Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rozamon
"Menjadi orang tua merupakan salah satu sumber perasaan bermakna (Dwivedi, 2000). Kebanyakan orang tua menjadi orang tua tanpa persiapan yang matang, banyak yang beranggapan bahwa keterampilan menjadi orang tua akan muncul secara alamiah, hal ini bisa henar bila orang tua memiliki dan menikmati masa kecil yang nyaman (Dwivedi, 2000).
Namun Namun pada kenyataannya banyak orang tua yang tidak beruntung memiliki pengalaman masa kecil yang baik, bahkan tidak jarang mengalami kekerasan dari orang tuanya (Dwivedi 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang menjadi obyek kekerasan di masa kecil akan melakukan kekerasan kembali kepada anak-anaknya ketika mereka menjadi orang tua, sehingga terjadi suatu intergenerational transmission of abuse (McCord, 1995; Kaplan 1999). Beberapa penelitian retrospective juga menunjukkan bahwa pemberian hukuman fisik oleh orang tua terhadap anak berkorelasi dengan bagaimana cara orang tua tersebut dibesarkan (McCord, 1995).
Mengapa orang tua korban yang menjadi korban kekerasan dan pengabaian di waktu kecil melakukan kekerasan dan pengabaian kembali terhadap anak-anaknya. Proses parenting yang dijalankan oleh orang tua tergantung pada karakteristik orang tua, karakteristik anak dan konteks lingkungan ( Martin dan Colbert 1997). Ketiga determinant tersebebut menentukan bagaimana proses parenting yang dijalankan, melakukan kekerasan dan pengabaian atau tidak.
Pengalaman kekerasan dan pengabaian yang diderita oleh orang tua merupakan hanyalah salah satu faktor dari karakteristik orang tua yang dapat menyebabkan terjadinya kekerasan dan pengabaian kembali terhadap anak. Determinannya ikut berperan dalam menyebabkan terjadinya kekerasan. Namun perannya cukup besar, 30 % dari pelaku kekerasan terhadap anak mengalami kekerasan yang sama dari orang tuanya. (Hoffman, Paris dan Hall 1977).
Oleh karena itu pada penelitian ini akan ditelusuri proses yang mendasari transmisi kekerasan antar generasi. Simons (1991) mengungkapkan bahwa faktor modeling dan parenting cognition berperan dalam menyebabkan transmisi tersebut, disamping juga menggali parenting determinan pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang melanjutkan kekerasan dan pengabaian terhadap anak memiliki karakteristik yang khas, disertai konteks lingkungan yang memicu terjadi kekerasan. Penilaian terhadap karakteristik anak juga berperan.
Modeling tampak berperan dalam menyebabkan transmisi kekerasan. Selaian itu pengalaman kekerasan membuat terbentuknya skema kognitif yang khas, yang mempengaruhi interaksi selanjutnya dengan anak berupa parenting dengan kekerasan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virra Priscilla Ayuningtyas
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan tingkat parenting stress dan coping stress pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam proses pengumpulan data. Tingkat parenting stress diukur melalui Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF dan coping stress melalui Brief COPE. Partisipan penelitian ini berjumlah 37 pasang ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan parenting stress p = 0.850, p > 0.05 dan coping stress p = 0.899, p > 0.05 yang pada ayah dan ibu yang memiliki anak dengan autisme.

ABSTRACT
This research was conducted to decrypt the differences of parenting stress and coping stress in fathers and mothers of children with autism. This research used quantitative and qualitative design for collecting data. Level of parenting stress was measured by Parenting Stress Index Short Form PSI SF and coping stress was measured by Brief COPE. The participants of this research are 37 pairs of fathers and mothers of children with autism. The main result of this research showed that there are no differences of parenting stress p 0.850, p 0.05 and coping stress p 0.899, p 0.05 on fathers and mothers of children with autism."
2017
S68739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Maulany Aqmarina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kepuasan pernikahan dan stres pengasuhan pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan anak usia 0-5 tahun. Pengukuran kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction EMS Scale, sedangkan stres pengasuhan diukur dengan Parenting Stress Index-Short Form PSI-SF. Sebanyak 227 orang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan anak berusia 0-5 tahun direkrut menjadi partisipan melalui tautan kuesioner daring yang disebarkan kepada komunitas ibu dan melalui institusi pengembangan anak lainnya. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test dan analysis of variance ANOVA. Didapatkan dua hasil utama dari penelitian ini. Pertama, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan pernikahan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja t=-.251, p>.05 . Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan antara stres pengasuhan ibu bekerja dan tidak bekerja t=-2.025.

