Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhasanah
"Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, amanat petuah, atau nasehat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena mempunyai sangsi. Ungkapan-ungkapan Seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih.
Seloko adat Jambi tidak hanya sekedar peribahasa, pepatah-petitih atau pantun-pantun, lebih dalam lagi seloko adat Jambi merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi sebagai suatu filsafat yang dirumuskan secara eksplisit dalam peribahasa, pepatah-petatah atau pantun-pantun tetapi masih bersifat implisit yang tersembunyi dalam fenomena kehidupan masyarakat Jambi. Seloko adat Jambi adalah sarana masyarakatnya merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan, dan tujuan dari sebuah kebudayaan.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh pemahaman filosofis akan makna simbolik yang ada pada seloko adat Jambi. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah membuktikan bahwa seloko adat Jambi memiliki esensi yang berasal dari pandangan hidup dan nilai religius masyarakatnya. Dan untuk melakukan reinterpretasi terhadap makna seloko adat Jambi sehingga memunculkan pemahaman kritis terhadap seloko adat Jambi.
Data penelitian ini berupa seloko hukum adat Jambi, seloko adat perkawinan Jambi, dan seloko aturan hidup. Dari data tersebut ditekankan fenomena-fenomena sentral bagi seloko adat Jambi yang relevan bagi penelitian filosofis. Untuk menggali pemahaman filosofis akan makna simbolik seloko adat Jambi digunakan metode deslaipsi, hermeneutik Paul Ricoeur, dan metode kritis refleksif.
Seloko adat Jambi sebagai ekspresi bermakna ganda yaitu tidak terbatas pada struktur naratif yang tersurat tetapi pada dimensi-dimensi yang tersirat. Teks-teks seloko adat Jambi tidak hanya dimengerti secara harfiah tetapi hams ditafsirkan secara simbolik dan metafisik. Tujuannya adalah untuk mencari makna yang hendak disampaikan lewat teks tersebut berupa konsepsi filosofis (konsepsi paling dasariah mengenai hakikat manusia, dunia, dan Tuhan). Dengan kata lain di dalam makna harfiah atau literal, primer yang secara langsung ditunjukkan. Bersamaan dengan itu ditunjukkan pula makna lain yang tidak langsung, sekunder, kiasan dan hanya dapat dipahami berdasarkan makna yang pertama.
Untuk menungkapkan makna sunbol-simbol yang terkandung didalamnya diperlukan proses interpretasi. Melalui analisis ini dapat dilihat ekspresi simbolik dari seloko adat Jambi. Yaitu aspek religiositas, etika, dan siklus kehidupan. Pemahaman tentang seloko adat Jambi bukan konteks budaya asli, melainkan menafsirkan manusia dalam sebuah teks."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Utama
"Sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau, masyarakat Pariaman memiliki kebiasaan yang agak berbeda dengan daerah lain di Minangkabau. Dalam perkawinan tersebut pihak perempuan yang melakukan lamaran terhadap pihak laki-laki, juga hangs menyediakan persyaratan yang disebut dengan uang jemputan. Namun dalam perkembangannya uang jemputan ini mengalami perubahan menjadi uang hilang yang awalnya hanyalah merupakan suatu gejala. Sehingga lama-kelamaan menjadi suatu tradisi yang sudah berlaku dalam seluruh masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang sosial budaya uang hilang ini dalam perkawinan masyarakat matrilineal dewasa ini. Kedua, menjelaskan fungsi tradisi uang hilang ini terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Ketiga, mengetahui faktor penyebab masih berlakunya uang hilang dalam perkawinan adat masyarakat Pariaman di tengah era kemajuan sekarang ini.
Penelitian yang mengambil kajian di Nagari Sicincin Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung dengan alasan ini Nagari ini masih kuat memegang tradisi dan adat-istiadat yang berlaku.
Berdasarkan hasil penelitian di daerah ini terlihat bahwa uang jemputan yang mendasari lahimya uang hilang ini awalnya berfungsi sebagai sarana distribusi kekayaan dan status sosial dalam suatu kaum. Namun dalam perkembangannya uang hilang ini berfungsi sebagai pengesahan status sosial, sarana mobilitas sosial, prinsip resiprositas dan fungsi terhadap peran dan kedudukan wanita dalam masyarakat.
Di era kemajuan sekarang ini dengan adanya proses modernisasi, uang Hilang masih tetap berlaku di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan perubahan fungsi dan makna dari uang hilang itu sendiri. Sedangkan pengaruh modernisasi seperti yang dikemukakan oleh Chodak dengan teori modernisasinya yang menyebutkan pada induced modernization masyarakat dihadapkan pada transfomlasi struktur sosialnya melalui sistem pendidikan yang mengajarkan norma-norma dan nilai-nilai baru, tidak berpengaruh banyak terhadap uang hilang ini. Ini disebabkan masih besarnya pengaruh orang tua, ninik mamak serta lingkungan masyarakat yang masih menghendaki berlakunya tradisi ini.
