Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 244182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwit Widiansyah
"Studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya telah banyak dilakukan, terutama mengenai bentuk-bentuk tanggung jawab sosial dan implementasinya. Seberapa besar dampak aktivitas perusahaan bagi masyarakat sekitarnya terlihat pada perubahan-perubahan kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi akibat adanya aktivitas perusahaan disuatu wilayah dan relasi-relasi yang terbentuk antara perusahaan dengan aktor-aktor pembangunan dimasyarakat.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak aktivitas perusahaan (Amoseas Indonesia Inc.) terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya di masyarakat (khususnya 4 desa terdekat di wilayah Kecamatan Pasirwangi yaitu : Desa Padaawas, Desa Barusari, Desa Karyamekar dan Desa Sarimukti), relasi perusahaan dengan masyarakat lokal serta kemampuan relasi perusahaan dengan masyarakat lokal serta implikasinya terhadap pembangunan masyarakat. Analisa relasi perusahaan dengan masyarakat menggunakan kerangka teori hubungan perusahaan dan stakeholders, dinamika hubungan dan locality development.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang hubungan perusahaan dan masyarakat. Metode ini dilakukan mulai dari penentuan lokasi, penentuan informan, pengumpulan data dan observasi lapangan serta studi pustaka. Unit analisa yang peneliti gunakan adalah individu/anggota masyarakat sekitar areal operasi Amoseas Indonesia Inc. di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut dengan menggunakan informan sebagai sumber data primer yaitu aparat pemerintah setempat (kecamatan dan desa), para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda, pengusaha lokal serta elemen-elemen masyarakat lain.
Penelusuran informan menggunakan teknik penarikan sampel bertujuan (purposive sampling) dan snowball dengan cara mengambil subyek penelitian tidak didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas tujuan penelitian. Jumlah keseluruhan informan yang diwawancarai adalah 23 orang.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui wawancara langsung dan mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan wawancara. Selain itu, sebagai bahan penunjang dilakukan penelusuran data sekunder yang diperoleh dari catatan, dokumen, data-data geografis dan demografis lokasi studi serta hasil penelitian sebelumnya. Adapun indikator yang digunakan untuk menggambarkan relasi Amoseas Indonesia Inc. dengan masyarakat lokal meliputi : kontrol yaitu kemampuan perusahaan dalam menghadapi situasi lingkungan, meliputi : akuntabilitas, kewenangan, kecakapan dan pertanggunggungjawaban. Emosi, yaitu kemampuan perusahaan untuk merespon hubungan dengan masyarakat, meliputi : persetujuan, keterikatan, keadilan, kepuasan dan kepercayaan. Operasi, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalin relasi dan menampilkan peranan di masyarakat, meliputi : keakuratan informasi, ketersediaan sumber, kapasitas, kemudahan operasi, dan rasa tanggung jawab. Struktur, yaitu sifat media yang digunakan perusahaan dalam menjalin relasi dengan masyarakat, meliputi kelenturan, dan keterbukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : a) terjadi perubahan-perubahan kondisi sosial, ekonomi masyarakat selama kehadiran Amoseas; b) aktivitas Amoseas memberi pengaruh terhadap dinamika kependudukan masyarakat sekitar; c) kehadiran Amoseas turut mendorong lahirnya institusi-institusi lokal sebagai wadah berkumpulnya masyarakat; d) persepsi masyarakat tentang Amoseas pada umumnya baik, terutama menyangkut bantuan kepada masyarakat; e) Amoseas masih belum mengembangkan hubungan yang seimbang dengan masyarakat dimana lebih banyak berhubungan dengan pihak pemerintah formal (Kecamatan); f) kemampuan Amoseas dalam menghadapi situasi Iingkungan masih belum bagus, g) kemampuan Amoseas dalam merespon permasalahan dan kebutuhan masyarakat masih belum bagus; h) kemampuan Amoseas dalam menampilkan peranan dimasyarakat masih belum bagus; kelenturan dan keterbukaan Amoseas dalam menjalin relasi dengan masyarakat masih belum bagus. Hubungan-hubungan yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat lokal tersebut berimplikasi pada upaya-upaya dilakukan untuk mengembangkan selari selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian, dirancang suatu strategi perencanaan pembangunan sosial yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan pola relasi yang terbentuk antara Amoseas dengan masyarakat Pasirwangi. Model yang digunakan dalam perencanaan pembangunan sosial adalah berupa Pola Keterpaduan Program Pengembangan Masyarakat dengan pendekatan yang digunakan adalah locality development. Melalui model dan pendekatan yang digunakan diharapkan dapat merangkul pihak perusahaan, pemerintah daerah, institusi lokal dan masyarakat untuk terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat. Sehingga aktvitas produksi perusahaan dapat sejalan dengan perkembangan dan kemajuan wilayah sekitarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yondri, researcher
"Otonomi daerah pada dasarnya adalah kewenangan yang dimiliki oleh daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat di daerahnya, atas prakarsa sendiri dengan berdasarkan kepada aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Artinya kepada daerah otonom diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di daerahnya atas upaya sendiri. Hal ini dimaksudkan agar dapat terciptanya daerah-daerah yang mandiri, daerah yang mampu memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinnya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia untuk kesejahteraan masyarakat."
Jakarta: Direktorat Tradisi dan Kepercayaan, 2002
320.6 Yon p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Koesrijanti
"Masalah lingkungan hidup di masa depan semakin kompleks sehingga memerlukan upaya terpadu dan menyeluruh. Sedangkan pertumbuhan dan pembangunan masa depan, termasuk proses industrialisasi akan sangat bergantung kepada cadangan sumberdaya alam utama Indonesia (tanah, hutan, air, dan energi) dan keberlanjutan tatanan lingkungan yang kritis termasuk sumber air dan tanah di daerah perkotaan dan ekosistem pantai dan lautan di seluruh Indonesia.
Industrialisasi sebagai salah satu strategi dalam pembangunan, dilihat dari tatanan makro telah memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi nasional, sehingga sektor industri saat ini dipercaya sebagai sektor andalan motor pertumbuhan yang menjadi orientasi pembangunan saat ini.
Kendati demikian tak dapat dipungkiri bahwa seiring dengan perkembangan industri sebagai salah satu strategi pembangunan membawa dampak tersendiri terhadap masyarakat baik secara sosial, ekonomis, maupun secara fisik terutama terhadap masyarakat sekitar di mana industri tekstil itu berada, yang dalam hal ini yaitu masyarakat di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengkaji keberadaan masyarakat sekitar industri tekstil di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat mengalami kondisi lingkungan sosial ekonomi yang buruk.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, fakta dan informasi yang sahih dan dapat dipercaya (reliable) tentang hubungan antara pembangunan industri tekstil dan lokasi geografis dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bersifat sebagai penelitian non eksperimental yakni metode penelitian ekspos fakto dengan pendekatan yang bersifat deskriptif analitis dibantu dengan metode survei melalui pengamatan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Jumlah sampel sebanyak 120 responden berasal dari 25% jumlah desa di Kecamatan Cikeruh sebanyak 17 desa, dan muncul 4 desa yang dipilih secara random yaitu Desa Cisempur, Desa Cintamulya, Desa Cilayung, dan Desa Cikeruh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Juni 2001.
Ada 2 variabel bebas yaitu pembangunan industri tekstil dan perkembangan lokasi geografis dibandingkan dengan 1 variabel terikat yaitu perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Instrumen penelitian di susun oleh peneliti berdasarkan deskripsi teori. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan uji khi-kuadrat (chi square test). Analisis deskriptif yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel dan gambar sehingga data menjadi informasi yang mudah dipahami.
Uji khi-kuadrat digunakan untuk melihat hubungan antara keberadaan pabrik dengan berbagai variabel demografi, sosial ekonomi, kondisi kesehatan, pengadaan air minum dan kelembagaan. Uji khi-kuadrat digunakan karena peubah-peubah (variabel) yang diamati bersifat kategori.
