Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tahukah kamu bahwa bukti pertama tentang kehadiran manusia purba di Aceh berasal dari pesisir timur? Di sana ditemukan bukit-bukit kecil yang tersusun dari cangkang kerang. Bukti-bukit ini merupakan sisa makanan manusia. Daerah penemuannya mulai dari Langsa terus ke Tamiang hingga Lhoseumawe.
Dahulu manusia purba di Aceh sangat menyukai kerang dan siput, mereka mengumpulkan kerang untuk dimakan dari sungai-sungai dan rawa-rawa dekat taut. Setelah dimakan, cangangnya dibuang dekat dengan tempat tinggal mereka. Lama-lama sisa makan itu menjadi sangat banyak dan tertimbun menjadi bukit. Bukit-bukit inilah yang disebut sebagai bukit kerang.
Bukit-bukit kerang ini ternyata menyimpan banyak bukti tentang manusia purba. Diantaranya alat-alat batu berbentuk kapak sederhana dan pahat genggam. Kapak-kapak ini dahulu dipergunakan untuk berbagai keperluan, di antaranya untuk membelah kayu atau memecah tulang. Pahat dipakai untuk pekerjaan yang lebih berat seperti menebang pohon atau menggali tanah. Bentuk kapak-kapak ini sangat mirip dengan kapak-kapak yang ditemukan di Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Thailand.
Alat-alat batu ini tidak diikatkan pada tangled, tetapi langsung digenggam tangan. Ukurannya yang besar membuat alat-alat ini dapat digenggam dengan satu tangan atau dua tangan. Para ahli purbakala menduga alat-alat ini tidak dipakai untuk berburu, tetapi untuk berkerja. Mungkin alat-alat berburu masa itu terbuat dari kayu atau bambu yang mudah lapuk."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP 2002 39
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Zaman purba sering disamakan dengan kehidupan yang primitif Masyarakat atau manusia yang hidup di zaman ini digambarkan serba dalam keterbatasan, kasar, dan tidak berbudaya. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Mereka memperlihatkan kearifan dalam memilih strategi hidup sehingga mampu bertahan menghadapi dunia yang masih didominasi oleh kekuatan-kekuatan alam.
Kearifan ini secara tidak langsung membentuk pengetahuan dan kebudayaan yang mencapai bentuknya seperti yang kita kenal sekarang. Berawal dari bentuk-bentuk yang sederhana di mana manusia bare mampu mengolah sumberdaya alam secara terbatas, sampai kemudian dengan pengetahuannya itu manusia mampu memanfaatan sumberdaya alam secara optimal bagi kepentingan dirinya.
Sejalan dengan kemampuan itu berkembang pula kebudayaan manusia dari yang sederhana menjadi kompleks. Pengalaman manusia selama ratuan ribuan tahun hingga jutaan tahun diturunkan sedikit demi sedikit dan dikembangkan sedemikan rupa sehingga memenuhi berbagai kebutuhan jasmani maupun kejiwaan mereka.
Di dalam kesederhanaan ini kemudian terlihat adanya kesamaan-kesamaan di antara hasil perilaku masyarakat purba yang berpola. Kesamaan-kesamaan itu dapat mencakup aspek teknologi, kepereayaan, kebiasaan-kebiasaan, atau cara hidup. Sehingga diduga mereka secara berkala dan berkesinambungan mempertukarkan pengetahuan-pengetahuan yang dianggap cocok untuk kondisi setiap kelompok.
Oleh sebab itu kata "primitif' tidaklah dapat digunakan dalam konteks ini karena terselip presepsi yang negatif dari segi kemanusiaan. Data yang lebih tepat adalah "sederhana". Di dalamnya terkandung penghargaan atas hasil-hasil yang dicapai oleh mereka.
Berangkat dan pengertian ini pelajaran tentang Muatan Lokal Warisan Budaya Materi perlu diperkenalkan kepada murid-murid Sekolah dasar kelas V. Alasannya dari upaya ini adalah untuk memberikan wawasan tentang sejarah kepada siswa serta pengertian yang lebih baik tentang akar kebudayaan mereka. Selain itu juga untuk memperlihatkan adanya kesamaan-kesamaan unsur budaya antara kelompok suku bangsa Mandar dengan suku bangsa lain. Kesamaan-kesamaan ini diharapkan dapat mendorong terbentuknya rasa saling menghargai berdasarkan kemiripan identitas."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahan ajar muatan lokal warisan budaya materi (WBM) pada dasarnya merupakan bagian dari pelajaran sejarah. Berbeda dengan pelajaran sejarah yang diangkat dari peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian berdasarkan kesaksian, bahan ajar WBM diangkat dari benda-benda basil budaya diperoleh melalui penelitian lapangan. Benda-benda ini dipilih berdasarkan daerah penemuan yang termasuk ke dalam "wilayah budaya Aceh" sesuai dengan sasaran umum program pengajaran berwawasan kebudayaan yang akan dikembangkan di daerah.
B. Fungsi
Sejarah mempunyai peran panting di dalam pembinaan rasa kebangsaan. Melalui sejarah siswa dapat diajak untuk memahami adanya kesamaan-kesamaan di dalam kebudayaan mereka dengan kebudayaan suku bangsa lain sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan sekaligus mempertebal kesadaran akan jati diri budayanya.
