Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilly Harmawan
"Perilaku sebagian profesional muda di Jakarta diwarnai oleh gaya hidup aktual yang berfokus pada citra-diri dan penampilan lahiriah. Gayahidup seperti ini merupakan sebuah refleksi dari sebuah fenomena yang tidak terlihat secara eksplisit.
Penelitian ditujukan untuk melihat apakah ada fenomena tertentu yang mendorong dan membentuk gaya hidup seperti itu. Lasch (1979) berpendapat gaya hidup ini merupakan kebudayaan narsisisme dan dampak dari kebudayaan modern, sedangkan Lowen (1985) menyatakan bahwa fenomena narsisisme tidak sehat merupakan sebuah fenomena penyangkalan diri yang dilakukan untuk menutupi kerentanan jatidiri yang sesungguhnya. Individu dengan narsisisme tidak sehat menampilkan citra yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya untuk menutupi rasa inferioritas yang dimilikinya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan eksploratif. Melibatkan keseluruhan 16 orang subjek yang terbagi ke dalam 4 subjek utama dan 12 subjek pendukung. Alat yang digunaken dalam penelitian adalah kuestioner O'Brien Multiphasic Narcissism Inventory dan Pedoman Umum wawancara yang merupakan gambaran manisfestasi narsisisme patologis dan hasil adaptasi dari teori-teori mengenai narsisisme.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa:
1. Ada ciri narsisisme tidak sehat pada sebagian profesional muda di Jakarta.
2. Narsisisme ini dilakukan untuk menutupi rasa inferioritas dan kerentanan jatidiri mereka.
3. Narsisisme terjadi ketika seseorang membesarkan aspek parsial yang dimilikinya dan menyebabkan berbagai distorsi. Distorsi-distorsi yang dimiliki menciptakan ilusi tentang diri-semu yang rentan terhadap kritik.
4. Narsisisme tidak sehat disebabkan karena: (a) tidak adanya proses pencerminan sehat (healthy mirroring) pada seseorang, (b) pola asuh yang tidak seimbang, (c) kesibukan orangtua dengan pekerjaan dan kegiatan sosialnya (d) kontribusi lingkungan (misalnya pariwara) yang mempengaruhi proses sosialisasi anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Chandra
"Narsisisme merupakan sebuah kepribadian yang mempengaruhi arsitektur pada zaman ini. Generasi Y memiliki sifat narsistik lebih kuat dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang mempengaruhi fungsi dalam rumah mereka. Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji karakter rumah Generasi Y. Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, narsisisme mempengaruhi rumah Generasi Y dengan adanya sebuah ruang identitas yang berperan menunjukkan narsisisme. Adanya keberadaan ruang identitas menunjukkan identitas akan selera dan status sosial penghuni kepada orang luar. Ruang identitas menambah makna rumah Generasi Y.

Narcissism is a personality that influences architecture today. Generation Y has narcissistic properties stronger than previous generations that affect the function in their homes. This thesis aims to examine the character of Generation Y homes. Based on the results of the theory review and case study analysis, narcissism affects Generation Y home with the existence of an identity space that acts to show narcissism. The existence of identity space shows the identity of the taste and social status of the inhabitants to outsiders. The identity space adds to the meaning of Generation Y home.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Essy Syam
"ABSTRACT
This writing analyzes narcisism and oedipus complex as reflected in work entitles Pygmalion written by George Bernard Shaw objective of this analysis is to show and to analyze how narcisim and Oedipus complex are suffered from the protagonist of this work that objective, this analysis applies psychoanalitical analysis to demonstrate the mental condition of the main character. Related to that idea, this analysis applies descriptive analysis method in which the result of the analysis will be described clearly from the presented description, it will show how the main character of this work lives his life and in his interaction characters will describe his mental condition."
Pekanbaru: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, 2017
020 JPB 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Zilal Kamal
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah machiavellianisme, narsisisme, dan faktor-faktor big-five memiliki hubungan dengan respon utilitarian dalam dilema moral. Responden penelitian (n=137) merupakan responden umum yang diambil berdasarkan cara pengambilan data secara langsung dan online, dimana pengambilan data secara langsung dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa machiavellianisme berkorelasi positif dengan moral dilema (rs=0,360, p<0,01). Selain itu, machiavellianisme dapat memprediksi pengambilan keputusan dalam dilema moral dengan β = 0,320, t(7,109) = 3,374, p <0,01. Dengan kata lain, individu dengan skor machiavellianisme yang tinggi akan cenderung untuk memunculkan respon utilitarian dalam dilema moral dibanding individu dengan skor machiavellianisme rendah. Narsisisme dan faktor-faktor big-five tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan respon utilitarian dalam dilema moral.

