Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
La Ode Dirman
"Konsep penting yang menjadi dasar prespektif dalam penelitian ini adalah adaptasi,yaitu bagaimana orang Bajo-Berese mengatur hidupnya sebagai pemukim menetap di wilayah pesisir Holimombo sejak akhir tahun 50-an sampai sekarang. Untuk menjelaskan permasalahan ini digunakan pendekatan ekologi budaya yang dikembangkan Julian Steward (1955) yang karakterisitk metodologisnya adalah historis, komparatif dan holisitik. Holistik memandang bahwa elemen-elemen budaya saling ketergantungan, namun secara spesifik memusatkan perhatian pada inti kebudayaan mencakup pola-pola sosial,kepercayaan dan politik, karena sangat berkaitan aspek teknologi eksploitasi. Adapun konsep adaptasi mengacu pada konsep Emillio Moran (1979) dan Bennet (1974).
Hasil penelitian menunjukan bahwa Orang Bajo Berese dalam kehidupannya sebagai pemukim menetap di wilayah pesisir Holimombo secara umum adaptif. Sedangkan yang tidak adaptif adalah indvidu-individu yang melakukan pengembaraan untuk menetap di wilayah pesisir lainnya dan tidak kembali lagi. indikator keberhasilan adaptasi terlihat; (1) meningkatnya populasi mereka yang tercatat dalam kurun tujuh tahun terakhir yaitu tahun 1990-1991 berjumlah 189 orang sedangkan tahun 1996-1997 meningkat 332 orang ; (2) semakin meningkatnya income perkapita yang terlihat dari tingkat pengeluaran, baik untuk konsumsi langsung rumah tangga, pakaian, perumahan maupun pemilikan alat tangkap;(3) kesehatan meningkat yang terlihat dari tingginya tingkat lahir-hidup bayi yakni usia 0-5 tercatat 31 % dari jumlah penduduk Bajo Berese, sedangkan tingkat kematian karena faktor usia lanjut yang dalam lima tahun terakhir ini terdapat empat orang;(4) Pengembangan cara hidup sebagai strategi adaptasi sosial maupun fisik seperti;(a)perkawinan dengan cia-cia namun tetap mempertahankan untuk tetap tinggal dipemukiman mereka;(b) mempertahankan perdagangan barter dengan penduduk cia-cia meskipun berkembangnya ekonomi uang;(c) adanya pemimpin formal orang Bajo dalam struktur pemerintahan desa Holimombo;(d) adopsi teknologi motorisasi sehingga konsep kearifan bahwa laut milik bersama cenderung berubah persepsi mereka bahwa laut menjadi milik orang yang bermodal;(e) kepercayaan akan hukuman supernatural masih berakar dalam kehidupan mereka, tampak dari pantangan-pantangan yang harus dilakukan mulai saat kehamilam, sunatan, dalam kehidupan rumah tangga khususnya berkaitan dengan, berhasil tidaknya memperoleh rejeki di laut maupun ancaman kecelakaan di laut;(f) semakin menghargai pendidikan;(g) Kerja bakti desa atau memberi upah pada penduduk Holdmombo;(i) dalam lima tahun terakhir ini, telah menjalin hubungan dagang dengan perusahaan-perusahaan di kota Bau-Bau, khususnya penjualan sirip hiu, tuna, lola dan japing-japing.
Akhirnya mempertahankan adat menetap sesudah kawin untuk tetap hidup di pemukiman mereka adalah sebagai strategi mempertahankan keutuhan komunitas mereka. Tetapi juga sebagai strategi mengatasi semakin sulitnya memperoleh hasil laut utamanya dalam hal tenaga manusia sebagai hal yang mutlak dalam rangka menambah produktifitas tenaga kerja, dimana jumlah anak adalah sangat diperlukan sebagai aset ekonomi keluarga Bajo Berese."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Widodo Wahyuni Sambodo
"RINGKASAN
Cirimekar adalah sebuah desa tradisional yang dihuni masyarakat suku Jawa yang kehidupan sehari-harinya bertumpu pada usaha pertanian. Seperti pada umumnya masyarakat tradisional yang masih menjunjung tinggi adat istiadat yang berlaku, masyarakat Cirimekar pun merupakan masyarakat yang masih mampu mempertahankan nilai-nilai tradisional sebagai tuntunan bagi masyarakatnya yang sedang beranjak mengalami perubahan untuk tidak larut dalam perkembangan jaman.
Dengan masuknya unsur teknologi seperti makin banyaknya pabrik yang berdiri di sekitar Cirimekar dan masuknya pengaruh budaya dari luar, mengakibatkan dimilikinya sarana informasi yang makin banyak oleh penduduk. Dengan demikian keadaan masyarakat yang semula sangat erat dengan sumber daya alam setempat dan taat terhadap norma-norma yang berlaku di desa, kemudian mewngalami perubahan.
