Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157912 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harum Sasanti
"Telah diteliti secara klinis dan laboratoris terhadap 22 orang pasien penderita SAR dengan tujuan untuk mengetahui riwayat klinisnya dan kadar zinc dalam darah pasien pasien tersebut.
Hasilnya:
Dari 22 orang yang diteliti, terdapat 16 orang laki laki usia antara 16 - 77 tahun dan 6 orang wanita antara usia 19-34 tahun. Yang termasuk SAR minor 18 orang, SAR mayor 3 orang, dan SAR tipe herpes 1 orang. Berdasarkan jumlah lesi yang timbul pada satu saat serangan, 59,90% dengan lesi kurang dari 5, dan 40,10% dengan lesi lebih dari 5. Frekwensi kekembuhan dalam 1 bulan sekali 4 orang, sebulan 2 kali, 10 orang, sebulan 3 kali 2 orang, dan lebih dari 3 kali sebulan ada 6 orang.
Lamanya kesembuhan lesi berkisar dari 3 hari sampai lebih dari 14 hari. Tetapi yang terbanyak, lebih dari 7 hari.Yang kemungkinan ada hubungannya dengan faktor keturunan ada 7 orang, berdasarkan anamnesa adanya anggota keluarga lainnya yang juga sering mengalami SAR.Lamanya SAR berlangsung berkisar antara 3 hari sampai lebih dari 2 minggu.Pada umumnya antara 7-10 hari. Hasil pemeriksaan kadar Zinc dalam darah, yang terendah adalah 0,karena terlalu rendah sehingga tidak terdeteksi oleh cara AAS.Yang tertinggi adalah 9,4000 ppm. Terdapat 18 orang (82 %) yang kadar zinc dalam darahnya dibawah normal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Risqa Rina Darwita
"The dynamic of Zinc (Zn) concentration was determined in saliva and blood serum related to periodontal treatment need of student Faculty of Dentistry. The Zn concentration was determined by using atomic absorption spectrometer, and questionnaire was used to measure stress condition and CPITN index was examined by using the standard hand instruments and WHO probe. Almost of concentration of Zn in saliva and blood serum were decrease significantly (p<0,001 & p<0.0S)) in stress condition. While CPITN index was increase significantly in stress condition (p<0.000I). These results suggest that Zn is linked to oral saliva ecosystem under physiological stimuli, and than Zn accumulates in the salivary gland during saliva enzyme activities. This condition supported the occur of periodontal disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Juliani Kusumaputra Isbandiono
"ABSTRAK
Kasus trauma oro-maksilofasial cukup banyak yang ditangani Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Umum Tangerang. Namun masih diperlukan data tentang frekwensi, distribusi jenis kelamin, umur penderita yang mengalami trauma tersebut, jenis trauma, lokasi fraktur yang sering, penatalaksanaannya, dan hasil terapinya.
Dalam penelitian yang dilakukan selama 12 bulan ini yaitu sejak 1 oktober 1992 sainpai dengan 30 September 1993 diperoleh angka penderita trauma oro-maksilofasial di Rumah Sakit Umum Tangerang sebanyak 108 orang. Dari penelitian ini terungkap bahwa penderita terbanyak adalah laki-laki, kelompok umur yang terbanyak mengalami trauma ini adalah 21-30 tahun, sedangkan jenis trauma yang terbanyak adalah campuran jaringan lunak dan keras, serta lokasi fraktur yang paling sering adalah di daerah sepertiga tengah muka.
Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa kecelakaan lalu lintas paling banyak menyebabkan trauma oro-maksilofasial. Dan korban tersebut ternyata lebih banyak dialami oleh laki-laki. Kelompok umur yang paling banyak mengalami trauma oro-maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas adalah 21-30 tahun, sedangkan lokasi fraktur di regio oro-maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi di daerah sepertiga tengah muka.
