Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172821 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rustiati, Sri
"Ruang lingkup dan metodologi penelitian : Penggunaan komputer sebagai alat bantu aktivitas kerja sudah sangat luas karena kemampuannya yang sangat tinggi, namun komputer juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada operatornya. Masalah gangguan kesehatan yang paling sering dikeluhkan oleh operator komputer adalah gangguan mata, yang meliputi 67% dari semua jenis gangguan kesehatan akibat penggunaan komputer. Diantara beberapa jenis gangguan mata tersebut, kelelahan mata merupakan keluhan yang terutama ditemukan. Bagian perangkat komputer yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mata pemakai komputer adalah monitor komputer. Hal tersebut terjadi karena mata operator komputer menatap monitor, yang merupakan objek yang mengeluarkan cahaya berwarna secara terus menerus untuk jangka waktu tertentu. Penelitian ini merupakan suatu studi intervensi untuk mengetahui adanya kelelahan mata dan faktor yang mempengaruhinya. pada operator komputer serta upaya untuk mengatasinya. Intervensi dilakukan dengan pemberian istirahat selama 15 menit tidak menatap layar monitor komputer setelah 1 {satu} jam bekerja, dan penyuluhan tentang cara menggunakan komputer dengan baik. Sampel untuk penelitian ini diambil secara purposive dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi, sebanyak 13 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pengukuran amplitude akomodasi, serta penerangan dan kesilauan di tempat kerja.
Hasil penelitian dan kesimpulan : Terdapat kelelahan mata subyektif dan obyektif setelah 2 jam bekerja menggunakan komputer pada semua responden. Umur dan tingkat pendidikan tidak tampak mempengaruhi terjadinya kelelahan mata. Jenis kelamin, lama kerja, tingkat penerangan dan kesilauan tempat kerja turut mempengaruhi terjadinya kelelahan mata. Intervensi pemberian istirahat tampaknya dapat mengurangi terjadinya kelelahan mata dan intervensi pemberian penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang cara kerja yang baik menggunakan komputer.

Scope and Methodology : Computer as human's working assisting device has been widely utilized because of its high capability. However, computer can also cause health problems to the operators. Eye problem is the most common problem found among the computer workers (i.e. 67%) of all health problems caused by computer operation. Eye strain is the most commonly found amongst the eye problems. The part of computer hardware which has the highest effect on eyes health was the computer screen. It happens as the operator's eyes gaze at the object which emits colorful lights. This study intervention objective is to identify the prevalence of eye strain and its affecting factors on computer workers and the remedy efforts through interventions of fifteen minute rest (break) by not watching the computer monitor during one working hour, and improving the behavior of computer use. A number of thirteen computer operators were purposively selected, among the computer workers at PT NK. The study was undertaken through interview, physical examination, amplitude accommodation as the objective measurement of eye strain and working environment factors (i.e. illumination and glare).
Result and conclusion: The study revealed that subjective and objective of eye strain occurred on all subject after two hours working with computer. Sex, working time with computer, the levels of illumination and glare in working place were also contributing factors for the occurrence of eye strain. Age and education were show as non contributing factors for the occurrence of eye strain. Intervention by giving working rest can reduce the recurrence of eye strain. It was also show that education increased the knowledge of the respondent how to use the computer on the right way.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Cornelius Terty Jani
"Keadaan pencahayaan yang melampaui standar maupun keadaan pencahayaan dibawah standar akan memaksa mata bekerja lebih berat. Keadaan seperti ini bila berlangsung secara terus menerus maka akan menimbulkan kelelahan mata yang apabila dipaksakan dapat menurunkan produktifitas kerja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan di ruang kantor PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Grup Instalasi Plumpang dan kesesuaiannya dengan tingkat pencahayaan yang ada dengan KepMenKes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Dari hasil penelitian gambaran intensitas pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di ruang kantor PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Grup Instalasi Plumpang Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa tingkat pencahayaan di ruang kerja PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Grup Instalasi Plumpang belum sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 tentang Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Setiawan
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan mata serta hubungannya dengan faktor karakteristik pekerja, durasi kerja, alat kerja, dan tingkat pencahayaan pada pengguna komputer di PT. Surveyor Indonesia tahun 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 98 pengguna komputer di PT. Surveyor Indonesia.
Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan pengukuran tingkat pencahayaan lokal di meja kerja. Analisis univariat dilakukan menggunakan nilai proporsi untuk menjelaskan gambaran keluhan subjektif kelelahan mata dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata, sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square (X2) dengan tingkat kemaknaan 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 82 responden atau 83,7% mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. Dari 6 variabel independen yaitu usia, gangguan penglihatan, durasi kerja, tampilan monitor, penggunaan anti-glare, dan tingkat pencahayaan hanya variabel gangguan penglihatan yang berhubungan secara signifikan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.

This study was conducted to know the description of the subjective complaints of eyestrain and its relationship with worker‟s characteristics, working duration, working tools, and the lighting levels among computer users at PT. Surveyor Indonesia in 2012. This study was a quantitative study with a cross sectional study design. The sample was 98 computer users at PT. Surveyor Indonesia.
Data was collected by distribute the questionnaires and measure the local lightning on the desk. Univariate analysis performed using the proportion to clarify the prevalence of subjective complaints of eyestrain and factors related to eyestrain, while the bivariate analysis performed by chi-square test (X2) with a significance level of 5%.
Result showed that 82 respondents or 83.7% had subjective complaints of eyestrain. From the six independent variables which are age, visual impairment, working duration, display monitors, the use of anti-glare, and lighting levels, only visual impairment that significantly associated with subjective complaints of eyestrain.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Permata Indah Novitarini
"Penelitian ini dilakukan untuk menentukan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian eye strain pada dokter radiolog seperti jumlah interpretasi radiologis metode interpretasi radiologis PACS atau foto polos usia kelainan refraksi cara kerja dan desain perangkat kerja terhadap timbulnya eye strain Data dikumpulkan dengan cara anamnesis mengenai identitas umum pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan Snellen chart dan penilaian derajat nyeri di sekitar mata menggunakan visual analoq scale yang dilakukan oleh peneliti dengan sebelumnya berkonsultasi dengan dokter spesialis mata Pemeriksaan ketajaman penglihatan dilakukan oleh peneliti menggunakan kartu Snellen pada jarak 6 meter dengan pencahayaan yang optimal di ruang perpustakaan Departemen Radiologi RSCM Derajat nyeri di sekitar mata dinilai menggunakan visual analoq scale Pemeriksaan tersebut dilakukan sebelum melakukan aktivitas dan 6 jam setelahnya Data dianalisis menggunakan SPSS versi 11 5 untuk analisis univariat menghitung risiko relatif dan analisis multivariat Penelitian ini telah lulus kaji etik oleh Komite Etik FKUI RSCM No 419 H2 F1 Etik 2014 Didapatkan sebanyak 9 68 dari 62 responden mengalami eye strain Rentang usia 27 37 tahun Faktor risiko yang memiliki hubungan yang bermakna dengan eye strain yaitu residen radiologi p 0 034 jumlah interpretasi radiologis lebih dari 50 buah dalam sehari p 0 001 dan lama kerja p 0 167 Faktor risiko yang memiliki hubungan yang paling bermakna dengan eye strain setelah dilakukan analisis multivariat hanya jumlah interpretasi radiologis lebih dari 50 buah dalam sehari Dari analisis hubungan antara beberapa faktor risiko yang disebutkan di atas dengan eye strain disimpulkan bahwa hanya jumlah interpretasi radiologis dalam sehari yang merupakan faktor risiko yang signifikan untuk eye strain Kata kunci dokter radiologi eye strain jumlah interpretasi radiologis.

