Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117061 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelson Saksono
"ABSTRAK
Program iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah gangguan akibat kekurangan iodium. Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif karena kadar iodiummya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur.
Untuk mengetahui lebih jauh keberadaan iodium dalam bumbu dapur perlu diadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode analisis yang lebih sensitif dibanding metode yang pernah di lakukan (Todometri) karena banyaknya senyawa kimia dalam bumbu dapur.yang berinteraksi dengan iodat. Metode X-ray Fluorescence digunakan untuk menganalisis secara total kandungan iodium dalam suatu sampel. Metode ini dapat digunakan dalam menganalisis iodium dalam berbagai spesies baik itu dalam bentuk iodida , iodat, iodium dan bentuk kompleks. Metode X-ray Fluorescence sangat sensitif dalam menganalsis suatu unsur yaitu sampai kisaran ppm. Dalam penelitian ini selain metode X-ray Fluorescence juga dilakukan pengujian menggunakan metode iodometri dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dengan metode ini.
Hasil yang diperoleh dari metode X-ray Fluorescence adalah untuk bumbu cabe terjadi penurunan iodat sekitar 12,84 %, bumbu ketumbar sekitar 6,42 % dan merica sekitar 1,14 %. Sedangkan dengan metode Iodometri hasil yang diperoleh terjadi penurunan untuk masing-masing bumbu dapur yaitu cabe sekitar 75,5%, ketumbar 51,43% dan merica 20,99%.
Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. Iodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa . X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah ."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rejeki
"ABSTRAK
GAKY merupakan salah sam masalah kexeharan masyarakat di Indonesm. Gamm
bwyodium ada/ah Salah sam cara untuk mcnanggulangf gangguan alcibat kekurangan
yodium yang dapa! mengakibatkan berbagai masalah gangguan akiba! kekurangan
yodium (GAKY). Penggunaan garam beryadium adalah cara penanggulangan _vang
praklis dan ;murah. Rumah langga yang menggunakan garam beryodium di K ecamalan
Bojongmangu sebesar 51 %. Scdangkan target USI adalah 90 % rumah rangga
menggunakan garam beryodium. Dengan melihal adanyua kesenjangan zensebul, jzkror-
_/Zzkror apa yang berhubungan dengan kandungan yodium daiam garam.
Tn/uan penelitian ini adalah unruk mengetahuifaktorfaktor yang berhubzmgan dengan
kandungan yodium dalam garam yang digunakan oleh rumah Iangga di Kecamaran
Bojongfnangu tahun 3007. _ __
Penelilian ini mengguna/ran design cross sccrfonal. Jumlah sampe1 216 di 3 desa. Wap
desa 3 RM tiap RW 2 RT dan Hap RT 12 rcsponden. Sebagai rcsponden adalah ibu
rumah rangga. Cara pengambilan .vampel menggunakan random. Variabel dependen
adalah kandungan yodium dalam garam yang dlgunakan oleh rumah langga. Variabel
independen yang dfteiitih adalah pendidlkan. pekerjaan, pendaparan, pengelahuan ibn
tenrang garam bcryodium, rempat membeli, persepsi harga, lama simpan, jenis garam,
wadah penyimpan, cam menyimpan dan Ierak menyimpan garam. .Pengumpulan data
mengzmakan Iodine Tast, timbangan, dan kuesioner.
Hasil penelirian ada/ah 16.2 % rumah tangga yang menggunakan garam beryodium
de/:gan kandungan yodium cukup berdasarkan pengetesan menggunakan Iodina Test,
38,9 % kurang mengandung yodium dan 44,9 % tidak mengandung yodium. Terbanyak
adalah bemuk garam bafa (85.2 %). Hasil analisis dengan menggunakan chi square
dnneroleh p value < 0,05 pada variabel promosi tentang penggunaan garam be1;vodium_
pengerahuan ibu tanrang garam beryodium, tempat membeli garam, jenis / bentuk
garam, cara menyimpan, dan letak menyimpan garam. Kesimpulannya bahwa bentuk garam yang paling banyak digunakan di masyarakat
adalah benluk garam bam. Kemungkinan Ierjadi bahwa garam bata bcvgyalc yang tidak
beryodium. Masih jauh untuk mencapai target USI 90 % rumah rangga menggunakan
garam beryodium. Banyalc program kegiaran yang harus dilaksanakan untuk
nzeningkatlcan penggunaan garam beryodium di Kecamatan Bojongmangu.