C. Tujuan
Sesuai dengan fungsi pengajaran muatan lokal WBM yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran siswa akan arti penting sejarah dalam kehidupan berbangsa, maka tujuan yang hendak dicapai melalui pengajaran ini antara lain. ialah membentuk sikap toleran terhadap kebudayaan lain, merangsang hubungan sosial lintas budaya, dan meningkatkan kessadaran sejarah.
D. Ruang Lingkup
Adapun cakupan bahan ajar muatan lokal WBM adalah benda-bends purbakala yang ditemukan di Daerah Istimewa Aceh yang tidak secara khusus pada "wilayah budaya Aceh". Cakupan ini dipilih mengingat pada masa purba kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Bahan ajar muatan lokal warisan budaya materi (WBM) pada dasarnya merupakan bagian dari pelajaran sejarah namun lebih ditekankan kepada kajian kewilayahan yang memperlihatkan adanya kesinambungan sejarah masyarakat di wilayah itu dari masa yang tua dengan masa yang lebih muda.
Sesuai dengan namanya, muatan lokal WBM akan memberi perhatian kepada peninggalan-peninggalan berupa benda cagar budaya yang diperoleh dari wilayah yang menjadi perhatian, dalam hal ini adalah wilayah Daerah Istimewa Aceh. Peninggalanpeninggalan berupa materi yang umumnya `bisu' itu sering kurang dipahami peranannya oleh siswa sebagai bukti sejarah karena tidak dapat dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran sejarah yang mereka peroleh sebelumnya di kelas yang lebih rendah.
Ketidakmengertian siswa untuk menghubungkan benda budaya dengan sejarah sejak lama sudah diketahui menjadi kendala di dalam proses perkembangan mental siswa untuk memahami peranan sejarah di dalam kehidupan sosial maupun pribadi mereka. Ketidakmengertian ini terutama disebabkan oleh kurangnya bahan-bahan pelajaran yang dapat membimbing mereka untuk memperoleh pemahaman itu.
Berdasarkan kenyataan ini maka sangatlah panting bagi guru sejarah yang membawakan bahan ajar muatan lokal WBM memahami Garis-garis Basal- Program Pengajaran (GBPP) agar dicapai kondisi yang memudahkan siswa di dalam memahami bahan ajar yang mereka terima. Kondisi ini diharapkan dapat tercapai karena secara mental maupun intelektual siswa kelas V sekolah dasar pada umumnya sudah cukup mampu menerima bahan ajar yang tidak lagi bersifat empirik. Setidaknya mereka diharapkan sudah mampu melakukan interpretasi dan analisis tingkat sederhana terhadap fakta-fakta sejarah yang dirangkai di dalam bahan ajar sebagai sebuah cerita."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan
A. Pengertian
Bahan ajar muatan lokal warisan budaya materi (WBM) pada dasarnya merupakan bagian dari pelajaran sejarah. Berbeda dengan pelajaran sejarah yang diangkat dari peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian berdasarkan kesaksian, bahan ajar WBM diangkat dari benda-benda hasil budaya yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Benda-benda ini dipilih berdasarkan daerah penemuan yang termasuk ke dalam "wilayah budaya Mandar" sesuai dengan sasaran umum program pengajaran berwawasan kebudayaan yang akan dikembangkan di daerah.
B. Fungsi
Sejarah mempunyai peran penting di dalam pembinaan rasa kebangsaan. Melalui sejarah siswa dapat diajak untuk memahami adanya kesamaan-kesamaan di dalam kebudayaan mereka dengan kebudayaan suku bangsa lain sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan sekaligus mempertebal kesadaran akan jati diri budayanya.
C. Tujuan
Sesuai dengan fungsi pengajaran muatan lokal WBM yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran siswa akan arti penting sejarah dalam kehidupan berbangsa, tujuan yang hendak dicapai melalui pengajaran ini antara lain ialah:
1. membentuk sikap toleran terhadap kebudayaan lain,
2. merangsang hubungan sosial lintas budaya, dan
3. meningkatkan kesadaran sejarah."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP 2002 19
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pelaksanaan GBPP mata pelajaran Warisan Budaya merupakan salah satu materi muatan lokal kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah. Kurikulum muatan lokal warisan budaya merupakan muatan lokal yang berdiri sendiri merupakan muatan lokal yang berdiri sendiri mempunyai dan memiliki alokasi waktu tesendiri.
Muatan lokal ini diperuntukan bagi Kelas V Sekolah Dasar di Kalimantan Tengah. Untuk melaksanakan muatan lokal tersebut perlu disusun Juklak dan Juknis kurikulum muatan lokal yang berdasarkan:
1. UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) yaitu UU RI Nomor: 2 tahun 1989;
2. Peraturan Pemerintah (PP Nomor: 2 tahun 1990);
3. Acuan pengembangan kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Provinsi Kalimantan Tengah;
4. GBPP Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Porvinsi Kalimantan Tengah;
5. Pedoman pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar Kalimantan Tengah.
B. Fungsi
Petunjuk teknis pelaksanaan kurikulum muatan lokal Warisan Budaya, sebagai berikut:
1. Petunjuk dalam penyusunan analisis materi, pelajaran, program tahunan, program catur wulan, program satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat administrasi lainnya.