Eye strain has a big influence in medical services including radiology examination Accuration of radiology interpretation will decrease if radiologist has eye strain To determine risk factors contributing to eye strain among radiologists we examined the influence of the case volume viewing method Picture Archiving and Communication System PACS and hard copy film age refractive abnormalities work habits and workstation design on eye strain Data were collected by work and disesase s history and examination of visual acuity with Snellen eye chart and assessment of the degree of pain in eyes using visual analog scale by researcher who has been trained by ophthalmologist The questionnaire has been informed by researcher before being filled by respondents Vision objective examination was conducted by researcher using the Snellen chart in a distance of 6 meters with optimal lighting in the library room of Radiology Department RSCM The degree of pain around the eyes was assessed using visual analog scale Respondents was asked by researcher about the pain arises around the eyes in a scale of 0 to 10 then the results were plotted on a visual analog scale ruler with the same scale of 0 to 10 The assesments were done before doing the activity and 6 hours after Data was analyzed using SPSS version 11 5 for univariat relative risk and multivariate analysis This study has been approved by Ethical Committe FKUI RSCM no 419 H2 F1 ETIK 2014 The adjusted response rate was 9 68 62 respondents The range of age was 27 37 years old Significant risk factors to eye strain were radiologists p 0 034 had case volume more than 50 pcs in a day p 0 005 and working hours p 0 167 for interpreting radiologic images Significant risk factor to eye strain by using multivariate analysis only case volume more than 50 pcs in a day Eye strain was common among the radiologists in our study population From the analysis of the relationship between some of the risk factors mentioned above with eye strain it was concluded that only the number of case volume in a day was significant risk factor to eey strain Keywords eye strain radiologist case volume."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Setyanti
"Aktivitas administrasi di dalam ruang kantor seperti menulis, membaca, mengetik dan menggunakan komputer merupakan pekerjaan yang dilakukan terus menerus dan membutuhkan tingkat pencahayaan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di ruang kantor PT. XYZ tahun 2017. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pencahayaan, usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, durasi kerja, kekontrasan, dan tampilan layar monitor. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan subjektif kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan kepada 45 orang pekerja dengan desain studi cross sectional.
Hasil pengukuran tingkat pencahayaan menggunakan lux meter diketahui bahwa 80 area kerja tidak memenuhi standar Permenkes No. 48 Tahun 2016, dimana terdapat 82,2 pekerja mengalami keluhan subjektif kelelahan mata. Hasil penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik individu usia, lama kerja, kelainan refraksi, perilaku berisiko terhadap kesehatan mata, faktor pekerjaan durasi kerja, kekontrasan,tampilan layar monitor, dan tingkat pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.

Administrative activities in office such as writing, reading, typing and using computers are work that are done repetitively and require adequate lighting levels. This study aims to analyze the lighting level and subjective complaints of eye fatigue in workers in the office of PT. XYZ in 2017. The independent variables in this study are the lighting level, age, duration of employment, refractive abnormalities, risky behavior, duration of work, contrast, and monitor screen display. While the dependent variable is subjective complaints of eye fatigue. This research was conducted to 45 workers with cross sectional study design.
From the measurement of ligthing level using lux meter, 80 work area is known to not meet the standard of Permenkes. 48 of 2016, where 82.2 of workers are experiencing eyestrain due to insufficient level of lighting. The results of this study did not show any significant relationship between individual characteristics age, duration of work, refractive abnormalities, risky behavior to eye health, occupational factors duration of work, contrast, monitor screen display and lighting level with subjective complaints of eyestrain on workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Puspa Ayu
"Pencahayaan dibutuhkan untuk mendukung aktivitas kerja, salah satunya di konveksi. Penelitian ini meneliti gambaran intensitas pencahayaan dan keluhan subyektif kelelahan mata pada pekerja di Konveksi Jeans Daerah Kemayoran Jakarta Pusat. Jenis penelitian adalah semi kuantitatif, berupa pengukuran instensitas pencahayaan dan wawancara mendalam dengan pekerja dan pemilik konveksi jeans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing titik pengukuran tidak sesuai dengan Kepmen No 1405 Tahun 2002 yaitu 1000 Lux untuk kategori pekerjaan halus dan terdapat keluhan subyektif kelelahan mata pada pekerja yang dipengaruhi oleh durasi kerja, istirahatakan mata, masa kerja, riwayat pekerjaan, dan faktor prilaku pekerja.

