Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Raya Fani
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Karies merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dalam rongga mulut Proses karies diawali dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak merupakan lapisan yang mengandung sel-sel kuman dan bahan-bahan organik yang melekat pada gigi. S. mutans serotipe c merupakan kuman asidogenik yang paling dominan dalam plak dan tahan terhadap lingkungan asam. Kuman ini mensintesis polisakarida (glukan) ekstraseluler yang tidak larut dalam air dan bersifat lengket sehingga dapat membentuk agregrat antar kuman. Pembentukan glukan dikatalisis oleh enzim glukosiltransferase (GTF) yang menggunakan sukrosa sebagai substrat. Selanjutnya kuman-kuman dalam plak menghasilkan asam dari metabolisme karbohidrat makanan yang menyebabkan terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi. GTF diisolasi dari S. mutans serotipe c INA99 untuk menghambat terjadinya karies gigi pada tikus coba. Namun sifat-sifat biokimia GTF dari kuman ini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mempelajari sifat-sifat GTF dari S. mutans serotipe c 1NA99. GTF diisolasi dari biakan cair S. mutans dalam Brain Heart Infusion Yeast (BHIY). Tahap isolasi selanjutnya menggunakan teknik salting out dan kromatografi afinitas sefarosadekstran T10. Karakterisasi dilakukan dengan menguji aktivitas GTF pada berbagai pH lingkungan, suhu inkubasi, waktu dan suhu penyimpanan.
Hasil dan Kesimpulan:
Pemisahan GTF dari protein lain dengan teknik kromatografi afinitas menghasilkan 1 puncak. Pada pengujian aktivitas GTF diketahui bahwa pH 7 merupakan pH inkubasi optimum dan suhu 37°C merupakan suhu inkubasi optimum. Pengujian aktivitas GTF setelah penyimpanan selama 3 minggu pada suhu -20°C memperlihatkan aktivitas paling tinggi dibandingkan penyimpanan pada suhu 0-4°C dan 25°C. Dari elektroforesis SDSPAGE 10% diperkirakan berat molekul GTF yang berasal dari kuman S. mutans serotipe c INA 99 adalah 98,71kD."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahmah
"Latar Belakang: Early Childhood Caries (ECC) adalah karies yang menyerang anak-anak pada umur dibawah 71 bulan, sedangkan Severe – Early Childhood Caries (S-ECC) adalah ECC yang keparahannya ekstensif. Salah satu faktor utama terjadinya ECC adalah bakteri Streptococcus mutans dan progresitifitas dari ECC dapat didukung oleh adanya jamur Candida albicans, tetapi hubungan antara Streptococcus mutans, Candida albicans, dan tingkat karies masih dipertanyakan. Tujuan: Mengetahui kuantitas dan hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi yang dikorelasikan dengan OHI-S dan dmft pada pasien ECC dan S-ECC. Metode: Kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari 37 sampel plak gigi pasien ECC dan S-ECC diukur menggunakan metode ELISA. Nilai optical density dideteksi pada panjang gelombang 450 nm kemudian dikorelasikan dengan OHI-S dan kategori ECC serta S-ECC. Hasil: Analisis statistik dengan menggunakan uji Mann – Whitney untuk menguji perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,424. Sedangkan uji Independent T test untuk menguji perbedaan kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel ECC dan S-ECC didapatkan nilai p=0,535. Selanjutnya dilakukan pengujian Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan kuantitas Streptococcus mutans serotipe c pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik dan didapatkan nilai p=0,070. Untuk menguji kuantitas Candida albicans pada kelompok sampel OHI-S sedang dan OHI-S baik menggunakan uji independent T test didapatkan nilai p=0,353. Hasil analisis uji korelasi Spearman antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori ECC didapatkan hasil korelasi linier negatif kuat (r=-0,900 ; p=0,037). Serta hasil analisis uji korelasi Pearson antara kuantitas antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans pada kategori S-ECC didapatkan hasil kecenderungan korelasi linier positif lemah (r=0,018 ; p=0,923). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kuantitas Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans yang diambil dari plak gigi pasien ECC dan S-ECC serta pada beberapa derajat OHIS dan terdapat hubungan antara antigen Streptococcus mutans serotipe c dan Candida albicans dari plak gigi ECC dan S-ECC.

