Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusdi
"Besi Tuang Nodular (Ferrous Carbon Ducktile) adalah salah satu jenis besi tuang dengan kandungan grain babas berbentuk bulat (nodular), yang dihasilkan oleh terjadinya reaksi Mg (Magnesium) atau Ce (Cerium) pada proses peleburan. Pemanfaatan besi tuang nodular sebagai material teknik saat ini telah berkembang dengan pesat. Kelebihan dari besi tuang nodular adalah memiliki sifat mampu tuang serta sifat mekanis yang baik, dan dapat menggantikan baja, dimana salah satu pemanfaatan besi tuang nodular digunakan sebagai material komponen otomotif.
Pada penelitian ini dicoba untuk mengetahui pengaruh terhadap sifat mekanis dan struktur mikro, penambahan (1 % Ni) pada besi tuang nodular dengan paduan (0,25 % Mo) dalam proses manufaktur ADI. Kemudian dilakukan perbandingan sifat mekanis, antara ADI + (0,25 % Mo) dengan ADI + (0,25 % Mo + 1 % Ni).
Pada proses ADI, besi tuang nodular dengan dua macam komposisi tersebut diberikan perlakuan panas austenisasi 850 °C dan 900 °C, waktu tahan 90 menit, dilanjutkan dengan perlakuan panas austemper pada dapur serbuk AI203 (Alumina Powder) dengan variasi temperatur 350 °C, 375 °C dan 400 °C dan waktu tahan 60 untuk paduan (BIN + 0, 25 % Mo), dan 120 menit untuk paduan (BTN + 0,25 % Mo) + (1 % Ni).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan unsur paduan 1 % Nikel terhadap ADI + (0, 25 % Mo) akan meningkatkan sifat mekanisnya, antara lain : kekuatan tank sebesar 5 kglem2, elongasi sebesar 2, 5 %, nilai ketahanan impak 0, 73 ]Icm2, dan kekerasan sebesar 14 HB.
Dengan hasil tersebut dipelajari pengaruh beberapa variabel serta mekanisme terjadinya peningkatan sifat mekanis BTN ke grade ADI sehingga dapat digunakan sebagai altematif material komponen otomotif, serta mencoba mengusulkan proses manufaktur Bari ADI, khususnya proses perlakuan panas austenisasi dan austemper.

Ferrous Carbon Ductile ( FCD) is one kind of cast iron with the content of free nodular- shaped graphite, resulted in the reaction of Magnesium (Mg) or Cerium (Ce) in the process of melting. The use of nodular cast iron as material in engineering has been well developing recently. The advantage of FCD is that it processes properties of having capability in casting, being mechanically good, and having the capability in replacing steel, in which one of its uses is for automotive component.
This research has been done to see the effect of mechanical properties and micro structure resulted by adding (1% Ni) into FCD and with the alloy of (0,25 % Mo) in the manufacturing process of ADI. The mechanical properties of ADI + (0,25 % Mo) and ADI + (0,25 % Mo+ 1 % Ni) are compared then.
In the process of ADI, the FCD with the two kinds of compositions is treated by heating it through "austenisation "of 850 °C and 900 °C with the duration of 90 minutes followed by austempering of alumina powder (A!203) with variation of temperatures of 300 °C, 375 °C and 400 °C and the duration of 60 minutes for the alloy of 0, 25 % Mo, and 120 minutes for the alloy of ( 0, 25 % Mo + 1 % Ni). The results of the research indicate that the adding of alloy gradient of 1 % Ni into ADI (0, 25 % Mo) increase the mechanical properties, i. e. tensile strength of 5 kglcm2, elongation of 2, 5 %, impact value of 0,73 J/cm2 and hardness of 14 HB.
From the result, it can studied that the effect of some variables and the scheme of increasing mechanical property from FCD to ADI make it possible to use the latter as alternative material for automotive component. And it is worth trying to propose the manufacturing process of ADI especially by way of "austenisation and austempering".