This study was conducted to compare marital satisfaction and parenting stress among employed mother and unemployed mother with 0 5 years old children. Mother rsquo s marital satisfaction was measured with ENRICH Marital Satisfaction Scale, and parenting stress was measured with Parenting Stress Index Short Form PSI SF . 227 employed and unemployed mothers with 0 5 years old children were recruited through online links distributed to young mother communities, and other child development institutions. Independent sample t test and analysis of variance ANOVA were used to analyze data. There were two main results from the current study. First, there was no significant difference in marital satisfaction among employed and unemployed mothers t .251, p .05. Second, the study found significant difference in parenting stress among employed and unemployed mothers t 2.025.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Affiani
"Pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak memiliki hubungan dengan pengalaman keterlibatan orangtua di masa lalu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan orangtua (ayah dan ibu) yaitu instrumental, ekspresif, dan mentoring/advising terhadap parenting self-efficacy pada orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya. Persepsi keterlibatan orangtua merupakan sejauh mana orangtua menunjukkan perilaku yang menandakan bahwa mereka ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan anak. Parenting self-efficacy merupakan persepsi dalam memandang kemampuannya yang dapat memengaruhi perilaku dan perkembangan anak secara positif. Pada penelitian ini, pengukuran persepsi keterlibatan orangtua menggunakan alat ukur Reported Father Involvement Scales (Finley & Schwartz, 2004) dan Reported Mother Involvement Scales (Finley, Mira, & Schwartz, 2008), sedangkan pengukuran parenting self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000). Partisipan dalam penelitian ini adalah 302 orangtua dengan anak usia kanak-kanak madya dan berada di rentang usia 25-45 tahun yang diperoleh dengan teknik convenience sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ayah yang signifikan secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy F(3,298)= 3,959, p<0,01. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara ketiga dimensi persepsi keterlibatan ibu yang signifikan secara bersama-sama terhadap parenting self-efficacy F(3,298)= 2,858, p<0,05. Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu diharapkan orangtua meningkatkan keterlibatannya dalam berbagai aspek kehidupan anak dan memberikan pengasuhan yang positif bagi anak-anak mereka.

Parenting correlates with how ones parent involve in childhood experience. This research was conducted to determine the influence of the three dimensions of perceived parental involvement (father and mother) that is instrumental, expressive, and mentoring/advising on parenting self-efficacy among parents with middle childhood children. Perceived parental involvement refers to the extent to which parents participate in various aspects of their children?s lives. Parenting self-efficacy is parents perceptions of their ability to positively influence the behavior and development of their children. Perceived parental involvement was measured by Reported Father Involvement Scales (Finley & Schwartz, 2004) and Reported Mother Involvement Scales (Finley, Mira, & Schwartz, 2008), parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy for Parenting Task Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000). Participants in this study were 302 parents aged 25-45 years with middle childhood children are obtained through convenience sampling technique. This research used quantitive method. The results showed that there was a significant influence of three dimensions of perceived father involvement on parenting self-efficacy F(3,298)= 3,959, p<0,01, also there was a significant influences of three dimensions of perceived mother involvement on parenting self-efficacy F(3,298)= 2,858, p<0,05. The implication of this research is parent are expected to increase their involvement in various aspects of their children's lives and provide positive parenting to their children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnaning Kurniawati
"Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi akibat peningkatan beban pengasuhan. Kondisi tersebut cenderung dilampiaskan kepada anak, berupa perilaku menyakiti anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan pada orang tua anak berkebutuhan khusus dengan peluang melakukan abuse pada anaknya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Parental Stress Scale (PSS) dan kuesioner Peluang Abuse yang valid dan reliabel. Sampel penelitian berjumlah 75 orang yang dipilih dengan teknik total sampling. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres pengasuhan dengan peluang melakukan abuse (p value= 0,028;α= 0,05). Perempuan berpeluang lebih besar untuk melakukan abuse dibandingkan laki-laki. Orang tua yang pernah mendapatkan pengetahuan tentang metode pengasuhan berpeluang lebih rendah untuk melakukan abuse. Maka, perawat perlu mengedukasi orang tua terutama ibu mengenai metode pengasuhan dan manajemen stres untuk mengurangi peluang mereka melakukan abuse.

