Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ibnu Hamad
"Dalam situasi transisi politik tahun 1999, munculnya kebebasan berpolitik, yang ditandai dengan berdirinya banyak partai, di satu sisi, memicu munculnya kembali aliran-aliran ideologi partai seperti ketika Indonesia menganut sistem liberal 1955-1959. Kebebasan pers yang hampir tanpa batas pasca reformasi, di sisi lain, menghidupkan lagi "panggilan sejarah" media massa Indonesia yang telah memasuki era industri.
Pertautan antara keduanya pers dan partai politik-dalam situasi transisional itu tentu menjadi sangat khas. Bagi pers, berbagai kemungkinan bisa terjadi dalam meliput partai-partai politik : lebih berorientasi pada semangat ideologis, idealis, politik ataukah lebih mementingkan ekonomi --hal-hal mana yang ingin ditemukan dalam penelitian ini.
Dengan menggunakan analisis wacana kritis sebagai metode pembacaan terhadap berita-berita sembilan parpol selama kampanye Pemilu 1999, ternyata 10 koran yang diteliti menunjukkan pencitraan dan orientasi pemberitaan yang berbeda di antara mereka. Mereka memanfaatkan tanda-tanda bahasa (membangun wacana) dalam mengembangkan pencitraan tersebut tempat dimana motif yang mereka miliki bersembunyi : motif ideologis, idealis, politis dan ekonomi tadi.
Untuk pengembangan politik yang sehat (demokratis) pola pengkosntruksian parpol yang terlalu berorientasi pada kepentingan kelompok sealiran saja maupun yang sangat mengutamakan nilai jual berita, jelas bukan isyarat yang baik. Hal ini seyogyanya menjadi bahan pertimbangan bagi pers Indonesia untuk peliputan-peliputan parpol di masa yang akan datang. Untuk para pengkritisi pers, penelitian seperti ini dapat diperkaya untuk memastikan dijalankannya tanggung-jawab sosial oleh pers atau pelaku komunikasi lainnya (pengiklan, humas, politisi, dan sebagainya)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksikan partai politik ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa itu, koran-koran nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sementara fungsi parpol sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dalam kehidupan berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal itu terjadi dalam kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu ideologis, idealis, politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.

During the 1999-campaign period generally the mass media in Indonesia constructed political parties like a music group; and present the politicians acts as celebrities. At that time, national newspapers describe political parties as the instrument to harvested masses. Meanwhile the political party functions, as broker within the clearinghouse of ideas in the democratic lives didn?t appear within the political party?s discourse. In spite of the media have different interests one each other in news making the political parties, such as ideological, idealism, political, and economic or market factors."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksikan partai politik ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa itu, koran-koran nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sementara fungsi parpol sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dalam kehidupan berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal itu terjadi dalam kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu ideologis, idealis, politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.

During the 1999-campaign period generally the mass media in Indonesia constructed political parties like a music group; and present the politicians acts as celebrities. At that time, national newspapers describe political parties as the instrument to harvested masses. Meanwhile the political party functions, as broker within the clearinghouse of ideas in the democratic lives didn?t appear within the political party?s discourse. In spite of the media have different interests one each other in news making the political parties, such as ideological, idealism, political, and economic or market factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shafina Janani Wiryastuti
"Analisis Situasi: ABSTRAK
Remaja pada tahap remaja akhir memasuki tahap proses pencarian jati diri dan minat pada sesuatu yang berkaitan dengan intelektualitas. Di masa-masa ini, mereka terus melakukan proses penetapan identitas diri. Pemilih pemula di Indonesia pada tahap remaja akhir memiliki tingkat ketertarikan pada politik yang tinggi. Namun hal ini tidak diseimbangi dengan ketersediaan pendidikan politik untuk pemilih pemula. Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype: Manfaat dari pembuatan situs Edu Politica yakni dapat menjadi sarana berbagi ilmu dan pendapat politik bagi pemilih pemula. Selain itu, diharapkan pemilih pemula mendapatkan pengetahuan tentang politik dengan mengetahui informasi terbaru serta kajian dari peristiwa politik agar teredukasi dan dapat menentukan sikapnya. Prototype yang Dikembangkan: Situs Edu Politica merupakan situs pendidikan politik yang memberikan informasi politik terbaru serta konten lain berupa kajian, profil, pendidikan, dan gerakan mengenai politik di Indonesia. Situs ini dikemas dengan multimedia sehingga konten tidak hanya berupa teks namun juga foto, video, dan infografik. Target khalayaknya adalah pemilih pemula berusia 17-22 tahun, dengan pendidikan SMA dan perguruan tinggi, serta memiliki status sosial ekonomi A dan B. Edu Politica memiliki alamat situs resmi dengan alamat www.edupolitica.co.id. Evaluasi: Pretes dan evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner online yang akna disebarkan melalui email dan media sosial. Pretes akan dilakukan sebulan sebelum situs diluncurkan, dan evaluasi dilakukan satu tahun sesudah rilis. Evaluasi meliputi input, output, dan outcome untuk mengukur awareness, dampak konten, dan kualitas situs. Anggaran: Anggaran Pembuatan Prototype Rp 1.415.000. Investasi Awal Rp 193.101.900. Total Pengeluaran Bulanan Rp 118.500.000. Total Pengeluaran Per Tahun Rp 1.422.000.000. Perkiraan Pendapatan Tahun Pertama Rp 300.487.500. Perkiraan Pendapatan Tahun Kedua Rp 1.987.200.000. BEP dicapai pada tahun kedua bulan ke enam.

