Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasan Djafar
"Berbeda dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat `miskin` akan peninggalan masa lalu berupa candi. Namur, citra itu mulai berubah selelah ditemukannya sejumlah bukit kecil (unur) oleh Tim Arkeologi Universitas Indonesia tahun 1984 di daerah Batujaya, Karawang. Mulai saat itu, penelitian percandian di situs Batujaya ini dilakukan secara bertahap. Saat ini baru diteliti 12 situs dari 24 situs yang telah di survei.Namun demikian, belum diperoleh kejelasan tentang gaya arsitektur, kronologi dan sistem pcrcandiannya. Hal lain yang memaksa untuk melakukan penelitian di percandian di daerah Batujaya ini adalah pertimbangan lokasi berupa sawah sehingga mengancam keleslarian bangunan candi akibal genangan dan resapan air. Di samping itu, aktivitas sehari-hari penduduk dalam mengerjakan sawah dengan cara mencangkul dan memperluas petak sawah dapat merusak dan menghabisi unur yang di dalamnya terpendam candi.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan lemuan baru tenlang kebudayaan dan masyarakat masa lalu, khususnya percandian di Jawa Barat Secara khusus yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah (I) rekonstruksi bentuk bangunan candi, arsitektur, ornamental dan latar keagamaan, (2) Kronologi bangunan candi, dan (3) sistem percandian di sites Batujaya.
Penelitian ini mcrupakan kegiatan arkeologi lapangan (field archaeology) yang penekanannya pada kegiatan penggalian (excavation). Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan metode survei dan ekskavasi, dengan fokus untuk mengetahui data fisik bangunan dan lingkungannya. Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis bahan, bangunan dan kontekstual untuk mengetahui teknik dan fungal bangunan candi. Sedangkan pada pengolahan data dilakukan analogi sejarah (historical analogy) dan data lapangan (site comparative) dalam rangka penyusunan scjarah kebudayaan.
Hasil penelitian yang telah dicapai pada tahun kedua ini sasungguhnya masih perlu diteliti lagi secara intensif. Bangunan candi yang ditemukan semuanya terbuat dari bata. Umumnya bangunan candi yang ditemukan hanya tinggal bagian kaki atau bagian dasar bangunan Struktur bata bagian atas umumnya sudah rusak dan tidak beraturan lagi. Situs-situs yang diteliti intensif dalam penelitian ini adalah SEG I, SEG II-A, SEG H -B, SEG III-A, SEG IV, SEG V, SEG IX, TLJ I-A, TLJ I-B, TLJ I-C, TIJ V, DAN TLJ VIII
Adapun kesimpulan sementara yang dapat diberikan adalah:
a. Masing-masing bangunan candi.memiliki gaya arsitektur yang beraneka ragam
b. Bangunan candi tersebut memiliki latar agama Buddha
c. Kronologi absolut pereandian Batujaya belum diketahui karena sampel untuk uji laboratorium masih kurang dari memadai. Namun demikian, secara relatif diduga berasal dari dua tahap yaitu tahap pertama abad V--VII M (Tarumanagara), dan tahap kedua abad V11-X M (pengaruh Kerajaarl Sriwijay-a)
d. Sistem pencandian, dalam hal ini sistem peribadatan agama Buddha, baru terbatas pada 11 situs yang diteliti."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Percandian di situs Batujaya relatif baru ditemukan, yaitu pada tahun 1985. Karena temuan yang relatif baru, maka kajian tentang percandian di situs Batujaya inipun belum banyak dilakukan, apalagi yang berkaitan dengan lingkungan fisik dikaitkan dengan peninggalan berupa bangunan candinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa situs Batujaya berada pada dataran aluvial yang subur dan banyak mengandung air tawar. Walaupun demikian, situs ini sering pula terjadi banjir. Untuk mengatasi ini dilakukan upaya untuk meninggikan dasar bangunan, mengurung sekitar bangunan dan melapisi bangunan dengan lepa. Mengingat masih sangat sedikitnya data yang terungkap, maka dalam panelitian ini masih dirasakan kekurangan dan kelemahan. Mudah-mudahan di masa mendatang penelitian di sini akan lebih intensif lagi, sehingga akan menjadi lebih jelas lagi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Efendi
"Tesis ini mengkaji Pengembangan Museum Situs Batujaya yang sesuai dengan museologi baru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang memfokuskan pada kondisi Situs Batujaya. Analisisnya difokuskan pada komunikasi museum situs dengan menggunakan teore edukasi. Selanjutnya dibahas mengenai pengembangan pengelolaan koleksi dan struktur organisasi. Desain arsitektur juga menjadi pembahasan yang penting sebagai pendukung pengembangan Museum Situs Batujaya. Konsep dan desain edukasi diwujudkan dalam bentuk pameran dan program publik. Tema pameran mengenai ?Situs Batujaya sebagai satu-satunya percandian tertua di Jawa? menjadi bagian penting sebagai dasar dalam pembuatan alur cerita dan tata pamer. Tata pamer dibuat dengan teore edukasi konstruktivis dengan pendekatan lingkungan. Selain itu, cara belajar informal free-choice learning juga menjadi pilihan yang dapat dilakukan dalam pengembangan Museum Situs Batujaya.

