Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnes Riyanti Inge Permadhi
"Tujuan : Mengetahui pengaruh suplementasi vitamin B6, B12 dan asam folat terhadap kadar homosistein plasma pada lansia dalam rangka mengurangi risiko terjadinya aterosklerosis.
Tempat : Panti werdha Santa Anna - Jakarta.
Bahan dan cara : penelitian eksperimental pra dan pasca suplementasi vitamin B6 (10 mg), B12 (400 µg) dan asam folat (1 mg) yang diberikan per oral, sekali sehari selama 6 minggu, terhadap 10 subyek lansia (60 tahun) yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Data yang dikumpulkan meliputi data non nutrisi, data nutrisi, data antropametri, status vitamin B6, kadar vitamin B12 serum dan asam folat serum dan kadar homosistein plasma.
Hasil : Pada pra suplementasi, diketahui prevalensi subyek dengan hiperhomosisteinemia tipe ringan sebesar 70%. Prevalensi defisiensi vitamin B6 (KA ASATE>I,40), 812 (<258 pmol/L) dan asam folat (<15 nmo/L) adalah 30%,30% dan 90%. Prevalensi defisiensi vitamin B6, B12 dan asam folat pada subyek dengan hiperhomosisteinemia adalah 14%, 43% dan 85%. Pada pasca suplementasi didapatkan perbaikan pada seluruh hasil pemeriksaan laboratorium secara bermakna (p<0,05) yaitu penurunan KA ASATE 11,68%, kenaikan kadar vitamin B12 serum 111,75%, kenaikan kadar asam folat serum 139,05% dan penurunan kadar homosistein plasma 36,68%.
Kesimpulan : Suplementasi vitamin B6, B12 dan asam folat terbukti secara efektif dan elision dapat memperbaiki status vitamin dan menurunkan kadar homosistein plasma secara bermakna pada seluruh subyek penelitian.

Objective : To identify the effect of vitamin B6, B12 and folate supplementation to plasma homocysteine concentration of elderly people in respect of minimizing atherosclerosis risks.
Place :Panri werdha Santa Anna - Jakarta.
Materials and Methods :Experimental study of pre and post oral supplementation of vitamin B6 (10 mg), B12 (400 }1g) and folate (1 mg), once a day for 6 weeks continuously applied to 10 elderly subjects NO years) passing through pre-defined inclusion criteria. Relevant information and data was collected through questionnaire, field observation and laboratory measurement which comprise of ages, sex, education, anthropometrics, dietary intake, food frequency amount, food habits, vitamin B6, B12 and folate status and finally plasma homocysteine concentration.
Results :During pre-supplementation, 70% of subjects was classified as moderate hyperhomocysteinemia. Cut off points to define deficiency vitamin status are erytrocyte aspartate aminotransferase activity coefficient (EAST-AC) >1,40 for vitamin B6 , serum vitamin B12 and folate concentrations were <258 pmol/L and <15 nmol/L respectively. The overall prevalence of deficiencies vitamin B6, B12 and folate status were 30%, 30% and 90% respectively. The prevalence of deficiencies vitamin B6, B12 and folate status in hyperhomocysteinemia subjects were 14%, 43% and 85% respectively. During post supplementation, no more vitamins deficiencies subjects was detected. Post supplementation laboratory measurement indicate the following significant improvement (p<0,05) on EAST-AC reduction 11,68%, serum vitamin B12 concentration improvement to 111,75%, serum folate concentration improvement to 139,05% and reduction of plasma homocysteine concentration of 36,68%.
Conclusion :Supplementation of vitamin B6, B12 and folate are effectively and significantly improve both vitamin status and plasma homocysteine concentration level of all subjects."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikawati
"Mengetahui pcngaruh pemberian kombinasi suplementasi vitamin E dan C terhadap peroksidasi lipid pada usila dengan hiperkolesterolemia. Penelitian uji klinis paralel, tertutup timggai, alokasi acak, untuk membandingkan kadar malondialdehida usila 2,60 tahun dengan hiperkolesterolemia yang mendapatkan kombinasi supiementasi vitamin E 400 IU dan vitamin C 500 mg, masing~masing sebutir sehari selama 45 hari dengan kelompok yang mendapat vitamin E 400 IU dan plascbo.Terdapat 42 subyek penelitian yang berasal dari Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni, dan Yayasan Yakin, Pasar Minggu Jakarta Selatan yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah 21 orang. Data yang diambil adalah : data dcmograti, antropometzi, data asupan makanan pada minggu pertama, ketiga dan ketujuh, kadar kolesterol LDL dan MDA plasma sebelum dan sesudah perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-tidak bezpasangan bila distribusi nonnal dan uji Manmwhimey bila distribusi tidak normal dengan tingkat kemaknaan p<0.05.