ABSTRACT
Situation analysis: Teenagers, which are going to the adulthood, are looking for the identity which is related to the intellectually. At that time, they are trying to keep to the everything they believe. The young voters have a high interest in politics. However, the phenomenon is not supported with the proper education of politics to the young voters. The benefits and the purpose of the prototype development: The benefit of Edu Politica site is to become a tool to share the knowledge and the argument about politics to the young voters. In addition, the young voters are expected to get the knowledge about politics by knowing the new information and research from politics events in order to them to be educated. Therefore, they can choose where they stance. The Prototype which is developed: Edu Politica site is a website which gives the recent information about politics and other contents such as research, profile, education, and politics movement. This site uses multimedia. Hence, this site will provide more than just pictures, video, and infographic. The consumer target are the young voters from 17 22 years old, from high school to university, and also have A and B economical status. edupolitica.com is the official web of Edu Politica. Evaluation: The pretest and evaluation will use online questionnaire which will be distributed by email and social media. Pretest will be conducted before the site is established. The evaluation will be conducted after the website is established for a year. The evaluation cover all the input, output, and outcome to measure the brand awareness, the content impact, the product quality, and promotion. Budgeting: Prototype budged Rp 1.415.000. First infestation Rp 193.101.900. Total of the monthly expenses Rp 118.500.000Total of the yearly expenses Rp 1.422.000.000First year income target Rp 300.487.500Second year income target Rp 1.987.200.000. Reached BEP in second year sixth month."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safrin
"Penelitian ini menggunakan pendekatan "Pembentukan Persepsi Mengenai Realitas Sosial oleh Media Massa" Asumsi dasar dari pendekatan ini ialah bahwa media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayaknya. Namun demikian pembentukan persepsi itu tidak semata mata disebabkan oleh terpaan media massa Pengalaman seseorang dengan suatu realitas sosial, serta aktivitas komunikasi interpersonal tentang realitas dalam kehidupan sehari-hari, bisa membentuk persepsi pada realitas tersebut.
Bertitik tolak dari kondisi di atas, dalam penelitian ini ketiga variabel di atas akan dianalisis dalam kaitan dengan pembentukan persepsi pada realitas sosial. Variabel penggunaan media dikembangkan denngan memasukkan beberapa indikator seperti eksposur berita kriminalitas surat kabar non Pos Kota, eksposur berita kriminalitas Pos Kota, eksposur berita kriminalitas televisi dan majalah. Adapun 'realitas sosial" yang menjadi perhatian dalam penelitian ini ialah "realitas kriminalitas" dengan indikatornya yaitu pencurian, pencopetan, perampokan/pornografi, dan pembunuhan. Pembentukan persepsi diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu rawan dan tidak rawan. Sedangkan lokasi penelitian dipilih dua kelurahan di wilayah Jakarta Pusat yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan persepsi itu dipengaruhi oleh eksposur terhadap berita kriminalitas pada surat kabar yang memiliki isi spesifik tentang kriminalitas seperti Pos Kota dan daerah tempat tinggal khalayak. Hal mi terlihat pada khalayak yang membaca berita kriminal Pos Kota dan tinggal di wilayah yang tingkat kriminalitasnya rendah, pembentukan persepsi mereka berhubungan dengan membaca Pos Kota tersebut. Sedangkan bagi khalayak yang tinggal di wilayah tingkat kriminalitas tinggi, pembentukan persepsi mereka tidak berhubungan dengan media tersebut, meskipun khalayak ini iuga membaca berita kriminalitas dari surat kabar Pos Kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Benny Siga
"Peneliti tertarik membahas dominasi media massa dan pemilihan kepala daerah sebagai upaya untuk mengetahui kinerja pers dalam meliput pemilihan kepala daerah yang merupakan pertama kali terjadi dalam sejarah demokrasi Indonesia, menyusul bergulirnya pilkada sejak Juni 2005..
