Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Udi Rusadi
"Studi ini berangkat dari kajian teoritis yang melihat terbatasnya studi kritikal di bidang komunikasi massa di Indonesia. Sementara itu fenomena empiris menunjukkan terjadinya transisi dari tatanan pemerintahan yang didominasi satu kekuasaan menuju tatanan yang demokratis dan di bidang ekonomi praktek kapitalisme menunjukkan perkembangan yang banyak mempengaruhi karakteristik media massa.
Hal itulah yang mendorong penulis untuk mengkaji fenomena di bidang media massa yang sudah tumbuh dan berkembang sebagai suatu industri. Studi ini bertujuan untuk mengungkap artikulasi kapitalisme dalam diskursus media (suratkabar) tentang peristiwa kerusuhan sosial dan hubungan kekuasaan yang diproduksi serta di reproduksi.
Perspektif yang digunakan dalam menjawab permasalahan tersebut ialah kritikal pasca strukturalis, dengan pedoman dan arahan kerangka teoritis mengenai diskursus kritikal, ekonomi politik kultural dan ekonomi politik kekuasaan simbolik. Methodologi yang digunakan ialah analisis diskursus kritikal. Media yang diteliti ialah Kompas, Media Indonesia dan Republika, dengan kasus kerusuhan sosial melipuli kerusuhan Tasikmalaya, Semanggi II, Cibadak Mall dan Glodok Plaza, tawuran antar warga dan antar pelajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa nyata kerusuhan secara tekstual di suratkabar dikembangkan menjadi produksi imaji pertarungan antara kekuasaan mayoritas dengan minoritas pemeluk agama, kekuasaan yang melegitimasi dengan delegitimasi rezim, elit penguasa dengan massa, kekuasaan ekonomi lemah dengan kuat, kekuasan sipil dengan militer. Hubungan kekuasan tersebut diakumulasi dengan memberikan nilai tambah terhadap makna yang dikandungnya sehingga media memiliki daya jual yang tinggi.
Akumulasi imaji konflik membiakkan makna konflik, dan merepresentasikan perjuangan aktor pelaku sosial di dalam dan diluar media untuk memperoleh legitimasi dalam posisinya baik di dalam struktur kemasyarakatan maupun pemerintahan (kapital politik). Selain itu media juga merepresentasikan aktor pelaku sosial untuk memperjuangkan penguasaan sumberdaya ekonomi (kapital material).
Artikulasi media tersebut merefleksikan proses produksi dan konsumsi yang bertumpu pada kapitalisme yang masih belum jelas tatanan dan arahnya. Industri Media cenderung untuk berusaha memelihara kelangsungan hidupnya dan berusaha untuk mengakumulasi kapital sebanyak-banyaknya dengan menggambarkan ketidakpastian dan disharmony sebagai komoditas. Dalam konteks itu, terjadi akumulasi kapital tanpa akhir yang berspiral dengan akumulasi imaji yang terus menerus tanpa akhir pula.
Refeksi teoritis dari temuan tersebut ialah bahwa dalam situasi transisi, struktur yaitu aturan-aturan dan sumber daya menjadi anomi sehingga peranan aktor pelaku sosial (human agency) di lingkungan media massa menjadi dominan. Namun demikian peranan dominan pelaku sosial (human agency) tersebut berada pada tekanan pasar dan kekuasaan massa. Selain itu temuan penelitian memberikan stimulan kesadaran bahwa media massa dalam konteks transisi cenderung memproduksi imaji ketidakpastian semakin tidak pasti, kemurnian semakin tidak murni karena media kehilangan pegangan dan larut dalam pertarungan kekuasaan. Pertarungan tersebut oleh media dijadikan komoditas dalam memelihara kelangsungan institusi bisnis untuk mempertahankan eksistensinya.
