacine, leucadenone B, and yuehchukene."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fahry
"Sejalan dengan semakin tingginya resistensi terhadap obat antimalaria dalam klinis, terdapat kebutuhan dilakukan pencarian senyawa-senyawa kimia yang berpotensi. Metode komputasi digunakan untuk membantu pencarian karena memiliki keunggulan seperti tidak banyak mengeluarkan biaya dan dapat dipercaya memprediksi afinitas ikatan ligan dengan target obat (protein). Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan senyawa analog triklosan dan senyawa herbal Indonesia yang berpotensi sebagai antimalaria. Analog triklosan dan beberapa senyawa basis data herbal Indonesia dihitung afinitas ikatannya dengan metode Molecular Mechanics Poisson-Blotzmann Surface Area (MM-PBSA) pada Plasmudium falciparum Enoyl Reductase(PfENR), dengan tiga titik variabel suhu 27oC, 37oC, dan 39oC. Didapatkan nilai energi bebas Gibbs (ΔG) pada analog triklosan enansiomer 1b -18,5009 kkal/mol suhu 37oC dan pada senyawa herbal spinasterol -31,3435 kkal/mol suhu 37oC dan limasin -24,9885 kkal/mol suhu 37oC. Dengan nilai energi bebas Gibbs tersebut menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki potensi sebagai antimalaria.

Keeping pace with emerging drug resistance in clinically important pathogens will be greatly aided by inexpensive yet reliable computational methods that predict the ligands binding affinities for drug targets. the aim of this study to obtain potention antimalaria from analogues triclosan compound and Indonesia herbal compound. Analogues triclosan and several compound from Indonesia herbal database form Indonesia be calculated with molecular mechanics Poisson-Boltzmann surface area (MM-PBSA) for the Plasmodium falciparum Enoyl Reductase (PfENR), at three point variable of temperature 27oC, 37oC, and 39oC. Obtained Gibbs free energy (ΔG) for analogues triclosan enansiomer 1b -18,5009 kkal/mol 37oC and for herbal compound spinasterole -31,3435 kkal/mol 37oC dan limacine -24,9885 kkal/mol 37oC. With that Gibbs free enrgy enansiomer 1a, spinasterole, and limacine shows that compound have potention as antimalaria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewita Nilasari
"Upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap malaria berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyebab dan penular malaria sehingga penyuluhan perlu diberikan dan dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan murid sekolah di Kecamatan Bayah mengenai penyebab dan penular malaria setelah mendapat penyuluhan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan data diperoleh dengan mewawancarai 106 murid yang dipilih secara random sampling pada tanggal 16-18 Oktober 2009.
Hasilnya menunjukkan murid yang berpengetahuan baik mengenai penyebab dan penular malaria sebanyak satu orang (0,9%), sedang 20 orang (18,9%), dan kurang 85 orang (80,2%). Kelompok usia < 12 tahun sebanyak 41,5% dan > 12 tahun sebanyak 58,5%. Jumlah murid perempuan (56,6%) lebih banyak daripada laki-laki, sebagian besar murid memiliki kegiatan sehari-hari berupa pengajian (46,2%), mendapatkan informasi dari 3 sumber (21,7%), dan sumber informasi paling berkesan adalah petugas kesehatan (57,5%). Mayoritas murid tidak memiliki riwayat menderita malaria (79,2%). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria dengan usia (p=0,796), jenis kelamin (p=534), kegiatan sehari-hari (p=0,487), jumlah sumber informasi (p=0,970), sumber informasi yang paling berkesan (p=1,000), dan riwayat menderita malaria (p=0,537). Disimpulkan tingkat pengetahuan murid mengenai penyebab dan penular malaria tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan semua karakteristik demografi mereka.

The measures taken to increase the vigilance to malaria are related to the community's level of knowledge regarding the causes and transmitters of malaria. Therefore, a health education and its evaluation is necessary. The purpose of this study to acquire the knowledge level of students in Bayah District regarding the causes and transmitters of malaria after a health education was given. We conducted a cross sectional by interviewing 106 students through random sampling October 16-18, 2009.
The results showed that the number of students with good, fair, and poor level of knowledge were 1 (0.9%) , 20 (18.9%) and 85 (80.2%) students, respectively. We included students with < 12 age group (41.5%) and >12 years old (58.5%). There were more female students (56.5%) than male students, and most students attend religious class daily (46.2%), received information from 3 sources (21.7%), and chose the information from health care provider (57.5%) as the most impressive information source. The majority of the students have never had malaria (79.2%). Kolmogorov-Smirnov test did not show statistically significant difference between the level of knowledge with age (p=0.796), sex (p=0,534), daily activity (p=0,487), the number of information sources (p=0,970), the most impressive source of information (p=1,000), and history of malaria (p=0,537). We concluded that the students had poor knowledge level regarding the causes and transmitters of malaria and their level of knowledge was not associated with all of their demographic characteristics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Ardi Nugraha
"Malaria adalah suatu penyakit yang umum dan mematikan di banyak negara yang beriklim tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Masyarakat perlu diberi peran serta lebih dalam pemberantasan malaria, terutama pencegahan. Untuk meningkatkan efektivitas pencegahan terhadap malaria, masyarakat perlu mengetahui penyebab dan penular pada malaria, salah satunya lewat penyuluhan. Penelitian dilakukan padaadalah warga Desa Ciwaru, Kecamatan Bayah Timur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan desain crosssectional. Data diambil 16-18 Oktober 2009 dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner.
Hasilnya menunjukkan responden perempuan sebanyak 88 orang (83%) dan laki-laki 18 orang (17%), usia <34 tahun 75,5% dan >34 tahun 24,5 %. Tingkat pengetahuan warga tidak ada yang yang tergolong baik (0%), cukup 1 orang (0,94%), dan kurang 105 orang (99,05%). Umumnya warga mendapat informasi dari satu sumber (79,2%) dan sumber informasi paling berkesan adalah media elektronik (52,8%). Pada uji Kolmogorov-Smirnov tidak ada perbedaan bermakna (p> 0,05) antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, kelompok usia dan status pekerjaan. Disimpulkan tingkat pengetahuan warga mengenai penyebab dan penular malaria tidak berhubungan dengan usia dan jumlah sumber informasi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sumber informasi paling berkesan, dan status pekerjaan.

