Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Ihyak
"Karisma yang menyertai kepemimpinan Gus Dur merupakan fenomena yang menarik dan penting untuk diamati. Gus Dur dalam konteks ke-Indonesiaan adalah tokoh yang memiliki karisma memadai. Dia memiliki berkesempatan menjadi pemimpin di berbagai situasi. Kepemimpinan Gus Dur di dunia Pesantren, LSM, juga NU telah meyakinkan dirinya sebagai sosok tokoh yang sangat disegani baik di kalangan komunitasnya sendiri maupun lintas komunitas. Ketika Indonesia dilanda berbagai krisis, maka Gus Dur tampil sebagai tokoh politik. Terjunnya Gus Dur ke wilayah politik praktis inilah yang mengantarkan dirinya sebagai Presiden RI ke-4. Tapi yang terjadi bagi diri Gus Dur sejak tampil sebagai tokoh politik dan pemimpin publik, hanyalah penurunan secara drastis terhadap karisma yang selama ini dimilikinya. Tesis ini memfokuskan perhatian pada proses terjadinya dekarismatisasi pada diri Gus Dur dalam kepemimpinannya di wilayah politik praktis, mencari faktor-faktor yang menyertai terjadinya dekarismatisasi serta menelaah beberapa indikator yang menunjukkan terjadinya dekarismatisasi tersebut.
Fokus penelitian dalam kerangka penulisan tesis ini, digunakanlah teori mengenal karisma dikaitkan dengan kepemimpinan. Dalam hal ini, yang digunakan adalah teori karisma yang dikonstruk oleh Max Weber, kemudian diperjelas oleh beberapa pakar sosiologi yang muncul kemudian, sehingga konsep karisma dalam konteks Indonesia dapat ditemukan. Dari mereka didapat sebuah terminologi karisma yaitu, suatu kualitas seseorang yang memiliki daya tarik tertentu sehingga dapat menjamin stabilitas dimana sang tokoh karismatik ini berada atau berperan. Dalam teori ini kahadiran seorang tokoh karismatik sangat dibutuhkan, terutama jika terjadi krisis multidimensional.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini lebih bersifat kualitatif, yaitu sebuah pendekatan, dimana pandangan subyektif peneliti diletakkan terhadap yang diteliti, dengan mencoba memahami dan menelaah pandangan, tanggapan dan respon dari para informan, serta dari telaah berbagai sumber berkenaan dengan tema tesis ini. Untuk kebutuhan ini, peneliti mengumpulkan data-data melalui tiga cara; wawancara mendalam, studi literatur dan dokumentasi, serta observasi.
sebagai bahan pertimbangan telaah pada tesis ini, penulis mengawali dengan mempelajari potret terbentuk dan tumbuhnya karisma Gus Dur. Dari sinilah penulis menemukan cikal bakal karisma Gus Dur yang tergambar dari dua perspektif. Pertama, karisma Gus Dur muncul dalam perspektif tradisional, yaitu sebagai darah biru kepesantrenan dan penganut ajaran sufisme. Kedua, karisma Gus Dur muncul dalam perspektif kekinian. Pada perspektif ini penulis menemukan bahwa Gus Dur berkarisma karena ditopang oleh kualitas dirinya sebagai ilmuan dan intelektual yang disegani, sebagai aktor demokrasi, juga sebagai pemimpin NU dan tokoh bangsa.
Kernudian penulis mempelajari kepemimpinannya dalam politik politik praktis. Penelusuran ini dimulai sejak pilihan Gus Dur merubah strategi perjuangannya dariyang bersifat kultural menjadi politik kepartaian, naik hingga dilengserkannya sebagai Presiden, sampai dengan tesis ini ditulis. Dari sini ditemukan data-data yang memberikan inspirasi terhadap memudarnya karisma Gus Dur. Berdasarkan data-data yang tersedia, maka tergambar proses terjadinya dekarismatisasi Gus Dur, yang terbagi menjadi lima fase; pertama, terhitung sejak berubahnya strategi perjuangan dan pengabdian Gus Dur dari yang bersifat kultural kepada politik praktis. Kedua, internalisasi nilai-nilai politik menjadi tujuan kekuasaan. Ketiga, mengerasnya respon dan kritik masyarakat terhadap pemerintahan pimpinan Gus Dur. Keempat, mengkristalnya perlawanan berbagai komponen masyarakat terhadap kekuasaan Gus Dur. Kelima, Langgengnya Gus Dur di dunia politik praktis. Bersamaan dengan ini pula telah ditemukan beberapa faktor yang menyertai serta indikator yang menunjukkan terjadinya dekarismatisasi Gus Dur, Pada bagian ini, penulis juga menemukan pertautan antara nilai-nilai karisma dengan politik praktis. Sehingga guna menemukan kerangka ini, penulis merujuk pada konsep Max Weber yang menjelaskan bahwa karisma merupakan fenomena khusus yang dimiliki seseorang yang memungkinkan pada situasi tertentu akan memudar.
Dari telaah dan analisa diatas ditemukan bahwa esensi dekarismatisasi Gus Dur terdapat pada empat hal, yaitu nilai sufismenya, sebagai ilmuan dan intelektuai, aktor demokrasi, dan pemimpin NU serta tokoh bangsa. Sedangkan pada nilai darah biru-nya tidak ditemukan adanya penurunan karisma.