Background: Childhood Caries (ECC) is caries that attacks children under the age of 71 months, while Severe - Early Childhood Caries (S-ECC) is an ECC of extensive severity. One of the main factors of ECC is the Streptococcus mutans and the progression of ECC can be supported by the presence of the Candida albicans, but the relationship between Streptococcus mutans, Candida albicans, and ECC is still questionable. Objective: To determine the quantity and relationship between Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens from dental plaque correlated with OHI-S and dmft in ECC and S-ECC patients. Methods: The quantity of Streptococcus mutans antigens serotype c and Candida albicans from 37 dental plaque samples of ECC and S-ECC patients were measured using the ELISA method. Optical density values ​​were detected at a wavelength of 450 nm and then correlated with OHI-S and ECC and S-ECC categories. Results: Statistical analysis using the Mann-Whitney test to test differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the ECC and S-ECC sample groups showed a value of p = 0.424. While the Independent T test to test differences in the quantity of Candida albicans in the ECC and S-ECC sample groups obtained p = 0.535. Mann Whitney test was then performed to see differences in the quantity of Streptococcus mutans serotype c in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups and obtained p = 0.070. To test the quantity of Candida albicans in the moderate OHI-S and good OHI-S sample groups both using the independent T test, p = 0.353 was obtained. Spearman correlation test analysis results between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the ECC category showed strong negative linear correlation results (r = -0,900; p = 0.037). And the results of the Pearson correlation test analysis between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans antigens in the S-ECC category showed a positive weak linear correlation trend (r = 0.018; p = 0.923). Conclusion: There was no significant difference between the quantity of Streptococcus mutans serotype c and Candida albicans taken from the dental plaque of ECC and S-ECC patients and to some degree of OHIS and there was a relationship between Streptococcus mutans serotype c antigens and Candida albicans from ECC dental plaque and S-ECC."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrita Widyagarini
"ABSTRAK
Streptococcus mutans (S. mutans) diketahui merupakan bakteri patogen utama
dalam proses karies. Koloni S. mutans pada anak dapat terbentuk melalui
transmisi S. mutans yang terutama bersumber dari ibu. S. mutans serotipe c, e, dan
f diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi kimia polisakarida spesifik serotipe
dan sering ditemukan pada sampel plak. Sampel plak didapatkan dari 66 pasang
anak usia 3-5 tahun dan ibunya. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang
dipakai dengan menggunakan primer gtfB dalam penelitian ini telah
mengkonfirmasi keberadaan S. mutans pada 46 sampel plak pasang anak dan
ibunya. Terdapat hubungan yang bermakna antara karies anak dan karies ibunya
(p<0,05). Skor karies anak akan meningkat seiring dengan peningkatan skor
karies ibu. Distribusi S. mutans serotipe c ditemukan dalam proporsi yang banyak,
sedangkan S. mutans serotipe e ditemukan paling sedikit pada sampel plak anak
usia 3 – 5 tahun dan ibunya.Terdapat hubungan tidak bermakna antara S. mutans
serotipe c dan e dengan status karies anak dan ibunya (p>0,05). Terdapat
hubungan sangat lemah, tidak bermakna antara S. mutans serotipe c dan e anak
dengan ibunya (0,000 < r < 0,199; p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus mutans (S. mutans) are considered to be an important bacterial
pathogen of dental caries. The major reservoir from which children acquire these
organisms is their mothers. S. mutans is classified into three serotypes, c, e and f,
based on the chemical composition of its cell surface serotype-specific
polysacharide. S. mutans serotypes c,e and f were reported to be frequently
isolated from human dental plaque. Plaque samples were collected from 66 3- to
5-years-old and mothers with caries. Polymerase chain reaction (PCR) method
using gtfB primer in this research has confirmed S. mutans from 46 dental plaque
samples child-mother pairs. There is significant relationship between children
caries score and mother caries score (p<0.05). Child caries score increases as
mother caries score rise. Distribution of serotype c S. mutans has more prevalent
detected than serotype e S. mutans. There is no significant relationship (p>0.05)
between serotype c/e S. mutans and child-mother caries score. There is also no
significant relationship (0,000 < r < 0,199 ;p>0,05) between serotype c/e S.
