Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"REBANA
I. Kesejarahan
Instrumen musik rebana sudah ada sejak 14 abad yang lalu, yakni sejak zaman kerasulan Nabi Muhammad SAW. Pada zaman itu musik rebana berfungsi sebagai media hiburan, pergaulan sosial, dan sebagai pendukung upacara keagamaan.
Rebana mempunyai beberapa sebutan antara lain ; di Arab disebut Tar, di Sinkiang Cilia disebut Daira, dan di Maroko rebana disebut Bendir. Di Indonesia rebana juga disebut Robbana yang berarti "permohonan kepada Allah"
Seiring dengan perkembangan Agama Islam di Indonesia, daerah Istimewa Aceh khususnya, rebana mempengaruhi alat musik daerah setempat, dan sekarang terkenal dengan nama Rapa'i.
II. Instrument
Rebana merupakan salah satu jenis musik yang hidup dan berkembang di daerah Aceh. Rebana dibuat dari kayu yang diberi lobang pada diametemya,. dan salah satu sisinya ditutup dengan kulit. Sisi lainnya untuk dipegang saat memainkan alat musik tersebut. Ukuran besar kecil alat musik ini tidak sama satu yang lainnya, tergantung penomoran serta fungsi instrumen tersebut dalam sebuah ensambel Musik Rebana.
A. Instrumen Musik Pokok
Pengertian instrument musik pokok dalam hal ini adalah instrumen rebana itu sendiri. Jumlah rebana yang digunakan dalam sebuah group/kelompok seni musik Rebana adalah 6 buah dengan pengelompokkan nomor sebagai berikut :
1. Rebana kecil, nomor 1 dan nomor 2.
Sesuai dengan namanya, jenis rebana ini berukuran paling kecil. Suara yang dihasilkan oleh rebana kecil biasanya lebih nyaring/kecil dibanding dengan rebana yang berukuran sedang dan ' besar. Rebana kecil dalam ensambel musik Rebana berfungsi sebagai instrumen melody.
2. Rebana sedang, nomor 3 dan nomor 4.
Rebana ini berukuran menengah/sedang dibanding dengan rebana kecil dan rebana besar. Demikian pula suara yang dihasilkan' dari alat musik ini. Rebana sedang dalam ensambel musik Rebana berfungsi sebagai pengiring atau rithem."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Propinsi Daerah Istimewa Aceh memiliki berbagai jenis musik tradisional baik vokal maupun instrumental, diantaranya berbagai jenis lagu daerah, dan musik rebana.
Keanekaragaman musik etnis yang hidup dan berkembang di daerah tersebut perlu diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini, agar mereka dapat mengenal dan mencintai musik yang ada di lingkungannya.
Pengertian musik vokal adalah sajian musik melalui kegiatan menyanyi 1 seni suara. Lagu-lagu daerah ini dinyanyikan secara tunggal atau kelompok, Sedang musik instrumental adalah sajian musik melalui permainan alat musik tradisional , misalnya : bermain rebana.
B. Fungsi
Kegiatan belajar seni musik tradisional Aceh bagi siswa SD mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan pendidikan gencrasi muda, yang sangat berpengaruh dalam pembentukan watak serta kepribadian anak. Materi seni musi tradisional bagi siswa SD berfungsi sebagai berikut :
Memberikan pengetahuan dasar tentang musik tradisional balk vokal maupun instrumental.
Menumbuhkan rasa kebersamaan, meningkatkan rasa percaya diri dan melatih keberanian untuk tampil di depan umum.
Menanamkan rasa cirita terhadap budaya daerah.
C. Tujuan
Tujuan pembelajaran seni musik tradisional di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan rasa keindahan pada diri siswa.
2. Terbentuknya sikap dan perilaku disiplin, tenggang rasa, dan kerja sarna pada siswa.
3. Mencintai dan menghargai karya-karya musik tradisi di daerahnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang
Pelaksanaan GPPP muatan lokal kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan merupakan muatan lokal yang berdiri sendiri. Maka pelajaran seni musik tradisional Sulawesi selatan merupakan pilihan diantara 4 sub aspek kesenian daerah dari 0 aspek muatan lokal kebudayaan.