Pada pengamatan terlihat terapi yang dilakukan pada penderita bervariasi mulai dari pemberian obat-obatan saja, penjahitan luka, pencabutan gigi, alveolektomi, serta reposisi dan fiksasi. Kemudian dilakukan evaluasi dari terapi yang berupa tindakan. Hasilnya 69% dari penderita yang mengalami trauma jaringan lunak dan mendapat tindakan penjahitan dinyatakan sembuh. Sementara itu 64.6% penderita yang mengalami fraktur dan mendapat tindakan fiksasi dinyatakan sembuh. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Raya Fani
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Karies merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dalam rongga mulut Proses karies diawali dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak merupakan lapisan yang mengandung sel-sel kuman dan bahan-bahan organik yang melekat pada gigi. S. mutans serotipe c merupakan kuman asidogenik yang paling dominan dalam plak dan tahan terhadap lingkungan asam. Kuman ini mensintesis polisakarida (glukan) ekstraseluler yang tidak larut dalam air dan bersifat lengket sehingga dapat membentuk agregrat antar kuman. Pembentukan glukan dikatalisis oleh enzim glukosiltransferase (GTF) yang menggunakan sukrosa sebagai substrat. Selanjutnya kuman-kuman dalam plak menghasilkan asam dari metabolisme karbohidrat makanan yang menyebabkan terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi. GTF diisolasi dari S. mutans serotipe c INA99 untuk menghambat terjadinya karies gigi pada tikus coba. Namun sifat-sifat biokimia GTF dari kuman ini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mempelajari sifat-sifat GTF dari S. mutans serotipe c 1NA99. GTF diisolasi dari biakan cair S. mutans dalam Brain Heart Infusion Yeast (BHIY). Tahap isolasi selanjutnya menggunakan teknik salting out dan kromatografi afinitas sefarosadekstran T10. Karakterisasi dilakukan dengan menguji aktivitas GTF pada berbagai pH lingkungan, suhu inkubasi, waktu dan suhu penyimpanan.
Hasil dan Kesimpulan:
Pemisahan GTF dari protein lain dengan teknik kromatografi afinitas menghasilkan 1 puncak. Pada pengujian aktivitas GTF diketahui bahwa pH 7 merupakan pH inkubasi optimum dan suhu 37°C merupakan suhu inkubasi optimum. Pengujian aktivitas GTF setelah penyimpanan selama 3 minggu pada suhu -20°C memperlihatkan aktivitas paling tinggi dibandingkan penyimpanan pada suhu 0-4°C dan 25°C. Dari elektroforesis SDSPAGE 10% diperkirakan berat molekul GTF yang berasal dari kuman S. mutans serotipe c INA 99 adalah 98,71kD."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gimawati Muljono
"ABSTRAK
Gangguan sendi temporo-mandibula merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang akhir-akhir ini menarik banyak perhatian, namun masih belum banyak yang benar-benar memahaminya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa oklusi sangat berperan dalam proses terjadinya masalah tersebut, walaupun belum dapat dikatakan secara pasti bahwa maloklusi merupakan penyebab utamanya.
Kesulitan yang sering dihadapi dalam menanggulangi gangguan sendi temporo-mandibula adalah banyaknya gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga pemeriksaan klinis saja belum cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan radiografik dapat merupakan sarana bantu untuk mencari informasi mengenai perubahan struktural pada komponen sendi temporo-mandibula. Di Indonesia masalah gangguan sendi temporo-mandibula masih belum banyak diungkapkan, khususnya bagaimana kaitannya dengan oklusi. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan posisi kondilus antara oklusi gigi yang secara klinis tampak normal dan yang habitual dilihat secara radiografis. Dari penelitian ini diharapkan dapat terungkap kemungkinan pemanfaatan pemeriksaan radiografis sebagai sarana bantu dalam menegakkan diagnosis gangguan sendi temporo-mandibula.
Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada 46 orang mahasiswa yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pemetaan foto rontgen sendi temporo-mandibula yang dibuat dengan proyeksi transkranio lateral oblik superior dianalisis dengan metode pengukuran kuantitatif linier menurut Pullinger. Hasil pengukuran pada pemetaan foto menunjukkan bahwa mahasiswa yang oklusinya secara klinis normal, posisi kondilusnya tidak selalu normal. Demikian pula hasil pengukuran pemetaan foto pada mahasiswa yang oklusinya secara klinis habitual. secara statistik tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa oklusi yang secara klinis normal, belum menjamin posisi kondilusnya normal. Karena itu pemeriksaan klinis perlu ditunjang oleh pemeriksaan radiografis terutama bila telah ada keluhan atau gejala yang mengarah kepada gangguan sendi temporo-mandibula."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nur Cahyo
"Latar Belakang: Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi atau berkembang di lokasi fungsional yang tepat. Molar ketiga yang impaksi diklasifikasikan menurut: Klasifikasi Winter dan Pell & Gregory. Klasifikasi musim dingin menjelaskan hubungan angulasi, sedangkan klasifikasi Pell & Gregory menjelaskan hubungan ramus dan kedalaman impaksi. Molar ketiga rahang bawah impaksi yang tumbuh tidak normal sehingga mengakibatkan kondisi patologis, salah satunya yang lainnya adalah karies distal pada gigi tetangga, molar kedua. Tujuan: Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi karies distal pada gigi molar dua rahang bawah akibat gigi geraham ketiga yang impaksi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2015-2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif. Subjek Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis Pasien RS Khusus Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2015-2018. Kesimpulan: Distribusi dan frekuensi pasien pasien bedah mulut dan odontektomi di Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada kunjungan pasien bedah mulut tertinggi yaitu pada tahun 2018 sebanyak 3290 pasien (31%), dan kunjungan pasien odontektomi tertinggi terjadi pada tahun 2018
sebanyak 859 pasien (36%), kasus yang ditemukan dalam penelitian ini, lebih menemukan pasien tanpa karies distal molar kedua mandibula
Universitas Indonesia iv sebanyak 181 kasus (66%) dibandingkan dengan yang karies, elemen gigi yang Paling sering ditemukan pada karies distal molar ketiga mandibula, yaitu pada gigi 37 sebanyak 60 kasus (57%), prevalensi tertinggi pada kedalaman karies distal molar kedua bawah terletak di dentin pada 63 kasus (59%), dan karies distal geraham bawah adalah umum

Background: Impacted teeth are teeth that fail to erupt or develop in the proper functional location. Impacted third molars are classified according to: Winter and Pell & Gregory classification. The winter classification describes the angulation relationship, while the Pell & Gregory classification describes the ramus relationship and impaction depth. The impacted mandibular third molar that grew abnormally resulted in pathological conditions, one of which was distal caries on the neighboring tooth, the second molar. Objective: To determine the distribution and frequency of distal caries in mandibular second molars due to impacted third molars at the Dental and Oral Special Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia for the period 2015-2018. Methods: This study is a retrospective descriptive study. The subject of this study used secondary data obtained from the medical records of patients at the Special Dental and Oral Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia for the period 2015-2018. Conclusion: The distribution and frequency of oral surgery and odontectomy patients at the Faculty of Dentistry and Oral Dentistry at the University of Indonesia has increased every year, the highest oral surgery patient visits were in 2018 as many as 3290 patients (31%), and the highest odontectomy patient visits happened in 2018
as many as 859 patients (36%), the cases found in this study, found more patients without caries distal to the mandibular second molar
University of Indonesia iv as many as 181 cases (66%) compared to those with caries, the most common dental element found in caries distal to the mandibular third molar, namely in tooth 37 as many as 60 cases (57%), the highest prevalence in the distal caries depth of the lower second molar is located in dentin in 63 cases (59%), and distal mandibular caries was common
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentsia Hanum Nugroho
"ABSTRAK
Latar Belakang: rasio mahkota-akar gigi adalah merupakan kondisi gigi yang penting dalam penentuan prognosis dan rencana perawatan kedokteran gigi. Belum ada data mengenai nilai ini pada populasi di Indonesia. Tujuan: mengetahui nilai rerata rasio mahkota-akar gigi insisif, premolar, dan molar permanen pada pasien laki-laki dan perempuan di RSKGM FKG UI rentang usia 15-25 tahun. Metode: panjang akar dan tinggi mahkota diukur menggunakan modifikasi metode Lind pada 196 radiograf panoramik digital. Uji realibilitas menggunakan uji technical error of measurement. Uji hipotesis menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney U. Hasil: nilai rerata mahkota-akar gigi terbesar pada kedua jenis kelamin dijumpai pada premolar dua rahang bawah laki-laki 1:2,12, perempuan 1:2,10 dan yang terkecil pada gigi molar satu rahang atas laki-laki 1:1,50, perempuan 1:1,44 . Rasio gigi rahang bawah lebih besar dibandingkan gigi rahang atas. Tidak ditemukan perbedaan rasio bermakna antara laki-laki dan perempuan p.