Parents of children with special needs tend to experience higher levels of stress due to increased burden of care. This condition tends to be directed at children, such as child-injurious behavior. This study examines the relationship between parenting stress in parents of children with special needs and the opportunity to abuse his/her children. This study use descriptive method with cross sectional approach. Collecting data using Parental Stress Scale (PSS) and Opportunity Abuse questionnaires. These samples included 75 individuals who have been selected with a total sampling technique. Data were analyzed using Kruskal Wallis test.
The results showed a correlation between levels of parenting stress with a chance to abuse (p value=0.028; α=0.05). Women are higher potentially to commit abuse than men. Parents who have got knowledge about parenting are lower potentially to commit abuse. Thus, nurses need to educate parents, especially mothers about parenting and stress management to reduce their chances to commit abuse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlita Dewi Susiloputri
"Penelitian ini didasari oleh adanya perbedaan pembentukan identitas pada remaja yang kemudian berpengaruh kepada status identitas yang didapatkan oleh remaja terutama yang telah memasuki dunia perkuliahan. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh hubungan antara orangtua dengan anaknya. Perilaku yang ditunjukkan orangtua kepada remaja dapat berbentuk parental psychological control yang merupakan salah satu dimensi utama yang paling berpengaruh terhadap keberfungsian anak. Pengukuran ini bertujuan melihat apakah terdapat hubungan antara parental psychological control dan status identitas diri pada mahasiswa Universitas Indonesia. Responden pada penelitian ini sebanyak 399 mahasiswa yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara parental psychological control dan moratorium (r= 0,236, p<0,01, one tailed), foreclosure (r= -0,118, p<0,01, one tailed), dan diffusion (r= 0,169, p<0,01, one tailed). Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan orangtua dapat lebih berhati-hati dalam memilih perilaku yang ditujukan kepada anaknya supaya dapat mendukung anak dalam mencapai identitas.

This study was based on the phenomenon about the differences on adolescents identity formation that have an effect to one?s identity status, especially college student. This differences is being influence by the relationship between parents and their child. Parental psychological control is one of a key dimension of parenting that have the most effect on child functioning. This study aim to see is there any relationship between parental psychological control and self identity statuses among Universitas Indonesia college student. In this study we use 399 participants that we collect through accidental sampling technique. Result found that there is a relationship between parental psychological control and moratorium (r= 0,236, p<0,01, two tailed), foreclosure (r= -0,118, p<0,01, one tailed), and diffusion (r= 0,169, p<0,01, one tailed). Based on this study, we expect parents to be more careful when it comes to choose what parental behaviors will be used, so that they can help their children to achieved identity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradita Khairinnisa
"Kehadiran anak usia 0-5 tahun dalam suatu keluarga dapat berdampak pada penurunan kepuasan pernikahan pada ibu secara drastis dan terus menerus. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan yang intensif dan continuous yang dilakukan ibu sehingga membuatnya merasa pembagian tugas pengasuhan yang tidak adil dengan suaminya, kelelahan, dan stress. Hal tersebut dapat dicegah dengan adanya co-parenting dari suami.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan co-parenting dan kepuasan pernikahan pada ibu dengan anak usia 0-5 tahun. Pengukuran variabel co-parenting diukur menggunakan Brief Co-parenting Relationship Scale yang dikembangkan oleh Feinberg, Brown, dan Kan 2012, sedangkan kepuasan pernikahan menggunakan ENRICH Marital Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Fowers dan Olson 1993.
Penelitian ini diikuti oleh 425 ibu berstatus menikah yang memiliki anak pertama maksimal berusia 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara co-parenting dan kepuasan pernikahan pada ibu dengan anak usia 0-5 tahun.

Marital satisfaction of mother decline drastically after the birth of her child until the child turn 5 years old. This is caused by mother rsquo s intense and continuous parenting since the child is born. Mothers reported to feel exhausted, stressed, and unfair division of parenting task between her and her husband. The drastic decline of marital satisfaction in mother with 0 5 years old child can be prevented by co parenting with husband.
The aim of this study is to investigate the correlation between co parenting and marital satisfaction among mothers with 0 5 years old children. Co parenting is measured by Brief Co parenting Relationship Scale developed by Feinberg, Brown, and Kan 2012, and marital satisfaction is measured by ENRICH Marital Satisfaction Scale developed by Fowers and Olson 1993.
This study involved 425 mothers with 0 5 years old children. Result showed positive and significant correlation between co parenting and marital satisfaction among mother with 0 5 years old children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elzza Priscania Raissachelva
"Perpisahan dalam jangka waktu lama yang dialami oleh remaja dan orang tua yang merupakan pekerja migran dapat membuat kualitas hubungan yang terjalin mengalami perubahan dan membentuk hubungan yang buruk diantara mereka. Ketika remaja memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua, mereka mulai menjalin kedekatan dengan teman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kelekatan pada orang tua dan teman sebaya dengan subjective well-being (SWB) remaja yang ditinggalkan orang tua bekerja sebagai pekerja migran. Partisipan penelitian terdiri dari 42 remaja berusia 12 - 15 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur kelekatan adalah inventory of parent and peer attachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg (1987).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SWB adalah satisfaction with life scale (SWLS) oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985), positive and negative affect schedule (PANAS) oleh Watson, Clark dan Tellegan (1988) dan subjective happiness scale (SHS) oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan dan hubungan negatif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan afek negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ibu dengan komponen afek positif dan hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada teman sebaya dengan kebahagiaan.