ABSTRACT
Iodine Deficiency Disorders (IDD) is one of public health problems in Indonesia. Iodine
Deficiency Disorder can cause many health problems. One of endeavors to address this
This effort is considered practical and in expensive. There
are 51 % households that use iodizes salt in Bojongmangu sub district, meanwhile, it is
targeted Universal Salt Iodization (USI) that 90 % of the household use iodizes salt.
Based on this data therefore, it is essential to know factors that related with the salt
iodine level at the household.
The aims of the study are to find out the factors that relate with salt iodine level that has
been consumed at the liouseholds.
This study used cross-sectional design. There are 2 l6 respondents in 3 villages. In each
village, 3 RW have been choosen. In each RW, 2 RT have been choosen and then in
each RT, 12 respondents have become the samples ofthe study. The housewives are the
samples of the study and they have been chosen randomly. The dependent variable is the
iodine level at the households. The independent variables consist of education,
occupation, income, knowledge about the iodize salt, place of purchase,cost perception,
duration of storage, the variety of the salt, container for storage, storage technique and
the location of storage. The data collection has been done using Iodine Test, weight
scale and questioner. `
The results of the study reveal that 16,2 % household use iodize salt with the sufficient
level based on iodine test, 38,9 % of them use insufficiently and 44,9 % do not use
iodize salt. Most of the households (85,2 %) use brick salt. T he data analysis use chi-
square, there are some variables that have p Value < 0,05, they are iodize salt promotion,
knowledge of the housewives, place of purchase, the kind of salt, thc storage technique
and place oh storage.In conclusion, the type of salt that most of the households use brick salt. Most of salt do
not have iodine especially the brick salt. This facts show that in population level, there
are many households that do not use iodine salt. The target ot`USI (90%) has not been
reached, thus, the effort to promote the use of iodize salt should be encouraged in
Bojongmangu sub district.

"
2007
T34327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erison
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani secara serius di Indonesia, karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Propinsi Sumatera Barat adalah salah satu daerah endemik "sedang" di Indonesia dengan prevalensi gondok/ Total Goiter Rate (TGR) sebesar 20,5%. Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional sebesar 9,8%. Sementara target yang hendak dicapai adalah kurang dari 5% pada tahun 2010. Dalam rangka penanggulangan dampak GARY, pemerintah Propinsi Sumatera Barat melalui Kepala Bappeda telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor:414/8/0811/PKSDMPK/Bappeda-2003 tentang Tim Penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran dan faktor-faktor yang mendukung kinerja tim penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat tahun 2003, dengan pendekatan sistem meliputi: Input struktur organisasi, aspek hukum dan kebijakan, tenaga, sarana pendukung dan biaya), Proses (koordinasi tim, pembagian tugas dan kewenangan, rencana kerja tim, pembinaan, monitoring dan evaluasi) dan Output (dokumen koordinasi, notulen pertemuan, dokumen pembagian tugas dan kewenangan, dokumen rencana kerja, dokumen pembinaan dan dokumen evaluasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim penanggulangan GAKY Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 belum berfungsi secara optimal sebagai organisasi.