Sebanyak 20 subyek penelitian dad masing-masing kelompok yang dapat mengikuti penelitian sampai sclesai. Sebelum perlakuan, nilai median kadar kolesterol LDL kelompolc vitamin E+plasebo dan vitamin E+C masing- masing adalah I46.50(l30-190) mg/dL dan 146.50(l3I-196) mg/dL. Setelah 45 hari perlakuan, rerata kadar kolesterol LDL kelompok vitamin E4-plasebo (151.9.+:2.2.l mg/dl.) meningkat sedangkan kelompok vitamin B+-C (l46.8i28.21 mg/dL) menurun. Sebelum p¢rIakuan, nilai median kadar MDA plasma kelornpok vitamin E+plasebo dan rerata kadar MDA plasma kelompok vitamin E4-C masing-masing adalah 2.63(l.92-4.42) nmol/ml., dan 3.03:l:0.62 nmol/mL. Setelah 45 haii pcrlakuan rerata kadar MDA plasma kedua keiompok menunm menjadi 2.30i0.67 nmol/mL (p<0.01) pada kelompok vitamin E+plasebo dan 28810.88 nmol/mL (p=0.36) untuk kelompok vitamin E+C. Penurunan kadar MDA plasma kelompok vitamin E+plasebo lcbih besar (-0.5:!:0.55 nmol/mL) daripada kelompok vitamin E+C (-0.28(l.31-1.63) nmol/mL), tetapi dcngan uji statislik terhadap kedua nilai tersebut, tidalc berbeda bcrma!ma(p=0.09). Pembenan kombinasi vitamin E dan vitamin C pada usila dengan hiperkolesternlemia tidak dapat rnenurunkan kadar MDA plasma lcbih besar dibandingl-can dengan hanya pemberian vitamin E.

This parallel, single blind, randomization clinical trial purpose was to compare plasma malondyaldehydc level in hypercholesterolemic elderly aged more than 60 years old. Forty two people from Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni and Yayasan Yakin, Pasar Minggu, South Jakarta which participated the study, were divided into two groups. Twenty one elderly were supplemented with 400 IU vitamin E and 500 mg vitamin C for 45 consecutive days, while the other group was supplemented with 400 IU vitamin E and placebo. The data of demographic, anthropometric, food intake in the first, third and seventh weeks, plasma LDL and MDA levels before and alter period were taken. Statistical analyzes was performed by SPSS 11.5.
Twenty people for each group had followed the study until the end of period. Before study, LDL cholesterol median for vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were 146.50(l30-190) mg/dL and l46.50( 130-190) mg/dL respectively. Alter 45 of days treatment, there was an increase in mean LDL cholesterol in vitamin E + placebo group 15l.9i22.1 mg/dL while in vitamin E+C group was decreased to l46.8:l:28.2l mg/dl Before study, plasma MDA level in vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were 2.63(l.92-4.42) and 3.031052 nmol/mL, respectively. After 45 days, mean MDA plasma in vitamin E + placebo group was 2.30i0.67 nmol/mL (p<0.01) and was 2.881088 nmol/ml.. (p=0.36) in vitamin E+C group. The decreased on plasma MDA levels in vitamin E+placebo group was higher (-0,510.55 nmol/mL) than vitamin E+C (-0.28(1.3l-1.63) nmol/mL), but statistical test showed not significant different between both group (p=0.09). Combined supplementation vitamin E and vitamin C in hypercholesterolemic elderly couldnot decrease plasma MDA higher than supplementation of vitamin E alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Goretti,author
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian teh hijau
terhadap stres oksidatif postprandial pasca asupan makanan tinggi lemak pada
individu dewasa muda sehat. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan
desain alokasi acak menyilang tersamar tunggal yang melibatkan 19 orang
subyek, 8 laki-laki dan 11 perempuan, dengan median usia 20 tahun (19–
21tahun). Subyek penelitian diberikan 6 g teh hijau dalam 300 mL air atau air
putih setelah mengonsumsi burger dengan total energi 1066 kkal dan komposisi
lemak 57,71% pada dua kesempatan yang berbeda. Kadar MDA plasma diukur
pada awal dan 2 jam setelah mengonsumsi makanan dan minuman yang
diberikan. Median perubahan kadar MDA plasma pada pemberian teh hijau
adalah 0,04 (-0,19–0,11) dan rerata perubahan kadar MDA plasma pada pemberian
air putih adalah 0,01 ± 0,04. Tidak didapatkan perbedaan bermakna perubahan
kadar MDA plasma 2 jam postprandial antara pemberian teh hijau dibandingkan
dengan pemberian air putih (p=0,296). Pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa konsumsi teh hijau dosis tunggal pasca asupan makanan tinggi lemak tidak
memberikan penurunan stres oksidatif postprandial pada individu dewasa muda
sehat.