The purpose of this research was to see if machiavellianism, narcissism, and big-five factors correlated with utilitarian response in moral dilemmas. Research respondent (n=137) were general, chosen with direct and online methods, which direct methods is being done in Faculty of Psychology, University of Indonesia. The result of this research was that machiavellianism has a positive correlations with moral dilemma (rs=0.360, p<0.01). Then, machiavellianism could predict the decision making in moral dilemma, with β = 0.320, t(7.109) = 3.374, p <0.01. In other words, individuals with higher machiavellian score were more likely to show an utilitarian response than individuals with lower machiavellian score in moral dilemmas. Narcissism and big-five factors didn’t have a significant correlation in response to moral dilemmas.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wulandari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Praditya Ar Rizqi
"Sharenting mulai dijumpai sejak diciptakannya Facebook pada tahun 2007, 30% orangtua mengunggah satu foto anak mereka ke internet setiap hari dan 92% anak di bawah usia 2 tahun di Amerika Serikat sudah memiliki jejak digital. Di Indonesia gejala ini juga muncul di media sosial. Penelitian ini melihat kontribusi motif-motif sharenting, kesadaran akan risiko sharenting dan trait kepribadian narsisistik terhadap sharenting. Partisipan penelitian adalah 521 orang yang terdiri dari 31 Ayah serta 490 Ibu. Partisipan diperoleh dengan metode convenience sampling dan pengisian kuesioner dilakukan secara daring. Alat ukur penelitian adalah SS (Skala Sharenting), ASMS (Adaptasi Skala Motif Sharenting), SKRS (Skala Kesadaran akan Risiko Sharenting) dan NPI-11 (Narcissism Personality Inventory 11 item). Analisis data dilakukan dengan regresi berganda metode stepwise untuk mendapatkan variabel mana yang paling besar memberikan kontribusi terhadap sharenting. Secara berturut-turut variabel yang berkontribusi terhadap sharenting adalah motif manajemen impresi, trait kepribadian narsisistik, motif ekonomi, kesadaran akan risiko sharenting, motif sosial dan motif saran pengasuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan memiliki perilaku sharenting yang tergolong rendah dan kesadaran akan risiko sharenting yang tinggi, namun memiliki tingkat trait kepribadian narsisistik yang tinggi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk mengedukasi orang tua tentang kesadaran akan risiko sharenting agar dapat melakukan sharenting dengan bijak.

Sharenting began to be found since the creation of Facebook in 2007, 30% of parents upload one photo of their children to the internet every day and 92% of children under the age of 2 in the United States already have a digital footprint. In Indonesia, this symptom also appears on social media. This research looks at the contribution of sharenting motives, awareness of the risks of sharenting and narcissistic personality traits to sharenting. The research participants were 521 people consisting of 31 fathers and 490 mothers. Participants were obtained using the convenience sampling method and filling out the questionnaire was done online. The research measuring instruments are SS (Sharenting Scale), ASMS (Adaptation of Sharenting Motive Scale), SKRS (Sharenting Risk Awareness Scale) and NPI-11 (Narcissism Personality Inventory 11 items). Data analysis was carried out using a stepwise multiple regression method to determine which variables contributed the most to sharenting. Successively, the variables that contribute to sharenting are impression management motives, narcissistic personality traits, economic motives, awareness of the risks of sharenting, social motives and parenting advice motives. The research results showed that the majority of participants had relatively low sharenting behavior and high awareness of the risks of sharenting, but had high levels of narcissistic personality traits. The results of this research can be used as a basis for educating parents about awareness of the risks of sharenting so they can sharenting wisely."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Febrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara psychological well-being dan identitas nasional pada remaja yang tinggal di kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia. Sebagai tambahan, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran tingkat psychological well-being dan identitas nasional pada remaja di kedua negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Psychological well-being diukur menggunakan Ryff?s Scale of Psychological Wellbeing yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Sapto Ashardianto dkk di tahun 2012 sedangkan identitas nasional diukur menggunakan Collective Self- Esteem. Responden penelitian ini berjumlah 298 orang yang terdiri dari 149 orang Malaysia dan 149 orang Indonesia. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well-being berkorelasi secara signifikan dengan identitas nasional (r = 0.624; p = 0.000, signifikansi pada L.o.S 0.01) untuk responden Indonesia sedangkan pada Malaysia (r = 0.607; p = 0.000, signifikansi pada L.o.S 0.01). Hal ini berarti, semakin tinggi tingkat psychological well-being seseorang maka menunjukkan semakin tinggi pula identitas nasionalnya.