Berdasarkan hasil peneliuan yang dilakukan maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota agar melakukan pembenahan internal dengan pembinaan personil, melakukan manajemen secara transparans, melakukan advokasi. Terhadap Tim GAKY disarankan agar menterjemahkan Surat keputusan tentang Tim GAKY sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan, membuat rencana kerja dan melakukan rakor secara berkala, merumuskan indikator dan kriteria masing-masing komponen tim, melakukan kajian dan evaluasi terhadap komponen dan proses koordinasi serta memberikan umpan balik kepada masing-masing unsur yang terlibat dalam upaya penanggulangan dampak GAKY di Propinsi Sumatera Barat tahun 2003. Selanjutnya Kepada Pemda dan DPRD Propinsi Sumatera Barat diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga upaya penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat dapat terlaksana dengan baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Mohamad Arief Achdiar Adiwinata
"ABSTRAK
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) termasuk masalah kesehatan yang serius karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental manusia, yang dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Kabupaten DT.II Purwakarta salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang termasuk daerah endemis GAKI Daerah endemis GAKI di Kabupaten Purwakarta pada tahun 1996, tersebar pada desa-desa di wilayah kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Bojong, dengan angka prevalensi GAKI, sebesar 36,80 %.
2. Kecamatan Pasawahan, dengan angka prevalensi GAKI sebesar 26,00 %.
3. Kecamatan Wanayasa, dengan angka prevalensi GAKI sebesar 13,70 %.
4. Kecamatan Darangdan, dengan angka prevalensi GAKI sebesar 10,70 %.
Dalam rangka penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ( GAKI) di Kabupaten Purwakarta, telah dikeluarkan Surat Keputusan Bupati KDII Tingkat II Purwakarta Nomor : 501/SK.208-Perek/1996 tentang Pembentukan Tim Komite Nasional Garam (KNG ) Kabupaten DT.II Purwakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengorganisasian Tim Komite Nasional Garam ( KNG) Kabupaten Purwakarta dengan pendekatan sistem, yaitu : Input : Struktur Organisasi, Tenaga, Sarana dan Biaya.
Proses : Pembagian Tugas, Perincian Pekerjaan, Pendelegasian Wewenang, Koordinasi, Rencana Kerja, Monitoring dan Evaluasi.
Sehingga diharapkan Out put nya yaitu dapat berfungsinya organisasi Tim KNG dalam penanggulangan GAKI di Kabupaten DT.II Purwakarta.
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu menggambarkan pengorganisasian dari Tim KNG Kabupaten DT.II Purwakarta. Data di dapat dari hasil wawancara dengan responden yaitu anggota Tim Teknis KNG Kabupaten Purwakarta. Dan selanjutnya diolah dengan melakukan analisis isi yaitu dengan menganalisa hasil penelitian dan membandingkannya dengan teori-teori pada tinjauan kepustakaan.
Hasil penelitian dari seluruh variabel menunjukan bahwa Tim KNG Kabupaten Purwakarta belum berfungsi secara optimal sebagai organisasi bila dilihat dari input, proses dan out put.
Dari basil penelitian yang telah dilakukan, maka dengan ini disarankan agar Tim KNG, dapat menyusun struktur/bagan organisasi, pembagian tugas, perincian pekerjaan, rencana kerja, mengupayakan anggaran biaya, monitoring dan mengevaluasi hasil kegiatan yang dilaksanakan serta meningkatkan frekuensi pertemuan terutama lebih menekankan kepada proses koordinasi anggota Tim KNG.
Daftar Pustaka : 121 1984 -1997

ABSTRACT
Organizing The Salt National Committee Team ( KNG = Komite Nasional Garam) to Solve The Problems due to Iodine Deficiency ( GAKI = Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) in Purwakarta Regency in The Year 1997Disease due to Iodium Deficiency (GAKI = Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) is one of serious health problems because it can interfere the human mental development and decrease the quality of human resources.
The regency of Purwakarta is one of the regencies in West Java Province which is still an endemic area of GAKI. The endemic areas of GAKI in Purwakarta in 1996 are spread in villages of the subdistricts as follow :
- Bojong subdistricts with 36.80 % of GAKI prevalence.
- Pasaahan subdistricts with 26.00 % of GAKI prevalence.
- Wanayasa subdistricts with 13.70 % of GAKI prevelence.
- Darangdan subdistricts with 10.70 % of GAKJ prevelence.