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Andrijono
"Besi tuang nodular (ductile iron) adalah besi tuang yang mempunyai partikel grafit berbentuk bulat (nodul) yang diperoleh dengan cara penambahan unsur magnesium (Mg) sebagai unsur pembulat grafit ke dalam leburan besi tuang pada proses perlakuan ladel (ladle treatment).
Penelitian yang dilakukan membandingkan sifat mekanis antara besi tuang nodular dengan penambahan unsur paduan 0,25 % Mo (tabel V) dan 0,25 %, 1 % Ni (tabel VI) dan tanpa unsur paduan (tabel VII) dimana proses pecampuran unsur paduan dengan logam cair, dilaksanakan sebelum logam cair dari dapur induksi ditunf ke ladel besar (ladle carrier). Perbedaan peningkatan sifat mekanis pada besi tuang nodular, dapat diperoleh dengan cara memberikan unsur paduan atau dapat juga dilakukan dengan proses perlakuan panas austemper, sehingga menghasilkan besi tuang nodular austemper atau dikenal dengan Austempered Ductile Iron (ADI).
Proses perlakuan panas austemper pertama kali diawali dengan proses austenisasi pada temperatur 850 ° C, 950 ° C dengan waktu tahan masing-masing selama 90 menit untuk (0,25 % Mo dan 0,25 % Mo, 1 % Ni), 60 menit untuk tanpa unsur paduan serta dilanjutkan proses austemper pada temperatur 350 ° C, 375 ° C dan 400 ° C dengan waktu tahan masing -masing 60 menit untuk (0,25 % Mo), 120 menit (0,25 % Mo, 1 % Ni) dan 30 menit untuk tanpa unsur paduan.
Proses pembuatan sampel uji menggunakan cetakan pasir, jenis pasir silika, sehingga diperoleh hasil cor yang belum mengalami proses perlakukan panas austemper dan selanjutnya dilakukan proses pemesinan. Proses pengujian yang dilakukan, terdiri dari : uji kekuatan tarik, uji kekerasan dan pengamatan struktur mikro dengan pembesaran 100 X dan 500 X.
Berdasarkan hasil penelitian, maka besi tuang nodular austemper tanpa unsur paduan (label VII) menghasilkan sifat mekanis lebih baik dibandingkan dengan penambahan unsur paduan 0,25 % Mo (label V) dan unsur paduan 0,25 % Mo, 1 % Ni (label VI). Besi tuang nodular austemper dengan unsur paduan 0,25 % Mo , 1 % Ni (tabel VI) menghasilkan regangan tertinggi dibandingkan besi tuang nodular austemper dengan unsur paduan 0,25 % Mo (label V) dan tanpa unsur paduan (label VII)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainulsjah
"Austemperer Ductile Iron yang dikenal ADI adalah besi tuang nodular yang telah mendapatkan perlakuan panas austemper. Tujuannya untuk meningkntkan sifatsifat mekanis dari besi tuang nodular. Dalam penelitian ini dilakukan penambahan unsur paduan 0,25% Mo dan 1% Ni terhadap besi tuang nodular, kemudian dilakukan perlakuan panas austemper pada komposisi G (tanpa paduan), dengan temperatur austenisasi 850°C dan 900°C waktu tahannya 60 menit dan temperatur austemper 350°C, 375°C dan 400°C waktu tahan 30 menit, Untuk komposisi C (paduan) dengan temperatur austenisasi 850°C dan 900°C waktu tahan 90 menit dan temperatur austemper 350°C, 375°C dan 400°C waktu tahan 120 menit. Kemudian dibandingkan antara kondisi saat as-Cilsi dengan setelah mengalami perlakuan panas austemper.
Dari hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan sifat mekanis kekuatan tank untuk komposisi tanpa paduan antara (67-76)% dan kekerasan (40-54)%, sedangkan regangan mengalami penurunan (43-57)%. Pada komposisi paduan kekuatan tank meningkat (88-92)%, kekerasan (37-44)%, sedangkan regangan mengalami penurunan (I40-175)%. Dengan meningkatnya temperatur austenisasi, ketahanan impak akan meningkat (17)% pada komposisi paduan dull menurun (6)% pada komposisi tanpa paduan.