Peubah kategori yaitu peubah yang nilai-nilainya hanya bersifat menggolongkan atau mengklaskan. Peubah kategori dapat dibedakan menjadi dua skala pengukuran yaitu nominal dan ordinal, contoh peubah yang berskala nominal yaitu jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) dan contoh peubah berskala ordinal yaitu tingkat pendapatan.
Hipotesis penelitian, berdasarkan deskripsi teori dapat disusun perumusan hipotesis, sebagai berikut: 1) Terdapat hubungan antara pembangunan industri tekstil dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. 2) Terdapat hubungan antara lokasi geografis dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. 3) Lokasi geografis bersama dengan pembangunan industri tekstil berhubungan erat dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis temuan data dibuat kesimpulan penelitian. Secara umum pembangunan industri tekstil dan lokasi geografis mempengaruhi variabel terikat yaitu perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat.
Interaksi variabel pembangunan industri tekstil di suatu wilayah memberikan dampak yang nyata terhadap aspek sosial ekonomi, kesehatan masyarakat, ketersediaan air bersih, kelembagaan masyarakat, dan lokasi geografis.
Keberadaan pabrik berhubungan nyata dengan tiga indikator yang paling dominan yaitu kondisi kesehatan, kontribusi pabrik terhadap fasilitas kesehatan, dan jenis penyakit yang timbul dengan adanya pabrik.
Keberadaan pabrik berhubungan nyata dengan semua indikator pengadaan air bersih yaitu keberadaan sumber air bersih, sumber air untuk minum, sumber air untuk mandi, keadaan air minum, kontribusi pabrik terhadap fasilitas air bersih, dan bentuk kontribusi dari pabrik.
Di samping itu keberadaan pabrik berhubungan nyata dengan dua indikator dominan kelembagaan masyarakat yaitu kebersihan lingkungan dan keterlibatan dalam perkumpulan kemasyarakatan.
Sikap dan persepsi pekerja pabrik berhubungan nyata dengan hampir semua indikator sosial ekonomi yaitu manfaat keberadaan pabrik, jenis manfaat pabrik, pekerjaan pokok, dan pekerjaan ibu rumah tangga.
Jenis penyakit dan kontribusi pabrik terhadap fasilitas kesehatan berhubungan nyata dengan status pekerja atau bukan pekerja.
Keberadaan lokasi yang didukung dengan kondisi lingkungan alam berhubungan nyata dengan perkembangan industri tekstil.
Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian sebagai pengaruh bentang alam yang sangat menguntungkan, seperti lahan yang relatif datar dengan kemiringan lereng 0-15% dan adanya pendukung seperti ketersediaan sumber daya air, ketersediaan sarana dan prasarana sehingga pihak industri dapat menekan biaya operasional yang tidak kecil.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis temuan data dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian yaitu:
Keberadaan pabrik di suatu wilayah memberikan dampak yang nyata terhadap aspek sosial ekonomi, kesehatan masyarakat, ketersediaan air bersih, dan kelembagaan masyarakat, serta lokasi geografis.

The Development of Socio-Economic Community Environment (A Survay on the Relationship between Textile Industries Development and Geographical Location with the Environmental Development of Village Social Economic Community in Cikeruh Sub-District, District of Sumedang, West Java Province).Living environmental issue in future years will be more complex that needs an integrated and whole effort. While, regarding next development and growth, including industrialization, for example, will depend on major natural resources of Indonesia (lands, forests, waters, and energies), and critical environmental order continuity, including water and land resources in urban areas and coastal and marine ecosystems all over Indonesia.
From macro-order perspective, industrialization-as one of our development strategies-has made a great contribution to our national economy. Thus, the existing industry sector is believed to be a reliable growth-activating engine in our development orientation.
Nevertheless, there is not doubts to assume that as industry sector-considered one of our development strategies-grows, it will bring particular social, economical and physical effects into society, especially local population where such a textile industry located, that is Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province.
Formulations of research's problems development are community's textile industry in Sub-district Cikeruh, District of Sumedang, West Java Province to realize bad condition of social economic environmental.