This study was conducted to find the correlation between psychological well-being and national identity in adolescence that lives in the border area of Indonesia and Malaysia. In addition, this research also aimed to depict psychological well-being and national identity among adolescence in these countries. This research used quantitative approach. Psychological well-being was measured using the Ryff 's Scale of Psychological Well-being adopted from previous research by Sapto Ashardianto et al. in 2012, and national identity was measured using the Collective Self-Esteem. The participant of this research are 298 people consist of 149 people of Malaysia and Indonesia 149 people. The main result of this research showed that psychological well-being correlated significantly with national identity (r = 0.624; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01) for the Indonesia participant and in Malaysia (r = 0.607; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01) , That is, the higher psychological wellbeing of one?s own, the higher his/her national identity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S62032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charissa Lazarus
"Narsisisme berhubungan dengan berbagai aspek kehidupan seperti relasi, perilaku serta psikopatologi. Kepribadian narsisistik merupakan kondisi multidimensi dan didapatkan dua jenis narsisisme yaitu narsisisme grandiosa dan narsisime rentan. Sayangnya, kriteria Salah satu alat yang dapat menilai dua jenis narsisisme ini adalah The Five-Factor Narcissism Inventory-Short Form. Studi ini dilakukan untuk menilai kesahihan dan kehandalan instrumen FFNI-SF versi Indonesia. Penerjemahan dilakukan oleh dua orang penerjemah bersertifikasi. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner secara daring dengan sampel penelitian 220 orang dewasa di Indonesia yang mengisi kuesioner dan 60 di antaranya dilakukan penilaian SCID-II. Data dianalisis dengan uji content validity index (CVI) untuk validitas isi, exploratory factor analysis (EFA) dan confirmatory factor analysis (CFA) untuk validitas konstruk, uji korelasi untuk validitas konkuren serta uji konsistensi internal dengan metode Cronbach alpha untuk uji reliabilitas. Validitas isi mendapatkan nilai rerata I-CVI, dan S-CVI sebesar 0,88. Pada EFA didapatkan 2 faktor, narsisisme grandiosa dan rentan. Pada CFA didapatkan model 15 subskala dengan goodness of fit yang baik. Pada uji korelasi skor FFNI-SF dengan SCID-II/PQ NPD didapatkan r = 0.74. Konsistensi internal baik dengan alpha-cronbach 0,904. Instrumen FFNI-SF versi bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai ciri kepribadian narsisistik pada orang dewasa dan dapat digunakan untuk pengembangan penelitian lanjutan maupun pemeriksaan klinis.

Narcissism is associated with various aspects of life such as relationships, behavior, and psychopathology. Narcissistic personality is multidimensional, and two types of narcissism are identified: grandiose narcissism and vulnerable narcissism. The Five- Factor Narcissism Inventory-Short Form (FFNI-SF) can assess these two types of narcissism. This study was conducted to assess the validity and reliability of the FFNI- SF instrument in the Indonesian version. The FFNI– SF was independently translated by two certified translators. Data collection was conducted through online questionnaire with a sample of 220 adults in Indonesia, and among them, 60 underwent SCID-II assessments. Data were analyzed using the content validity index (CVI) for content validity, exploratory factor analysis (EFA) and confirmatory factor analysis (CFA) for construct validity, correlation tests for concurrent validity, and internal consistency tests using Cronbach's alpha method for reliability. Content validity show an average I-CVI and S- CVI of 0.88. EFA revealed 2 factors: grandiose narcissism and vulnerable narcissism. CFA confirmed a 15-subscale model with a good goodness of fit. The correlation test between FFNI-SF scores and SCID-II/PQ NPD yielded r = 0.74. Internal consistency was good with Cronbach's alpha of 0.904. The FFNI-SF instrument in the Indonesian version is valid and reliable for assessing narcissistic personality traits in adults and can be used for further research development and clinical examinations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Patricia Suherman
"Banyak studi telah meneliti mengenai audience effect, yaitu sebuah fenomena dimana kehadiran audiens dapat memengaruhi tingkah laku seseorang. Akan tetapi, karakteristik kepribadian, seperti narsisisme, belum banyak diteliti dalam memahami audience effect. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk memahami bagaimana narsisisme memengaruhi audience effect, berdasarkan teori evaluation apprehension. Penelitian ini menggunakan 2x2 between-subject experimental design. Empat puluh mahasiswa sarjana diklasifikasikan menjadi mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang tinggi dan level narsisisme yang rendah, lalu diminta untuk mengerjakan soal matematika dihadapan audiens atau sendiri. Level narsisisme diklasifikasikan berdasarkan skor Narcissism Personality Inventory (NPI). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang tinggi tidak menunjukan performa yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang rendah. Selain itu, ada dan tidak adanya audiens juga tidak memengaruhi performa mahasiswa yang memiliki level narsisisme yang tinggi. Performa mahasiswa dilihat dari jumlah soal matematika yang dikerjakan dengan benar. Lingkup ini perlu diteliti lebih lanjut karena hasil yang non-signifikan ini mungkin disebabkan oleh perlu ditingkatkannya studi ini (e.g., menambah jumlah partisipan, memberi soal-soal yang lebih mudah, dan membuat suasana dimana partisipan merasa ditonton oleh audiens). Meskipun demikian, studi ini menyimpulkan bahwa narsisisme tidak memiliki peran yang signifikan dalam audience effect.