ABSTRACT
Background tooth crown root ratio is one of the most important condition in determining prognosis and treatment planning in dentistry. There are no data of this value in Indonesia. Purpose to obtain the average crown root ratio value on insisive, premolar, and molar permanent teeth of male and female aged 15 25 in RSKGM FKG UI. Method root length and crown height of teeth were measured by modified Lind method on 196 digital panoramic radiographs. Reliability test was assessed by technical error of measurement test. Independent t test and Mann Whitney U test was applied to test the hipotesis. Results the highest mean crown root ratio in both arches and sex was found in mandibular second premolar male 1 2,12, female 1 2,10 and the lowest in maxillary first molar male 1 1,50, female 1 1,44 . Ratio is higher in mandibule than in maxilla. There are no significant different in ratio between male and female p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widyastuti
"Penyakit gigi dan mulut yang menjadi masalah kesehatan masyarakat pada umumnya adalah penyakit/kelainan pada jaringan penyangga gigi (periodontal diseases) dan karies gigi. Kedua penyakit tersebut menimbulkan gangguan fungsi kunyah yang menyebabkan terganggunya penyerapan dan pencernaan makanan, selain itu juga gigi gangren (busuk) merupakan fokal infeksi yang menimbulkan penyakit pada organ tubuh lainnya. Proporsi karies pada anak sekolah di Kabupaten Bandung yaitu 56,78%. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies aktif pada anak usia 3-5 tahun yang tercatat di posyandu wilayah kerja puskesmas mohamad Ramdan di Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei di Wilayah Kerja Puskesmas Mohammad Ramdan Kota Bandung Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 289 orang, pengambilan sampel dilakukan dengan cara Systematic Random Sampling . Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda.
Dari hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat kebersihan mulut yang buruk berisiko 2 kali untuk mempunyai tingkat karies tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebersihan mulut yang baik (95% CI : 1,20 - 3,33), responden yang mempunyai kebiasaan minum susu dalam botol menjelang tidur mempunyai risiko 1,74 kali untuk mempunyai tingkat karies tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai kebiasaan minum susu botol menjelang tidur (95% CI : 1,05 - 2,88), responden yang tidak mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur mempunyai risiko 2,29 kali untuk mempunyai tingkat karies tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi setiap 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur (95% CI : 1,35 - 3,88). Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi pada anak adalah perlu diadakannya program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) ditingkat pendidikan taman kanak-kanak agar pencegahan penyakit gigi dan mulut dapat dilakukan sedini mungkin.

Teeth and mouth disease became a public health problem in general is a disease / disorder in the network buffer teeth (periodontal diseases) and dental caries. Both these diseases cause disturbances that can affect chewing function of the absorption and digestion of food, while also dental gangrene (decay) is the focal infections that cause disease in other organs. The proportion of caries in school children in Bandung Regency is 56.78%. The purpose of this study was to determine the factors associated with active caries incidence in children aged 3-5 years was recorded in the working area of the neighborhood health center clinic in Bandung Mohamad Ramdan. The experiment was conducted from February to May in the Working Area Health Center Mohammad Ramdan city of Bandung in 2010. This study uses cross sectional design. The number of samples in this study as many as 289 people, sampling was done by Systematic Random Sampling. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate and multivariate analysis using multiple logistic regression.