Perubahan itu terjadi terutama akibat dari makin menyempitnya luas desa baik yang berupa lahan pertanian maupun pemukiman karena berdirinya pabrik-pabrik dan pertambahan penduduk yang tidak mudah dihambat. Luas lahan pertanian berkurang, sementara kebutuhan pangan penduduknya makin bertambah.
Di samping itu pengaruh terbukanya hubungan desa dengan daerah lain, juga mengakibatkan mobilitas penduduk menjadi bertambah tinggi. Terjadinya persinggungan dan saling bertemunya antara penduduk desa Cirimekar dengan warga desa lain baik di tempat bekerja yaitu pabrik maupun jalan raya, menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan.
Menurut Hardasty, dalam melihat terjadinya perubahan kebudayaan yang berkaitan dengan berubahnya keadaan lingkungan, metodologi Steward dengan model pendekatan ekologi budaya mengatakan, antara lingkungan dengan budaya tidak merupakan lapisan (efera) yang terpisah, melainkan antara lingkungan dan kebudayaan merupakan komponen yang terkait secara dialektik.
Teori Steward maupun Hardasty di atas yang mendasari penelitian ini untuk mencari jawab apakah perubahan adat istiadat masyarakat Cirimekar yang terkena akibat perubahan lingkungannya, adalah merupakan suatu proses perubahan yang terjadi saling berkaitan satu dengan yang lain.
Penelitian tesis ini akan membuktikan adanya hubungan antara masuknya unsur teknologi seperti informasi dan teknologi produksi sebagai variabel bebas dengan pandangan masyarakat terhadap kerja, keadaan sosial ekonomi atau pola pendapatan dan renggangnya kekerabatan sebagai variabel terikat yang kesemuanya itu berubah karena terjadinya perubahan lingkungan fisik.
Baik perubahan itu terjadi karena adanya hubungan variable di atas atau perubahan itu terjadi walau tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut. Soerjadi mengatakan, bahwa semua perubahan itu berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan alam yang rumit, tetapi cukup teratur dan melalui ekologi kita dapat memahami perubahan warga desa Cirimekar tersebut.
Untuk itu, setelah melalui uji ada tidaknya hubungan variabel dengan menggunakan perhitungan statistik model T (Tau Kendal), ternyata bahwa hubungan yang terjadi sangat lemah, yaitu Tb = 0,0051 yang berarti mendekati nol. Ini menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua variabel disebut di atas.
Dengan tidak adanya hubungan dari kedua variabel tersebut, kemudian diketahui penyebabnya karena tak dimasukkannya pimpinan nonformal semacam ustad dan lurah tua yang masih mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat desa Cirimekar. Di samping itu, ternyata penduduk Cirimekar mempunyai kemampuan yang tinggi beradaptasi untuk menyesuaikan kehidupannya pada lingkungan yang telah berubah. Hal tersebut tampak pada ketidaktergantungan penduduknya lagi terhadap sumber daya alam setempat seperti hasil pertanian maupun perikanan. Sementara itu pergeseran adat istiadat yang terjadi justru karena budaya yang melekat pada pekerja pabrik maupun pedagang pendatang dan budaya ini mempengaruhi budaya penduduk Cirimekar.
Dengan demikian, dari penelitian dapat disarikan bahwa: Perubahan prilaku, sikap dan tatacara berpikir penduduk desa Cirimekar yang terjadi, bukan semata karena terjadinya perubahan lingkungan akibat masuknya unsur-unsur teknologi.
Meskipun sumber daya alam sudah tidak lagi mampu memberikan kebutuhan hidup penduduknya, akan tetapi dengan terbukanya desa dan adanya kesempatan baru untuk penduduk bekerja di luar bidang pertanian, maka penduduk mampu mempertahankan eksistensi dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Masuknya teknologi ternyata tidak banyak menggeser atau mempengaruhi adat istiadat maupun budaya masyarakat setempat, karena ternyata para tokoh masyarakat yang menjadi panutan penduduk mampu meredam dan menciptakan suasana yang tetap menjaga kebiasaan adat istiadat desa, sehingga perubahan prilaku itu maaih dapat diarahkan atau dikendalikan.

SUMMARY
Cirimekar is a traditional village, located 29 Km south of Jakarta. The people in this village receive very little education. With part of the population working in agriculture and part working at a very income, they have very little capital resources. The population is facing a sudden shift in traditions and values from the influence of industries in the area of Cirimekar.
A population of 5,460 lives in this area of 17,818 Ha, has seen various impacts of the industries established in around Cirimekar from the bursting of industrial waste dumps into the agricultural land to the changes of the people in working their land.
Industries in the area of Cirimekar have influenced the traditional patterns and customs the village has always used to work their land. Studying the shift that is taking place in Cirimekar village reveals the impact of technology and industry on culture, environment, and villager?s perceptions of ecology.