ABSTRACT
The objective of this study was to evaluate the ability of green tea cathecins to
modify postprandial oxidative stress after a high-fat meal in healthy young adults.
This is a randomized, single-blind, placebo-controlled trial which involved 19
subjects, 8 men and 11 women, with median age 20 years (19–21 years) After
consuming a high-fat burger (1066 kcal with 57,71% fat), subjects were given 6 g
green tea in 300 ml water or drinking water on two separate occasions. Blood
samples were collected pre-meal (fasted) and 120 min post meal, and assayed for
plasma malondialdehyde (MDA). Median changes of MDA concentration after
green tea was 0,04 (-0,19–0,11) and mean changes of MDA concentration after
drinking water was 0,01 ± 0,04. There was no significant difference of MDA
concentration changes between green tea and drinking water. The data indicate
that consuming single dose green tea after a high-fat meal could not attenuate
postprandial oxidative stress in healthy young adult."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Fitriyani
"Uji klinis paralel alokasi acak tersamar ganda ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kreatin monohidrat sebesar 20 gram/hari selama 7 hari berturut-turut terhadap kadar malondialdehida (MDA) plasma pasca latihan lari sprint pada atlet laki-laki lari jarak pendek (100 dan 200 meter), usia 18-25 tahun. Sejumlah 20 subyek dipilih dan dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi blok, 10 subyek kelompok perlakuan (KP) dan 10 subyek kelompok kontrol (KK). Subyek KP mendapat kreatin monohidrat 20 gram/hari + maltodekstrin 50 gram/hari, sedangkan subyek KK mendapat maltodekstrin 50 gram/hari. Data yang diambil meliputi usia, indeks massa tubuh (IMT), massa lemak (ML), massa bebas lemak (MBL), cairan tubuh total (CTT), asupan energi, karbohidrat, protein, kreatin, karotenoid, vitamin C, vitamin E, dan kadar MDA plasma. Pemeriksaan kadar MDA plasma dilakukan sebelum dan setelah periode perlakuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney dengan batas kemaknaan 5%.
Analisis lengkap dilakukan pada 20 subyek yaitu 10 subyek KP [usia 18,50 (18,00-19,00 tahun)] dan 10 subyek KK [usia 18,00 (18,00-24,00 tahun)]. Kadar MDA plasma sebelum perlakuan pada KP dan KK adalah 0,32 ± 0,11 μM dan 0,33 ± 0,10 μM (p = 0,95). Kadar MDA plasma setelah perlakuan lebih rendah pada KP dibandingkan KK, yaitu KP 0,32 ± 0,11 μM dan KK 0,34 ± 0,13 μM (p = 0,66). Perbedaan perubahan kadar MDA plasma pada KP 0,00 ± 0,16 μM dan KK 0,01 ± 0,17 μM (p = 0,83). Tidak terdapat perbedaan signifikan perubahan kadar MDA plasma setelah pemberian kreatin monohidrat 20 gram/hari pada KP dibandingkan KK. Penelitian ini belum dapat membuktikan pengaruh pemberian kreatin monohidrat 20 gram/hari selama 7 hari berturut-turut dalam menurunkan kadar MDA plasma pasca latihan lari sprint pada atlet laki-laki lari jarak pendek.