Muatan lokal ini diperuntukan bagi kelas V Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk melaksanakan muatan tersebut perlu disusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis kurikulum muatan lokal yang berdasarkan :
1, UUSPN (Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional) yaitu UU RI Nomor 2 Tahun 1989.
2. Peraturan Pemerintah ( PP Nomor 2 Tahun 1990 )
3. Acuan Pengembangan Kurikulum Muatan lokal Pendidikan dasar Provinsi Sulawesi Selatan (Buku A )
4. GBPP kurikulum muatan lokal pendidikan dasar Provinsi Sulawesi Selatan (Buku B)
5. Pedoman Pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan dasar Provinsi Sulawesi Selatan (Buku C ).
B. Fungsi
Adapun fungsi petunjuk teknis pelaksanaan kurikulum muatan lokal mata pelajaran seni musik Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut :
1. Petunjuk dan Penyusunan Analisis Materi Pelajaran, Program Tahunan, Program Catur Wulan, Program Satuan Pelajaran, dan perangkat administrasi lainnya.
2. Petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bagi para guru kelas V di Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Petunjuk untuk menentukan sumber dan sarana belajar yang memungkinkan untuk diterapkan.
4. Petunjuk untuk menentukan jenis penilaian proses dan hasil belajar."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia,
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tim Penyusun Bahan Ajar Muatan Lokal
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tim Penyusun Bahan Ajar Muatan Lokal
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Zaman purba sering disamakan dengan kehidupan yang primitif Masyarakat atau manusia yang hidup di zaman ini digambarkan serba dalam keterbatasan, kasar, dan tidak berbudaya. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Mereka memperlihatkan kearifan dalam memilih strategi hidup sehingga mampu bertahan menghadapi dunia yang masih didominasi oleh kekuatan-kekuatan alam.
Kearifan ini secara tidak langsung membentuk pengetahuan dan kebudayaan yang mencapai bentuknya seperti yang kita kenal sekarang. Berawal dari bentuk-bentuk yang sederhana di mana manusia bare mampu mengolah sumberdaya alam secara terbatas, sampai kemudian dengan pengetahuannya itu manusia mampu memanfaatan sumberdaya alam secara optimal bagi kepentingan dirinya.
Sejalan dengan kemampuan itu berkembang pula kebudayaan manusia dari yang sederhana menjadi kompleks. Pengalaman manusia selama ratuan ribuan tahun hingga jutaan tahun diturunkan sedikit demi sedikit dan dikembangkan sedemikan rupa sehingga memenuhi berbagai kebutuhan jasmani maupun kejiwaan mereka.
Di dalam kesederhanaan ini kemudian terlihat adanya kesamaan-kesamaan di antara hasil perilaku masyarakat purba yang berpola. Kesamaan-kesamaan itu dapat mencakup aspek teknologi, kepereayaan, kebiasaan-kebiasaan, atau cara hidup. Sehingga diduga mereka secara berkala dan berkesinambungan mempertukarkan pengetahuan-pengetahuan yang dianggap cocok untuk kondisi setiap kelompok.
Oleh sebab itu kata "primitif' tidaklah dapat digunakan dalam konteks ini karena terselip presepsi yang negatif dari segi kemanusiaan. Data yang lebih tepat adalah "sederhana". Di dalamnya terkandung penghargaan atas hasil-hasil yang dicapai oleh mereka.
Berangkat dan pengertian ini pelajaran tentang Muatan Lokal Warisan Budaya Materi perlu diperkenalkan kepada murid-murid Sekolah dasar kelas V. Alasannya dari upaya ini adalah untuk memberikan wawasan tentang sejarah kepada siswa serta pengertian yang lebih baik tentang akar kebudayaan mereka. Selain itu juga untuk memperlihatkan adanya kesamaan-kesamaan unsur budaya antara kelompok suku bangsa Mandar dengan suku bangsa lain. Kesamaan-kesamaan ini diharapkan dapat mendorong terbentuknya rasa saling menghargai berdasarkan kemiripan identitas."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahan ajar muatan lokal warisan budaya materi (WBM) pada dasarnya merupakan bagian dari pelajaran sejarah. Berbeda dengan pelajaran sejarah yang diangkat dari peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian berdasarkan kesaksian, bahan ajar WBM diangkat dari benda-benda basil budaya diperoleh melalui penelitian lapangan. Benda-benda ini dipilih berdasarkan daerah penemuan yang termasuk ke dalam "wilayah budaya Aceh" sesuai dengan sasaran umum program pengajaran berwawasan kebudayaan yang akan dikembangkan di daerah.