Illumination is needed to support the work activities, one of them in the garment. This study examines the illumination intensity and subjective complaints of eyestrain in workers in jeans’ garment Kemayoran, Central Jakarta. The design study of this research is semi-quantitative; measurements of illumination intensity and in-depth interviews with workers and owners of jeans’ garment. The results showed that each measurement point is not in accordance with Secretary Decree No. 1405 of 2002 which is 1000 Lux for smooth job categories and there are subjective complaints of eyestrain in workers who are affected by the duration of the work, break eyes, tenure, employment history, and behavioral factors workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Rosalyna
"Astenopia adalah kondisi kelelahan mata yang ditandai oleh kumpulan gejala yang disebabkan usaha berlebihan dari sistem penglihatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan optimal. Pekerja konveksi merupakan salah satu pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kerapihan dalam melakukan pekerjaan detil sehingga dapat menyebabkan astenopia yang diakibatkan oleh karena konvergensi dan akomodasi yang berlebihan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kuat pencahayaan dan faktor resiko lain terhadap astenopia pada penjahit perempuan di konveksi PT. X Jakarta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang yang dilakukan pada 92 responden menggunakan kuesioner dan mengukur nilai Near Point of Accomodation dan Near Point of Convergence responden. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi astenopia setelah bekerja 5 jam sebanyak 75%. Gejala terbanyak yang dikeluhkan penjahit di konveksi X terkait astenopia adalah mata merah, mata berair, mata gatal dan kering. Penelitian ini menemukan tidak adanya hubungan bermakna antara kuat pencahayaan, usia, tingkat pendidikan, unit kerja dan status gizi terhadap astenopia.

Asthenopia is a condition characterized by a collection of symptoms caused by excessive work of the visual system to obtain optimal visual acuity. Garment workers require precision and neatness in doing detailed work that can cause asthenopia due to excessive convergence and accommodation. This thesis aims to determine the relationship of lighting intensity and other risk factors to asthenopia on female tailors in garment fabric PT. X Jakarta.
This research is a quantitative research with cross-sectional design conducted in 92 respondents using a questionnaire and measuring the value of Near Point of Accommodation and Near Point of Convergence. This study reported prevalence of asthenopia after working 5 hours is 75%. Female tailors mostly complained red eyes, watery eyes, itchy and dry eyes. This study found no significant relationship between lighting intensity, age, level of education, nutritional status, work units and asthenopia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Syafira
"Kurangnya pencahayaan di tempat kerja berdampak pada kesehatan mata. Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat pencahayaan terhadap keluhan subjektif kelelahan mata pekerja di ruang security and safety PT. XYZ tahun 2016. Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan desain studi cross sectional. Data didapat dari penyebaran kuesioner dan melakukan pengukuran tingkat pencahayaan di ruang kerja yang kemudian dibandingkan dengan tingkat pencahayaan yang ada pada KepMenKes No.1405/MENKES/SK/XI/2002. Hasil penelitian menunjukkan tingkat cahaya 81,3% tidak memenuhi NAB dan mengalami keluhan mata sebesar 87,5%. Faktor tampilan layar monitor dan kelainan refraksi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kelelahan mata.