Implikasi sosial dari temuan tersebut ialah diperlukan perjuangan untuk merumuskan doxa khususnya di bidang media di Indonesia setelah dominasi kekuasaan otoriter berkahir pada era orde baru. Media sebaiknya merenungkan posisinya untuk tidak larut dalam upaya melanggengkan status quo institusi bisnis semata, tetapi juga berupaya mengedepankan upaya melakukan pencerahan dan perjuangan dalam mencerdaskan dan menegakkan nilai-nilai moral masyarakat."
2002
D282
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
"Selama kampanye Pemilu 1999 umumnya media massa Indonesia mengkonstruksikan partai politik ibarat grup musik; dan menjadikan para tokohnya sebagai selebritis. Pada masa itu, koran-koran nasional menggambarkan partai politik sebagai alat pengumpul massa. Sementara fungsi parpol sebagai perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas) dalam kehidupan berdemokrasi tidak terlihat dalam pengkonstruksian tersebut. Menariknya, hal itu terjadi dalam kondisi dimana setiap media memiliki motivasi yang berbeda-beda, entah itu ideologis, idealis, politis, ataupun ekonomis, dalam membuat berita politik.

During the 1999-campaign period generally the mass media in Indonesia constructed political parties like a music group; and present the politicians acts as celebrities. At that time, national newspapers describe political parties as the instrument to harvested masses. Meanwhile the political party functions, as broker within the clearinghouse of ideas in the democratic lives didn?t appear within the political party?s discourse. In spite of the media have different interests one each other in news making the political parties, such as ideological, idealism, political, and economic or market factors."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Antara pustaka Utama, 2007
302.2 KAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Hamdan
"Indonesia di era Orde Baru mengalami pengekangan dari pemerintah otoriter. Pers Indonesia yang hidup di dalamnya mengalami pengendalian ketat pada segi politik, dan mendapat perlakuan bail( secara ekonomi. Keadaan itu melahirkan pers yang berdaya secara ekonomi namun menurun secara politik.
Krisis ekonomi dan gerakan perlawanan yang dipelopori mahasiswa meruntuhkan kekuasaan Orde Baru. Seraya Indonesia memasuki masa transisi yang tidak pasti. Nilai-nilai lama telah runtuh dan kehilangan basis moralnya akan tetapi tatanan baru belum terbentuk. Dalam keadaan demikian pers Indonesia beroperasi dan menjalankan praktek jumalismenya. Pemerintah pasca-Orde Baru menghadirkan sistem politik multipartai dan meliberalisasi kehidupan pers dengan melikuidasi Departemen Penerangan, organ pemerintah pengendali pers. Pers kini merasakan iklim yang longgar yang menumbuhkan harapan.
Pers hidup tidak dalam vacum, perubahan sosial akan akan mempengaruhinya, sebaliknya pens akan mempengaruhi Iingkungan sosialnya. Berdasarkan tat-Ai konstruksi sosial tentang realitas, studi ini melihat gejala itu dengan meneliti berita talon gubernur dalam masa pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2003 pada Pikiran Rakyat, yang pada masa Orde Baru dikenal pro Golkar, dan Metro Bandung, yang baru terbit pascagerakan reformasi yang diperkirakan pro PDI-P karena Grup Kompas sebagai pemilik secara historis terkait dengan PDI-P.
Teori konstruksi sosial tentang realitas dari Berger dan Luckmann, yang telah disesuaikan untuk meneliti isi media sebagai realitas simbolik oleh Adoni dan Manna, dioperasionalkan menggunakan analisis framing untuk melihat proses konstruksi berita sebagai isi media.
Hasi l studi ini memperlihatkan ada perbedaan pembingkaian (framing) pada kedua stoat kabar mengenai realitas politik (talon gubernur). Bagi Pikiran Rakyat talon gubernur dibingkai sebagai masalah kedaerahan. Bingkai ini terlihat dari mengemukanya isu-isu mengenai rekrutmen calon pemimpin hares dan putra daerah (Sunda), serta kriteria pemimpin (calon gubernur) yang mengenal dan dikenal di Jawa Barat.