This research is based on the Haerdasty and Steward Theory. Approximation on ecology and culture, which says that culture and environment are dialectic, that forms together in layers. The research intends to show that the change in customs occurring in Cirimekar village is the result of the environmental impact of these industries.
For this proof, the researchers have used the variable and model statistic of Thau Kendal. The variable used for technology was a free variable. The views of people's work-patterns were formed on the economic and distance principles.
Result of this research showed there is no connection of to the second variable. The connection is not the reason for the changes occurring in influence of the industries work-pattern, income-patterns, and other customs.
The conclusion this research determines is that the population of Cirimekar village has a high capacity for adapting to the present environmental situation. For this matter the population of Cirimekar village is not dependent on the natural resources of this area.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josephine Esther Meira
"Kesiapan kerja mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial didapatkan dari mata kuliah Praktikum 1 dan Praktikum 2 yang merupakan experiental learning. Di masa pandemi pelaksanaan praktikum mengalami perubahan-perubahan yang harus diikuti oleh adaptasi mahasiswanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan adaptasi mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum di masa pandemi di Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP UI dan faktor pendukng dan penghambat adaptasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2022 hingga Juli 2023. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam secara luring terhadap tiga informan mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia, satu informan koordinator praktikum dimasa pandemi dan satu informan supervisor sekolah yang dipilih dengan purposive sampling. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi pada mata kuliah praktikum adalah dari luring menjadi daring dan hybrid, alokasi waktu praktikum, format laporan mingguan, dan fleksibiltas supervisi. Adaptasi mahasiswa dilakukan di setiap tahapan intervensi sosial dalam pelaksanaan praktikum, yaitu melakukan studi literatur, membangun kerjasama dalam kelompok praktikum, menggunakan bahasa dan tanda baca yang baik dalam ruang chat digital, serta kreatif dalam memanfaatkan teknologi daring. Keberhasilan praktikum didorong juga dengan faktor pendukung lain yaitu kemampuan mahasiswa menggunakan bahasa daerah, kemampuan mengoperasikan alat komunikasi digital, solidaritas kelompok, serta antusiasme mahasiswa. Terungkap pula adanya kendala yang dihadapi yaitu ketidaksiapan lembaga dalam menggunakan alat komunikasi digital, minimnya pengetahuan mahasiswa mengenai lembaga, kesulitan mencari lembaga untuk praktikum daring, serta masalah internal yang dihadapi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk pelaksanaan praktikum 1 dan 2 dan adaptasi mahasiswa terhadap perubahan yang terjadi di masa pandemi.

The work readiness of Social Welfare Science students is obtained from Practicum 1 and Practicum 2 courses which are experiential learning. During the pandemic, the implementation of practicum has experienced changes that must be followed by student adaptation. The purpose of this study is to describe student adaptation in practicum implementation during the pandemic in the Social Welfare Undergraduate Study Program, FISIP UI and the supporting and obstructing factors of this adaptation. This research uses a qualitative approach with a descriptive research type. This research was conducted from November 2022 to July 2023. Data collection was carried out through in-depth offline interviews with three informants of Social Welfare Science students at the University of Indonesia, one informant of practicum coordinator during the pandemic and one informant of school supervisor selected by purposive sampling. The results revealed that the changes that occurred in the practicum course were from offline to online and hybrid, practicum time allocation, weekly report format, and supervision flexibility. Student adaptation is carried out at each stage of social intervention in practicum implementation, namely conducting literature studies, building teamwork in practicum groups, using clear language and punctuation in digital chat rooms, and being creative in utilizing online technology. The success of practicum was also driven by other supporting factors, namely the ability of students to use local languages, the ability to operate digital communication tools, group solidarity, and student enthusiasm. This also reveals the obstacles faced, namely the unreadiness of institutions to use digital communication tools, the lack of student knowledge about institutions, the difficulty of finding institutions for online practicum, and internal problems faced by students The results of this study are expected to add references to the implementation of practicum 1 and 2 and student adaptation to changes that occur during a pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vindry Dwi Wulandari
"

Penelitian ini membahas tentang penyesuaian sosial yang dilakukan oleh remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melakukan penyesuaian sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan penilitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menjelaskan kondisi awal, penyesuaian sosial (mengikuti aturan yang telah ditetapkan, menjalin relasi dengan pihak yang ada di panti, pelanggaran aturan oleh penerima manfaat, dan partisipasi penerima manfaat terhadap program yang diselenggarakan) dan perubahan perilaku remaja putus sekolah (penerima manfaat). Adapun hambatan dalam penyesuaian sosial yaitu mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan ada program yang tidak berjalan lancar.


This research discuses about social adjustment of dropout (beneficiaries) in PSBR Bambu Apus, and the constraints to do social adjustment. This research uses a qualitative approach and descriptive research method. The results explains the initial conditions of beneficiaries, social adjustment by dropouts (include make  relations, break the rules of PSBR Bambu Apus, the beneficiaries’ participation for program in PSBR Bambu Apus) and the condition of beneficiaries after joined program in PSBR Bambu Apus. Then the constraints in social adjustment are following the rules and program does not going well.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Rahmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji masalah adaptasi transmigran di lokasi transmigrasi.
Transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan, yaitu persebaran penduduk Indonesia yang tidak merata, terutama kesenjangan penduduk antara Jawa dan Luar Jawa, Prosfek keberhasilan program ini ditujukan untuk menjamin pemerataan penduduk dan kesejahteraan penduduknya, dengan jalan penyediaan lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup, melalui pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga manusia.
Keberhasilan program transmigrasi sangat tergantung dari keberhasilan transmigrannya dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan membentuk kehidupan masyarakat baru. Hanya saja, perubahan dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain bukan hal yang mudah, karena setiap individu sudah terbiasa hidup dalam konteks lingkungan tertentu, sehingga perubahan lingkungan akan mengganggu keseimbangan hidup. Tantangan kehidupan di lokasi baru menuntut individu transmigran untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan tersebut, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, yang relatif berubah.
Kenyataannya, ada transmigran yang berhasil beradaptasi dan ada yang gagal beradaptasi, ditandai dengan keberadaan transmigran yang bertahan tinggal di lokasi dan berhasil meningkatkan taraf hidupnya, di sisi lain banyaknya transmigran yang pergi meninggalkan lokasi untuk kembali ke daerah asal.
Untuk itu, perlu diadakan penelitian tentang adaptasi transmigran. Secara khusus, kajian ini akan membahas hubungan keberhasilan dan kegagalan adaptasi transmigran dengan keberadaan hubungan sosial.
Pertanyaan penelitiannya adalah pola hubungan sosial yang bagaimana yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan adaptasi transmigran di lingkungan pemukiman yang Baru. Apakah keberadaan dukungan sosial mempunyai makna panting bagi kelangsungan hidup transmigran. Bentuk-bentuk dukungan sosial yang bagaimana yang mempengaruhi keberhasilan adaptasi transmigran.
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian di atas, dilakukan studi lapangan melalui metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan life history. Adapun pengumpulan datanya menggunakan Cara pengamatan terlibat, wawancara mendalam dan fokus grup diskusi terhadap beberapa orang informan terpilih. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian diolah dan dianalisa dengan Cara mengkategori data dan mendeskripsikannya, sehingga diperoleh data tentang strategi adaptasi transmigran,
Dalam melihat masalah adaptasi transmigran, pendekatan "Actor Based Model" digunakan sebagai kerangka acuan, yaitu adaptasi dipandang sebagai suatu
tindakan yang dihasilkan dari keputusan sejumlah individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sejumlah pilihan keputusan individu dalam beradaptasi dengan lingkungan akan menunjukkan pola yang sama apabila individu-individu tersebut mempunyai norma budaya yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masalah adaptasi transmigran merupakan masalah interaksi social. Keberhasilan dan kegagalan adaptasi transmigran tergantung dari kemampuan transmigran tersebut dalam memahami sumber mata pencaharian yang ada dan mengatasi berbagai tantangan lingkungan. Bagaimana transmigran memobilisasi kemampuan tersebut sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya interaksi dan dukungan sosial.
Ada sejumlah individu transmigran yang melakukan strategi adaptasi dengan jalan mencari dukungan sosial, melalui hubungan sosial, baik berupa hubungan kekerabatan, pertemanan, ketetanggaan maupun melalui institusi dan organisasi sosial yang ada di lokasi transmigrasi.
Hubungan kekerabatan dibedakan kualitasnya berdasarkan ikatan yang melatar belakangi hubungan tersebut, yaitu ikatan darah dan ikatan perkawinan. Bentuk hubungan kekerabatan ini menjamin transmigran untuk memperoleh dukungan sosial, hanya saja hubungan kekerabatan atas dasar ikatan darah lebih efektif dan lebih pasti dalam menjamin keberadaan dukungan sosial.
Hubungan pertemanan biasanya terbentuk karena ada kesamaan, misalnya kesamaan daerah asal dan bersifat sukarela. Masing-masing anggota secara sukarela menjalin hubungan dengan anggota lainnya tanpa ada tujuan yang diharapkan.
Berbeda dengan hubungan pertemanan, hubungan ketetanggaan terbentuk karena ada kepentingan tertentu dan tujuan yang diharapkan, misalnya untuk mencari dukungan ekonomi atau dukungan-dukungan lainnya.
