Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siswatiningsih MB
"Instuktur latihan kerja merupakan jabatan fungsional atau merupakan suatu profesi, oleh karena itu di dalam penyelenggaraan pelatihan di BLK, peranan dan kedudukan instruktur latihan kerja cukup strategis. Tolok ukur yang sering dijadikan indikator keberhasilan pelatihan utamanya di dalam menyiapkan dan meningkatkan tenaga terampil di bidangnya seperti yang dipersyaratkan oleh pasar kerja adalah kualitas dari instruktur mengemukakan instruktur dapat dikatakan berkualitas apabila instruktur tersebut (1) mempunyai kemampuan profesional, (2) mempunyai upaya-upaya profesional, (3) waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, (4) kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya_ Artinya untuk menjadi seorang instruktur latihan kerja yang berkualitas maka, instruktur harus kompeten di bidangnya yaitu pelatihan. Oleh karena itu mensyaratkan bahwa instruktur latihan kerja harus mampu melaksanakan tugastugas pokoknya sebagai instruktur latihan kerja.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran sejauhmana instruktur latihan kerja kejuruan listrik di BLKI Pasar Rebo telah melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai instruktur latihan kerja dalam pelaksanaan program pelatihan. Fokus penelitian ini adalah tugas-tugas pokok yang dilaksanakan instruktur latihan kerja kejuruan listrik. Metode yang digunakan adalah analisa data kualitatif deskriptif yaitu mendeskripsikan kualitas instruktur latihan kerja kejuruan listrik di BLKI Pasar Rebo.
Hasil temuan penelitian ini adalah gambaran mengenai instruktur kejuruan listrik di BLKI Pasar Rebo pada umumnya belium melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya sebagai instruktur. Hal ini tercermin hanya empat butir tugas pokok yang telah dilaksanakan dari tiga belas butir-harus dilaksanakan. Ini mencem-iinkan bahwa instruktur kejuruan listrik di BLKI Pasar Reba masih rendah kualitasnya. Rendahnya kualitas instruktur akan berpengaruh terhadap keterampilan yang diberikan kepada siswa peserta program latihan sehingga tujuan program pelatihan tidak tercapai. Dengan kata lain kualitas keterampilan siswa peserta program pelatihan kejuruan listrik di BLKI Pasar Rebo rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Momon Sulaeman
"Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan sosial yang sangat strategis terutama pendidikan dasar. Pada pendidikan dasar terjadi proses pembentukan dasar pengetahuan, keterampilan, sikap serta iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kondisi masyarakat yang menunjukkan sikap dan prilaku yang memprihatinkan perlu ditanggulangi secepatnya. Salah satu upaya penanggulangannya adalah dengan mendidik generasi muda melalui pendidikan yang berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, salah satunya adalah guru yang kompeten. Guru sebagai agen pembaharu dalam perubahan sosial, kompetensinya perlu terns menerus ditingkatkan agar dapat berperan aktif secara konstruktif dalam perubahan sosial.
Banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru, salah satunya adalah sistem pembinaan kompetensi melalui gugus sekolah. Gugus Sekolah merupakan kumpulan dari tiga sampai delapan sekolah dasar yang berada dalam Iingkungan terdekat. Gugus sekolah sebagai wadah pemberdayaan guru secara kelompok melibatkan pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru yang ada dalam gugus tersebut. Aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam gugus sekolah ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan guru.
Gugus sekolah yang telah melakukan pemberdayaan dengan baik merupakan suatu inovasi yang perlu disebarluaskan kepada gugus lain untuk menjadi model dan motivasi. Gugus sekolah memberikan manfaat yang besar terhadap tahap pembentukan kelompok, pola interaksi kelompok, proses kelompok serta kohesitas kelompok. Selain itu perlu dideskripsikan aktivitas-aktivitas pemberdayaan yang telah dilakukan oleh gugus sekolah sehingga upaya pemberdayaan yang dilakukan gugus lebih terarah. Untuk itu penelitian ini akan mendeskripsikan manfaat gugus sekolah sebagai kelompok serta aktivitas-aktiivitas pemberdayaan yang dilakukan di dua gugus sekolah di Kelurahan Pasarminggu Jakarta Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan manfaat gugus serta aktivitas-aktivitas pemberdayaan yang dilakukan Gugus Mujair dan Gugus Palapa di Kelurahan Pasarminggu Jakarta Selatan. Untuk mencapai tujuan dipilih pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskripitif. Melalui pendekatan tersebut proses pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, studi dekumentasi, wawancara mendalam dan pengamatan terhadap sumber-sumber data.
Kerangka teori yang melandasi penelitian ini yaitu tentang pemberdayaan kelompok, pola interaksi dalam kelompok, proses yang terjadi dalam kelompok, kohesitas kelompok, gugus sekolah serta teori tentang kompetensi guru, khususnya guru sekolah dasar.
Temuan-temuan panting penelitian bahwa gugus sekolah memiliki potensi sebagai wadah pemberdyaan karena daiam proses pembentukannya memperoleh dukungan dari pihak-pihak yang terlibat daiam pendidikan dasar. Kelompok gugus sekolah merupakan salah satu upaya pemberdayaan dengan pendekatan pembangunan sosial yang memberikan manfaat yang besar dalam interaksi kelompok, proses dalam kelompok, serta peningkatan kohesitas kelompok.