Kesimpulan dari tesis ini, pertama, bahwa konsep Max Weber yang berkenaan dengan memudarnya karisma, pada satu sisi relevan untuk menjelaskan teijadinya dekarismatisasi pada diri Gus Dur, walaupun yang terjadi pada diri Gus Dur tidak seekstrem sebagaimana yang dicontohkan Max Weber. Kedua, oleh karena contoh yang diibaratkan Weber terkesan terlalu ekstrem, maka masih perlu adanya penelitianpenelitian serupa guna ditemukannya sebuah data untuk kesempurnaan konsep tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
K.H. Abdurahman Wahid
Jakarta: Kompas, 2007
320.011 ABD g (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LAKPESDAM, 2002
920.71 NER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widura Imam Mustopo
"Minat meneliti topik ini dilatar belakangi oleh pengamatan selama pengalaman bekerja di lingkungan TNI-AU, khususnya dalam menelaah gambaran perilaku pengambilan keputusan dari individu yang berprofesi penerbang yang karena promosi karirnya, beralih ke jenjang pimpinan manajerial non teknis penerbangan. Sehingga menjadi suatu hal yang menarik untuk meneliti hubungan kepemimpinan dengan gaya pengambilan keputusan para pejabat perwira penerbang di TNI-AU.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban secara empirik tentang hubungan antara tipe kepemimpinan dan profesi asal penerbang terhadap gaya keputusan manajerial. Dan kepustakaan yang ada, terlihat permasalahan ini belum tuntas terjawab. Terdapat kesenjangan antara hasil penelitian satu dan lainnya, terutama hubungan kepemimpinan dan gaya keputusan. Adalah benar bahwa pada hakekatnya pengertian kepemimpinan lebih diarahkan kepada potensi individu dalam mengarahkan dan mempengaruhi bawahan, sedangkan pengambilan keputusan merupakan salah satu aspek dari kegiatan manajerial. Namun demikian bukan berarti kedua aspek tersebut tidak berhubungan.
Bertitik tolak dari konsep Zaleznick tentang kepemimpinan yang dimanfaatkan dalam mengembangkan teori kepemimpinan oleh Bass, dibedakan bahwa pemimpin lebih ke arah transformasional dan manajer lebih ke transaksional. Berangkat dari konsep yang sama, gaya keputusan dari Rowe mengungkapkan bahwa pemimpin cenderung mengambil gaya keputusan analytic dan conceptual, sedangkan manajer cenderung bergaya keputusan directive dan behavioral. Dari deduksi teoritik dapat disimpulkan sementara bahwa ada hubungan antara tipe kepemimpinan dengan gaya keputusan manajerial.
Untuk menguji kebenaran hipotesa tersebut, perlu diuji secara empirik. Dengan mengukur orientasi tipe kepemimpinan transaformasional, transaksional, dan laissez-faire melalui MLQ 5X R yang dikembangkan oleh Bass diperoleh tingkat kekuatan masing-masing tipe kepemimpinan. Sedangkan untuk mengidentifikasikan gaya keputusan digunakan DSI III dari Rowe. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan yang terjadi digunakan analisis Marian. Disamping hubungan kepemimpinan dan gaya keputusan, ingin pula diketahui hubungan asal profesi penerbang terhadap gaya keputusan agar diperoleh informasi tentang interaksi dengan variabel lain yang juga berperan dalam menentukan gaya keputusan tertentu.
Temuan dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepemimpinan transaksional dengan gaya keputusan analytic. Tetapi tidak berhubungan secara signifikan antara kepemimpinan transformasional, dan laissez-faire dengan gaya keputusan lainnya. Selain itu, asal perofesi penerbang juga tidak berhubungan secara signifikan dengan gaya keputusan. Namun, bila variabel kepemimpinan dan asal profesi penerbang dikaitkan secara bersama, terbukti berhubungan dengan gaya keputusan tertentu. Terungkap bahwa kuatnya orientasi pada kepemimpinan transformasional dan rendahnya transaksional berperan pada gaya keputusan conceptual khususnya pada asal profesi penerbang helikopter.
Gambaran dari hasil penelitian menunjukan bahwa proses pengambilan keputusan tidak berjalan sederhana. Terdapat keterlibatan variabel-variabel psikologis seperti persepsi, nilai, termasuk kompleksitas kognitif yang mungkin lebih berperan dalam menentukan gaya keputusan. Sehingga temuan dari penelitian ini merupakan bahan diskusi untuk lebih memahami proses pengambilan keputusan. Tidak pula dapat dielakan bahwa pembahasan juga dapat diarahkan kepada metodologi termasuk alat ukur yang digunakan. Dengan melalui diskusi dan pemahaman yang lebih mendalam baik berkenan dengan teori maupun metodologi akan lebih menyempurnakan studi lebih lanjut tentang hubungan antara tipe kepemimpinan dan gaya keputusan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LP3ES, 1986
303.34 KEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winardi
Jakarta: Rineka Cipta, 1990
658.409 2 WIN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yukl, Gary A., 1940-
Jakarta : Indeks, 2001
303.34 YUK k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LP3ES, 1984
303.34 KEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Y.W. Sunindhia
Jakarta: Rineka Cipta, 1993
303.34 SUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Thoha
Jakarta: Rajawali, 1983
658 Tho k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>