Institusi dan organisasi sosial yang ada di lokasi transmigrasi bisa diharapkan sebagai sumber dukungan sosial ketika transmigran tersebut mengalami hambatan interaksi dan komunikasi dengan sesama transmigran lainnya
Transmigran yang mempunyai hubungan sosial akan memperoleh dukungan sosial, sedangkan transmigran yang tidak mempunyai hubungan sosial tidak akan memperoleh dukungan sosial. Sementara itu, dukungan sosial yang ada dan diterima oleh transmigran tidak semuanya efektif bagi kelangsungan adaptasi transmigran. Ada yang sifatnya terbatas, ada juga yang menjamin kelangsungan adaptasi. Hal ini tergantung dari harrnonis tidaknya hubungan sosial tersebut dan intensif tidaknya frekwensi interaksi dan komunikasi yang yang dijalin oleh masing-masing transmigran.
Strategi adaptasi masing-rnasing transmigran dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang budaya transmigran yang bersangkutan, sehingga arti penting keberadaan dukungan sosial tidak sama bagi semua transmigran. Ada sejumlah transmigran yang menganggap dukungan sosial bukan sebagai dukungan sosial, melainkan sebagai tindakan balas jasa atas kebaikan transmigran tersebut di masa lalu, atau hutang yang harus dibayar di masa datang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi
"ABSTRACT
Masyarakat adat merupakan salah satu kelompok paling rentan terkena dampak perubahan iklim. Penelitian ini berusaha menginterprestasikan strategi adaptasi Masyarakat Adat Sunda Wiwitan, Kabupaten Kuningan dalam menghadapi bencana kekeringan sebagai upaya mereka mempertayankan kelangsungan hidupnya. Bencana kekeringan yang dihadapi Masyarakat Adat Sunda Wiwitan menimbulkan dua diemensi dampak, yaitu dampak langsung serta kerentanan sosial akibat bencana kekeringan. Dampak langsung bencana kekeringan ini saling terhubung satu sama lain, meliputi berkurangnya volume air untuk irigasi pertanian, menurunnya produktivitas lahan, gagal panen, serangan hama dan ketidakteraturan pola bercocok tanam. Dampak-dampak tersebut mendorong munculnya kondisi rentan kerentanan sosial yaitu ketersediaan bahan pangan, potensi konfik, masalah kesehatan dan gangguan pelaksanaan tradisi dan budaya. Penelitian dengan pendekatan etnografi ini menunjukan bahwa Masyarakat Adat Sunda Wiwitan melakukan strategi adaptasi bencana kekeringan pada level individual dan level institusional/komunitas secara sosial, ekonomi, institusional, fisiologis dan religius-psikologis. Kearifan lokal dan ajaran kepercayaan, persepsi terhadap risiko dampak serta pertimbangan pilihan adaptasi mempengaruhi proses penerapan strategi-strategi adaptasi. Masyarakat Adat Sunda Wiwitan juga harus melakukan strategi adaptasi terhadap intervening conditions atau non-climate forces yang meningkatkan sensitivitas sistem serta meluasnya dampak-dampak merugikan akibat bencana kekeringan terhadap kehidupan mereka.

ABSTRACT
Indigenous peoples are one of the most vulnerable groups affected by climate change. This research tries to interpret the adaptation strategy of Sunda Wiwitan Indigenous People, Kuningan Regency in dealing with drought as their effort to maintain their life. The drought that faced by Indigenous Peoples Sunda Wiwitan raises two dimensions of impact, namely direct impacts and social vulnerability. The direct impacts of these drought are interconnected each other, including reduced water volume for agricultural irrigation, declining land productivity, crop failure, pest attacks and irregularity of cropping patterns. These impacts encourage the emergence of vulnerable social vulnerability conditions of food availability, potential conflicts, health problems and disruption of cultural and traditional practices. This ethnographic study shows that the Indigenous Peoples of Sunda Wiwitan embark on adaptation strategies for drought at the individual and institutional community level through the social, economic, institutional, physiological and religious psychological adaptations. Local wisdom and beliefs, perceptions of impact risk and consideration of adaptation choices affect the process of applying adaptation strategies. The Indigenous Peoples of Sunda Wiwitan should also implement adaptation strategies for intervening conditions or non climate forces that enhance system 39 s sensitivity and the widespread adverse impacts of drought to their livelihood."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Kuswarini
"Setiap pasangan suami isteri yang telah menikah tentunya rnengharapkan memiliki anak yang sehat, namun apabila ternyata anak yang mereka menderita suatu penyakit kronis tertentu, seperti leukemia, hal ini merupakan suatu situasi yang tidak dapat mereka hindari. Memiliki anak yang cacat atau menderita penyakit yang kronis, telah diketahui sejak lama dapat menjadi sumber stres dalam keluarga (Kazak, 1989). Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa pengaruh yang negatif ini terutama dirasakan oleh ibu. Kondisi anak menciptakan perasaan-perasaan negatif pada ibu, seperti perasaan tidak berdaya, ketakutan, terlalu melindungi anak, dan perasaan yang berlebihan akan tanggung jawab (Silver, bauman, & Ireys, 1995). Dari keadaan ini terlihat bahwa ibu dari anak yang menderita penyakit kronis, merupakan individu yang berhadapan dengan situasi yang dievaluasi sebagai penuh ancaman dan tuntutan. Keadaan seperti ini oleh Lazarus (1976) dinamakan stres.