Analisis terhadap temuan-temuan merumuskan bahwa gugus sekolah memberikan manfaat yang besar daiam upaya pemberdayaan guru sekolah dasar. Selain itu ananlisis penelitian ini menggunakan tujuh aspek yang dijadikan ukuran pemberdayaan gugus yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan, suasana kerja, kerjasama, kemandirian dalam melaksanakan tugas, pemahaman dan komitmen terhadap tujuan, menerima dan memberikan pelatihan, memberikan kontribusi untuk pemecahan masalah.
Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan gugus sekolah memberikan manfaat yang bermakna terhadap guru yang terlibat dalam gugus Mujair dan gugus Palapa. Kedua gugus inipun telah melakukan pemberdayaan yang berpedoman kepada tujuh aktivitas pemberdayaan.
Penelitian ini menyarankan agar faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penyelengaraan gugus sekolah seperti komunikasi, transparansi, penyusunan dan sosialisasi program gugus, pengakuan dan penghargaan terhadap guru, pemahaman terhadap tujuan dan komitmen terhadap tujuan terus ditingkatkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Alifah Nur Meiliana
"Topik kesejahteraan pada guru menjadi pembahasan yang terus bergulir dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, guru masih dianggap sebagai salah satu profesi dengan tingkat stres yang cukup tinggi, tak terkecuali guru di sekolah dasar yang tugasnya lebih menantang dibandingkan guru di jenjang pendidikan lain. Padahal, stres pada guru dapat memengaruhi berbagai aspek, bukan hanya terhadap proses belajar siswa, melainkan juga pemenuhan kebutuhan personal guru itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki teacher subjective well-being yang baik. Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi teacher subjective well-being adalah self-compassion. Penelitian ini hadir untuk mengeksplorasi hubungan antara self-compassion dan teacher subjective well-being pada guru sekolah dasar dengan menggunakan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) dan Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Melalui 224 partisipan yang mengikuti penelitian ini, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara self-compassion dengan teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). Dalam hal ini, komponen-komponen positif dalam self-compassion mampu membantu guru sekolah dasar memaknai perannya lebih dalam sehingga teacher subjective well-being pada guru meningkat.

The topic of teacher well-being is commonly discussed over time. Up to this day, teacher is still mainly named as one of the most stressful job, not to mention elementary school teachers whose demands are more challenging than other secondary teachers. This topic is appealing since teacher’s stress influences some aspects, not only student’s learning process, but also teacher’s journey on personal growth. Therefore, it is important for teacher to maintain a good level of teacher subjective well-being. One of the factors expected to be affecting teacher subjective well-being is self-compassion. This study aimed to explore the correlation between self-compassion and teacher subjective well-being among elementary school teachers using Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) and Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Through the participation of 224 elementary school teachers, a positive, significant correlation is found between self-compassion and teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). In this case, the positive components of self-compassion can help elementary school teachers grasp the meaning of their own role, thus increasing their teacher subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
New York: AIFS Foundation, 2009
378.016 HIG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill , 2011
378.125 INS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tri Ariyanto
"Pada penelitian ini, permasalahan yang dikemukakan pada faktor-faktor yang berperan dalam profesionalitas instruktur yang terdapat di BLKI Pasar Rebo dan BLKI Tangerang yaltu karakteristik (pendidikan dan masa kerja) dan pelatihan yang dihubungkan derigan profesionalitas instruktur.
Tujuan penektian ¡ni untuk mengetahui, menjelaskan dan membandingkan seberapa jauh hubungan karakteristik (pendidikan, dan masa kerja) dengan profesionalitas instruktur, untuk mengetahui, menjelaskan dan membandingkan seberapa jauh hubungan petihan dengan profesionalitas instruktur; untuk mengetahul, menjelaskan dan membandingkan seberapa jauh hubungan karakieristik (pendidikan, dan masa kerja) dan pelatihan secara bersama-sama dengan profesion alitas instruktur.
Metode penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif ini, dilakukan dengan pendekatan survai, poputasi dan sampel, pengukuran variabel dan analisis melalui regresi beganda. Pemrosesan dibantu dengan penggunaan software program SPSS versi 10.
Pembahasan dan hasil digunakan metode forward, masing-masing vanabel diuji korelesasinya. Skor koefisien variabel pendidikan sebesar 0,487 dengan persamaan regresi Ý = 5,441 + 1,780 X1. Skor koefrsien vanabel pendidikan sebesar 0,397 dengan persamaan regresi Ý = 5,441 + 0,257 X2.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positip antara pendîdikan dengan profesionalitas dengan skor koefisien sebesar 0,487. Terdapat hubungan positip antara masa kerja dengari profesionalitas dengan skor koefisiensi sebesar 0,397. Pendklikan dan masa keqa secara bersama sama berpengaruh terhadap profesionalitas. ¡ni dibuktikan pada uji ANOVA atau F test, didapat F hitung sebesar 24,506 dengan tingkat signdikansi 0,000. Pelatihan tidak berperan da?am profesionatitas instruktur didasarkan pada besaran t (hitung) terkecil selanjutnya dikeluarkan vanabel pelatthan dengan besaran t hitting variabel pelatihan sebesar 0,707 dengan tingkat signifikansi 0,482, karena probabilitas jauh di atas 0,05.
Saran pertu adanya penyesuaian dengan analisa kebutuhan program Peatihan yang dapat diikuti oleh instruktur, sehingga terdapat signiflkan dengan kebutuhan BLKL Kernudian perlu aðanya penyesuaian peningkatan penghasilan (honor petatihan), sehingga adanya peningkatan dalam kineqa instruktur yang rflengarah pada profesionalitas instruktur."
2001
T381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>