In order to solve the problem of the disease due to Iodium deficiency, Purwakarta has issued a Decision Letter of Purwakarta's Regent No. 501/SK.208-Perek/1996 about forming The Team of The Salt National Committee ( KNG = Komite Nasional Garam) of Purwakarta.
This study is aimed to study the organization of The Salt National Committee Team of Purwakarta. The system approaches used are :
- Input : Organization structure, manpower, facilities and finance.
- Proses : Job distribution, job description, authority delegation, coordination, plan of action, monitoring and evaluation.
- The expected out put is a proper function of KNG team in overcoming sodium related disease in Purwakarta.
This study is qualitative. It describes the organizing aspect of KNG team in Purwakarta. Data were collected from interviews with respondents i.e members of technical team of KNG of Purwakarta. They were , then, analyzed by analyzing the study result and compare it with the theories from the references.
The result from all variables shows that Purwakarta KNG team does not optimally function as an organization which can be seen from input, process and output aspects.
From this result, it is advised that the KNG team should form the organization structure, job distribution, job description, plan of action, increase the frequency of meetings, pursue for budget, monitor and evaluate result that have been done so far and give more stressing for better coordination among KNG team.
Reference : 12 (1984 -1997 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Develas
"Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengamati ketahanan korosi dari TAD berbahan SS setelah pemaparan pada tiga jenis larutan kumur yang berbeda yang ditinjau dari permukaan topografi dan komposisi atomik. Metode : 28 unit TAD berbahan Stainless Steel dibagi secara merata ke dalam 4 kelompok larutan kumur (sodium fluoride 0,2%, povidone iodine 1%, kitosan 1,5%, dan air destilasi) yang masing-masing terdiri dari 7 unit TAD. Setelah 3 bulan perendaman dilakukan evaluasi ketahanan korosi material TAD SS menggunakan scanning electrone microscope (SEM) untuk melihat topografi permukaan dan energy-dispersive x-ray spectroscopy (EDS) untuk melihat komposisi atomik pada permukaan logam TAD SS. Hasil : Uji SEM menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara permukaan TAD SS setelah pemaparan dalam larutan sodium fluoride, povidone iodine, dan larutan kontrol (air destilasi) yaitu permukaan menjadi kasar dan terbentuk korosi lubang/intergranular. Namun pada TAD SS yang direndam dalam larutan kitosan hanya mengalami perubahan permukaan menjadi kasar tanpa disertai korosi lubang/intergranular. Sementara uji EDS menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara komposisi atomik TAD berbahan logam stainless steel setelah dipaparkan dalam larutan Fluoride, povidone iodine, kitosan, dan air destilasi (kontrol). Kesimpulan : Perendaman TAD SS 316L pada ketiga larutan kumur memicu proses korosi yang terlihat dari kekasaran permukaan logam paska perendaman, dengan larutan sodium fluoride dan povidone iodine bersifat lebih korosif, sementara larutan kitosan yang paling tidak korosif. TAD SS 316L memiliki biokompatibilitas yang baik terlihat dari pelepasan ion nikel dan kromium yang minimal pada seluruh sampel TAD SS paska perendaman.

Objectives : This study aims to evaluate the corrosion resistance of stainless steel TAD after immersion in three mouthwash solutions marked by topography surface and atomic composition. Methods : 28 unit stainless steel TADs were divided into 4 group of mouthwashes (0,2% sodium fluoride, 1% povidone iodine, 1,5% chitosan, and distilled water as control group) each consisting of 7 TADs. After 3 months of immersion, the corrosion resistance of SS TAD will be evaluated using scanning electron microscope (SEM) to analyze the surface topography and energy-dispersive x-ray spectroscopy (EDS) to analyze the atomic composition. Results: SEM images showed no significant difference between the surface topography of SS TAD after immersion in sodium fluoride, povidone iodine, and distilled water as they exhibit surface roughness and the presence of pitting/intergranular corrosion. However, SS TAD immersed in chitosan solution only displayed surface roughness without any sign of pitting/intergranular corrosion. EDS examination showed no significant difference between the atomic composition of SS TAD immersed in all mouthwash solutions. Conclusions : Immersion of SS TAD 316L in three different mouthwashes induced corrosion process which is shown by the surface roughness after 3 months of immersion. Sodium fluoride and povidone iodine mouthwash have shown to be more corrosive, while chitosan mouthwash was the least corrosive. SS TAD 316L displayed good biocompatibility which is shown by minimal release of nickel and chromium ions on all TAD samples after immersion"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muslimatun
"A cross-sectional study was conducted in eight villages of Paninggahan Puskesmas catchment area in Solok district, West Sumatra province during March 1996. Its main objective was to investigate the relationship between iodine supplementation and IDD status among school age children in endemic goiter area.