This parallel double-blind randomized clinical trial aims to investigate the effect of 20 gram/day creatine monohydrate supplementation for 7 days on plasma malondialdehyde (MDA) level after sprint running in male short-distance runner (100 and 200 meter) aged 18-25 years. A total of 20 subjects were selected and randomly allocated to one of two groups using block randomization, 10 subjects for treatment group (TG) and 10 subjects for control group (CG). The TG received 20 gram/day creatine monohydrate + maltodextrin 50 gram/day, and the CG received 50 gram/day maltodextrin. Data were collected in this study included age, body mass index (BMI), fat mass (FM), fat free mass (FFM), total body water (TBW), intake of energy, carbohydrate, protein, creatine, carotenoid, vitamin C, vitamin E, and plasma MDA level. Assessment of plasma MDA level was carried out before and after supplementation.
Statistical analyses included independent t-test and Mann-Whitney test with significance level was 5%. Twenty subjects completed this study, 10 subjects in TG [aged 18.50 (18.00-19.00) years] and 10 subjects in CG [aged 18.00 (18.00-24.00) years]. Plasma MDA levels before treatment were 0.32 ± 0.11 μM for TG and 0.33 ± 0.10 μM for CG (p = 0.95), respectively plasma MDA levels after treatment for TG was lower than CG; 0.32 ± 0.11 μM and 0.34 ± 0.13 μM (p = 0.66). The difference of plasma MDA level for TG was 0.00 ± 0.16 μM and CG was 0.01 ± 0.17 μM (p = 0.83). No statistically significant difference was found after 20 gram/day creatine monohydrate supplementation between 2 groups. This study has not proven yet the effect of 20 gram/day creatine monohydrate for 7 days in decreasing plasma MDA level after sprint running in male short-distance runner.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunkun K. Wiramihardja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T9680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Wijaya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar
malondialdehida plasma pada perawat dan pegawai administrasi yang telah
bekerja selama 7 jam berturut-turut dan mendapatkan modifikasi makanan berupa
makanan dengan kandungan makronutrien sebesar 65% dari kebutuhan sehari dan
asupan mikronutrien antioksidan (β-karoten, vitamin C, vitamin E, Cu, Zn, dan
Se) sebesar 65% dari AKG/DRI. Penelitian ini merupakan suatu penelitian
potong lintang berulang dengan rentang jangka waktu pemeriksaan pertama
dengan pemeriksaan kedua adalah satu shift kerja (7 jam). Pengambilan data
dilakukan di RSUD Tarakan, Jakarta pada bulan Januari sampai Februari 2013.
Sebanyak 39 orang subyek bersedia ikut serta dalam penelitian ini dan sebanyak
31 orang subyek (15 perawat dan 16 pegawai administrasi) memenuhi kriteria
penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, data
antropometri (berat badan dan tinggi badan), pola asupan makronutrien dan
mikronutrien antioksidan, serta pemeriksaan kadar malondialdehida plasma.
Rerata persentase asupan lemak terhadap energi pada kelompok perawat (37 +
5,79 %) dan kelompok pegawai administrasi (36,57 + 6,72 %) melebihi asupan
lemak total yang dianjurkan. Sebesar 42,86% subyek pada kelompok perawat dan
pegawai administrasi memiliki asupan β-karoten yang kurang berdasarkan DRI,
14,29% subyek pada kelompok perawat dan 35,71% subyek pada kelompok
pegawai administrasi memiliki asupan vitamin C yang kurang berdasarkan AKG.
Sebagian besar subyek pada kedua kelompok memiliki asupan vitamin E, Cu, Zn
dan Se yang kurang dibandingkan AKG/DRI. Terdapat peningkatan bermakna
kadar MDA plasma kelompok perawat setelah bekerja dan mendapatkan asupan
makanan (p = 0,001) tetapi tidak pada kelompok pegawai administrasi (p =
0,063). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata perubahan kadar MDA
plasma sebelum dan setelah bekerja serta mendapatkan asupan makanan pada
kelompok perawat dan pegawai administrasi. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan bermakna kadar MDA plasma setelah
bekerja dan mendapatkan asupan makanan pada kelompok perawat yang
menunjukkan peningkatan kerusakan oksidatif setelah bekerja.

ABSTRACT
The aim of study is to find out the differences of plasma malondialdehyde
concentration in nurses and administrative workers after 7 hours of work and had
meal modifications which contain 65% of total daily needs macronutrient and
65% of AKG/DRI antioxidant (β-carotene, vitamin C, vitamin E, Cu, Zn, and Se).