Sedangkan pads Metro Bandung, realitas politik (calon gubernur) dibingkai sebagai calon pemimpin yang hares memilila etika politik. Bingkai ini terlihat mengedepan pads pemberitaan isu-isu mengenai kasus dana kaveling (dugaan korupsi oleh anggota DPRD dan pejabat Pemda Jawa Barat), penggunaan taktik politik yang tidak etis, serta isu politik uang.
Strategi framing media dalam meliput realitas calon gubernur tersebut terkait dengan aspek internal dan eksternal media. Pada Pikiran rakyat bingkai kedaerahan yang dikembangkan bukan semata ekspresi simbolik dari etnisitas melainkan berjalin dengan kepentingan ekonomi untuk meraih dan mempertahankan posisinya sebagai market leader di Jawa Barat, yang memosisikan dirinya sebagai bacaan utama orang Sunda, penduduk mayoritas di Jawa Barat yang senantiasa mengklaim paling tabu Jawa Barat.
Strategi pembingkaian (framing) Metro Bandung dalam berita ealon gubernur diwarnai oleh keberadaanya sebagai pendatang baru di pasar pers Jawa Barat yang berusaha agar diterima sebagai bahan bacaan lain untuk orang Jawa Barat dengan slogan the Real Local Paper, Metro Bandung tampak lebih tajam dalam mengungkapkan berita-berita mengenai pelangaran etika politik oleh calon gubemur, beda dengan Pikiran Rakyat yang cenderung lebih santun. Posisinya sebagai surat kabar yang ingin senantiasa menyaj ikan informasi yang mikro kepada pembaca menyebabkan Metro Bandung tampak labih tajam atau keras dari Pikiran Rakyat Pikiran Rakyat yang lebih santun.
Metro Bandung tidak mengidentifikasi diri dengan isu kedaerahan untuk diferensi dengan pesaing, karena Maim kedaerahan akan tampak tidak genuine baginya karena Metro Bandung dimiliki oleh bukan orang Jawa Barat. Keadaan demikian disebabkan pula oleh keberadaan "jaringan" berita oleh Persda yang dimiliki induk usaha, sehingga Metro Bandung lebih menasionai. Dugaan kedua surat kabar akan mengabdi kepentingan partai terkait asal talon gubernur tidak terlihat kuat, karena pada kedua surat kabar hadir berita-berita yang dapat menguntungkan atau merugikan kedua kandidat.
Pikiran Rakyat memperlihatkan diri sebagai lembaga yang sedang rnelepaskan diri darikungkungan politik ke wujud lembaga bisnis pers profesional yang nonpartisan. Sedangkan Metro Bandung sejak awal memahami dirinya sebagai lembaga yang berniat menjalankan bisnis pers yang bennotif mencari keuntungan dari pasar pers Jawa Barat.
Kekosongan sementara kekuasaan negara mengendalikan pers terlihat dari kedua surat kabar yang diteliti. Dalam praktek wacana pembuatan berita terlihat peran kapital semakin meningkat dan cukup mewarnai isi pemberitaan dan personalia pengelolanya yang ikut mengontruksi realitas yang dimediakan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
D2031
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rany Novriyanti
"Penelitian ini membahas mengenai metafora di dalam artikel berita politik krisis Krimea yang terdapat pada media online berbahasa Rusia. Sumber data yang dianalisis adalah artikel-artikel yang dimuat dari tanggal 6 Februari 2014 hingga 20 Juni 2014 pada media online pravda.ru dan ria.ru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merinci metafora dalam artikel-artikel berita politik mengenai krisis Krimea yang terdapat pada media online berbahasa Rusia berdasarkan teori metafora menurut Lakoff dan Johnsen. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menemukan fakta bahwa satu data metafora yang berupa kata atau rangkaian kata dapat tergolong ke dalam beberapa jenis metafora menurut Lakoff dan Johnsen.