A total of 238 children aged between 8 - 10 years from 8 public elementary schools were recruited into the study. Methods of assessment were palpation of thyroid gland, measurement of UIE level, determination of iodine level in salt and drinking water, weight and height, and interviews to determine the actual iodized oil capsule coverage. In addition, samples of environmental water was collected to assess its iodine content.
The survey area was categorized as mild 1DD area based on goiter rate, i.e. 19% (all were in grade 1). Median UIE level indicated that the subjects had been in iodine-replete condition (13.1 pg/dl). Iodine in salt was 14.4 t 9 ppm and iodine in drinking water was 11.7 t 8.2 pg/L. Mean of iodine level in the environmental water (river, well, and lake) was relatively high (12.2 t 4.7 pgfL). Iodized oil capsule coverage was 61%, and 55% of those children received their latest capsule less than one year at the time of the study. The surveyed children had low nutritional status based on anthropometric measurement, which was shown by the -high prevalence of stunting (36%), underweight (31%), and wasting (5%). There was no association between anthropometric indices and goiter.
The three types of iodine supplementation, i.e.: iodized oil capsule, iodized salt, and iodinated water were not associated with goiter rate, while iodine level in salt - although below the recommended level - was significantly associated-with -UiE level, suggesting that efforts to -attain the universal-salt iodization should be encouraged. The relatively high iodine level in environmental water implied sufficient iodine sources in the area, therefore factors other than iodine deficiency might play an important role in the 1DD status of the surveyed population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T4705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Lucia V.H.
"ABSTRACT
A study on Iodine Deficiency Disorders (IDD) and intellectual performance of the school-children has been done in Malang District, East Java, in December 1994. This study covered 11 villages within 5 sub districts, three of which have volcanic soil and two have limestone soil. Totally 544 school-children aged 8- 10 years old, from 22 public primary schools were measured. Villages selection was done with the aim to describe the overall extent and severity of IDD among school-children by using different methods of assessment. Methods of assessment were palpation, ultrasonography, urinary iodine excretion (UIE) and the serum thyroid stimulating hormone (TSH) level. Culture Fair Intelligence Test were used to assess the intelligence quotient (IQ) points. The Total Goiter Rate (TGR) for the whole survey area as indicated both by palpation and ultrasound measurement were revealed 35.7 % and 54.8 % respectively.
According to WHO criteria, the survey area categorized as "Severe" (TGR >=30%) as indicated by either palpation or ultrasound measurement. In contrast, the survey area categorized as "Mild" based on both UIE and TSH level (Median UIE = 5.50 ag/dl, TSH >5 mU/l = 3.4 %) Goiter, either determined by palpation or USG, was significantly associated with IQ points of the subjects ( p < 0.001 and p < 0.01 respectively). The association between median of UIE and IQ points of the subjects were also significant (p < 0.001). TSH level was not necessarily associated with either IQ points of the subjects or another IDD indicators. It is concluded that two of the IDD indicators (goiter and UIE) were significantly associated with the level of intelligence of the school-children, which reflected the quality of life of the people. Therefore, the intervention is urgently needed.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedi Surahman
"Program iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah gangguan akibat kekurangan iodium. Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam ber-iodium tidak efektif karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur.