Individu yang menghadapi situasi yang dinilai mengandung stres, kemudian mengevaluasi sumber-sumber daya yang dimilikinya baik dari dalam diri dan diluar diri individu. Sumber-sumber daya ini kemudian membantu individu menampilkan perilaku yang ditujukan untuk menghadapi situasi stres. Perilaku ini dinamakan coping. Coping tampil baik berupa tingkah laku nyata ataupun berupa kegiatan kognitif (Lazarus & Folkman, dalam Kaplan dkk, 1993). Secara umum coping terbagi dalam dua jenis. Yang pertama, coping terpusat masalah (problem-focused coping),yaitu suatu tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah atau dengan mengubah situasi. Yang kedua, coping terpusat emosi (emotion-focused coping), yaitu coping yang ditujukan untuk mengatur respon emosional terhadap situasi stres. Oleh Caver & Scheier (1989), masing-masing jenis coping dibedakan dalam lima variasi.
Individu yang melakukan coping tidak terlepas dari pengaruh orang-orang dan lingkungan dimana ia berada. Orang-orang ini dapat memberikan dukungan bagi individu yang berfungsi sebagi penahan (buffer) yang mereduksi akibat dari stres. Dukungan-dukungan seperti ini dinamakan dukungan sosial (Smet, 1994). Bentuk dukungan sosial ada lima, yaitu dukungan informasi, dukungan instrumentalmateri, dulcungan emosi, dukungan penghargaan, dan dukungan persahabatan (Oxford, 1992). Sedangkan sumber dukungan sosial dapat dibagi dari kalangan profesional, non profesional (significant others), dan kelompok dukungan social (social support group). Persepsi dari individu terhadap tersedianya dukungan sosial di lingkungan disekitarnya merupakan salah satu sumber daya yang dapat digunakan dalam menghadapi situasi stres.
Dengan demikian terlihat bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi perilaku coping yang ditampilkan. Dukungan sosial dapat menjadi sumber daya bagi ibu untuk menampilkan perilaku coping. Maka penting untuk mengetahui gambaran dukungan sosial yang didapat ibu dan gambaran perilaku coping yang ditampilkan ibu dalam menghadapi anak yang menderita leukemia, serta gambaran pengaruh dukungan sosial yang didapat terhadap tampilnya perilaku coping ibu. Sebelumnya juga perlu dillhat bagaimana gambaran stres yang dialami ibu.
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif Keabsahan penelitian dijaga dengan menggunakan triangulasi analis, yaitu menggunakan analis lain selain peneliti untuk menganalisis hasil penelitian, dan triangulasi data, yaitu menggunakan observasi selain wawancara dalam mengumpulkan data. Sedangkan keajegannya dijaga dengan dibuatnya pedoman wawancara. Subyek yang digunakan sebanyak 5 orang, yaitu para ibu yang memiliki anak penderita leukemia yang dirawat di RSCM Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak yang menderita leukemia, menghadapi beberapa kondisi dan situasi yang dinilai sebagai sumber stres. Ibu menampilkan kedua jenis perilaku coping. Coping terpusat masalah dilakukan bila menghadapi situasi yang dapat dicari pemecahannya atau dapat diubah, sedangkan perilaku coping terpusat emosi ditampilkan dalam menghadapi emosi negatif. Semua bentuk dukungan sosial pemah didapatkan ibu. Hanya kelompok dukungan sosial sebagai sumber dukungan yang tidak didapat para ibu. Selain itu juga didapat hasil bahwa dukungan sosial memiliki peran yang cukup penting terhadap munculnya perilaku coping pada ibu.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga diketahui bahwa para ibu memiliki harapan yang besar untuk mendapatkan infomaasi yang lengkap dan jelas dari dokter. Mempertimbangkan hal ini maka disarankan dari kalangan profesional, seperti dokter dan paramedis agar dapat meluangkan waklunya untuk memberikan masukan yang jelas dan lengkap sesuai tingkat pemahaman para ibu. Juga disarankan untuk membentuk kelompok dukungan yang dipandu oleh kalangan profesional. Melalui kelompok ini para ibu dapat saling bertukar pengalaman dan berbagi perasaan, sehingga akhirnya diantara mereka dapat saling memberikan dukungan sosial. Peran ayah dalam menghadapi anak yang menderita leukemia juga nampaknya cukup berat. Selain ikut membantu ibu merawat anak, para ayah juga memiliki tanggung jawab dalam mencari nafkah untuk membiayai pengobatan anak. Dengan memperhatikan hal ini, menjadi sangat menarik bagi yang hendak mengembangkan penelitian sejenis, untuk melakukan studi perhandingan dengan subyek para ayah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaihatu, V.A.M.