From the results of multivariate analysis showed that respondents who had poor oral hygiene level of risk for two times to have a high level of caries compared with respondents who have good oral hygiene (95% CI: 1.20 to 3.33), respondents who have the habit of drinking milk in a bottle at bedtime had a risk 1.74 times to have a high level of caries compared with respondents who do not have the habit of drinking milk bottle at bedtime (95% CI: 1.05 to 2.88), respondents who did not have a habit of brushing teeth every 30 minutes after breakfast and before bed have 2.29 times the risk for having high levels of caries compared with respondents who have the habit of brushing teeth every 30 minutes after breakfast and before bed (95% CI: 1.35 to 3, 88). Efforts to prevent the occurrence of dental caries in children is necessary holding UKGS programs (Health Enterprises Dental School) education level, kindergarten to dental and oral disease prevention can be done as early as possible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T21795
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudjojono
"ABSTRAK
Kasus kista radikular cukup banyak yang ditangani di Poliklinik Bedah Mulut RSCM. Namun masih diperlukan data tentang frekuensi distribusi jenis kelamin, umur, keluhan, riwayat penyakit, deformitas muka yang diakibatkan, elemen dan keadaan gigi yang berperan dengan terjadinya kista radikular itu sendiri, lokasinya di rahang, dan terapi yang dilakukan.
Dalam penelitian dari 37 kasus kista radikular ini terungkap bahwa jumlah penderita laki-laki dan wanita relatif sama, dan umur terbanyak pada dekade tiga atau sekitar umur 20-29 tahun. Deformitas muka terbanyak juga pada dekade tiga. Keluhan terbanyak adalah adanya pembengkakan di dalam mulut. Riwayat penyakit terbanyak adalah terdapatnya pembengkakan yang makin lama semakin besar. Di sini juga ditemukan adanya kista residual. Lokasi di rahang terbanyak pada regio mandibula posterior dan maksila anterior. Dan elemen gigi yang paling banyak berperan dengan terjadinya kista radikular adalah gigi molar satu dan incisive satu, dengan keadaan karies mencapai pulpa dan gigi-gigi radik. Terapi yang disukai operator umumnya adalah enukleasi dengan tidak menutup kemungkinan mempertahankan elemen gigi-gigi yang berperan dengan terjadinya kista radikular. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ny. Lies Zubardiah B. Sunaryo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya tambalan amalgam mengemper di daerah proksimal {TAMP) gigi posterior dan hubungannya dengan keradangan jaringan periodonsium pada 57 pasien berusia antara 15 sampai 55 tahun dengan umur tambalan minimal 0.5 tahun. Kerusakan jaringan periodonsium diukur dengan melihat luasnya kerusakan tulang alveolar pada gigi dengan TAMP. Luas kerusakan tulang alveolar pada TAMP diukur melalui foto ronsen, yaitu jarak dari batas semen-email (Cementoenamel junction) ke dasar kerusakan tulang alveolar pada TAMP, dikurangi jarak dari batas semen-email ke puncak tulang alveolar pada sisi kontrol.
Hasil yang diperoleh dari 279 tambalan yang diperiksa adalah 104 tambalan ditemukan mengemper (68.1 %), dan 22 tambalan tidak mengemper. Kerusakan tulang alveolar yang terjadi sebanyak 92{88.5 %). Jumlah tambalan amalgam di daerah proksimal gigi posterior 126 buah dan jumlah tambalan amalgam di permukaan lainnya (oklusal dan bukal) 124 buah. Umur TAMP dan ukuran TAMP arah horisontal mempunyai korelasi dengan besar kerusakan tulang alveolar (R = 0.25414), walaupun korelasi ini lemah namun cukup bermakna (Signifikansi F = 0.0343).
Tambalan amalgam mengemper proksimal memudahkan terjadinya penumpukan plak yang dapat mendorong terjadinya keradangan jaringan periodonsium dan kerusakan pada tulang alveolar."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>