This thesis reviewing the development of the Site Museum of Batujaya in accordance with the new museology. Using descriptive qualitative method focusing on the condition of Archaeological Site of Batujaya, the analysis focused on the communications museum site by using the theory of education. Further discussion regarding the development of collection management and organizational structure, and the architectural design also became an important discussion to support the development of Batujaya Site Museum. The educational concept and design to be done by the "Museum Site of Batujaya" embodied in the form of exhibitions and public programs. "Batujaya Site as the oldest temple in Java" as the exhibition theme played an important role as a basic plot in the making of storyline and exhibition design, which created on the base of the constructivist educational theory in accordance with environmental approach. Furthermore, free-choice informal learning method is also an option in the development of Batujaya Site Museum.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djafar
Jakarta: Kiblat Buku Utama, 2010
930.1 HAS k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Yohan Berntwen
"Penelitian ini mengkaji bentuk arsitektur Percandian Ngempon dan hubungannya dengan penataan candi terhadap upaya penentuan kronologi Percandian Ngempon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur Percandian Ngempon secara lengkap dan dapat menempatkan kronologi Percandian Ngempon. Melalui deskripsi dan perbandingan, penelitian ini memaparkan hasil mengenai arsitektur Percandian Ngempon serta hubungan dengan kronologi Percandian Ngempon. Hasil pemaparan arsitektur Percandian Ngempon juga menunjukan kronologi Percandian Ngempon yang kira-kira dibangun antara tahun 740-760 M.

This study examines the form of Ngempon Temple compound architecture and its relation to the arrangement of the temple in the effort to determined the chronology of Ngempon Temple compound. The purpose of this research is to figure out the complete form of Ngempon Temple architecture completely and can determine Ngempon Temple compound chronology. Based on a description and comparison, this research describes the result of Ngempon Temple compound architecture and its relation to chronology of Ngempon Temple compound. The explanation of Ngempon Temple compound architectural exposure will also show the Ngempon Temple compound chronology that was roughly built between 740 760 AD."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Teguh Prasetyo
"Skripsi ini membahas situs-situs dan lingkungan di sekitarnya yang terletak di daerah Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini yang diperhatikan adalah lingkungan alam di sekitar situs-situs tersebut, meliputi keadaan topografi, lapisan geologi, sumber air tawar, dan pola aliran sungai. Penelitian ini menggunakan beberapa sumber data, yaitu beberapa jenis peta topografi (tahun 1910, 1945, dan 1965), peta geologi kuarter yang diterbitkan tahun 1983 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, dan sebuah foto udara dari Bakosurtanal yang dibuat pada tahun 1981. Selain itu tentu saja data hasil penggalian tahun 1985 dan 1986. Meskipun situs-situs arkeologi Batujaya secara geografis terletak dekat dengan Rota Jakarta, ternyata telah sekian lama luput dari perhatian para ahli arkeologi. Baru pada tahun 1934 situs-situs tersebut disurvei oleh Jurusan Arkeologi yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeo logi Nasional Jakarta.