"Dietary diseases adalah penyakit yang merupakan hasil dari malnutrisi yang diderita individu, sedangkan infectious diseases adalah penyakit akibat masuknya benda berbahaya atau mikroorganisme asing di dalam tubuh individu (Sarafino, 1990). Hipertensi termasuk dalam dietary diseases dan kini makin banyak dialami oleh individu dalam masyarakat. Prevalensi hipertensi berkisar antara 10 sampai dengan 20 persen penduduk dewasa Indonesia. (Kumala, 2000). Ada 2 jenis hipertensi, yaitu hipertensi sekunder (secondary hypertension) dan hipertensi esensial (essential hypertension). Essential hypertension adalah jenis hipertensi yang penyebab utamanya tidak dapat diketahui secara pasti, namun faktor-faktor yang mungkin menjadi pemicunya adalah obesitas, elemen-elemen pola makan (diet), konsumsi alkohol yang berlebihan, ketidakaktifan fisik, sejarah hipertensi dalam keluarga dan juga faktor-faktor psikososial, misalnya: stres dan perilaku emosional (Sarafino, 1990).
Tiap individu memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres. Variasi ini sering kali muncul sebagai hasil dari faktor psikologis dan faktor sosial yang memodifikasi pengaruh stresor terhadap individu. Salah satu cara individu untuk berespon terhadap stresor adalah dengan melakukan coping. Coping merupakan cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi stres (Sarafino, 1990). Coping yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi stres mungkin bervariasi dan tidak selalu memberikan penyelesaian. Namun selain untuk memperbaiki atau mengatasi masalah, coping juga dapat menolong seseorang untuk mengubah pemahaman akan suatu masalah, melakukan toleransi atau menerima akibat yang ditimbulkan oleh masalah, bahkan untuk menghindari situasi tersebut (Lazarus &Folkman, 1984b; Moos & Schaefer, 1986, dalam Sarafino, 1998).
Coping memiliki dua dimensi luas (Lazarus & Folkman dalam Sarafino, 1990), yaitu problem-focused coping dan emotional-focused coping. Cara lain untuk memodifikasi stres sehingga mengurangi pengaruhnya terhadap kesehatan adalah dengan memunculkan dukungan sosial (social supporf) kepada individu. Dukungan sosial menurut Cobb, Gentry & Kobasa, Walston, Alagna, DeVellis & DeVellis, Wills (dalam Sarafino, 1990) merujuk pada adanya perasaan nyaman, perhatian, kepercayaan, dukungan moral dan bantuan yang diperoleh individu dari orang atau kelompok lain.
Dukungan-dukungan ini dapat berasal dari berbagai pihak seperti significant others yang dimiliki individu atau rekan kerja, dokter maupun komunitas organisasi yang diikuti oleh individu. Lima klasifikasi dasar dari dukungan sosial (social supporf) yang dikemukakan oleh Cohen & McKay, Cutrona & Russel, House, Schaefer, Coyne & Lazarus (dalam Sarafino, 1990) adalah emotional supporf, esteem supporf, tangible atau instmmental supporf, informational supporf dan network supporf. Penekanan dalam penelitian ini adalah pada dukungan sosial berupa emotional supporf. Dukungan ini diberikan dalam bentuk ekspresi empati, caring dan kepedulian terhadap individu yang bersangkutan. Berdasarkan latar budaya yang ada di Indonesia, tugas dan kewajiban perempuan masih sangat erat dikaitkan dengan pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan keluarga. Sehubungan dengan hal ini, fungsi perempuan dalam rumah tangga masih mendominasi bagian pengaturan pemenuhan kebutuhan keluarga.