Untuk mengetahui lebih jauh keberadaan iodium dalam bumbu dapur perlu diadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode analisis yang lebih sensitif dibanding metode yang pernah dilakukan (lodometri) karena banyaknya senyawa kimia dalam bumbu dapur yang berinteraksi dengan iodat. Metode X-ray Fluorescence digunakan untuk menganalisis secara total kandungan iodium dalam suatu sampel. Metode ini dapat digunakan dalam menganalisis iodium dalam berbagai spesies baik itu dalam bentuk iodida, iodat, iodium dan bentuk kompleks. Metode X-ray Fluorescence sangat sensitif dalam menganalisis suatu unsur yaitu sampai kisaran ppm. Dalam penelitian ini selain metode X-ray Fluorescence juga dilakukan pengujian menggunakan metode iodometri dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dengan metode ini.
Metode X-ray Fluorescence dilakukan dengan cara mencampurkan sekitar 25 gram garam NaCl yang mengandung sekitar 480 ppm kalium iodat dengan masing-masing 25 gram bumbu dapur (cabe, ketumbar dan merica). Campuran ini kemudian dilarutkan dengan aquades menjadi 100 ml dan dianalisis dengan alat X-ray Fluorescence. Intensitas yang dihasilkan dari unsur iodium dalam campuran bumbu dapur dan garam iodat dibandingkan dengan intensitas unsur iodium larutan standar iodat yang diketahui konsentrasinya menggunakan perhitungan regresi linier. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah untuk bumbu cabe terjadi penurunan iodat sekitar 12,84 %, bumbu ketumbar sekitar 6,42 % dan merica sekitar 1,14 %.
Metode iodometri dilakukan dengan cara melarutkan 62,5 gram masing-masing bumbu dapur (cabe, ketumbar dan merica) ke dalam 500 ml aquades. Larutan ini disaring dan hasil saringan diambil 10 ml kemudian ditambahkan 1 gram NaCl dengan variasi konsentrasi iodat. Campuran ini kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan sampel garam tanpa penambahan bumbu dapur. Dari hasil perbandingan ternyata pada konsentrasi iodat sekitar 470 ppm terjadi penurunan untuk masing-masing bumbu dapur yaitu cabe sekitar 75,5%, ketumbar 51,43% dan merica 20,99%.
Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. lodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa . X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nelson Saksono
"Program Iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur. Untuk mengetahui lebih jauh duduk permasalahannya, maka perlu dilakukan analisis keberadaan iodat dalam bumbu dapur dengan metode Iodometri dan metode X-ray Fluorosence. Dari hasil pengujian metode Iodometri terjadi penurunan kandungan iodat untuk masingmasing bumbu dapur yaitu cabai sebesar 75,5 %, ketumbar 51,43 % dan merica 20,99 %. Sedangkan hasil pengujian dengan metode X-ray Fluorosence terjadi penurunan iodat untuk cabai sebesar 12,84 %, ketumbar 6,42 % dan merica 1,14 %. Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. Iodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa. X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah.

Iodat Analysis Content in Cooking Ingredients Using Iodometry and X-ray Fluorescence Methods. Salt iodization program using iodine fortification into salt method is the best method that is effective and economical to overcome the problems caused by iodine deficiency. However in, its development there are some issues clamed that the use of iodized salt is ineffective since iodine content reduces, even disappear when the salt mix with other cooking ingredients. In order to investigated the existence of iodine in cooking ingredients, a research applying iodometry and X-ray fluorescence methods was carry out. The result obtained by iodometry method showed decreases in iodine content in each ingredient, as chili was 75,5 %, ketumbar was 51,43 %, and pepper was 20.99 %. On the other hand, the X-ray Fluorescence measurement showed the iodat deficiency in chili was 12.84 %, ketumbar was 6.42 %, and pepper was 1.14 %. The difference in the result of iodat deficiency can be caused by difference in principle and possessed by them. Iodometry only can analyze iodine in iodat form, while in cooking ingredients iodat may exist in various compound. X-ray Fluorescence can analyze iodat in some compounds so that the complicated matrix ingredient with not interfere the measurement."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>