mutans in children and their mothers."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Sectiotania
"Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi tetap. Gigi sulung lebih rentan terhadap terjadinya karies karena struktur dan morfologinya yang berbeda dari gigi tetap. Bakteri Mutans Streptococci yang paling banyak berada dalam rongga mulut manusia adalah S. mutans dan S. sobrinus. S.mutans merupakan spesies bakteri utama yang mengawali karies gigi manusiadan patogen yang paling umum terdapat pada plak gigi. Ibu sebagai pengasuh utama sering dianggap menjadi sumber infeksi terbesar bagi anak yang memiliki S.mutans dan atau S.sobrinus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubunganS.mutans serotipe c dan S.sobrinus serotipe d antara ibu-anak serta mengetahui hubungan status karies diantaranya. Sampel penelitian diambil dari plak gigi 48 pasangan ibu dan anaknya yang menderita karies dan diperiksa menggunakan PCR (Polimerase Chain Reaction).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah S.sobrinus serotipe d mendominasi keseluruhan subyek penelitian. Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara status karies anak-ibu dengan distribusi S.mutans serotipe c danS.sobrinus serotipe d. Uji korelasi skor def-t dengan DMF-T menunjukkan adanya hubungan yang bermakna, yang berarti bahwa def-t anak akan meningkat seiring dengan kenaikan DMF-T ibu. Hubungan S.mutans serotipe c antara anak dan ibu ditemukan tidak bermakna dengan hubungan sangat lemah sedangkan hubungan S.sobrinus serotipe d antara anak dan ibu bermakna walau hubungannya lemah. Perilaku dan pengetahuan kesehatan gigi ibu berhubungan dengan pengalaman karies gigi anak melalui transmisi S.mutans dan S.sobrinus secara vertikal.

Dental caries may occur in the primary and permanent teeth. Primary teeth are more susceptible to caries due to the different structure and morphology compared to permanent teeth . The most bacteria of Mutans Streptococci found in the human oral cavity are S. mutans and S. sobrinus .While S. mutans is also the main species of bacteria that initiate dental caries humans and the most common pathogens found in dental plaque. Mother as the primary caregiver is often considered to be the biggest source of infection for children with S. mutans and or S.sobrinus. This study aims to investigate the relationship of serotypes c S. mutans and serotype d S.sobrinusbetween mother - child relationship and to know the status of caries among others . Samples were taken from dental plaque of 48 pairs mothers and their children who suffer from caries and examined using PCR (Polimerase Chain Reaction) . Results indicate that the number of serotype d S. sobrinus dominates whole subject of research . There is no significant relationship between caries status of the child - mother with the distribution of serotype c S. mutans and serotype d S.sobrinus. Correlation test scores def-t with DMF-T showed a significant relationship, which means that def-t will increase along with the increase of DMF-T. S.mutans serotypec relationship between the child and the mother was found to be significantly associated with a very weak relationship whereas S.sobrinus serotypes d relationship between the child and mother meaningful relationship despite weak . Behavioral and dental health knowledge mother dealing with dental caries experience of children through vertical transmission of S. mutans and S.sobrinus ."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeddy Januardi Sardjono
"Dalam mengukur tingkat keparahan karies gigi, jumlah serotipe Streptococcus mutans serta ekspresi gen glukosiltransferase gtfs dan LuxS dapat digunakan sebagai prediktor aktivitas bakteri karies dalam kategori karies rendah dan karies tinggi pada anak-anak di Indonesia. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara jumlah serotipe Streptococcus mutans, ekspresi gen LuxS dan glucosyltransferase dengan aktivitas bakteri karies gigi yang diukur dengan menggunakan Cariostat. Metode: Penelitian observasional potong silang dilakukan pada 76 anak usia 3 - 5 tahun 37 anak perempuan dan 39 anak laki-laki di Jakarta. Sampel plak gigi diambil dari subyek untuk mengukur jumlah serotipe, dan ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan LuxS. Tingkat keparahan karies gigi juga diukur dengan menggunakan indeks dmft, sedangkan aktivitas bakteri karies gigi diukur dengan menggunakan metode Cariostat. Jumlah serotipe, ekspresi mRNA gen glukosiltransferase dan ekspresi LuxS diukur menggunakan metode Quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR . Hasil: Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa jumlah tingkat ekspresi gen S. mutans serotipe f dan gtfD yang dapat secara signifikan digunakan untuk memprediksi aktivitas bakteri karies gigi atau dengan kata lain berkontribusi terhadap aktivitas bakteri karies gigi. Kesimpulan: Metode Cariostat valid untuk mengukur aktivitas bakteri karies berdasarkan mikrobiologi dan penelitian biomolekuler. Dengan menggunakan instrumen klinis yang relatif sederhana dan ekonomis, seperti Cariostat, praktisi klinis mendapatkan gambaran mikrobiologi laboratorium dan hubungan biomolekuler seperti yang telah dibuktikan melalui penelitian ini.