Dari hasil survei tersebut pada tahun 1985 dan 1986 diadakan penggalian di salah satu situs, yaitu di situs SEG I. Hasil penggalian tahun 1985 dan 1986 adalah dite-mukannya sebuah sisa bangunan yang terbuat dari bata, berukuran 19 x 19 meter dan tinggi bangunan yang tersisa 4,7 meter. Orientasi bangunan tersebut tenggara - barat laut. Dari hasil survei tahun 1986 diketahui bahvra sebagian dari situs-situs tersebut berorientasi tenggara - barat laut. Peta keletakan situs dibuat dengan menggunakan foto udara. Dengan teknik tumpang susun antara sebaran situs dengan peta geologi, Data topografi, Data zone air tawar, rekonstruksi Kali Asin, maka dapat diketahui keletakan situs-situs tersebut secara akurat.
Hasil nenelitian ini memberikan informasi bahwa keletakan situs-situs arkeologi Batujaya berada di daerah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, situs berada di daerah yang banyak sumber air tawarnya, dan berada pada lapisan geologi yang stabil. Situs-situs Batujaya juga mengikuti pola memanjang tenggara - barat laut sesuai de_ngan aliran Sungai Citarum yang mengalir di sebelah Selatan situs-situs tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djafar
"Disertasi ini pada dasarnya merupakan hasil penelitian terpadu dalam bidang arkeologi, yang bertujuan untuk merekonstruksikan sejarah kebudayaan daerah panlai utara Jawa Barat, berdasarkan peninggalan arkeologi yang diperoleh rnelalui survei dan ekskavasi di kawasan silus Balujaya, Karawang, Jawa Barat, sejak tahun 1985 hingga tahun 2006. Cakupan waktunya meliputi masa akhir prasejarah (akhir Masa Perundagian) sampai masa akhir Tarumanagara, yang meliputi kurun waktu sekitar abad ke-2 hingga abad ke-10. Dalam disertasi ini dibahas beberapa unsur kebudayaan berdasarkan sumber utamanya berupa peninggalan arkeologi, di antaranya berupa sisa-sisa kompleks percandian bata, arca, bcnda-benda hiasan (ornamen), inskripsi, meterai (volive tablet) terakota, gerabah, alat logam, perhiasan, dan kerangka manusia. Melalui analisis dan tinjauan dengan pendekatan induktif-deduktif dan holistik, diperoleh kesimpulan-kesimpulan dan penafsiran yang kemudian digunakan secara eksplanatif untuk mcnjelaskan dan merekonstuksikan gambaran mengenai sejarah kebudayaan Jawa Barat, khususnya daerah pantai utara. Rekonstruksi sejarah kebudayaan ini meliputi rekonstruksi unsur-unsur kebudayaannya yaitu: (1) tatanan permukiman; (2) tata masyarakat; (3) religi; (4) kesenian; (5) teknologi; (6) bahasa dan keberaksaraan; (7) sistem perekonomian.
Daerah pantai utara Jawa bagian barat, khususnya daerah pantai utara Jawa Barat, merupakan daerah hunian pantai yang luas, yang sudah terbentuk sejak Zaman prasejarah, dari Masa Bercocok Tanam hingga Masa Perundagian. Daerah permukiman ini dikenal sebagai Daerah Kebudayaan Buni atau Kompleks Gerabah Buni (Buni Pottery Complex), dan dilandai terutama oleh tinggalan budayanya berupa artefak gerabah yang memiliki daerah persebaran yang luas. Masyarakat penghuni daerah ini tergolong ke dalam ras Mongoloid. Mereka hidup dari perdagangan yang didukung oleh kegiatan industri gerabah, pertanian dan penangkapan ikan (nelayan). Masyarakat budaya Buni ini telah memiliki stratifikasi sosial dan sistem kepimpinan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketika orang-orang India datang di daerah pantai ulara Jawa Barat ini masyarakat setempat mulai menyerap unsur-unsur kebudayaan India dan terjadilah proses akulturasi yang menyebabkan timbulnya perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru dalam kehidupan masyarakat ini telah menumbuhkan dinamika sosial-budaya menuju suatu kehidupan baru yang berlandaskan unsur-unsur kebudayaan India. di antaranya terwujud dalam bentuk institusi kerajaan yang bernama Tarumanagara dan religi baru yaitu agama Weda dan Buddha. Dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini terlihat adanya kesinambungan dari masa akhir prasejarah ke masa awal sejarah, khususnya dari akhir Masa Perundagian ke masa awal Tarumanagara.