Long-term separation experienced by adolescents and parents who are migrant workers can make quality of the relationships are change and form a bad relationship between them. When adolescent have a bad relationship with parents, they begin to develop closeness with friends.
The aim of this study is to find out the relationship between attachment to parent and peer with subjective well-being (SWB) among adolescents who are left behind by their parent to working as migrant worker. The research sample are 42 adolescents between 12 - 15 years old who are left behind by their parent to working as migrant worker.
Attachment to parent and peer was measured with Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) by Armsden and Greenberg (1987) and SWB was measured with Satisfaction With Life Scale (SWLS) by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985), Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) by Watson, Clark and Tellegan (1988), and Subjective Happiness Scale (SHS) by Lyubomirsky and Lepper (1999).
Result of this study indicated that attachment to father has positively significant correlation with life satisfaction and happiness while attachment to father has negatively significant correlation with negative affect. Attachment to mother has positively significant correlation with positive affect and attachment to peer has positively significant to happiness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Aulia Rahma
"Kepuasan pernikahan merupakan faktor penting dalam keberfungsian keluarga dan perkembangan anak. Akan tetapi, banyak penelitian menemukan bahwa terutama pada ibu, kepuasan pernikahan menurun drastis pada awal menjadi orangtua ketika anak berusia 0-5 tahun. Salah satu penyebab penurunan ini adalah stres pengasuhan yang diakibatkan oleh bertambahnya peran serta beban pengasuhan anak usia 0-5 tahun yang berat dan intens.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan pernikahan dan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak berusia 0-5 tahun yang dalam pengasuhannya ikut melibatkan kakek nenek. Kepuasan pernikahan diukur menggunakan ENRICH Marital Satisfaction scale dan stres pengasuhan diukur menggunakan PSI-SF. Sebanyak 154 data partisipan di Jabodetabek telah terkumpul dengan rata-rata usia 27 tahun dan usia anak 15 bulan.
Menggunakan teknik analisa statistik korelasi Pearson didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel kepuasan pernikahan dan variabel stres pengasuhan r = -.615, p < 0.01 di mana semakin rendah kepuasan pernikahan maka semakin tinggi stres pengasuhan, dan sebaliknya. Selain itu, didapatkan pula perbedaan stres pengasuhan yang signifikan antara ibu bekerja dan tidak bekerja berdasarkan hasil analisis menggunakan independent t-test. Alasan dari temuan penelitian didiskusikan lebih lanjut berkaitan dengan keterlibatan kakek nenek dalam pengasuhan.

Marital satisfaction is one of important factors that can affect family functioning and child development. Studies found that parenting stress is one of important factors affecting individuals marital satisfaction. The current study aims to examine the correlation between marital satisfaction and parenting stress of mothers whose first childs age ranging from 0-5 years old that coresident with grandparents.
In this study, the marital satisfaction variable was measured using ENRICH Marital Satisfaction scale and parenting stress variable was measured using PSI SF. Pearson correlation was done to analyze data of 154 participants age mean 27 years old, childs age mean 15 months.
The result shows that there are negatively significant correlation between marital satisfaction and parenting stress r .615, p 0.01, which means that mothers high marital satisfaction is associated with low parenting stress, and vice versa. This study also found that employed mother scored lower in parenting stress in comparison to stay at home mother using independent test technique. Explanations of current result related with grandparenting were discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kharimah
"Pengetahuan mengenai pengasuhan merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap ibu yang baru pertama kali memiliki anak agar pengasuhan berjalan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parenting knowledge dan parenting stress pada ibu yang baru pertama kali memiliki anak usia bayi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapor diri self-report. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 90 ibu usia yang baru pertama kali memiliki anak usia 0-24 bulan. Tingkat parenting knowledge diukur dengan Knowledge of Infant Development Inventory KIDI dan parenting stress diukur dengan Parenting Stress Index ndash; Short Form PSI-SF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara parenting knowledge dan parenting stress r = -0,375, p = 0,000, signifikan pada L.o.S. 0,01.

Parenting knowledge is an important thing that first time mothers should have, so parenting can work effectively. This study aims to investigate the relationship between parenting knowledge and parenting stress among first time mothers with infant. The research method used in this study is self report method. The participants of this research are 90 first time mothers who has a child aged 0 24 months. Level of parenting knowledge was measured with Knowledge of Infant Development Inventory KIDI and parenting stress was measured with Parenting Stress Index ndash Short Form PSI SF. The result of this research indicates there is a significant negative relationship between parenting knowledge and parenting stress r 0,375, p 0,000, significant at the L.o.S. 0,01. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>