Measuring the severity of dental caries, the quantities of Streptococcus mutans serotypes as well as its genes expression of glucosyltransferases gtfs and LuxS could be used as predictor of the activity of caries in both low and high caries experience in Indonesian children. Aim This study rsquo s aim was to analyze the relationship between Streptococcus mutans serotype quantity, glucosyltransferase LuxS gene expression with dental caries bacteria activity as measured by using cariostat. Methods Cross sectional observational study was conducted in 76 children aged 3 5 years 37 girls and 39 boys in Jakarta. The dental plaques samples were taken from the subjects for measuring serotype quantity, and the mRNA expression of glucosyltransferases and LuxS genes. The dental caries severity was also measured using the dmft index, while dental caries bacterial activity was measured using Cariostat method. The quantity of serotype, expression of the glucosyltransferases and the expression of the LuxS were measured using the quantitative Polymerase Chain Reaction qPCR method. Results Result of the multiple regression analysis shows that the quantity of S. mutans serotype f and gtfD gene expression level that could significantly be used to predict the activity of dental caries bacteria or in other words contribute to dental caries bacterial activity. Conclusions Cariostat method is valid to measure activity of bacteri caries base on microbiology and biomolecular research. Using a relatively simple and economical clinical instrument, such as Cariostat, clinical practitioners get a picture of the laboratory microbiology and biomolecular relationship as has been proven through this study."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Yuliarsi
"ABSTRAK
Previous study shows that tryptone-yeast extract-cystine-sucrose is choice of the culture media for isolating and growing S. mutans serotype c, but the affectiveness in stepping up the recovery growth of the bacteria has never been compared with that of the blood agar added to yeast extract and sucrose. This study was come to find out the growth of S. mutans serotype c with blood agar-yeast extract-sucrose. S. mutans INA99 serotype c is identified, sliced, and cultured into blood agar-yeast extract-sucrose, brucella agar blood-yeast extract-sucrose, blood agar and tryptone-yeast extract-cystine-sucrose, each 4 slices. The average amount of blood agar colonies that grows after an incubation of 2x24 hours in an anaerob condition of 37 C, diluted by 40 time is 4.890. In blood agar-yeast extract-sucrose the average colony is 145.600, diluted 1.600 time. In brucella agar blood-yeast extract-sucrose, the average colony is 103.500, diluted 40 times. In tryptone-yeast extract-cystine-sucrose the average colony is 2.430, diluted 40 time. Statistical result shows that, there are significant difference (p=0.000) between the total colonies of S. mutans INA99 serotype c which grows on the different types of culture media. The largest amount of colony is present on blood agar-yeast extract-sucrose, then followed by brucella agar blood-yeast extract-sucrose, blood agar and tryptone-yeast extract-cystine-sucrose. Conclusion: blood agar which added yeast extract and sucrose is the best culture media for S. mutans INA99 serotype c growth."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Saputri
"Latar Belakang : Resesi gingiva penyebab dentin hipersensitif (DH). Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus pada plak menghasilkan asam. Produk asam menyebabkan demineralisasi akar gigi.
Tujuan: Menganalisis jumlah serta distribusi S. mutans dan S. sobrinus dari plak dan saliva penderita resesi gingiva dengan DH dan non sensitif.
Metode: Dari sampel saliva dan plak subjek DH dan non sensitif diperiksa jumlah S. mutans dan S. sobrinus menggunakan real-time PCR dengan SYBR Green.
Hasil: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak DH daripada non sensitif, S. sobrinus lebih banyak pada saliva non sensitif.
Kesimpulan: Jumlah S. mutans lebih banyak pada plak penderita DH.

Background : Gingival recession cause of dentine hypersensitivity (DH). Streptococcus mutans and Streptococcus sobrinus in dental plaque will produce of acid. Acid can cause demineralization that involved in hypersensitivity.
Objectives : To analyze the amount and distribution of S. mutans and S. sobrinus from plaque and saliva in patients with DH and non sensitive.
Methods :, S. mutans and S. sobrinus from saliva and plaque samples was quantify by real-time PCR using SYBR Green.