Austempered Ductile Iron know as ADI is ductile iron which has been austempered heat treated. The porpuse of the heat treated is to increase mechanical characteristics of ductile iron. In this research, additional alloyed factor of 0.25% Mo and 1% Ni towards the ductile iron, then austempered heat treated at G composition (non alloyed), at the austenitising temperature of 850°C and 900°C retained 60 minutes .ind austempering temperature of 350°C3375°C and 400°C retained 30 minutes. For C composition (alloyed) on the austenitising temperature 850°C and 900°C retained 90 minutes and austemepring temperature 350°C, 375°C and 400°C retained 120 minutes. The next step, comparing the as-cast to the after-austempering heat treated condition.
The result of research found that the increasing mechanical characteristics of tensile strength for non alloyed composition between (67-76)% and the hardness (40-54)%, while the elongation has decreased (43-57)%. At the alloyed composition, the strength of tensile increased (88-92)%, the hardness (37-44)%, lute the elongation has decreased (140-175)%. When the austenitising temperature in cases, the impact strength will increase (17)% at the alloyed composition, decrease (6)% at the non-alloyed composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T16732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujtahid
"Penelitian ini membahas pengaruh penambahan unsur Mo dan Ni terhadap sifat mekanis besi tuang nodular austemper. Komposisi kimia berupa besi tuang nodular austemper non paduan, dengan paduan 0,26 % Mo dan dengan paduan 0,26 % Mo & 1,2 % Ni. Temperatur austenisasi dipilih pada 850 °C dan 900 °C, sedangkan temperatur austemper dilakukan pada temperatur 350 °C, 375 °C dan 400 °C. Sampel yang diuji dituang dalam bentuk yang khusus agar bersifat homogen dan bisa membeku dalam waktu yang bersamaan, juga agar bisa dipasang filter untuk meminimalkan kotoran (unsur) yang tidak diinginkan.
Sifat mekanis yang diteliti adalah ketangguhan dan kekerasan bahan. Sifat ketangguhan bahan diuji dengan uji ketahanan impak metode Charpy dengan takik, sedangkan uji kekerasan dengan standar Brinell. Uji ketangguhan dan kekerasan dilakukan pada temperatur sub zero (dibawah nol) pada temperatur 0 °C dan temperatur kamar. Uji komposisi dilakukan dengan spektrometer untuk mengetahui komposisi kimia besi tuang nodular. Dilakukan pula pengamatan struktur mikro untuk mengetahui perubahan struktur matriks yang terjadi.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa penambahan paduan 0,26 % Mo & 1,2 % Ni dapat meningkatkan ketangguhan bahan sampai 40,4 % tetapi kekerasan menurun 9,2 % terhadap non paduan. Ketangguhan paling baik dicapai pada temperatur austemper 375 °C dan temperatur austenisasi 900 °C. Pengujian ketangguhan pada temperatur sub zero (dibawah nol) menyebabkan ketangguhan material berkurang 41 % dibandingkan temperatur kamar akibat terjadinya efek Betas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Widyanto
"Dalam perkembangan teknologi dewasa ini, menuntut para ahli untuk menemukan suatu material dengan berat yang lebih ringan namun dengan kekuatan yang sama bahkan lebih baik dari yang sudah ada. Dengan ditemukannya Besi Tuang Nodular jenis ADI ini, maka para ahli mulai memikilrkan pengembangan dari material ADI ini, karena dengan berat yang lebih ringan tetapi kekuatannya tidak kalah dengan logam ferous lainnya.