This thesis is focused to metaphors in Russian online political articles related to The Crimea crisis. The articles that are analyzed were published from 6th February 2014 until 20th June 2014 from pravda.ru and ria.ru. The aim of this thesis is to elaborate metaphors in political articles according to the metaphorical theory by Lakoff and Johnsen. Based on the analysis, a fact is found that one word or phrase metaphor can be classified in to more than a type of metaphor according to the metaphorical theory Lakoff and Johnsen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Yusacc
"Proses produksi sebuah tayangan media secara umum merupakan proses rutin yang berlaku di semua media dengan karakteristik masing-masing. Unsur gambar dan suara, serta narasi dan wawancara merupakan proses teknis yang selalu menjadi syarat sebuah berita media elektronik televisi. Namun selain memiliki unsur kesamaan teknis, terbentuk pula perbedaan mencolok dalam segi isi. Karena itu meski sebuah sumber atau peristiwa secara garis besar sama, namun media memiliki karakteristik isi berita yang berbeda satu sama lain. Media menyebutnya "angle" berita.
Proses penentuan angle berita jelas menjadi proses rutin yang harus dijalani media sebagai bagian dari proses manajemen internal redaksi tersebut. Proses penentuan angle tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari masing-masing individu, organisasi, nara sumber, bahkan dari ideologi yang berlaku di mana media tersebut berada. Khusus bagi stasiun televisi komersial, proses produksi kemudian sangat ditentukan oleh posisi media secara ekonomi. Keberadaan mereka ditentukan oleh Rating dan Sharing program, sehingga pengelola dan pemilik media bergantung pada gerak komersial perusahaan, Serta kepentingan ekonomi institusi.
Ini membuat proses menyusun sebuah tayangan berita sangat ditentukan oleh arah dan tujuan yang akan dicapai. Jurnalisme televisi sebenarnya secara lugas mengacu pada jurnalisme berimbang dengan mengolah unsur kreatifitas untuk menghidupkan isi berita dalam format gambar bergerak. Namun idealisme tersebut tak selamanya berjalan mulus karena berbagai kepentingan ekonomi tersebut.
Anteve menyusun tayangan berita lebih cenderung pilihan komersial, yaitu berdasarkan selera pasar, dengan menjadi pelopor berita kriminal. Namun dalam perjalanannya, saat melalui sebuah proses politik, tayangan berita andalan Anteve berubah menjadi berita politik. Proses inilah yang kemudian diikuti dan ditelaah.
Melalui pemahaman terhadap proses produksi di redaksi inilah maka penelitian ini ditujukan untuk secara dekriptif mencari tahu apakah praktek editorial dalam menyeleksi berita dapat diterima secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan; dan sebuah program tayangan menyajikan laporan secara obyektif demi untuk kepentingan khalayak pemirsanya. Sehingga dalam konsep studi kasus memorandum 1 DPR menuju memorandum 2 DPR, bisa diketahui apakah tayangan Cakrawala Anteve turut berusaha mendorong lahirnya memorandum 2 DPR yang mengarah pada Sidang Istimewa MPR.
Dari tujuan tersebut, melalui rangkaian analisa terhadap proses framing isi berita dan wacana kritis atas dialog yang berlangsung pada pertemuan redaksi baik secara formal maupun informal, ditelaah berdasarkan praktek wacana (Fairlough) dan faktor isi pesan (Shoemaker). Artinya, metodologi dalam penelitian ini dilakukan secara analisa framing, guna mendapati tindakan-tindakan komunikatif yang berlangsung terhadap hasil berita yang ditayangkan. Sementara percakapan dalam rapat redaksi juga dianalisa untuk mendapati rangkaian pola pertimbangan dan alasan pemilihan berita tersebut. Dan diketahui secara pasti, bahwa media televisi sangat dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi, hingga cenderung mengabaikan kepentingan pemirsanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrin
"Penelitian ini menggunakan pendekatan "Pembentukan Persepsi Mengenai Realitas Sosial oleh Media Massa" Asumsi dasar dari pendekatan ini ialah bahwa media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayaknya. Namun demikian pembentukan persepsi itu tidak semata mata disebabkan oleh terpaan media massa Pengalaman seseorang dengan suatu realitas sosial, serta aktivitas komunikasi interpersonal tentang realitas dalam kehidupan sehari-hari, bisa membentuk persepsi pada realitas tersebut.