Tesis ini mencoba melihat pilkada sebagai representasi dari alam demokrasi yang coba ditegakkan di tanah air, khususnya di Depok. Mengangkat seputar pemberitaan Pilkada Depok dengan dua tokoh sentral yang menjadi aktor pentingnya. Badrul Kamal dan Nur Mahmudi. Unit analisis yang diteliti adalah teks berita dalam level mikro yakni berita-berita di Media Indonesia dan Monitor Depok pada periode konflik pilkada Depok yang akhirnya dimenangkan oleh Nur Mahmudi. Sedangkan untuk level Massa peneliti melakukan wawancara dengan sejumlah calon kepala daerah Depok yaitu Badrul Kamal dan Nur Mahmudi, begitu juga dengan manajer kampanye keduanya, yaitu Despen Ompusunggu dan Hasan. Wawancara juga dilakukan dengan sejumlah pemimpin redaksi (Pemred) dan pemimpin umum (PU), yaitu Pemred SCTV, Pemred Monitor Depok dan PU Media Indonesia serta pihak lain yang terlibat.
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkaitan dengan ekonomi politik media. Teori-teori ekonomi politik mengarahkan penelitian tentang media pada analisis empiris struktur kepemilikan, kontrol media dan kekuatan pasar.
Penelitian ini membatasi pada pilkada Depok, dengan pertimbangan sejak munculnya
konflik antara dua kandidat, menyusul keputusan Pengadian Tinggi (PT) Jawa Barat
yang memenangkan salah satu pihak pada Agustus 2005, yang akhirnya membawa persoalan tersebut ke pentas politik nasional. Pertimbangan lainnya yang juga tidak kalah menarik untuk dicermati adalah posisi Kota Depok yang menjadi peripheral Jakarta, ibukota negara, dan kemudian melihat bagaimana pengaruh ekonomi-politik dalam kinerja media massa.
Bisa dilihat bagaimana pihak-pihak berkepentingan dalam pilkada mengkonstruksi realitas bagi kepentingannya masing-masing. Serta memperlihatkan adanya saling mempengaruhi (interplay) dari para kandidat dalam memperoleh akses ke media massa dan kepentingan pers dari kacamata ekonomi-politik.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah pradigma kritis, dengan tipe penelitian yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data menggunakan beberapa metode (tringulasi metode),yaitu pada tahapan teks, wawancara mendalam (disourse practice), dan tahapan pengamatan terhadap situasi (sosiocultural practice).
Di tahap teks, peneliti menelaah teks-teks berita seputar pilkada Depok di Monitor Depok, sebagai representasi pers lokal, Media Indonesia dan SCTV sebagai representasi dari pers nasional menggunakan analisis wacana Theo van Leuween; kemudian tahapan discourse practice dengan mewawancara para key informan, yakni kandidat yang bertarung di pengadilan dan pemimpin redaksi dari Monitor Depok, Media Indonesia dan SCTV; pada tahapan sosioculutral practice dengan mengamati perkembangan seputar pelaksanaan pilkada Depok. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan perspektif ekonomi-politik,dan untuk membantu mempertajam analisa digunakan Teori Representasi yang dikembangkan Theo Van Leuween, guna mempelihatkan bagaimana media menampilkan para kandidat.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan ada dua hal pokok yang bisa terlihat, yaitu bagaimana dominasi media massa dalam liputan pilkada Kota Depok dan kenyataan kuatnya pengaruh bisnis dalam mempengaruhi kinerja pers, sehingga media massa terlihat lebih sebagai institusi ekonomi. Namun lebih mengejutkan lagi adalah kenyataan rii1, bagaimana kandidat yang tidak memiliki "mesin uang" yang kuat ternyata memenangkan pertarungan walau sempat tidak mendominasi pemberitaan di media massa.
Kondisi tersebut dapatlah dipahami mengingat tindakan media dalam memproduksi berita tidak terlepas dari proses-proses sosial baik pada jenjang organisasi, industri dan masyarakat. Proses memproduksi dan mengkonsumsi teks isi media perlu juga melihat suasana politik dan tekanan ekonomi kapitalis yang tercipta selama ini. Terlebih jika mengamati lebih dalam bahwa semuanya itu tidak lepas dari keberadaan masyarakat dan kapitalisme global."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seorang pewarta dalam menjalankan tugasnya harus menekankan prinsip atau kaidah dasar jurnalisme yakni obyektifitas dan netralitas (imparsial) yang mungkin berupa suatu kemustahilan. berita atau produk jurnalistik apapun bukan merupakan realitas namun penggalan-penggalan realitas (pencintraan media) hasil produksi pekerja media yang bentuk jadinya telah terdistrosi oleh berbagai factor."
302 WACA 5:17 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kawuryan, Megandaru W.
"[ABSTRAK
Setelah pemerintahan Orde Baru tumbang pemberitaan mengenai otonomi daerah mekar
bermunculan, media massa yang pada zaman Orde Baru jarang memberitakan mengenai isu
otonomi daerah berubah haluan menjadi gadrung memberitakan isu otonomi daerah, berbagai
berita bermunculan ada yang positif dan ada yang negatif, bermacam pertarungan wacana
mewarnai isu otonomi daerah di media massa.