2. Pedoman pelaksanaan belajar mengajar di kelas bagi setiap guru mata pelajaran warisan budaya.
3. Program untuk menentukan sarana dan sumber belajar yang memungkinkan untuk diterapkan.
4. Pedoman untuk menentukan jenis penilaian proses maupun hasil belajar."
1999
LP 1999 150
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"REBANA
I. Kesejarahan
Instrumen musik rebana sudah ada sejak 14 abad yang lalu, yakni sejak zaman kerasulan Nabi Muhammad SAW. Pada zaman itu musik rebana berfungsi sebagai media hiburan, pergaulan sosial, dan sebagai pendukung upacara keagamaan.
Rebana mempunyai beberapa sebutan antara lain ; di Arab disebut Tar, di Sinkiang Cilia disebut Daira, dan di Maroko rebana disebut Bendir. Di Indonesia rebana juga disebut Robbana yang berarti "permohonan kepada Allah"
Seiring dengan perkembangan Agama Islam di Indonesia, daerah Istimewa Aceh khususnya, rebana mempengaruhi alat musik daerah setempat, dan sekarang terkenal dengan nama Rapa'i.
II. Instrument
Rebana merupakan salah satu jenis musik yang hidup dan berkembang di daerah Aceh. Rebana dibuat dari kayu yang diberi lobang pada diametemya,. dan salah satu sisinya ditutup dengan kulit. Sisi lainnya untuk dipegang saat memainkan alat musik tersebut. Ukuran besar kecil alat musik ini tidak sama satu yang lainnya, tergantung penomoran serta fungsi instrumen tersebut dalam sebuah ensambel Musik Rebana.
A. Instrumen Musik Pokok
Pengertian instrument musik pokok dalam hal ini adalah instrumen rebana itu sendiri. Jumlah rebana yang digunakan dalam sebuah group/kelompok seni musik Rebana adalah 6 buah dengan pengelompokkan nomor sebagai berikut :
1. Rebana kecil, nomor 1 dan nomor 2.
Sesuai dengan namanya, jenis rebana ini berukuran paling kecil. Suara yang dihasilkan oleh rebana kecil biasanya lebih nyaring/kecil dibanding dengan rebana yang berukuran sedang dan ' besar. Rebana kecil dalam ensambel musik Rebana berfungsi sebagai instrumen melody.
2. Rebana sedang, nomor 3 dan nomor 4.
Rebana ini berukuran menengah/sedang dibanding dengan rebana kecil dan rebana besar. Demikian pula suara yang dihasilkan' dari alat musik ini. Rebana sedang dalam ensambel musik Rebana berfungsi sebagai pengiring atau rithem."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"PENGERTIAN
Warisan budaya adalah hasil budaya kelompok masyarakat dari masa kemasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, maka harus dilestarikan. Pemberian mata pelajaran warisan budaya merupakan usaha menanamkan kepedulian siswa peserta didik sejak dini agar memahami pentingnya pelestarian tersebut.
FUNGSI
Hata pelajaran warisan budaya mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan wawasan peserta didik terhadap budaya masyarakatnya. Maka mata pelajaran warisan budaya mempunyai fungsi sebagai berikut:
2.1. Mengenalkan dan menanamkan rasa cinta pada warisan budaya masyarakatnya.
2.2. Menumbuhkan kepedulian peserta didik atas pelestarian warisan budaya masyarakat dan lingkungannya.
2.3. Menumbuhkan minat berkunjung dan belajar di museum.
TUJUAN
Mata pelajaran warisan budaya bertujuan menumbuhkan apresiasi peserta didik, menanamkan pemahaman arti museum secara benar agar peserta didik memanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuannya serta menumbuhkan kepedulian demi pelestariannya.
RUANG LINGKUP
Isi mata pelajaran warisan budaya meliputi bahan kajian museum, warisan budaya, benda cagar budaya, manfaat museum dan wisata budaya ke museum.
5. RAMBU-RAMBU
Agar dapat dilaksanakan muatan lokal mata pelajaran warisan budaya perlu memperhatikan dan memahami hal-hal sebagai berikut:
5.1. GBPP Warisan Budaya merupakan perangkat kurikulum sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar .
5.2. Mata pelajaran warisan budaya dilaksanakan antara penjelasan dan pengamatan.
5.3. Apabila sarana belajar tidak ada, misalnya gedung museum sangat jauh letaknya, maka dapat dibantu dengan foto yang diperoleh dari museum.
5.4. Apabila peserta didik belum pernah kunjung ke museum, maka dapat digunakan foto tentang warisan budaya yang diperoleh dari museum dan contoh-contoh benda sejenis disekeliling mereka.
5.5. Untuk mengenal benda warisan budaya dan benda cagar budaya, peserta didik dapat diajak melakukan pengamatan pada objek-objek yang ada dilingkungannya."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 158
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>