Malaria is a common and deadly disease in many tropical and subtropical climates, especially in Indonesia. The public needs to be given more participation in the eradication of Malaria, especially by prevention means. To improve the effectiveness of prevention against malaria, the public needs to know the transmission and cause of Malaria. One of way is through counseling. The study itself was conducted on the villagers of Ciwaru, East Bayah District, Lebak, Banten Province with cross-sectional design. Data was taken from 16 to 18 October 2009 by interviewing respondents using questionnaire charts.
The result shows that there were 88 female respondents (83%) and 18 men (17%), with age range of <34 years (75.5%) and >34 years (24.5%). Knowledge level of the citizens belongs to zero (0%). Only one person (0.94%) had enough knowledge, and 105 people had poor knowledge (99.05%). Generally, people acquire information from only one source (79.2%) and the most remembered source of information is the electronic media (52.8%). On Kolmogorov-Smirnoff test, no significant difference (p>0.05) happened between the level of knowledge by gender, education level, number of information sources, and occupation. Inferred level of citizen knowledge about malaria aid has no relation to age and numbers of information sources, gender, education level, most memorable sources of information and occupation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Randiana
"Indonesia sebagai salah satu negara yang masih tinggi angka kesakitan malaria tahun 2007 sekitar 311 libu kasus, dan ditargetkan turun hingga 5 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan program pembelantasan malaria, termasuk penggunaan kelambu yang ditempat lain terbukti dapat menurunkan resiko malaria. Sampai dengan tahun 2007 angka kesakitan malaria di Kabupaten Aceh Jaya masih tinggi. Untuk itu perlu dilihat melihat bagaimana hubungan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Penelitian ini adalah penelitian observasional kasus kontrol yang dilakukan dengan cara wawancara tersuuktur. Responden adalah penduduk dad desa yang terpilih dalam kegiatan mass blood survey. Penduduk dengan hasil pemeriksaan posififdimasukkan sebagai kelompok kasus (97 orang), sedangkan penduduk dengan hasil pemeriksaan negatif dipilih secara random dan dimasukkan kedalam kelompok kontrol (194 orang). Analisis dilakukan secara multivaliat dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian mencmukan bahwa risiko malaria jika tidak menggunakan kclambu sebesar 2,11 (95% CI 0,91 - 4,93), OR kelambu dan anti nyamuk 11,9 (95% CI 2,29 - 62,0). Artinya mereka yang tidak menggunakan kclambu bcrisiko malaria sebesar 2,1 kali dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kelambu, dan risiko malaria tersebut meningkat menjadi 11,9 kali jika tidak menggunakan anti nyamuk. Diketahui dari kelompok kasus 81,4% tidak menggunakan kelambu dan pada kelompok kontrol 38,I% tidak menggunakan kelambu. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang tidak menggunakan kelambu meskipun telah mendapatkan pembagian kelambu. oleh karena im Perlu meningkatkan penyuiuhan dan pcnyebaran infommasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan kelambu dan juga anti nyamuk baik itu anti nyamuk bakar, oles maupun semprot, dengan rnelibatkan secara aktif para tokoh masyarakat dan kader untuk menyampaikan informasi tenaang penyakit malaria secara benar dan dapat memberikan contoh yang baik sehingga tidak lagi menganggap remeh terhadap penyakit malaria.

Indonesia is one of the countries with high malaria incidence rate. In 2007, the incidence rate was 311000 cases and it is targetted to be decreased to 5 per 1000 resident in 2010. Many factors that influenced the success of malaria elimination program, including mosquiuto net utilization which has been proved to decrease malaria risk. Until 2007, the malaria morbidity rate in Aceh Jaya District was still high. Therefor, it is needed to examine the relationship of mosquito net utilization with incidence of malaria and factors contributed to it.
This was case control observational research conducted by sructured interview. Respondent were residents from selected villages in Mass Blood Survey. Residents with positive test result were included in case group (97 respondents) whereas those with negative test result were included in control group (194 respondents).
The results revealed that when mosquito net was not used, the risk of malaria was 2.11 (95% CI 0.91 - 493), OR of mosquito net and mosquito repellent was 11.9 (95% CI 2.29-620), meaning that those who did not use mosquito net had a risk to have malaria as 2.2 times compare to those who used mosquito net, and the risk was increased to 16.6 times when mosquito repellent was not used. The result showed that 81.4% of case group did not use the mosquito net whereas those in control group was 38.1% This suggested that many residents still.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>