Unsur religi dari kebudayaan India yang mula-mula diserap adalah agama Weda, seperti yang tersirat di dalam inskripsi-inskripsi yang dikeluarkan oleh Purnawarman, raja Tarumanagara. Di samping agama Weda, kemudian muncul pula agama Buddha yang meninggalkan sisa-sisanya berupa kompleks percandian di kawasan situs Batujaya. Agama Buddha yang berkembang di daerah pantai utara Jawa Barat ini bercorak Mahayana. Kompleks percandian agama Buddha di Batujaya ini mempunyai ciri yang sangat menonjol, yaitu telah menggunakan bahan bangunan berupa bata dan lepa stuko. Penggunaan bata dan lepa stuko pada percandian di Batujaya ini menandai pula tingkat perkembangan teknologi bangunan yang telah dicapai pada waktu itu. Gaya seni hias dan seni arcanya memperlihatkan ciri gaya seni Nalanda yang telah dipengaruhi oleh gaya seni Gandhara. Penemuan inskripsi-inskripsi di kompleks percandian Batujaya yang telah menggunakan aksara Palawa dan bahasa Sanskena, walaupun masih terbatas dalam kegiatan religi, telah menandai munculnya Lradisi budaya bertulis (lirerate culture), suatu babakan baru dalam kehidupan budaya masyarakat setempat.
Dalam penelitian ini dikemukakan pula beberapa kesimpulan lain yang bcrkenaan dengan perkembangan sejarah di wilayah ini, yaitu invasi Sriwijaya ke Bhimijawa (yang tidak lain adalah kerajaan Tarumanagara), menjelang akhir abad ke-7. lnvasi Briwijaya ke Taruminagara ini telah membawa pula pengaruh baru terhadap pcrkembangan politik, religi dan kesenian di Tarumanagara, khususnya di daerah pantai utara Jawa Barat. Berdasarkan pertanggalan C14 (radiocarbon dating) dan pertanggalan relatif yang diperoleh berdasarkan analisis terhadap tinggalan-tinggalan yang ada, kompleks percandian di kawasan situs Batujaya berasal dari masa sekilar abad ke-6 dan ke-7 dan berkembang terus hingga akhir abad ke-10. [HSD]."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D1828
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Hendhycas Bambang P.
"Bangunan-Bangunan Punden Berundak Di Situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit Abad 15-6 Masehi: Tinjauan Arsitektur. 368 halaman, 35 gambar, 13 tabel, 8 peta, 4 sketsa, 54 foto, 70 acuan (1845 - 1993). Beberapa laporan penelitian dari tahun 1845 - 1993 menjelaskan tentang penemuan beberapa kepurbakalaan di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit maupun daerah di sekitarnya. Sebagian besar kepurbakalaan tersebut adalah berupa bangunan punden berundak, yang lazimnya dijumpai di banyak situs gunung di Jawa Timur. Laporan-laporan tersebut merupakan dasar utama di dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan di lapangan. Salah satu tujuan utama penelitian ini adalah mengungkapkan pola bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit dalam tinjauan arsitektur.
Di dalam analisa pembahasan arsitektur bangunan punden berundak ini selain melakukan komparasi terhadap situs sejenis, terutama situs Gunung Penanggungan, juga berdasarkan atas pengamatan lingkungan secara geografis, geomorfologis maupun geologisnya. Untuk itu tidak terlepas akan peranan beberapa peta yang berhubungan, baik peta topografi maupun peta geologi situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit.