The research is purposed, to gather reliable and valid data, fact and information on correlation between textile industry development and geographical location and socio economic environmental development in urban area of Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province.
The research is non-experimental in character, expost facto method, which using a descriptive-analytic approach added with an observational survey method.
This research was under-taken in Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province. Number of sample respondents is 120, which taken from 25% of all 17 villages in Cikeruh Sub District. Those four villages randomly selected in this research are Cisempur, Cintamulya, Cilayung, and Cikeruh. The research was performed in February - June 2001 period.
There are two dependent variables (textile industry development and geographic location development) compared to one independent variable (community's socio economic development). Researcher prepares instrument of the research based on theoretical description. Analysis method used here in the research is descriptive analysis and chi-square test. Descriptive analysis is made by preparing data in forms of tables and figures to be more understandable.
Chi-square test is intended to see correlation between plant existence and various variables such as demography, social, economy, health condition, water supply and institution. Chi-square test is utilized because observable substitutions (variables) are of categorical in nature. Category substitutions are the ones whose values serve to classify only. They may be grouped into two measuring scales, i.e., nominal and ordinal. Example for nominal-scaled substitution is gender (male and females), while for ordinal-scaled substitution is income level.
Research hypothesis, based on theory description, may formulate the following hypothesis: (1) There is a correlation between textile industry development and community's socio economic environmental development in Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province; (2) There is a correlation between geographic location and community's socio economic environmental development in Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province; and (3) Geographic location combined with textile industry development is closely correlated to community's socio economic environmental development.
Author draws conclusion based on research findings and data analyses. In general, textile industry development and geographic location influence dependent variable that is community socioeconomic environmental development.
Interaction between textile industry development variable in an area gives a concrete effect to social economy, public health, water supply, and societal institution, and local geography.
Plant existence is significantly correlated to the three most dominant factors: health condition, plant contribution to health facilities, and kinds of diseases resulted.
Plant existence is significantly correlated to all indicators in water supply, i.e., the availability of clean water sources for drinking and bathing, drinking water condition, contribution plant made to clean water facilities, and forms of contributions plant.
In addition, plant location is significantly correlated to two dominant public institution indicators: environmental sanitary and public involvement in societal association.
Plant worker's attitudes and perceptions are significantly correlated to almost all-socioeconomic indicators: plant existence benefits, kinds of plant benefits, primary works and housewives' jobs.
Kinds of diseases and contributions plant made to public health facilities are significantly correlated to status of workers or non-workers.
Location availability, which supported with natural environmental condition, is significantly correlated to textile industry development.
Changing farm area to non-agricultural has followed advantageous natural landscape, such as relatively flat land with 0 - 15% slope and another supporting frames such as water supply and infrastructures and facilities making industry saved substantial costs.
After testing hypothesis and analyzing data, author draws conclusion of the research: Plant existence in a certain area gives an actual effect to social economy, public health, water supply, and societal institution, and local geography.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rakha Ramadhan
"Kabupaten Garut adalah salah satu destinasi wisata unggulan di Provinsi Jawa Barat. Salah satu wisata unggulan yang terdapat pada Kabupaten garut adalah wisata air panas yang terdapat pada Kecamatan Tarogong Kaler dan Kecamatan Pasirwangi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui perkembangan fasilitas pariwisata dan juga faktor apa saja yang mempengaruhinya di Kecamatan Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, dan Pasirwangi, Kabupaten Garut pada tahun 1995 dan 2019. Variabel yang ada pada penelitian ini adalah perkembangan fasilitas pariwisata dan juga aksesibilitas yang terdiri dari jenis jalan dan moda transportasi. Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perkembangan fasilitas pariwisata baik fasilitas primer dan juga fasilitas sekunder pada wilayah penelitian. Kecamatan yang memiliki perkembangan tertinggi adalah Kecamatan Tarogong Kaler dan yang terendah adalah Kecamatan Tarogong Kidul. Berdasarkan hasil Cross-Tab, Faktor yang mempengaruhi perkembangan fasilitas pariwisata adalah aksesibilitas terutama jenis jalan.