Results : The number of S. mutans is higher in plaque of DH and S. sobrinus is higher in saliva of non sensitive.
Conclusion : Patients with DH had higher level of S. mutans in plaque.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31475
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Edith Grazia
"Peptida antimkroba yang disintesis di dalam ribosom atau sering disebut bakteriosin yang diproduksi oleh bakteri asam laktat telah diidentifikasi dan dikarakterisasi. Hal tersebut menjadi sebuah fakta bahwa peptida ini dapat dikembangkan menjadi bahan tambahan yang berguna. Walaupun beberapa masalah dalam produksi bakteriosin masih perlu dipertimbangkan, kegunaan dari kultur penghasil bakteriosin memiliki keuntungan. Streptococcus macedonicus dilaporkan menghasilkan lantibiotik tingkat pangan bernama macedocin yang memiliki spektrum penghambatan luas terhadap bakteri asam laktat, termasuk bakteri patogen dan pembusuk makanan. Dalam studi sebelumnya, pengujian menunjukkan bahwa bakteriosin dari galur MBF 10-2 memiliki spektrum aktivitas penghambatan yang luas dengan menggunakan metode P-typing. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi aktivitas bakteriosin Streptococcus macedonicus MBF 10-2 dan memurnikan bakteriosin sesuai dengan bobot molekulnya 2,794,76 ± 0.42 Da. Pada penelitian ini telah dilakukan metode semipurifikasi menggunakan filter sentrifugal dan metode cakram kertas untuk esei penentuan zona hambat juga SDS PAGE untuk mengkarakterisasi bobot molekul. Bakteri indikator yang digunakan adalah Micrococcus luteus T18, Streptococcus pyogenes FF22, Lactococcus lactis T-21, Streptococcus pyogenes 71-698, Streptococcus pyogenes W-1 dan Leuconostoc mesentroides TISTR 120. Hasil menunjukan bahwa Streptococcus macedonicus MBF 10-2 memiliki aktivitas bakteriosin namum hanya menghambat Micrococcus luteus T18 dan Leuconostoc mesentroides TISTR 120. Hasil SDS PAGE mengungkap bahwa metode semipurifikasi yang digunakan cukup berhasil dalam memisahkan protein.

A variety of ribosomally synthesized antimicrobial peptides or bacteriocins produced by lactic acid bacteria have been identified and characterized. It has become evident that these peptides may be developed into useful antimicrobial additives. Although several problems concerning bacteriocin production still need to be addressed, the use of bacteriocin-producing cultures has considerable advantages over the use of purified bacteriocin preparation. Streptococcus macedonicus have been reported produces a food-grade lantibiotic named macedocin which has a broad inhibitory spectrum of lactic acid bacteria, as well as several food spoilage and pathogenic bacteria. In previous study, screening was performed the bacteriocin from strain MBF 10-2 possessed a broad spectrum lantibiotic like inhibitory substance activity using P-typing method. This study aimed to isolate and characterize the bacteriocin activity of Streptococcus macedonicus MBF 10-2 and to purify the bacteriocin into its known molecular mass of 2,794,76 ± 0.42 Da. Semipurification method have been done using centrifugal filter device and disc diffusion agar assay for zone inhibition method and also SDS PAGE assay to characterize its molecular mass have been done. Bacterial indicators used in this study are Micrococcus luteus T18, Streptococcus pyogenes FF22, Lactococcus lactis T-21, Streptococcus pyogenes 71-698, Streptococcus pyogenes W-1 and Leuconostoc mesentroides TISTR 120. Result revealed that Streptococcus macedonicus MBF 10-2 possessed bacteriocin activity against Micrococcus luteus T18 and Leuconostoc mesentroides TISTR 120.SDS PAGE result showed that the purification method used is succeed to resolving protein.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"This research was carried out to study the difference in the antibacterial capacity of two kinds of filling materials, namely amalgam and composite resin, on S. mutans KPSK2 bacteria with different times of treatment. In total, 48 amalgam and composite resin samples each were prepared and then divided into four groups of treatment. Of each group, 6 samples were used to count the number of bacterial colonies and 6 samples to count the right obstacle zone. The results show that the best antibacterial capacity of composite resin occured within one week, while for amalgam the best performance appears within one day. The antibacterial capacity of flourine containing composites is stronger than that of amalgam for a time of 1 to 2 weeks."
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>