Dari studi ini disimpulkan bahwa uang hilang yang berlaku di tengah masyarakat seiain berpengaruh negatif juga membawa pengaruh posistif dalam kehidupan masyarakat. Mengingat pengaruh negatif ini, penulis menyarankan agar kebiasaan uang hilang ini paling kurang secara bersama-sama dihilangkan dampak negatif yang timbul dari uang hilang ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunardi Endro
"Gotong royong adalah ungkapan yang menyatakan saling membantu dan sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong menyatakan apa yang dipahami sebagai solidaritas dan kesatuan maka diangkat dan dikembangkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila merupakan kristalisasi jiwa dan semangat gotong royong tersebut dalam membangun solidaritas dan kesatuan bagi perwujudan kejayaan Indonesia. Kini kebutuhan mengenai solidaritas dan kesatuan tidak bisa lagi diperlakukan sama dengan lazim dalam kehidupan tradisional. Oleh sebab itu, paper ini bertujuan memberi jalan keluar bagi penguatan semangat dan jiwa gotong royong berdasarkan filsafat Aristoteles mengenai pertemanan sedemikian rupa sehingga dalam konteks kekinian Indonesia mampu berhadapan dengan globalisasi tanpa harus kehilangan identitas nasionalnya."
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2016
300 RJES 21:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Artikel ini di sajukan untuk menjelaskan tentang peran elit adat seperti penghulu dan Niniak mamak pada masyarakat Minagkabau secara tradisional sebagai pengayom anak, kemenakan dan kaum pasukan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Pertunjukan topeng di Malang dahulu tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Malang yaitu : Dampit ,precet Wajak, Ngajum, Jatiguwi, Senggreng , Pucangsawit,,Kedungmangga dan Jabung..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Febrianto
"Tesis ini mengenai perubahan pola pemilikan dan penguasaan lahan di Nagari Singkarak yang terjadi karena perubahan kelembagaan atau pranata kekeluargaan. Perubahan organisasi sosial pada tingkat pranata ditandai dengan berubahnya keluarga luas ke keluarga inti yang mengakibatkan hilangnya harta komunal berupa lahan pertanian yang beralih menjadi milik individual di tingkat keluarga inti.
Penelitian dilakukan di Nagari Singkarak Kabupaten Solok Sumatera Barat dengan menetap selama dua bulan dua puluh hari dan kemudian dilanjutkan selama seminggu pada waktu yang berbeda di lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi, pengamatan dan wawancara mendalam kepada individu-individu yang mengetahui inforrnasi yang ingin diperoleh. Individu-individu ini merupakan tokoh masyarakat dan anggota masyarakat biasa terutama yang telah mengalami pembagian properti, dengan pendekatan teori struktur sosial dan organisasi sosial dari Evans-Pritchard.
Berangkat dari asumsi bahwa orang Minangkabau yang memiliki dan menjalankan sistem kekerabatan dan penarikan garis keturunan secara matrilineal. Sistem kekerabatan dan penarikan garis keturunan secara matrilineal ini berdampak kepada pemanfaatan dan pembagian harta pusaka. Orang Minangkabau tradisional yang hidup di rumah gadang memiliki harta komunal yang dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Namun sekarang rumah gadang telah mulai ditinggalkan dan kecenderungan untuk memiliki rumah gaduang atau rumah tunggal untuk keluarga inti Iebih disukai. Perubahan tempat tinggal dari rumah gadang ke rumah gaduang ini mengakibatkan perubahan kepemilikan atau berkurangnya harta pusaka komunal, akibat pengaruh perubahan orientasi kehidupan yang individualistis. Dapat dilihat dari sertifikasi lahan pertanian dan perumahan yang dimulai sejak 17 tahun. Harta pusaka berupa sawah telah menjadi milik individu pada tingkat keluarga inti yang kepemilikannya beralih karena adanya hak ganggam bauntuak kepada anak perempuan setelah kawin. Ganggam bauntuak diinterpretasikan sebagai pembagian dari harta pusaka. Akibat dari pembagian harta pusaka ini sawah-sawah yang disebut sebagai harta komunal telah beralih menjadi milik individual pada tingkat keluarga inti. Harta komunal hanyalah yang masih ada berupa sawah kagadangan, yaitu sawah yang menjadi hak dari penghulu selama menjabat jabatan tersebut atau sampai mati. Pemanfaatan dari hasil sawah kagadangan ini sekarang juga untuk kepentingan keluarga inti dan adanya kecenderungan berkurang karena adanya penggadaian dan penjualan.
Perubahan kepemilikan harta komunal menjadi harta individual mengakibatkan tingginya penggadaian dan penjualan sawah di Singkarak guna pemenuhan kebutuhan keluarga inti. Pengolahan sawah tidak lagi dilakukan dengan jalan kerja sama, tetapi mampaduokan atau mampatigokan (bagi hasil) dan sistem upah menjadi piiihan, karena hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga inti.