Garut Regency is one of leading tourist destinations in West Java Province. One of the leading tourist destination in Garut Regency is hot spring tourism in the Tarogong Kaler District and Pasirwangi District. The purpose of this research is to ascertain the development of tourism facilities and also what factors influence it in the Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, and Pasirwangi District, Garut Regency, in 1995 and 2019. The variables in this study are the development of tourism facilities and also accessibility which consist types of road and modes of transportation. The analysis in this research are spatial and descriptive. The result of this research shows that there is a development of tourism facilities, both primary and secondary facilities in the research area. The district that has the highest development is Tarogong Kaler District and the lowest is Tarogong Kidul District. Based on the Cross-Tab, the factors that influence the development of tourism facilities are accessibility especially the type of road."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rissalwan Habdy
"Penelitian ini berfokus pada fenomena sistem keyakinan yang mempengaruhi pengetahuan lokal pada komunitas masyarakat yang bertempat tinggal di dekat ancaman bencana alam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kasus dua desa di sisi barat Gunung Galunggung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat dimensi spiritualitas yang terdapat dalam daur kehidupan masyarakat rawan bencana, yakni dimensi transendensi agama, dimensi adat istiadat, dimensi lingkungan alam dan dimensi akses informasi. Keempat dimensi spiritualitas ini dapat diketahui mana yang lebih dominan dengan menganalisisnya di dalam 6 kombinasi yang terdiri dari 2 dimensi. Dari keenam kombinasi tersebut yang juga didukung oleh data lapangan, dapat diketahui bahwa dimensi lingkungan alam adalah yang paling dominan. Kemudian diikuti dengan dimensi transedensi agama dan dimensi adat-istiadat. Selain itu, keempat dimensi spiritualitas tersebut membentuk apa yang dinamakan pengetahuan-semu yang merupakan bahan baku bagi pengetahuan lokal pada masyarakat rawan bencana. Secara umum, pengetahuan lokal warga masyarakat rawan bencana terwujud dalam arketipe ketidaksadaran kolektif yang bernama Ibu yang Agung.

This research focuses on the phenomenon of belief systems that affect local knowledge in the communities living in close proximity to the threat of natural disasters. The research approach used is qualitative research with case study of two villages on the west side of Galunggung Mountain. The results of this study indicate that there are four dimensions of spirituality contained in the life cycle of disaster-prone communities, namely the dimension of religious transcendence, the dimensions of customs, the dimensions of the natural environment and the dimensions of information access. Which one is more dominant of the four dimensions of this spirituality can be known by analyzing it in 6 combinations consisting of 2 dimensions. From the six combinations that are also supported by field data, it can be seen that the dimension of the natural environment is the most dominant. Then followed by the dimension of religious transcendence and the dimension of custom. In addition, these four dimensions of spirituality form what is called pseudo-knowledge which is a raw material for local knowledge in disaster-prone communities. In general, local knowledge of disaster-prone communities manifests in the collective unconscious archetype named Great Mother."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Koesrijanti
"Dokumen Agenda 21 Indonesia menyajikan informasi yang komprehensif di setiap bidang yang berkaitan dengan lingkungan dan pembangunan mulai dari permasalahan yang ada sampai dengan tugas dan fungsi para pengelola lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Kerjasama dan koordinasi yang terus menerus dari masing-masing pihak akan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan akan tanggung jawab masing-masing peran dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Iingkungan di Indonesia.
Konsep ini dikembangkan seiring dengan perkembangan industri sebagai salah satu strategi pembangunan yang membawa dampak tersendiri terhadap masyarakat, baik secara sosial ekonomis, maupun secara fisik seperti kondisi lingkungan hidup berubah, terutama terhadap masyarakat sekitar di mana industri tersebut berada, yaitu masyarakat desa Cintamulya, Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Industrialisasi sebagai salah satu strategi dalam pembangunan, dilihat pada tatanan makro telah memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi sosial. Sehingga sektor industri saat ini dipercaya sebagai sektor andalan motor pertumbuhan yang menjadi orientasi pembangunan saat ini. Dipilihnya sektor industri sebagai motor pembangunan, secara otomatis melahirkan banyak kebijakan yang Iahir dengan tujuan untuk mendorong dan menciptakan iklim bagi semakin berkembangnya sektor ini.
Ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat Indonesia dan peningkatan daya saing nasional guna menghadapi era globalisasi ekonomi telah mencuatkan konsep kemitraan antara usaha besar dan usaha kecil, Diharapkan kemitraan usaha dapat mengurangi berbagai inefisiensi yang terjadi akibat kesenjangan skala usaha besar-kecil. Kemitraan sendiri secara sederhana dapat digambarkan semacam persetujuan antara dua pihak yang mempunyai kebutuhan saling mengisi dan bekerja sama, demi kepentingan keduanya atas prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Kemitraan tercipta karena pihak satu memerlukan sumber-sumber yang dimiliki oleh pihak lain atau pihak kedua untuk memajukan usahanya dan sebaliknya. Sumber-sumber tersebut antara lain meliputi modal, tanah, tenaga kerja, akses terhadap teknologi baru, kapasitas pengolahan, dan outlet untuk pemasaran hasil produksi.
Jadi, tujuan penyusunan Agenda 21 Indonesia digunakan sebagai salah satu referensi di dalam perencaanan pembangunan dan dengan pola kemitraan ini, makin jelas saja bahwa posisi Agenda 21 Indonesia amat penting di dalam upaya pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.M. Afif Kosasih
"Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuningan, tepatnya di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Ciawigebang, kemantren Japara dan Kecamatan Keramatmulya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap terhadap kusta dari kepala keluarga dan tokoh masyarakat dan hubungannya dengan karateristik menurut umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei terhadap kepala keluarga dengan pendekatan "Cross Sectional" dan penelitian kualitatif terhadap tokoh masyarakat dengan menggunakan diskusi kelompokterarah (Fokus Group Diskusi).
Pengambilan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner tertrukstur terhadap 120 kepala keluarga yang dipilih secara acak. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisa ditribusi frekuensi dan Chi-Square dengan menggunakan program komputer SPSS/PC. Sedangkan pengambilandata kualitatif dilakukan dengan menggunakan diskusi kelompok terarah (Fokus Group Diskusi) terhadap 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 sampai 8 peserta. Data yang diperoleh dari hasil diskusi diolah dan kemudian dijelaskan berdasarkan analisa isi.
Hasil penelitian kuantitatif menunjukan bahwa karateristik berdasarkan jenis keiamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan pengetahuan tentang penyakit kusta. Sedangkan terhadap sikap, hanya karateristik berdasarkan umur dan tingkat pendidikan yang bermakna karateristik.
Dari hasil kelompok diskusi terarah (Fokus Group Diskusi) diketahui bahwa sebagian besar tokoh masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap positif terhadap penyakit kusta.

The Factor Related To The Knowledge Attitude Of The Heads Of Household And The Community Leaders On Leprosy In Kuningan Regency, The Province Of West JavaThe research employ quantitative and qualitative research method. Survey technique is employed as quantitative research method, while focus group discussion is used to collect qualitative information.
The Purpose of the research is to obtain the description on the relationship between age, sex, education and occupation characteristics to the knowledge and attitude of the community on the idea of leprosy disease and to examine knowledge and attitude of the community leader.
The primary data obtained from the survey collected from respondent who are selected through the random sampling technique. The data gathering is carried out through the used of interview, using structured questionaries. The data they are arranged and organized, after they have been given codes and scores, by using the computer programme SPSSIPC.
The research conducted in 3 sub districs of Kuningan Regency i.e. Kecamatan Keramat Mulya, Kemantren Japara and Kecamatan Ciawi gebang The sample for survey were 120 heads of households, while focus group discussion were carried out among community leaders.
The research result implies that the age based characteristics is statistically associated significantly to the knowledge on how leprosy spreads. and the attitude of the respondents when any member of their families or neighbor has skin disorder, and their attitude when there is a member of the community suffers from leprosy.