Di dalam penetitian ini, dilakukan penambahan unsur paduan Nikel sebesar
1% dan Molybdenum sebesar 0,16% terhadaB Besi Tuang Nodular jenis ADI ini. Kemudian dilakukan perbandingan sifat kekuatan tarik. Kekerasan serta regangannya antara ADI tanpa paduan dengan ADI yang ditambahkan paduan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan unsur. ,paduan Nikel dan Molybdenum terhadap ADI, akan meningkatkan kek rasan anJara 3 - 40 BHN, pada semua waktu tahan. Untuk kekuatan tarik, umumnya tidak terjadi perubahan dengan penambahan unsur paduan tersebut, kecuali pada waktu tahan 45 menit dimana terjadi penurunan sebesar 6%. Dengan adanya penambahan unsur paduan, maka nilai regangan dari ADI ini akan menurun, antara 0,2 - 2,7% pada semua waktu tahan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Sugiharto
"
ABSTRAK
Besi telah lama dikenal dan dipergunakan oleh manusia sebagai salah satu bahan teknik yang sangat penting. Berbagai aplikasi dapat diwujudkan dengan memanfaatkan material ini, Salah satu jenis logam besi yang banyalc dipergunakan adalah besi tuang nodular. Besi ini memiliki sifat-sifat yang unik. Adanya gratit bulat pada besi tuang nodular menyebabkan besi ini memiliki sifat-sifat seperti baja, kelcuatannya bahkan dapat melebihi baja. Sifat yang menonjol dari besi tuang ini adalah keuletan yang tinggi, lcekuatan tarik yang baik, daya scrap getaran yang baik serta memililci ketahanan aus, ketangguhan dan mampu mesin yang baik, sehingga material ini banyak digunakan sebagai material komponen kendaraan bermotor seperti poros engkol, camshafl, pegas, sistem rem, connecting rod dan komponen lainnya.
Besi tuang nodular yang dibuat harus diketahui dengan jelas sifat-sifat mekanis yang dimilikinya sebelum digunakan untuk aplikasi pada bidang tertentu.
Hal ini penting diketahui, karena erat sekali hubungannya dengan macam aplikasi yang akan dimasukinya. Pemilihan material yang tidak tepat untok suatu aplikasi karena kurang mengetahui sifat-sifat metarial yang dimilikinya bukan saja berdampak secara ekonomi tetapi akan lebih parah lagi jika penerapan material tersebut erat kaitannya dengan keselamatan pengguna Untuk itu diporlukan suatu serangkaian pengujian, untuk mcngetahui karakteristik, atau sifat-sifat suatu meterial.
Penelitian dimulai dengan melakukan prosss pengecoran logam (casting)
FCDSO di PT. Geteka Funindo, Pulogadung dengan penambahan 0,18 %Cr, 0,2%
Mo dan 1% Ni, kemudian dilanjutkan dengan melakukan serangkaian pengujian, antara lain : pengujian kekerasan, pengujian tarik, pengujian irnpak dan pengujian metalografi. Benmk dan ukuran sampel pengujian menggunakan standar ASTM A536-84 dan ASTM A327M-91. Pengujian sampel dilakukan pada kondisi as-cast, austenisasi 800 dan 900°C dengan ternperatur austemper 300 dan 400°C dengan waktu tahan 15, 30 dan 45 menit. Hasil pengujian yang diperoleh dismalisa dengan pendekatan kepustakaan. Dari hasil pengujian kekerasan terhadap besi tuang nodular FCD50 dengan temperatur austemper yang berbeda, menuxqukkan bahwa temperatur austenisasi dan austemper sangat berpengaruh terhadap sifat kekerasan besi tuang nodular. Pada perlakuan panas austenisasi soo°C pemanasau tidak mencapai temperatur kritis, akibatnya pada proses austemper 300 dan 400°C tidak terjadi pembahan fasa dari ferit-perlit menjadi bainit., tetapi. hanya terjadi terurainya karbida Fe3C menjadi 3Fe(o.) + C, sehingga karbida berkurang dan struktur ferit lebih banyak terbentuk, hal ini akan menumnkan kekerasan, penurunan kekuatan tarik bahan dan peningkatan elongasi besi tuang nodular tersebug perbedaan waktu tahan tidak begitu berpengaruh terhadap kekerasan. Pada austenisasi 900°C dengan allstemper 300 dan 400°C terjadi perubahan fasa rnenjadi bainit, sehingga didapati nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi as-cast, terjadi peningkatan kekuatan tarik bahan, namun teljadi penurunan elongasi bahan.