Perubahan kepemilikan lahan ini akibat berubahnya organisasi sosial orang Minangkabau, belum menyebabkan berubahnya struktur sosial orang Minangkabau, karena struktur sosial dan nilai-nilai ideal masih dipertahankan yang dapat dilihat dari upacara-upacara perkawinan dan kematian. Walaupun demikian wewenang dan wibawa penghulu dan marnak kapalo waris pada aspek ekonomi di dalam corporate groupnya berkurang, karena terjadinya penggadaian dan penjualan harta pusaka untuk pemenuhan kebutuhan keluarga inti."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Reza Alexander Antonuis, 1983-
"Tulisan ini menjabarkan konsep kesadaran di dalam tradisi advaita vedanta. Konsep ini merupakan konsep terpenting di dalam tradisi tersebut. Ia melibatkan tidak tidak hanya pemahaman teoritis, tetapi juga berlaku untuk mencapai kebebasan."
Jakarta: Ary Suta Center, 2023
330 ASCSM 62 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Laksmi Gondokusumo
Jakarta: UI-Press, 2008
720 SIR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
"Masyarakat Kasepuhan Gunung Halimun hingga saat ini masih memelihara dan taat menjalankan berbagai tradisi. Adanya berbagai tradisi yang masih dijalankan itulah yang menyebabkan masyarakat tersebut menjadi dikenal dan dikunjungi oleh warga masyarakat di luar lingkungannya dari berbagai kalangan. Tradisi-tradisi yang mereka jalankan itu nampak seperti tradisi lama seperti yang dijalankan oleh leluhur mereka, akan tetapi bila diamati lebih jauh tradisi-tradisi itu tidak lagi mumi sebagai tradisi lama, melainkan merupakan tradisi yang telah dikreasikan oleh elit-elit lokal dengan kemasan simbol-simbol lama sehingga dapat diterima oleh masyarakat pendukungnya dan diperlakukan bagaikan tradisi leluhur mereka. Kajian-kajian mengenai tradisi itu telah dilakukan oleh para ahli di luar Indonesia yang mengungkap adanya kelompok-kelompok tertentu yang menjadi inisiator untuk mencip-takan tradisi baru dengan mengemasnya dengan simbol-simbol lama untuk mencapai tujuan atau efek yang diharapkan. Tujuan atau efek yang diharapkan itu adalah untuk; (1) mengukuhkan kembali identitas kelompok etnis di tengah-tengah kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas; (2) menghidupkan kembali simbolisasi kepemimpinan tradi-sional; (3) memperkokoh superioritas kelompok sosial tertentu dalam persaingan mem-peroleh kesempatan-kesempatan ekonomi; (4) mengukuhkan hegemoni kebesaran suatu negara atas negara-negara lain; dan (5) untuk memperoleh dukungan, kesetiaan rakyat ter-hadap penguasanya. Penelitian mengenai tradisi yang mempunyai efek atau tujuan-tujuan tertentu itu saya lakukan di Kasepuhan Gunung Halimun, namun saya ingin mengungkap apakah semua efek atau tujuan dari penciptaan tradisi baru yang diungkap para ahli itu sepenuhnya teijadi di Gunung Halimun, atau justru terdapat efek atau tujuan-tujuan lain yang berbeda dari tujuan di atas. Hal ini menarik perhatian saya, karena karakteristik masyarakat Gunung Halimun sangat berbeda dengan masyarakat yang telah diteliti para ahli tersebut, meskipun sama-sama mengalami penciptaan tradisi baru yang digerakan oleh elit-elit lokal. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini mengungkap hubungan antara tradisi, elit politik lokal, dan pemanfaatn potensi sumber daya alam di Kawasan Gunung Halimun yang secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Communities of Kasepuhan of Halimun Mountain,up to now, still maintain and obey to run a variety of traditions. Running their various traditions, those communities become well known and visited by citizens of various circles who come from outside their environment Traditions they run look like such a long tradition carried on by their ancestors but when it is observed further, it is not exactly pure as the old tradition but it has been created by local elites with an old symbol packaging so they can be accepted by their supporting communities and treated like their ancestral traditions. Studies on the traditions that has been done by some experts from outside of Indonesia that reveal the presence of certain groups to be the initiator to create a new tradition packaged with the old symbols to achieve the purpose or expected effect The purpose or expected effect are: to reaffirm the identity of ethnic group among others in the wider society; to revive the symbolization of traditional leadership; to strengthen the superiority of particular social group in the competition to obtain economic opportunities; to confirm the greatness of a nation hegemony against other countries; and to get support and the loyalty of the people against their ruler. Research on the traditions that have effect or certain purposes, I conduct at Kasepuhan of Halimun Mountain, but I want to reveal whether any effect or purpose of creating a new tradition disclosed by the experts fully happened in Halimun Mountain or just have the effect or other purposes that differ from the above ones. This is caught my attention because the characteristic of communities of Halimun Mountain are quite different from those who have been researched by those experts, even though both are created by local elites. Research using qualitative method reveals the relationship between traditions , local elites and the potential utilitization of natural resources in the area of Halimun Mountain which is administratively located in the District of Sukabumi, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D-Pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>