Penelitian ini bermula dari rasa ingin tahu yang mendalam mengenai berbagai berita
tentang isu otonomi daerah yang muncul di media massa dan bagaimana media massa
melakukan konstruksi realitas terhadap isu otonomi daerah , selama ini penelitian mengenai isu
otonomi daerah banyak dilakukan oleh para ilmuwan yang berlatar belakang ilmu politik, ilmu
pemerintahan, ilmu administrasi negara, dan ilmu hukum, penelitian yang dilakukan oleh para
ilmuwan di atas lebih banyak bicara mengenai penerapan kebijakan otonomi daerah. Penelitian
mengenai isu otonomi daerah menggunakan perspektif ilmu komunikasi masih jarang bahkan
bisa dibilang langka, padahal peran media massa menurut Severin-Tankard (2007:15), adalah
membentuk opini publik. Para penganut mazhab konstruksionisme seperti Tuchman (1978),
Fisman (1980), dan Shoemaker (1996), melihat bahwa berita yang disiarkan oleh media massa
dapat membuat masyarakat mempunyai suatu sudut pandang dan mengkonstruksikan suatu
realitas suatu isu dalam masyarakat tak terkecuali isu otonomi daerah.
Penelitian dalam disertasi ini menggunakan perspektif interpretif. Perspektif ini dipilih
karena menurut Neuman (2006) teori konstruksi sosial merupakan ranah dalam perspektif
interpretif, untuk membedah teks dalam penelitian ini menggunakan analisa teks framing,
model yang digunakan adalah framing Robert N Entman. Framing model Entman dipilih karena
dalam konsep Entman framing dapat dipakai untuk menggambarkan proses seleksi suatu isu,
serta menonjolkan beberapa aspek tertentu dari suatu realitas oleh media. Empat elemen
framing model Entman adalah pertama Define Problem merupakan bingkai utama atau master
frame, kedua Diagnose Causes dalam elemen kedua ini yang menjadi titik berat adalah siapa
aktor utama dalam suatu kejadian atau peristiwa, ketiga Make Moral Judgement adalah elemen
yang digunakan untuk melakukan pembenaran dengan memberikan berbagai argumentasi pada
pedefinisian masalah yang sudah dibuat, empat Treatment Recommendation adalah elemen yang digunakan untuk melihat apa yang sebenarnya dikehendaki oleh wartawan, bagaimana cara yang
akan dipilih untuk menyelesaikan suatu masalah.
Dalam disertasi ini ada 3 media yang diteliti yaitu harian Kompas, harian Jurnal Nasional,
harian Kedaulatan Rakyat. Dipilihlah tiga surat kabar dengan orientasi yang berbeda, yaitu
pertama surat kabar Kompas sebagai surat kabar harian terkemuka nasional dengan tiras yang
besar, kedua surat kabar Jurnal Nasional sebagai surat kabar yang mempunyai kedekatan sejarah
dengan Partai Demokrat, ketiga surat kabar Kedaulatan Rakyat sebagai surat kabar daerah yang
masih survive dan masih leading sampai saat ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan dalam level mikro yaitu ada perbedaan frame
pemberitaan harian Kompas, harian Jurnal Nasional dan harian Kedaulatan Rakyat mengenai
Isu Otonomi Daerah. Pada analisis pada level meso media terlihat faktor kepemilikan dan modal
masih cukup kuat dalam mempengaruhi frame media yang diteliti.
Analisis level makro dapat dibagi menjadi dua. Pada harian Jurnal Nasional analisa yang
lebih tepat adalah menggunakan pendekatan analisis instrumentalis atau strukturalis daripada
strukturasi karena pada harian Jurnal Nasional struktur organisasi media terlihat mengikat erat
human agent. Tidak terlalu cukup ruang bagi agen melakukan interplay terhadap struktur. Lain
halnya dengan harian Kompas dan harian Kedaulatan Rakyat, yang dapat dibedah dengan
analisis strukturasi.
Dalam proses strukturasi dari tiga media yang diteliti, terlihat dua media yaitu harian
Kompas dan harian Kedaulatan Rakyat mampu merubah struktur dari sentralistik ke
desentralistik untuk isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung dan Keistimewaan Yogyakarta,
meskipun harus diakui bahwa media bukan satu-satunya faktor yang diterminan dalam
perubahan struktur tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa isi dari teks media dalam dua
isu tersebut memberikan kontribusi kepada eskalasi tekanan atau adanya akumulasi-akumulasi
tekanan terhadap penguasa;

ABSTRACT
After the New Order government fell, news on regional autonomy appeared everywhere.
Mass media which rarely reported regional autonomy issues during the New Order now reported
the issues all the time. Various news emerged, some positive and others negative. A battle of
discourse of regional autonomy issues appeared in the mass media .