Bertitik tolak dari kondisi di atas, dalam penelitian ini ketiga variabel di atas akan dianalisis dalam kaitan dengan pembentukan persepsi pada realitas sosial. Variabel penggunaan media dikembangkan denngan memasukkan beberapa indikator seperti eksposur berita kriminalitas surat kabar non Pos Kota, eksposur berita kriminalitas Pos Kota, eksposur berita kriminalitas televisi dan majalah. Adapun 'realitas sosial" yang menjadi perhatian dalam penelitian ini ialah "realitas kriminalitas" dengan indikatornya yaitu pencurian, pencopetan, perampokan/pornografi, dan pembunuhan. Pembentukan persepsi diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu rawan dan tidak rawan. Sedangkan lokasi penelitian dipilih dua kelurahan di wilayah Jakarta Pusat yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan persepsi itu dipengaruhi oleh eksposur terhadap berita kriminalitas pada surat kabar yang memiliki isi spesifik tentang kriminalitas seperti Pos Kota dan daerah tempat tinggal khalayak. Hal mi terlihat pada khalayak yang membaca berita kriminal Pos Kota dan tinggal di wilayah yang tingkat kriminalitasnya rendah, pembentukan persepsi mereka berhubungan dengan membaca Pos Kota tersebut. Sedangkan bagi khalayak yang tinggal di wilayah tingkat kriminalitas tinggi, pembentukan persepsi mereka tidak berhubungan dengan media tersebut, meskipun khalayak ini iuga membaca berita kriminalitas dari surat kabar Pos Kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Handarani
"Di era globalisasi saat ini media online sudah menjadi media yang tumbuh dengan pesat. Selayaknya media massa konvensional, media online juga memiliki berbagai peran dan fungsi didalam mengkonstruksikan sebuah isu permasalahan, salah satunya isu tentang tokoh agama yang terkait dengan isu negatif seperti kasus pelecehan seksual. Hal ini menjadi penting karena tokoh agama masih di pandang di mata masyarakat Indonesia, terlebih unsur seksual menjadikan sebuah berita memiliki nilai jual yang tinggi. Kasus yang diambil untuk penelitian adalah kasus pelecehan seksual terkait tokoh agama Habib Hasan Assegaf di Indonesia. Dua media Gatra online dan Republika online turut memberitakan hal ini.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana bingkai (frame) yang disajikan Gatra online dan Republika online atas kasus pelecehan seksual tersebut, karena keduanya memiliki ideologi berbeda, dengan menggunakan metode analisis framing model Entmant. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, dan paradigma konstruktivis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembingkaian kasus tersebut, Republika cenderung hati-hati, karena terkait dengan tokoh pemimpin agama Islam, sedangkan Gatra lebih berani mengungkapkan berita tersebut.

In this globalization era of online media has become a rapidly growing media, the same as conventional media, online media also has a variety of roles and functions within the construction of an issues. One of them the issue of religious leaders associated with negative issues such as sexual harassment cases. This is important because religious leaders are still very important in the eyes of the people of Indonesia, and also sexual elements make a story has a high selling news value. Taken as the case study is the case of alleged sexual harassment by Habib Hasan Assegaf. Two online medias, Gatra online and Republika online, also reported the case.
Through this study, researcher wanted to know how framing is presented, because the two online medias have different ideologies. Framing the analysis using the model Entman. The research was conducted with descriptive qualitative approach, and the constructivist paradigm. The results showed that in framing, the Republika tended to be very careful, because it is associated with prominent religious leaders of Islam, while the more daring Gatra reveal the news.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Jane T.