There are extensive studies regarding audience effect, where the presence of an audience influences an individual`s behaviour. However, not many personality traits, like narcissism, have been explored to improve the understanding of audience effect. So, this study aims to see how narcissism influences audience effect, as explained by evaluation apprehension theory. Using a 2x2 between-subjects design, forty undergraduates were classified into high narcissism and low narcissism and asked to do math questions in front of an audience or alone. The participant`s levels of narcissism we established using the scores from the Narcissism Personality Inventory (NPI). Results show individuals with high narcissism do not perform (i.e., seen through the correct answers of the math question) better than those with low narcissism in front of an audience. Furthermore, the presence and absence of an attentive audience has no effect on the performance of individuals with high narcissism. Though results are nonsignificant, this scope should be further explored as the nonsignificant results might be due to the need of improvements (e.g., increase participants, give simpler tasks, and create a condition where participants would feel evaluated by the audience). Nevertheless, this study concludes that narcissism did not play a significant role in audience effect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aina Athira Maulana
"Kemunculan populisme meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Sebagian besar penelitian mengenai populisme di Indonesia berfokus pada tokoh politik dan masih sedikit penelitian yang dilakukan pada level pemilih. Penelitian ini melihat peran national collective narcissism dan religious collective narcissism sebagai prediktor dukungan terhadap populisme di Indonesia. Hasil analisis data terhadap 331 partisipan dengan rentang usia 19-71 tahun (M = 30, SD = 12.8) menggunakan multiple regression menunjukkan bahwa national collective narcissism dan religious collective narcissism memprediksi dukungan terhadap populisme di Indonesia. Penelitian ini juga melihat hubungan national collective narcissism dan religious collective narcissism dengan dukungan terhadap calon presiden pada Pilpres 2019. Analisis data terhadap 301 partisipan menggunakan independent samples t-test menunjukkan tingkat religious collective narcissism yang lebih tinggi pada pemilih Prabowo Subianto dibandingkan pemilih Joko Widodo. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa national collective narcissism dan religious collective narcissism memengaruhi dukungan terhadap kebijakan maupun politisi populis, dan religious collective narcissism berpotensi memengaruhi pilihan politik warga Indonesia.

The emergence of populism has increased in recent years in Indonesia. Most research on populism in Indonesia focused on political figures, but less research had been done at the voter level. This study investigated the role of national collective narcissism and religious collective narcissism as predictors of support towards populism in Indonesia. The results of data analysis on 331 participants with an age range of 19-71 years (M = 30, SD = 12.8) using multiple regression showed that national collective narcissism and religious collective narcissism predicted support towards populism in Indonesia. This study also looked at the relationship between national collective narcissism and religious collective narcissism with support for presidential candidates in the 2019 Presidential Election. Data analysis of 301 participants using independent samples t-test showed that the level of religious collective narcissism was higher in Prabowo Subianto voters than Joko Widodo voters. The results of the study indicated that national collective narcissism and religious collective narcissism influenced support for populist policies or politicians, and religious collective narcissism has the potential to influence the political choices of Indonesian citizens."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>