B. Fungsi
Sejarah mempunyai peran panting di dalam pembinaan rasa kebangsaan. Melalui sejarah siswa dapat diajak untuk memahami adanya kesamaan-kesamaan di dalam kebudayaan mereka dengan kebudayaan suku bangsa lain sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan sekaligus mempertebal kesadaran akan jati diri budayanya.
C. Tujuan
Sesuai dengan fungsi pengajaran muatan lokal WBM yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran siswa akan arti penting sejarah dalam kehidupan berbangsa, maka tujuan yang hendak dicapai melalui pengajaran ini antara lain. ialah membentuk sikap toleran terhadap kebudayaan lain, merangsang hubungan sosial lintas budaya, dan meningkatkan kessadaran sejarah.
D. Ruang Lingkup
Adapun cakupan bahan ajar muatan lokal WBM adalah benda-bends purbakala yang ditemukan di Daerah Istimewa Aceh yang tidak secara khusus pada "wilayah budaya Aceh". Cakupan ini dipilih mengingat pada masa purba kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahan ajar muatan lokal warisan budaya materi (WBM) pada dasarnya merupakan bagian dari pelajaran sejarah namun lebih ditekankan kepada kajian kewilayahan yang memperlihatkan adanya kesinambungan sejarah masyarakat di wilayah itu dari masa yang tua dengan masa yang lebih muda.
Sesuai dengan namanya, muatan lokal WBM akan memberi perhatian kepada peninggalan-peninggalan berupa benda cagar budaya yang diperoleh dari wilayah yang menjadi perhatian, dalam hal ini adalah wilayah Daerah Istimewa Aceh. Peninggalanpeninggalan berupa materi yang umumnya `bisu' itu sering kurang dipahami peranannya oleh siswa sebagai bukti sejarah karena tidak dapat dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran sejarah yang mereka peroleh sebelumnya di kelas yang lebih rendah.
Ketidakmengertian siswa untuk menghubungkan benda budaya dengan sejarah sejak lama sudah diketahui menjadi kendala di dalam proses perkembangan mental siswa untuk memahami peranan sejarah di dalam kehidupan sosial maupun pribadi mereka. Ketidakmengertian ini terutama disebabkan oleh kurangnya bahan-bahan pelajaran yang dapat membimbing mereka untuk memperoleh pemahaman itu.
Berdasarkan kenyataan ini maka sangatlah panting bagi guru sejarah yang membawakan bahan ajar muatan lokal WBM memahami Garis-garis Basal- Program Pengajaran (GBPP) agar dicapai kondisi yang memudahkan siswa di dalam memahami bahan ajar yang mereka terima. Kondisi ini diharapkan dapat tercapai karena secara mental maupun intelektual siswa kelas V sekolah dasar pada umumnya sudah cukup mampu menerima bahan ajar yang tidak lagi bersifat empirik. Setidaknya mereka diharapkan sudah mampu melakukan interpretasi dan analisis tingkat sederhana terhadap fakta-fakta sejarah yang dirangkai di dalam bahan ajar sebagai sebuah cerita."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"Kehadiran dan keberadaan bentuk-bentuk penggambaran makhluk hidup pada sejumlah kepurbakalaan Islam di berbagai kota di pesisir pantai utara Jawa dan Madura, seperti Cirebon, Demak, Jepara, Lamongan, Gresik dan Sumenep, cukup menarik sebagai bahan kajian. Didalam Islam, terdapat sejumlah larangan mengenai penggambaran dan perwujudan dari makhluk yang sifatnya hidup atau bernyawa. Kenyataannya justru sebaliknya, pada sejumlah kepurbakalaan di dunia Islam, khususnya di Cirebon, terdapat banyak sekali penggambaran makhluk hidup dalam berbagai bentuk.