The level of education has statistically significant association with the knowledge on leprosy including the first symtom, how the disease spreads, the appropriate place of medicinal treatment, how to get the medicine, and the regularity of taking the medicine.lt is also associated significantly with the respondent, attitude on the problem of isolating the leprosy sufferers, the communities attitude when there is a member of them who suffers leprosy, and their attitude to a leprosy sufferer who sells food.
The types of occupation are associated with the knowledge on the first symtom of leprosy, how the disease spreads, the place of medicinal treatment, and how to get the medicine. In addition, the types of occupation are visa associated with the attitude of taking the medicine regularly and in facing leprosy sufferers.
It can be know from the result of FGD that most of the figures of the community have understood what leprosy is and its symtoms. On the other hand, their knowledge on how the disease spreads seems to be insufficient. Mean white, the result of FGD indicated that the attitude of the respondents is negative ( they are afraid of being infected).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T3737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Haidar
"Tesis ini mencoba menganalisis efektivitas penyelesaian konflik antara masyarakat Pasirwangi dan Perusahaan Chevron sebagai pemangku kepentingan perusahaan di Kawasan Darajat Garut Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif; sedangkan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, pengamatan, pengamatan terlibat, dan studi dokumen. Kasus yang diteliti adalah penyebab konflik antara masyarakat Pasirwangi dengan Perusahaan Chevron di Keeamatan Pasirwangi, dan penyelesaian konflik yang dilnkukan oleh Perusahaan Chevron, kepolisian, dan pemerintah daerah. Wawancara mendalam difokuskan pada !rum belakang konflik, pelaksanaan comunity development, reaksi masyarakat hubungan antara pemangku kepentingan, penyelesaian konflik. Pengamatan difokuskan pada aktivitas perusahaan Chevron, masyarakat Pasirwangi, Polres Garut dan Polsek Pasirwangi, serta pemerintah daerah dari tingkat desa sampai kabupaten. Dan pengamatan terlibat difokuskan pada gejala sosial untuk menemukan penyebab konflik dan cara terbaik menyelesaikan konflik. lnforman kunci ditentukan bukan berdasarkan hubungan pribadi atau kedekatan peneliti ini dengan mereka, melakukan berdasarkan gejala dan fungsi yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian. Penelitian ini membuktikan bahwa penyebab konflik bukan konsep comunity development yang telah dibuat Perusahaan Chevron, melainkan pelaksanaannya oleh Humas Chevron, adanya kerenggangan hubungan dan ketidakpedulian Perusahaan Chevron terhadap masyarakat dan tokoh internal yang beard di Kecamatan Pasirwangi, kurangnya kepedulian pemerinsah daerah Kabupaten Garut terbadap konflik, lemabnya deteksi dini dari Polres Garu dan ketiadaan sinergi dan integrasi antara pemangku kepentingan perusahaan dalam menyelesaikan konflik. Adapun cara terbaik menyelesaikan konflik adalah melakukan pembenahan da1am tataran

This lhesis attempts to analyse effectiveness of conflict resolution between Pasirwangi community with Chevron Company as the company stakeholders in Darajat Gam! area. The research is done by qualitative metllod, while data collection by using depth interview, observation, direct involved observation and document studies. The observed case are the causes of eonflict between community of Pasirwangi with Chevron Company in Pasirwangi Subreagent, and conflict resolution conducted by Chevron Company, the police, the local goverment. In depth interviews were focused on the conflict background, implementation community development, people's response, relationship between stakeholders, conflict resolution. Observation on focused on the Chevron Company, Pasirwangi Community, Polres Gam! and Polsek Pasirwangi, and the goverment village level up to regency. And the direct involvement observation was focused on the conflict causes and best method in resolving the conflict. Key interviewees were chosen not based on personal relation with the writter; but its was based on symptoms and facts related to the research subject. The research proved point that the causes of the conflict are not the community development concept drawn by Chevron Company, instead they are caused by the implementation by community relation of the company, gap in the relations and the preceived uncaring attitude by the Chevron Company toward the community and the informal leadars in the Pasirwangi Subreagent, lack of attention from the local goverment of Gam! Regency toward the conflict, weakness and early"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Ruba'Balik
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26495
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>