This research was started by curiosity on various news on regional autonomy in mass
media and how mass media constructs the reality of regional autonomy issues. Until now,
researches on regional autonomy issues are mostly performed by researchers from political
science, government science, public administration, and legal science. Studies by researchers
from the fields above mostly discuss the implementation of regional autonomy policy. Studies on
regional autonomy issue using communication science perspective are still rare, while the role of
mass media according to Severin-Tankard (2007:15) is actually to form public opinions.
Observers of constructionism such as Tuchman (1978), Fisman (1980), and Shoemaker (1996)
think that news broadcasted by mass media can make people have a certain point of view and
construct a reality of an issue in the society, including regional autonomy issues.
The research in this dissertation used interpretive perspective. This perspective was
selected because according to Neuman (2006) social construction theory is a field in interpretive
perspective. To dissect texts, this study used framing text analysis. The model used was Robert N
Entman's framing. Entman's model of framing was selected because in Entman's concept framing
can be used to describe the selection process of an issue and emphasize certain aspects of a
reality by the media. Four elements of Entman's model of framing are first, Define Problem
which is the master frame, second, Diagnose Causes in the second element the emphasize is who
is the main actors in an event, third, Make Moral Judgment is an element used to make
justification by giving various argumentation in the definitions of the problems which have been
made, fourth, Treatment Recommendation is an element used to see what reporters want, what
method will be chosen to solve a problem.
In this dissertation, there are 3 media which were studied, i.e. Kompas newspaper, Jurnal
Nasional newspaper, Kedaulatan Rakyat newspaper. The three newspapers selected have
different orientations, i.e. first, Kompas as a famous national newspaper with huge readership second Jurnal Nasional as a newspaper with a history with the Democratic Party, third
Kedaulatan Rakyat as a local news paper which still survive and leads to this day.
The result of this study showed that at micro level there was frame difference in the
reporting of Kompas, Jurnal Nasional and Kedaulatan Rakyat on Regional Autonomy Issues.
Analysis at meso level showed that ownership and capital factors were still rather strong in
influencing the frames of the studied media.
Analysis at macro level could be divided into two. In Jurnal Nasional, more accurate
analysis used instrumentalist or structuralist analysis approach rather that structuration because
in Jurnal Nasional the structure of media organization seemed to tightly bind human agents.
Theer wasn't enough space for agents to perform interplay on the structure. Meanwhile, Kompas
and Kedaulatan Rakyat could be dissected by structuration analysis.
In the structuration process of the three media, two media, Kompas and Kedaulatan
Rakyat, were able to change the structure from centralistic to decentralistic for Direct Regional
Head Election and the Special Region Status of Yogyakarta, although the author admits that the
media isn't the only determinant factor in changing the structure. However, it's undeniable that
the content of media texts in those two issues contributed to the escalation of pressure or
accumulation of pressure on the authority;After the New Order government fell, news on regional autonomy appeared everywhere.
Mass media which rarely reported regional autonomy issues during the New Order now reported
the issues all the time. Various news emerged, some positive and others negative. A battle of
discourse of regional autonomy issues appeared in the mass media .
This research was started by curiosity on various news on regional autonomy in mass
media and how mass media constructs the reality of regional autonomy issues. Until now,
researches on regional autonomy issues are mostly performed by researchers from political
science, government science, public administration, and legal science. Studies by researchers
from the fields above mostly discuss the implementation of regional autonomy policy. Studies on
regional autonomy issue using communication science perspective are still rare, while the role of
mass media according to Severin-Tankard (2007:15) is actually to form public opinions.
Observers of constructionism such as Tuchman (1978), Fisman (1980), and Shoemaker (1996)
think that news broadcasted by mass media can make people have a certain point of view and
construct a reality of an issue in the society, including regional autonomy issues.
The research in this dissertation used interpretive perspective. This perspective was
selected because according to Neuman (2006) social construction theory is a field in interpretive
perspective. To dissect texts, this study used framing text analysis. The model used was Robert N
Entman's framing. Entman's model of framing was selected because in Entman's concept framing
can be used to describe the selection process of an issue and emphasize certain aspects of a
reality by the media. Four elements of Entman's model of framing are first, Define Problem
which is the master frame, second, Diagnose Causes in the second element the emphasize is who
is the main actors in an event, third, Make Moral Judgment is an element used to make
justification by giving various argumentation in the definitions of the problems which have been
made, fourth, Treatment Recommendation is an element used to see what reporters want, what
method will be chosen to solve a problem.
In this dissertation, there are 3 media which were studied, i.e. Kompas newspaper, Jurnal
Nasional newspaper, Kedaulatan Rakyat newspaper. The three newspapers selected have
different orientations, i.e. first, Kompas as a famous national newspaper with huge readership second Jurnal Nasional as a newspaper with a history with the Democratic Party, third
Kedaulatan Rakyat as a local news paper which still survive and leads to this day.