This is a repeated cross-sectional study. The range from first examination to
second examination is one work shift (7 hours). The data were obtained in
Tarakan District General Hospital, Jakarta from January to February 2013. Out
of 39 people whom signed the consents, 31 people matched the study criteria. The
data taken in this study include demographic characteristic, anthropometric
(weight and height), assessment of macronutrient and antioxidant micronutrient
intake, and plasma malondialdehyde. The mean of percentage fat intake per
energy in nurses group were 37 + 5,79 % and in administrative workers group
were 36,57 + 6,72 %, both of them exceed the recommendation of fat intake. As
much as 42,86% subjects in both group had a low β-carotene intake according to
DRI, 14,29% subjects in nurses group and 35,71% in administrative workers
group had a low vitamin C intake according to AKG. Most subjects in both group
had a low vitamin C, Cu, Zn, and Se intake according to AKG/DRI. There was a
significant increase of plasma MDA concentration after work and meal
modification within nurses group (p = 0,001), but not on administrative workers?
(p = 0,063). There were no significant increases of plasma MDA concentration
after work and meal modification between nurses group and administrative
workers group. The conclusion of this study is there was a significant increase of
plasma MDA concentration after work and had meal modification within nurses
group, which implicates an increase of oxidative damage after work."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony Sendjaja
"Tujuan Penelitian : menilai pengaruh konsumsi cairan isotonis yang mengandung glukosa dan elektrolit terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, kelelahan, serta pemulihan pasca berolahraga.
Tempat: Laboratorium Fisologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Latar belakang dan Cara Penelitian : Keseimbangan cairan dan elektrolit penundaan kelelahan, Serta pemulihan pasca berolahraga sudah lama menarik perhalian para ahli. Ganguan dari Salah satu komponen tersebut telah dapat mengakibatkan gangguan fungsi rubuh dan menurunkan kinerja dalam berolahraga. Banyak penelilian telah dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja berolahraga. dan cara yang umum dipakai adalah dengan memberikan cairan isotonik yang mengandung glukosa dan elektrolit. Namun yang masih menjadi permasalahan adalah apakah pemberian cairan isotonik dapat menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, menunda kelelahan. dan mengoptimalkan pemulihan Iebih baik dibandingkan air. Maka dilakukan penelitian pengaruh pemberian cairan isotonik terhadap 11 orang atlet lari jarak menengah atau jauh pria DKI Jakarta dengan desain eksperimen crossover design.
Hasil : pemberian cairan isotonik secara bermakna lebih baik dalam menjaga keseimbangan cairan di mana rata-rata selisih kadar Hb dan Ht sebelum dan setelah aktivitas pada kelompok isotonik (-0,21 kurang lebih 0,69 g/dL dan -0.68 kurang lebih 2,11%) dan (0.26 kurang lebih 0,49 g/dL dan 1,11 kurang lebih 1.34 %) pada kelompok air. Waktu terjadi kelelahan berbeda bermakna antara kelompok isotonik dan air (79,45 kurang lebih 12.52 menit vs 58.72 kurang lebih 10.43 menit), Kadar glukosa darah lebih baik pada kelompok isotonik dibanding air, baik pada saat aktivitas fisik dan pada saat pemulihan. Tidak ditemukan perbedaan brmakna untuk denyut nadi keseimbangan elektrolit (kadar natrium dan kalium), serta kadar laktat pada kedua kelompok.
Kesimpulan : pemberian cairan isotonik selama olahraga dan masa pemulihan dapat menjaga keseimbangan cairan meningkatkan daya tahan dan mempertahankan kadar glukosa aktivitas dan pemulihan lebih baik dari air."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T16235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loritta Yemina
"Stroke merupakan abnormal fungsi sistem saraf pusat akibat suplai darah ke otak terhenti. Manifestasi klinis yang menyertai pasien stroke adalah disfagia. Penatalaksanan gangguan proses menelan adalah kegiatan mengunyah agar mengembalikan fungsi motorik volunter yang cedera.
Tujuan umum mengetahui pengaruh kegiatan mengunyah terhadap asupan nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia. Penelitian menggunakan desain Randomized Control Trial dengan rancangan pretest-posttest with control group. Total sampel adalah 30 responden dibagi atas 2 kelompok.
Hasil penelitian dinyatakan ada perbedaan yang signifikan asupan nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan sesudah diberikan kegiatan mengunyah, dengan p value 0,001 (α =0,05). Pemberian kegiatan mengunyah terbukti dapat meningkatkan asupan nutrisi dan mempercepat perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia.