The lack of illumination in the workplace have an impact on eye health. This study are discussed about illumination level overview based subjective complaints on eyestrain workers in the security and safety's room of PT. XYZ year 2016. The study are descriptive by using cross sectional study design's approach. Data have been obtained from questionnaires and measuring of the illumination's level in the workspace and then compared with the illumination's level standard based on Kepmenkes No.1405/Menkes/SK/XI/2002. Based on the research showed that 81.3% of the lighting's level didn't meet NAB (Illumination's Threshold Value) and experiencing eye's complaints reach out to 87.5%. Factors of display's screen and abnormal refraction have a significant impact to human's eyestrain.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawaty Fauzia
"Ruang lingkup: Komputer telah diperkenalkan di tempat kerja sebagai alat komunikasi dan informasi sejak tahun 1960, dari tahun ketahun penggunaan komputer meningkat terus. Sejalan dengan itu timbul keluhan akibat pengaruh penggunaan komputer. Pengaruh yang langsung terhadap mata dikenal dengan kelelahan mata atau asthenopia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi kelelahan mata di RS "X" serta faktor-faktor penyebabnya dan prevalensi kelelahan mata setelah dilakukan intervensi.
Metode: Penelitian ini menggunakan uji klinik before and after dengan intervensi selama empat minggu pada sampel yang berjumlah 48 responden di RS "X". Intervensi pada penelitian ini adalah dengan pemberian eye break pada periode tertentu dan pemberian lampu baca dengan kuat penerangan 300 luks. Data penelitian didapat dari keluhan subyektif dan pengukuran amplitude akomodasi sebelum dan sesudah menggunakan komputer selama dua jam terus menerus.
Hasil penelitian: Didapatkan prevalensi kelelahan mata pada pekerja komputer sebesar 95.8%. Setelah dilakukan intervensi, prevalensi menjadi 31.25%. Sedangkan faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah faktor penerangan yang kurang dad 300 luks pada meja baca dokumen, sedangkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lama bekerja dan faktor kesilauan tidak terbukti menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelelahan mata. Perubahan yang terjadi setelah intervensi adalah bermakna (p = 0.000).
Kesimpulan: Hasil penelitian mendapatkan adanya perubahan yang berrnakna kelelahan mata yang terjadi sebelum dan sesudah intervensi.

Effect to Decrease Eye Fatigue on Workers Using Computers at "X" Hospital Scope: Computers at workplace as means of communication have been introduced since 1960. The use of computers has increased year by year. In accordance with this, complaints due to negative impact of using computers rise. Direct influence on eyes is eye fatigue or asthenopia. The goal of this study, is to find the prevalence of eye fatigue at "X" Hospital with its casual factors before and after intervention.
Methodology: This study used before and after trial test with intervention for four weeks on 48 respondents at "X" Hospital. The intervention in this study is by giving eye break at certain period and reading lamp with 300 lux illumination. The data were obtained from subjective complaints and measurements of accommodation amplitudes before and after using computers for two hours continuously.
Results: The prevalence of eye fatigue on computer workers is 95.38%. After intervention, the prevalence becomes 31.25%. The factor influencing this study is lighting factor on reading-document table, which is less than 300 lux. Age, sex, education background, kinds of occupation, length of work, and illumination factors are not significant risk factors to eye fatigue. The changes after intervention are significant (p=0.000).
Conclusion: This study found significant changes between eye fatigue before and after intervention."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans X. Suharyanto H.
"Ruang lingkup dan Tara penelitian: Saat ini pemakaian komputer sudah sangat meluas ke segala bidang. Penggunaan komputer ternyata Juga menimbulkan masalah kesehatan bagi para pemakainya. Keluhan yang paling banyak ditemukan pada pemakai komputer adalah "asthenopia" atau "eye strain". Bagian perangkat komputer yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mata operatornya adalah monitor atau "visual display terminal" (VDT). "Asthenopia" merupakan gejala subjektif penglihatan yang disebabkan karena penggunaan mata (dalam pekerjaan). Sampai saat ini relatif belum ada parameter objektif yang spesifik dan adekuat untuk menilai "asthenopia".