The result of this study showed that at micro level there was frame difference in the
reporting of Kompas, Jurnal Nasional and Kedaulatan Rakyat on Regional Autonomy Issues.
Analysis at meso level showed that ownership and capital factors were still rather strong in
influencing the frames of the studied media.
Analysis at macro level could be divided into two. In Jurnal Nasional, more accurate
analysis used instrumentalist or structuralist analysis approach rather that structuration because
in Jurnal Nasional the structure of media organization seemed to tightly bind human agents.
Theer wasn't enough space for agents to perform interplay on the structure. Meanwhile, Kompas
and Kedaulatan Rakyat could be dissected by structuration analysis.
In the structuration process of the three media, two media, Kompas and Kedaulatan
Rakyat, were able to change the structure from centralistic to decentralistic for Direct Regional
Head Election and the Special Region Status of Yogyakarta, although the author admits that the
media isn't the only determinant factor in changing the structure. However, it's undeniable that
the content of media texts in those two issues contributed to the escalation of pressure or
accumulation of pressure on the authority, After the New Order government fell, news on regional autonomy appeared everywhere.
Mass media which rarely reported regional autonomy issues during the New Order now reported
the issues all the time. Various news emerged, some positive and others negative. A battle of
discourse of regional autonomy issues appeared in the mass media .
This research was started by curiosity on various news on regional autonomy in mass
media and how mass media constructs the reality of regional autonomy issues. Until now,
researches on regional autonomy issues are mostly performed by researchers from political
science, government science, public administration, and legal science. Studies by researchers
from the fields above mostly discuss the implementation of regional autonomy policy. Studies on
regional autonomy issue using communication science perspective are still rare, while the role of
mass media according to Severin-Tankard (2007:15) is actually to form public opinions.
Observers of constructionism such as Tuchman (1978), Fisman (1980), and Shoemaker (1996)
think that news broadcasted by mass media can make people have a certain point of view and
construct a reality of an issue in the society, including regional autonomy issues.
The research in this dissertation used interpretive perspective. This perspective was
selected because according to Neuman (2006) social construction theory is a field in interpretive
perspective. To dissect texts, this study used framing text analysis. The model used was Robert N
Entman's framing. Entman's model of framing was selected because in Entman's concept framing
can be used to describe the selection process of an issue and emphasize certain aspects of a
reality by the media. Four elements of Entman's model of framing are first, Define Problem
which is the master frame, second, Diagnose Causes in the second element the emphasize is who
is the main actors in an event, third, Make Moral Judgment is an element used to make
justification by giving various argumentation in the definitions of the problems which have been
made, fourth, Treatment Recommendation is an element used to see what reporters want, what
method will be chosen to solve a problem.
In this dissertation, there are 3 media which were studied, i.e. Kompas newspaper, Jurnal
Nasional newspaper, Kedaulatan Rakyat newspaper. The three newspapers selected have
different orientations, i.e. first, Kompas as a famous national newspaper with huge readership second Jurnal Nasional as a newspaper with a history with the Democratic Party, third
Kedaulatan Rakyat as a local news paper which still survive and leads to this day.
The result of this study showed that at micro level there was frame difference in the
reporting of Kompas, Jurnal Nasional and Kedaulatan Rakyat on Regional Autonomy Issues.
Analysis at meso level showed that ownership and capital factors were still rather strong in
influencing the frames of the studied media.
Analysis at macro level could be divided into two. In Jurnal Nasional, more accurate
analysis used instrumentalist or structuralist analysis approach rather that structuration because
in Jurnal Nasional the structure of media organization seemed to tightly bind human agents.
Theer wasn't enough space for agents to perform interplay on the structure. Meanwhile, Kompas
and Kedaulatan Rakyat could be dissected by structuration analysis.
In the structuration process of the three media, two media, Kompas and Kedaulatan
Rakyat, were able to change the structure from centralistic to decentralistic for Direct Regional
Head Election and the Special Region Status of Yogyakarta, although the author admits that the
media isn't the only determinant factor in changing the structure. However, it's undeniable that
the content of media texts in those two issues contributed to the escalation of pressure or
accumulation of pressure on the authority]"
2015
D2063
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Titi Widaningsih
"ABSTRAK
Isu gender pertama kali menjadi isu penting di Indonesia, menjelang Pemilu dan Sidang Umum MPR tahun 1999. Isu ini terutama dimunculkan oleh Partai Politik dengan menggunakan terutama alasan agama yang memojokkan perempuan.