Dengan demikian, pemilihan gaya hidup dan pola nutrisi keluarga juga diserahkan pada perempuan, khususnya pada ibu rumah tangga. Pengaturan mengenai makanan dan minuman menjadi tanggung jawab mereka sehingga pada akhirnya mempengaruhi kondisi kesehatan keluarganya. Bila seorang ibu rumah tangga menderita hipertensi, maka ia harus mengubah pola makannya dan mengikuti diet tertentu untuk mempertahankan tekanan darahnya di posisi normal. Hal ini berarti pola makannya berbeda dengan pola makan keluarganya. Peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian terhadap ibu rumah tangga yang menderita hipertensi sehingga harus mengubah pola makannya, namun harus tetap mengatur pola makan keluarganya.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran stres, coping dan dukungan sosial yang diterima oleh ibu rumah tangga penderita hipertensi. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif dengan dua cara pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi. Subyek penelitian terdiri dari empat orang ibu rumah tangga yang tinggal dengan minimal seorang anak yang mengikuti pola makan ibunya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masing-masing subyek umumnya memiliki pola stres dan coping yang sama. Mereka mengalami tahapan yang sama dalam mempersepsikan kondisi sakitnya, menilai sumber-sumber daya coping yang dimiliki dan pada akhirnya menggunakan strategi-strategi coping sesuai sumber daya yang mereka miliki. Keempat subyek memiliki dukungan sosial yang lengkap, mencakup lima klasifikasi dasar dari dukungan sosial yang dikemukakan oleh Cohen & McKay, Cutrona & Russel, House, Schaefer, Coyne & Lazarus (dalam Sarafino, 1990). Namun demikian, dukungan emosional yang diberikan oleh anak subyek dalam bentuk mengikuti pola makan yang sama ternyata tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap keadaan stres dan coping subyek dalam menghadapi penyakit hipertensi yang dideritanya.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah mengenai kelengkapan data tentang faktor penyebab penyakit hipertensi yang diderita oleh masing-masing subyek. Untuk itu perlu diadakan penelitian dengan pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap subyek penelitian sehingga faktor-faktor yang berpengaruh dapat diteliti lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif sehingga data yang diperoleh dapat saling melengkapi. Selain itu, penelitian juga dapat dikembangkan untuk meneliti stres dan coping yang dialami oleh individu yang anggota keluarganya menderita hipertensi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misfatria Noor
"Penyakit gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung merupakan penyakit kronis sehingga akan menimbulkan kecemasan, depresi dan resiko kekambuhan serta kurangnya pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap pengetahuan dan mekanisme koping yang dirasakan oleh pasien gagal jantung.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non equivalent control group design. Jumlah sampel 68 orang terbagi atas 34 kelompok intervensi dan 34 orang kelompok kontrol yang dilakukan di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.
Hasil penelitian ini didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap pengetahuan (p value 0001:α 0.05) dan mekanisme koping (p value 0.001;α 0.05) pasien gagal jantung. Hasil penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang komprehensif dapat diterapkan di pelayanan klinik untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien gagal jantung.

Heart failure is a pathological state where the heart fails to maintain an adequate circulation for the body needs although filling pressures is sufficient. Heart failure is one of chronic diseases so that can lead to anxiety, depression, and risks of recurrence as well as lack of knowledge. This study aimed to determine the effect of discharge planning application on knowledge and coping mechanisms perceived by patients.
This research used quasi experiment design with non equivalent control group approach. A number of 68 heart failure patients in Achmad Mochtar Bukittinggi Hospital were involved and divided into intervention and control groups.
The results identified that there was a positive influence of discharge planning application on patients knowledge (p=0.001; α=0.05) and coping mechanism (p=0.001; α=0.05). This finding implies that a comprehensive discharge planning should be applied in clinical service to improve the quality of nursing care and patients? quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjanah
"ABSTRAK
Kecanduan game online banyak dialami oleh remaja karena tidak dapat mengontrol diri dengan baik. Remaja yang kecanduan game online memiliki perilaku bermain yang berlebihan yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosialnya. Kecanduan game online dapat menghambat remaja untuk melakukan tugas sekolah, melakukan aktivitas sosial, dan menurunkan kualitas hubungan dengan keluarga besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan game online dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas 10 dan 11 di SMAN 8, SMAN 26 dan SMAN 37 Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yang dimulai dengan screening kemudian dilakukan pengambilan sampel total siswa yang mengalami adiksi game online dengan jumlah sampel sebanyak 686 siswa. Analisis univariat menggunakan uji statistik tendensi sentral dan distribusi frekuensi, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman-rho. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan dan hubungan lemah antara kecanduan game online dengan penyesuaian sosial siswa (p <0,05; R -0,193). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat adiksi game online maka semakin rendah kemampuan penyesuaian sosial remaja pada aspek pekerjaan di luar rumah, kegiatan sosial dan rekreasi serta keluarga besar. Sekolah dapat bekerjasama dengan perawat dalam mengadakan seminar yang berhubungan dengan kecanduan game online dan remaja bisa
Online game addiction are mostly experienced by teenagers because teenagers cannot control themselves properly. Teenagers who experience online game addiction have excessive playing behavior that affects social adjustment abilities. Online game addiction can prevent teenagers from doing school work, social activities and reduce the quality of relationships with extended families. This study was conducted aimed at identifying the relationship of online game addiction with social adjustment of 10th and 11th grade students of Public High School 8, Public High School 26 and Public High School 37 Jakarta. The design of this study used a cross sectional which began with screening then total sampling of students who experience online game addiction with total sample 686 students. Univariate analysis uses the test of central tendency statistics and frequency distribution, while bivariate analysis uses the Spearman-rho correlation test. The results of this study indicate that there is a significant negative relationship and strength of the weak relationship between online game addiction and students' social adjustment (p <0.05; R -0.193). The results concluded that the higher level of online game addiction, the lower social adjustment ability of adolescents in aspects of work outside home, social and leisure activities and extended family. The school can collaborate with nurses in holding seminars related to online game addiction and teenagers can do hobby and coping activities to reduce online game play behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>