Penelitian ini menggunakan uji "photostress" dengan sensitivitas kontras (Pelli-Robson chart) yang bertujuan untuk mencoba melakukan penilaian objektif atas keluhan "asthenopia", dengan mengukur waktu pemulihan (W.P.). Uji "photostress" yang telah dimodifikasi ini sesuai dengan mekanisme terjadinya "asthenopia" pada penggunaan VDT, yaitu bekerja pada jarak relatif dekat yang menyebabkan "transient myopia", yang disertai dengan gangguan sensitivitas kontras. Serta memandang cahaya dari monitor, keadaan ini analog dengan "photostress".
Populasi penelitian ini adalah 84 orang tenaga kerja di P.T.Indosat, Jakarta, dengan keluhan "asthenopia". Dilakukan pengambilan "total sample", yang memenuhi kriteria sampel kemudian secara proporsional dibagi atas 2 kelompok yaitu kelompok studi terdiri atas operator (high exposed VDT) dan kelompok bukan operator (low exposed VDT) sebagai kontrol. Yang memenuhi syarat dan dapat mengikuti penelitian 42 orang dari tiap kelompok. Juga dilakukan survei lingkungan tempat kerja yang meliputi penerangan, suhu, kelembaban dan rancangan tempat kerja.
Hasil dan kesimpulan: W.P. pada kelompok operator maupun kontrol sesudah bekerja 1 jam menunjukkan adanya penurunan. Akan tetapi nilai tersebut ternyata meningkat lagi sesudah bekerja 2 jam. Nilai persentase delta W.P. (W.P.2 - W.P.1, dibagi W.P.0.) bila lebih besar 19,787., tampaknya mempunyai kecenderungan risiko yang lebih besar untuk mengalami "asthenopia" (p<0,05). Risiko untuk kecenderungan "asthenopia" tampak berkaitan dengan jenis pekerjaan sebagai operator, jenis kelamin, usia dan kadar hemoglobin darah. Wanita lebih sensitif dari pria, terutama pada usia yang lebih tua (30-39 tahun),, hemoglobin darah < 12 gr%, sedangkan pada pria hemoglobin darah < 14 g% adalah merupakan faktor-faktor risiko. Lingkungan tempat kerja, secara keseluruhan berpotensi sebagai faktor risiko. Waktu kerja antara 1 sampai 2 jam belum menuniukkan hubungan yang bermakna dengan "asthenopia".

Scope and method : Nowadays computer use has been very popular in modern daily life. Unfortunately this phenomenon with negative health impact. The major complaint claimed by users was eye strain or asthenopia related to the visual display terminal (VDT). Asthenopia was defined as any subjective visual distress symptoms resulting from the use of one's eyes, which its objective measurement has not yet accepted. A modified photostress test which was a combination of the regular photostress test and the test of contrast sensitivity using Pelli-Robson chart was used to measure asthenopia objectively. The parameter used was "recovering time".
This measurement was based on the mechanism of asthenopia induced by VDT, i.e., short working distance which relates to transient myopia and induced contrast sensitivity disturbance. Secondly, the light exposure from VDT which was analogous to photostress test.
The population was working people from the office and the operators of P.T. Indosat, Jakarta i.e., 84 workers with asthenopic complaint. A total sample was taken based on the sample criteria and then proportionately splitted into two groups: the study and the control group, with 42 subjects in each group. The study group was considered the high exposed VDT (consisted of operators) and the control group was the low exposed VDT (consisted of non operators). A survey on the environmental workplace factors i.e., workroom illumination, temperature, humidity and the dimension of work equipment was also carried out.
Results and conclusions: Recovering time after one hour working in both operators and controls was found to be decreased. This value increased again after two hours, but the working time within one until two hours did not relate to asthenopia. The value of deviated recovering time (W.P.2 - W.P.1, divided by W.P.D) more than 19,78% tended to have greater risk for asthenopia (p < 0,05). Sex, job funtion as operators, age and blood hemoglobin level tended to become risk factors for asthenopia. Older age women (30-39 years), blood hemoglobin level of C 12 gri tended to have greater risk of asthenopia as well as men with hemoglobin < 14 gri. The environmental factors as a whole, was found to be a potentially risky factor for asthenopia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>