Stroke is an abnormal function of the central nervous system caused by inadekuat blood supply to the brain. Clinical manifestations that often accompanies stroke patients is dysphagia. Swallowing disorder process, the intervention form of chewing activity. Chewing activities aimed to restoring voluntary motor function.
This study aims to determine the effect of chewing activities to nutrition intake and the time of swallow function recovery of stroke patients with dysphagia. This study uses a Randomized Control Trial design. Total sample used by 30 respondents divided in 2 group. Each group consist of 15 respondents.
Results of this study revealed that there are significant differences intake nutrition and the time of swallow function recovery after chewing activities, with a p value of 0.001 (α = 0,05). Giving chewing activities proven to increase the intake of nutrients and accelerate the improvement of swallowing function of stroke patients with dysphagia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiatul Rahmi Fatty
"Sebagai salah satu upaya untuk mendukung program diversifikasi pangan serta memanfataatkan produk lokal Indonesia, maka dibuatlah bola-bola tempe dan udang rebon. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan udang rebon terhadap kandungan gizi dan hasil uji hedonik bola-bola tempe. Terdapat 4 perlakuan penambahan udang rebon, yaitu 5%, 10%, 15% dan 0% sebagai kontrol. Perhitungan kandungan gizi menggunakan TKPI dan uji hedonik dilakukan di Laboratorium Gizi FKM UI oleh 80 orang mahasiswa FKM UI pada bulan April 2012. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Dunnet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bola-bola tempe dengan penambahan udang rebon 15% memiliki kandungan protein, zat besi dan kalsium tertinggi, yaitu 17,88 g%; 4,36 mg%; dan 305,25 mg%. Produk ini juga merupakan produk yang memiliki hasil uji hedonik tertinggi.

To support food diversification program and also to use Indonesia?s local products are the reasons for making the tempe ball with udang rebon addition. This experimental design aims are to indetify the effects of udang rebon addition to nutritional contents and hedonic test result in Tempe Ball. There were 4 differents amount of udang rebon addition: 5%, 10%, 15% and 0% as control. TKPI was being used to count nutritional contents and a hedonic test had been conducted at Laboratorium Gizi FKM UI by 80 students of FKM UI on April 2012. These data had been analized by Annova test and continued by Dunnet test. The result showed that tempe ball with 15% addition of udang rebon had the highest content of protein, iron and calcium : 17,88 g%; 4,36 mg%; and 305,25 mg%. This product also had the highest result of hedonic test."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hernaningtyas Indah Khoerunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang pada siswa SMPN setelah mendapatkan intervensi dengan menggunakan jingle, leaflet, dan video. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan leaflet sebagai kontrol. Penelitian ini dilakukan kepada 71 siswa kelas VIII di SMPN terpilih. Kelompok jingle berjumlah 22 siswa, kelompok video berjumlah 24 siswa, dan kelompok leaflet sebanyak 25 siswa. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan 5 kali pada setiap kelompok selama 6 minggu yang terdiri dari 1 kali pre test dan 4 kali post test untuk melihat pola dan retensinya.
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis perubahan di dalam masing-masing kelompok maupun perbedaan diantara kelompok menggunakan ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku di dalam masing-masing kelompok. Sementara untuk peningkatan rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi pada kelompok video lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lain. Peningkatan rata-rata skor sikap setelah intervensi pada kelompok jingle paling tinggi diantara ketiga kelompok, sedangkan untuk peningkatan rata-rata skor perilaku diantara ketiga kelompok tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05).

The purpose of this research is to understand the changement of knowledge, attitude, and behaviour of balance nutrition on junior high school students after being intervened by jingle, leaflet, and video. Quasy experiment method is the research plan that has been choosen with leaflet become control group. This experiment is done to 71 student of the 8th grade in the several junior high schools. There are 22 students who receive jingle, 25 students with leaflet, and 24 students with video. The data is taken five times in each group, included 1 pre test and 4 post test to see the pattern and retention.
The statistic experiment used to analyse the changement within or between in each group is ANOVA. The research shows that there is changement of knowledge, attitude, and behaviour in each group. In the end the development of knowledge score?s average after being intervened in the video group is higher than another groups. The average of attitude score is higher in the jingle group. There is no difference in the average of behaviour score in three groups (p>0,05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>