Studi ini memusatkan perhatian pada pemberitaan mengenai isu kepemimpinan politik perempuan. Masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik produk terutama dilihat dari frekwensi pemuatan, sebaran berita, obyektifitas/keberpihakan yaitu mendukung, netral dan menentang, serta proses memproduksi berita.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study). Pertimbangannya karena obyek yang diteliti adalah lebih satu media. Media yang dipilih adalah Kompas dan Rakyat Merdeka, dengan pertimbangan Kompas adalah harian umum yang bersifat netral sementara harian umum Rakyat Merdeka adalah harian yang menempatkan diri sebagai oposisi.
Obyek penelitian pada tingkat teks unit analisisnya adalah berita. Yaitu semua berita yang dimuat pada dua harian umum tersebut selama enam bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan November 1999. Pada tingkat organisasi adalah redaksi Kompas dan Rakyat Merdeka. Pengumpulan data pada tingkat teks dilakukan dengan analisis isi, pada kebijakan redaksional dilakukan melalui interview dengan redaktur pada dua media massa tersebut.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa isu kepemimpinan politik perempuan tidak mendapat porsi yang cukup bagus di dua media massa tersebut. Orientasi informasi banyak bersifat netral/informatif, berarti pola pemihakan isi pesan cenderung mengambil jalan tengah.
Sumber berita cukup bervariasi terutama Kompas, tetapi aktivis LSM/Ormas lebih banyak mengambil peran. Sumber berita tersebut juga lebih banyak didominasi laki-laki. Ini menunjukkan perempuan belum mengambil peran yang banyak di media massa. Padahal sumber berita dan jenis kelamin sumber mempengaruhi keberpihakan terhadap kepemimpinan politik perempuan.
Proses produksi berita pada kedua media tersebut hampir sama. Namun hasilnya relatif berbeda. Karena Rakyat Merdeka lebih menonjolkan aspek menarik dari judul. Hal ini terkait dengan strategi pemasaran dimana 80 persen pembaca harian Rakyat Merdeka adalah eceran. Sementara Kompas lebih mengutamakan obyektivitas dan kelengkapan berita karena pembaca Kompas 90% adalah pelanggan.
Kedua media tersebut tidak sensitif gender tetapi lebih menekankan segi keuntungan/ekonomi. Hal ini dikarenakan media massa masih merupakan dunia patriaki karena yang berkecimpung didalamnya lebih didominasi laki-laki. Ini terlihat dari jumlah jurnalis perempuan kedua media tersebut tidak mencapai 20% dari seluruh jumlah jurnalis yang ada. Dari keseluruhan jumlah pimpinan redaksi, jumlah perempuan yang duduk dalam pimpinan redaksi kurang dari 15%.

ABSTRACT
Gender became an important issue in Indonesia while facing the General Election and General Assembly of Parliament in 1999. This issue was raised prominently by political parties which using mostly religion as a reason to put women in the corner.
This study focused on report about women leadership in political field. The main problem in this research was how are product characteristics, prominently seen by frequency of reporting, news spreading, objectivity of supporting, neutral and opposing, and the process of news productions.
This research used case study as a method. The reason was because the objects to be researched were more than one media. The choose media were Kompas and Rakyat Merdeka, considering that Kompas was a neutral general daily, while Rakyat Merdeka was general daily that aimed an opposite-side.
Research object on text level was news as unit of analysis. It meant that all news that was loaded on those dailies for six (6) months. Started from June until November 1999. On the organizational level was editorial ship in Kompas and Rakyat Merdeka. Data collecting on text level was collected by content analysis; on editorial policy was colected by interviews conducted with the editorial directory in both media.
Research concluded that women leadership issue on political field had no good portion in both media. Orientation of information was neutral/informative meaning that side pattern of content tended to be neutral.
News source was various, mostly in Kompas, but NGO"s activist took more part. This news source was dominated by men. This point out that women had not taken more part in mass media. Whereas in fact news source and source gender influencing side position of women leadership in political field.
Process of news production in both media almost the same, but the result relatively different. Rakyat Merdeka focused mostly on interesting aspect of heading. This related with marketing strategy which 80% of Rakyat Merdeka "s reader was retail, while Kompas focused on objectivity and news completeness because Kompas"s reader 90% were subscriber.
Both media had no sensitivity of gender but focused more on profit/economic. This was caused of mass media as patriarchy word and dominated mostly by men. It can be seen from number of women journalist on both media that did not reached 20% from total number of journalist. Number of women that have position editorial staffs was less than 15%.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Nurani Muksin
"Fenomena konflik elit menjelang SI MPR 2001 yang tajam dan mendalam merupakan daya tarik tersendiri bagi media massa. Pengamatan awal memperlihatkan, pemberitaan beberapa media berkaitan dengan konflik elit tersebut cenderung memihak. Media menampilkan realitas sesuai dengan bingkai yang dikonstruksi, sehingga terdapat aspek yang ditekankan, dibesarkan, disamarkan atau bahkan dihilangkan. Dampaknya, terdapat pihak yang diuntungkan atau dirugikan oleh pemberitaan media tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dikaji adalah: "Bagaimanakah konstruksi realitas tentang konflik elit politik menjelang SI MPR 2001 ditampilkan dalam bentuk berita oleh dua media nasional, Kompas dan Republika? Tujuan penelitiannya adalah: (1) menganalisis bingkai pemberitaan yang ditampilkan Kompas dan Repubiika, tentang konflik elit politik menjelang SI MPR 2001; (2) Mengetahui dan menganalisis peristiwa-peristiwa yang menjadi konteks dari berita pada periode tersebut; (3) Melihat kecenderungan pemberitaan Kompas dan Republika, dengan mengungkap, isu, individu, atau kelompok yang lebih diberi akses, dan diuntungkan dengan pemberitaan mereka yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertarungan wacana pada tataran publik.