Dari inskripsi yang dijumpai, diperkirakan situs ini berasal dari abad ke-15--6 Masehi. Atas perbandingan dengan data serupa dan masa yang sama di situs Gunung Penanggungan, maka pola arsitektur yang tampak pada sebagian besar bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuna dan Gunung Ringgit terdiri atas pola halaman, bangunan induk serta altar. Pola arsitektur tersebut terungkap selain atas jenis bahan batuan yang digunakan pada sebagian besar konstruksi bangunan punden berundak maupun pada sebagian besar area adalah berupa jenis pirokiastika, .iuga atas' dasar asumsi perhitungan Hukum mekanika yang diterapkan.
Berdasarkan atas analisa pets geologi, ternyata jenis batuan piroklastika banyak dijumpai di situs Gunung Arjuno dibandingkan di Gunung Ringgit. Namun meskipun demikian masih dijumpai sebuah bangunan punden berundak di situs Gunung Ringgit yang diperkirakan menggunakan jenis batuan pirokiastika pada konstruksi bangunan induknya. Berdasarkan atas pengamatan peta topografi, terutama atas kemiringan lereng gunungnya dan beberapa penelitian geomorfologi atas perkirakan persebaran daerah permukiman, maka sebagian besar kepurbakalaan di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit tersebar di lereng sebelah timur.
Berdasarkan atas data di lapangan, terdapat dua jenis bangunan induk, yaitu berdasarkan atas kemiringan lereng dan bangunan induk yang menyerupai bangunan piramid terpenggal di bagian puncaknya. Namun dari kedua jenis bangunan induk tersebut hal yang tetap dipertahankan adalah bentuk teras undakan. Beberapa peneliti sebelumnya mengungkapkan bahwa teras undakan pada bangunan berundak merupakan bagian dari prosesi keagamaan yang pernah dilakukan. Namun dalam penelit.ian ini belum mengungkapkan keagamaan yang berkembang terut.ama yang berhubungan dengan kehadiran bangunan-bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit pada abaci 15-6 Masehi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
959.801 KEM w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Mulyawati
"Penelitian mengenai keramik di situs Astana Gunung Jati Cirebon telah dilakukan sejak tahun 1987 hingga 1989. Tujuannya ialah untuk mencari keterangan mengenai penggunaan keramik sebagai hiasan pada bangunan-bangunan kuna di daerah Cirebon, mengetahui populasi, persebaran, serta fungsi dari keramik-keramik yang terdapat di situs Astana Gunung Jati, serta mencoba mengetengahkan keramik-keramik itu dengan peranan kesultanan Cirebon pada masa lalu. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi Kepustakaan meliputi kepustakaan mengenai keramik itu sendiri serta kepustakaan mengenai latar sejarah Cirebon. Studi lapangan meliputi survey pada situs tersebut dan wawancara yang dilakukan baik terhadap ahli-ahli, keramik maupun terhadap para pejabat yang bertugas di daerah tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa keramik-keramik tersebut berjumlah sebanyak 8212 buah, terdiri dari berbagai bentuk dengan piring merupakan jumlah terbanyak (79,31%). Ditinjau dari segi asal tempat pembuatannya kebanyakan keramik-keramik tersebut berasal dari berbagai negara di kawasan asian dengan Cina menempati posisi negara terbanyak {67,28%). Dari segi masanya paling banyak berasal dari abad 18-20 (97,80%). Sehingga dapat dikatakan keramik-keramik tersebut merupakan keramik baru.
Dari segi fungsinya dapat dikatakan keseluruhannya berfungsi sebagai hiasan bangunan (98,82%) walau ada pula yang mempunyai fungsi lain. Kedatangan keramik di situs ini dapat dikatakan secara bertahap dan berkesinambungan (dari periode ke periode). Akan tetapi peletakan keramik-keramik tersebut tidak dapat digunakan sebagai penentu usia bangunan di situs tersebut, oleh karena tidak teraturnya pemasangan benda-benda keramik tersebut (keramik dari periode yang lebih tua disejajarkan dengan keramik dari periode yang lebih muda)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>