"Kekerasan sosial saat ini semakin banyak terjadi di Indonesia. Kekerasan sosial seperti konflik antar agama dan demonstrasi yang berujung pada anarkisme banyak disiarkan oleh media karena memiliki nilai berita yang tinggi. Di makalah ini, penulis melakukan analisis studi literatur berdasarkan konsep The Five Types of Communicative Power yang dikemukakan oleh McQuail bahwa media massa tidak sekedar berperan sebagai pihak yang meliput dan menyiarkan kekerasan sosial. Media massa juga memiliki peran dalam menyulut kekerasan sosial yang terjadi di Indonesia. Makalah ini bertujuan menyadarkan masyarakat akan pentingnya “melek media” (media literacy) karena apa yang disampaikan oleh media tidak selalu sesuai dengan realitas sosial. Selain itu, penulis melihat sisi positif bahwa media dapat berperan sebagai penengah dan pencari solusi atas berbagai tindakan kekerasan sosial yang terjadi di Indonesia.

Nowadays, social violence happens frequently in Indonesia. Social violence, such as conflict between different religion or anarchist mass demonstration, excessively broadcast by the mass media because of its news value. In this paper, writer did a literature study analysis based on The Five Types of Communicative Power concept by McQuail. Mass media is not only do the cover and broadcast social violence that happen but also involve in provoke the social violence in Indonesia. This writing aims is to create awareness about the importance of media literacy. The information told by the media is not always same as the reality. Moreover, there is positive opportunities that mass media can be rolled as the mediator and problem solver for the social violence that happen in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanto
"Latar Belakang
Berkembang pesatnya kehidupan masyarakat dewasa ini, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan di bidang tehnologi informasi. Tersedianya informasi bagi masyarakat maju, sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupannya sehari-hari. Masyarakat mulai menyadari, bahwa informasi juga merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk memacu pertumbuhan kehidupan bermasyarakat. Media massa tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, pendidikan, hiburan dan kebudayaan, tetapi juga telah tumbuh menjadi sarana bisnis (Sendjaja, 1993: 119). Kenyataan ini, dengan sendirinya telah menempatkan kegiatan di bidang penyebaran informasi mempunyai arti yang semakin penting. Oleh karena itu, kebutuhan adanya media massa sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Media massa merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam kehidupan dewasa ini.
Mengenai peran dari media massa, bila ditinjau mulai dari proses pencarian berita hingga disajikannya berita itu dalam media massa, adalah medium atau media yang dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari sumber berita kepada massa atau khalayaknya.
Dalam rangkaian proses komunikasi secara menyeluruh, surat kabar radio, film maupun televisi bukanlah merupakan sumber berita, akan tetapi merupakan media komunikasi.
Namun demikian, apabila proses komunikasi ditinjau mulai dari media massa sebagai asal berita, maka media massa seperti surat kabar, radio, televisi dan film adalah merupakan sumber berita.
Komunikasi massa juga memerlukan saluran untuk menyampaikan pesan (Dominick, 1983: 29). Dalam hubungan ini, maka dapat dipahami bahwa istilah media massa adalah sarana komunikasi yang ditujukan untuk massa.
Sedangkan mengenai istilah pers, pada dasarnya mencakup semua media massa modern seperti penerbitan surat kabar serta majalah, radio, televisi dan film (Siebert, 1986: 1).
Pengaruh media massa yang sangat besar terhadap kehidupan khalayaknya, merupakan realita dalam kehidupan bermasyarakat. Surat kabar sebagai salah satu media massa, mempunyai pengaruh yang besar terhadap khalayaknya. Bahkan para pembacanya merasakan kehilangan "sesuatu" bilamana mereka tidak membaca surat kabar terbitan hari itu (Severin, 1992: 270)?"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>