Perspektif metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah perspektif konstruktivis yang beranggapan bahwa realitas adalah hasil konstruksi. Metode penelitiannya adalah analisis isi kualitatif. Sementara, metode analisis yang dipergunakan adalah analisis pembingkaian (framing analyis) dengan model analisis framing dari Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993), meliputi perangkat: struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Satuan analisisnya adalah berita (hard news), meliputi: (1) memorandum l DPR; (2) Jawaban Presiden terhadap memorandum 1; (3) Memorandum II DPR; (4) Gagalnya pertemuan Presiden dan Pimpinan Parpol; (5) Percepatan SI MPR; (6) Penolakan Presiden hadiri SI; (7) Dekrit Presiden.
Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini dipayungi oleh perspektif konstruktivisme. Teori konstruksi sosial atas realitas, dan teori komunikasi politik merupakan teori yang dipergunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian pertama, berkaitan dengan bingkai pemberitaan. (1) Pemberian memorandum 1 dibingkai Kompas: "upaya proses pelanggaran hukum", bingkai Republika: "saran agar Presiden non aktif"; (2) Jawaban Presiden terhadap memorandum I, dibingkai Kompas: "perlunya Presiden melakukan kompromi poiltik", Republika membingkainya: "jawaban Presiden tidak komprehensif karena menghindari soal Bulog"; (3) Memorandum II, dibingkai Kompas: "waktu Presiden satu bulan untuk memperbaiki kinerjanya oleh Republika dibingkai: "memorandum II merupakan kesempatan terakhir untuk Presiden; (4) Gagalnya pertemuan Bogor, dimaknai Kompas: "gagalnya upaya rekonsiliasi Presiden", oleh Republika dimaknai: "pimpinan parpol segan bertemu presiden"; (5) Percepatan SI, dibingkai Kompas: "SI jadi dilaksanakan oleh Republika dimaknai: "MPR bersidang menentukan pelaksanaan SI MPR (6) Penolakan Presiden hadiri SI MPR, dibingkai Kompas: "sikap Presiden dan PKB hadapi percepatan SI", Republika membingkai: "sikap lawan politik Presiden hadapi penolakan Presiden hadiri SI MPR"; (7). Isu dekrit dimaknai Kompas: "Presiden berlakukan dekrit", bingkai Republika: ?sikap konfrontatif Presiden direspon dengan rencana pengangkatan Mega jadi Presiden?.
Kedua: Peristiwa-peristiwa yang menjadi konteks dari berita pada periode tersebut adalah kebebasan pers era reformasi, fenomena konflik elit, dan hubungan elit politik (Presiden) dengan NU juga PKB.
Ketiga, Kecenderungan pemberitaan Kompas dan Republika berkaitan dengan beberapa isu yang diteliti, Kompas berusaha menampilkan pemberitaan yang netral dan tidak berpihak. Kompas lebih banyak mengkomodasi pernyataan Presiden, mereka yang tidak berlawanan dengan Presiden atau yang netral. Isu yang ditekankan adalah penyelesaian konflik baik dengan kompromi maupun rekonsiliasi. Sementara Republika, lebih menekankan aspek kesalahan Presiden. Isu yang ditekankan dalam adalah Presiden sebaiknya non aktif dan mengundurkan diri karena legitimasinya sudah habis. Yang Iebih diberi akses oleh Republika adalah Amien Rais sebagai sumber berita dan beberapa pernyataan dari lawan politik Presiden. Sumber berita dapat memberikan legitimasi dan delegitimasi terhadap seorang komunikator politik tertentu. Sumber berita yang diakses Republika cenderung memberikan delegitimasi pada Presiden Abdurrahman Wahid.
Bagi studi mendatang, untuk mengungkap konflik politik di media massa, secara metodologis direkomendasikan menggunakan analisis wacana kritis. Asumsinya adalah karena analisis wacana kritis dengan analisis yang holistik (bukan hanya pada level teks) diharapkan dapat mengungkap realitas konflik beserta ideologi yang tersembunyi di baliknya secara lebih tajam dan mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T12241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>