Secara umum proses perlakuan . panas austenisasi dan austemper menyebabkan peningkatan sifat mekanis meterial.
"
1997
S36206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Tri Pujatmo
"Besi Tuang Nodular merupakan jenis besi tuang yang memiliki grafit berbentuk bulat, dimana dengan bentuk grafit yang bulat ini, Besi Tuang Nodular mempunyai sifat mekanis yang Iebih baik dibandingkan besi tuang jenis lain. Untuk meningkatkan sifat mekanisnya, pada Besi Tuang Nodular ini dilakukan proses perbaikan matriks dengan proses perlakuan panas austemper dan atau dengan penambahan unsur paduan tertentu seperti Nikel dan Molybdenum. Kondisi perlakuan panas yang dilakukan pada penelitian ini adalah sustenisasi pada temperatur 800°c selama 1 jam dan temperatur celup 400°C dengan waktu tahan 15, 30, 45 menit, sedangkan unsur paduan yang ditambahkan adalah 1% Nikel dan 0,16% Molybdenum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan kekerasan paling tinggi diperoleh dari kondisi as-cast FCD 50 + 1%Ni, 0,16%Mo yaitu 66,61 kg/mm² dan 244,3 BHN, sedangkan nilai regangan tertinggi adalah 20,43% dicapai dari kondisi perlakuan panas 600°C-400°C-15 menit PCD 50 + 1%Ni, 0,16%Mo."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmy Nurliyany
"ABSTRAK
ADI (Austempered Ductile Iron) merupakan material besi tuang nodular (BTN) yang telah mengalami perlakuan panas austemper dan memiliki keunggukm dalam hal ketangguhan, kekuatan, ketahanan aus yang sangat baik, harga bahan baku serta biaya permesinannya yang jauh relatif lebih murah. Sifat mekanis pada material ADI sangat ditentukan oleh persentase austenit sim. Austenit sisa yang dihasilkan tergantung pada parameter perlakuan panas yang diberikan dan dapat bertransformasi merjadi martensit bila diberi tegangan.
Penelitian ini menyelidiki pengaruh waktu tahan austemper selama 1,2 dan 3 jam serta proses regangan dengan persentase elongasi 0,2%; 0, 6% dan 2% rerhadap karakteristik austenit sisa pada ADI dengan komposisi paduan Mo 0,249% dan Mn 0, 25%. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian ARD dan metalografi kuanritatif (point counting) pada material dengan prinsip perhitungan volume austenit sisa sebelum dan setelah proses regangan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi volume austenit sisa yang dihitung dengan XRD dan metalografi kuantitatf (point counting) dengan waktu selama 1,2, dan 3 jam menunjukkan penurunan sebelum dan setelah proses regangan.
Perhitungan fraksi volume austenit sisa sebelum proses regangan melalui XRD dengan waktu tahan austemper 1,2 dan 3 jam adalah 44,27%; 8,64% dan <8%. Sedangkan perhitungan melalui point counting adalah 26,2%,' 23,58%,' dan 19, 7%. Perhitungan kekerasan makro pada material ADI ini juga menunjukan penurunan pada waktu tahan austemper 1,2 clan 3 jam yaitu : 243,49,' 260,14 ,' 282, 94 kg/mmz. Sedangkan kekualan tariff nya bervariasi pada waktu tahan 1,2 dan 3 jam yailu .' 97,8,' 103,97,' 84,52 kg/mmz."
2000
S41492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iman Utama
"Kebutuhan penghematan energi dunia menuntut untuk melakukan peminimalisasian energi tak terlepas di bidang pengecoran. Penggunaan TWADI (Thin Wall Austempered Ductile Iron) yang didapatkan dari heat treatment TWDI (Thin Wall Ductile Iron) menjadi kandidat yang paling menarik karena ketangguhannya yang sangat tinggi serta biaya lebih murah dan tentunya lebih hemat energi dibandingkan aluminium. Dalam Pemrosesan TWDI menemui masalah yaitu perubahan grafit nodul menjadi flakes atau yang dikenal sebagai skin effect dimana skin akan menurunkan sifat mekanis dari TWDI.
Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan kadar nodulizer terhadap terbentuknya skin serta pengaruhnya terhadap sifat mekanis. Skin yang didapat pada penambahan 1,1 % nodulizer dengan tebal 40 μm lebih tipis dibandingkan 1 % nodulizer yang memiliki tebal skin 45 μm. Nilai UTS yang didapat oleh penambahan 1,1% nodulizer yaitu 416,5 MPa, lebih tinggi dibandingkan 1 % nodulizer sebesar 387,54 MPa, dimana hal tersebut sejalan dengan nodularitas yang lebih tinggi dengan penambahan 1,1 % nodulizer. Nilai elongasi kedua sampel tidak mencapai 10 % yang dikarenakan terbentuknya kolumnar karbida yang terbentuk dari berlebihnya kadar mangan pada kedua sampel.

Recent world energy condition obligates people to reduce quantity of energy useement especially ini casting process. Uses of Thin Wall Austempered Ductile Iron (TWADI), which is a heat treatment material from Thin Wall Ductile Iron (TWDI) , become a best candidate to replace aluminium in industry due to the fact of its high quality toughness and another mechanical properties, with low producing cost and also low energy production. One of the most issue that have been met in processing TWDI is a phenomenon that nodular graphites turn into flakes shape which will decrease large amount of mechanical properties.
This research is studying about the enhacement of content nodulizer for reducing skin thickness and also to increase mechanical properties. The addition of 1,1 % nodulizer that obtained shown an effective result with reducing 11 % thickness of skin compared to the thickness of addition 1 % nodulizer. The thickness of skin with addition 1,1% nodulizer is 40 μm, while with addition 1 % nodulizer is 45 μm. The UTS number that has been reached by 1,1 % nodulizer is 416,5 % MPa, which is bigger than the UTS of 1 % nodulizer in the amount of 387,54 MPa which also as a result of grater nodularity of 1,1 % nodulizer. The elongation of both sample have elongation below 10 %, as result of carbides that have been formed in the microstructure, because of excessive number of manganese.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Sugihartoto
"Kombinasi kekuatan tarik, ketahanan aus dan ketangguhan yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah menjadikan austempered ductile iron sebagai material yang mempunyai jleksibilltas disain dan kinerja yang tinggi. ADI menawarkan aplikasi yang lebih luas lagi dari mnterial besi tmmg nodular dalam dunia rekayasa pada penelitian ini digunah:m besi luang nodular FCD 55 sebagai material dasar sehelum proses austmnpering, di mana akan diteliti pengaruh penambahan 1.1%Ni; 0,15 %Mo dan 0,2 %Cr terhadap sifat mekanis material besi tuang nodular setelah proses austemper. Proses austempering yang dilakukan terdiri tl!Jri austenisasi 90t:rC selama 60 menit dilanjutkan dengan proses temper pada tempcratur 300'C selama 15, 30 dan 45 menit. Setelah proses austempering selesai dilakukan pengujian sifat mekanis terhadap 3 komposisi material ADJ. yaitu kompos;si I yang berasa/ dari material besi tuang nodular FCD 55 tanpa paduan; kompasisi AD! II yang berasal dart material besi luang nodular FCD 55 dengan penambahan ],I %Ni; 0,15 %Mo dan kampasisi III AD1 yang berasal dari besi luang nodular FCD 55 dengan penambahan 1.1 %Ni; 0,15% dan 0,2 %Cr. Secara umum didapatkan !Jahwa nilai kekerasan dan kelal11tan tarik akan bertambah akibat penambahan unsur paduan. dimana perlambahan ini akan diikuli oleh adanya kecendenmgan penurunan regangan yang dihasilkan. Sedangkan pengaruh waktu tahan proses austemper secara pasti tidak bisa diketahui selain hanya menunjukkan kombinasi sifat optimum yang mungkin dicapai pada suatu rangkaian proses pembuatan austempered ductile iron."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>