Masalah penelitiannya adalah seberapa jauh bentuk-bentuk penggambaran makhluk hidup tersebut dapat dideteksi dan diidentifikasi melalui penelitian kepustakaan dan lapangan. Makhluk apa saja yang digambarkan dan bagaimana cara atau tehnik penggambarannya. Selain itu, seberapa jauh faktor non-muslim dan budaya pra-Islam ikut berperan dalam penggambaran makhluk bernyawa tersebut. Tujuan penelitian ini, adalah mengidentifikasikan dan menginventarisir karya seni rupa Islam Cirebon yang menggambarkan makhluk hidup, bentuk, tehnik dan fungsi dari penggambaran tersebut. Lokasi penelitiannya di kota Cirebon yaitu di keraton Kasepuhan, keraton Kanoman, mesjid Panjunan dan Taman Gua Sunyaragi. Media penggambaran pada monumental yang diteliti di keraton Kasepuhan adalah bangunan Siti Inggil, bangunan Pringgandani, bangunan Prabayaksa, bangunan Kaputren, bangunan Pamburatan, atap bangunan, pintu buk, pintu Gedung Dalem Panembahan Pakungwati, patung Macan All, area nandi di Taman Bunderan; di keraton Kanoman adalah di tembok keliling keraton, bangunan Siti Inggil, pintu masuk bangunan Pendopo, patung Macan Ali; dinding mesjid Panjunan, dan Taman Gua Sunya Ragi. Media artefak yang diamati adalah kereta Singa Barong, kereta Paksi Naga Liman, kereta Jempana, tandu Garuda Mina, hiasan dinding, tempat lampu, vas bunga, tempat surat, tempat keris, peralatan gamelan, patung, topeng, hiasan lengan, tameng, kaki meja, kaki kursi, kaki meja singgasana, meriam, wayang, keramik, tegel porselen, panil gunungan, dan artefak pintu.
Hasil penelitian menunjukkan ada tiga jenis makhluk hidup yang digambarkan yaitu makhluk hewan, makhluk hibrid, dan manusia. Jenis hewannya adalah banteng, lembu, macan, gajah, burung, rasa, ikan, naga, singa, ayam, srigala, katak, kerbau, anjing, kuda, garuda, dan burung phonik. Jenis makhluk hibridnya adalah ganesha, singa barong, naga, garuda mina, putri duyung, dan paksi naga liman. Sedangkan manusia digambarkan dalam bentuk utuh, dan berupa wajah atau mukanya saja. Selain itu, terdapat juga penggambaran makhluk malaikat. Dari segi tehnik penggambarannya, ada empat tehnik yaitu 1) naturalistis, 2) stilistik/denaturalistis, 3) hibridasi, dan 4) wayang. Dari segi fungsinya, ada enam yaitu: 1) mengingatkan kepada Tawhid; 2) tranfigurasi bahan, 3) transfigurasi struktur, 4) pengindahan, 5) titiwangsa, dan 6) simbolis. Dari penggambaran makhluk hidup dapat ditelusuri kehadiran pengaruh dari budaya luar, baik dari yang non muslim seperti India, Cina, dan Eropa, maupun muslim seperti Mesir. Selain itu, tentunya pengaruh budaya dari pra-Islam atau Hindu Buddha. Hal ini memperlihatkan kearifan penguasa maupun seniman yang membuat karya seni rupa Islam di Cirebon.
Dari penelitian ini, dapat terlihat bahwa penggambaran makhluk hidup pada sejumlah media kepurbakalaan di Cirebon menunjukkan kehadiran maksud-maksud tertentu dari si pembuatnya, dan tanpa meninggalkan pesan-pesan Islami yang ingin disampaikan kepada pemirsa karya seni Islam kuna tersebut. Di samping itu, pada karya-karya artefak masa kini, memperlihatkan adanya kontinuitas penggambaran makhluk hidup yang secara tradisi dilanjutkan dan menjadi ciri khas dari karya seni Cirebon seperti motif macan ali."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Departemen Kebudayaan Pariwisata, 2003
792.598 SEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>