Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70824 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gede Selamet Prayitna
"Tukad Badung merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Bali yang mengalir di tengah-tengah Kota Denpasar. Tukad Badung memiliki panjang aliran ± 21 km, berhulu di Desa Lukluk Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dan bermuara di daerah Teluk Benoa (Estuary Dam), Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan. Daerah Aliran Tukad Badung diperkirakan sekitar 29,23 km2 dengan debit rata-rata 2,39 m3/dt di musim kemarau dan 3,04 m3/dt di musim hujan.
Desa/kelurahan yang ada di sekitar daerah aliran Tukad Badung adalah 12 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar 143.476 jiwa. Sejalan dengan perkembangan penduduk dan ekonomi, maka berkembang pula berbagai aktivitas penduduk/masyarakat di sekitar Tukad Badung, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi kualitas dan kuantitas air Tukad Badung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perubahan kualitas air Tukad Badung akibat adanya berbagai aktivitas masyarakat di sekitar daerah aliran Tukad Badung dan juga untuk mengetahui bagaimana berbagai aktivitas masyarakat itu dapat mempengaruhi kualitas air Tukad Badung.
Berdasarkan karakteristik sistem pengelolaan limbah cair di sepanjang daerah aliran Tukad Badung dan observasi awal, maka dapat diklasifikasikan berbagai aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang daerah aliran Tukad Badung menjadi 9 (sembilan) kelompok aktivitas masyarakat, yaitu; aktivitas rumah sakit, aktivitas hotel, pasar, bengkel, pertanian, peternakan, industri pencelupan/sablon, industri tahu/tempe, dan aktivitas rumah tangga.
Selanjutnya untuk menentukan lokasi daerah sampel, sasaran responden dan jumlah sampel/responden, digunakan metode purposive qouta sampling. Guna dapat melihat hubungan yang terjadi dilakukan uji statistik non parametric rank spearman terhadap variabel pandangan (pola pikir), variabel kondisi sistem pengelolaan limbah cair dan variabel indeks mutu kualitas air (IMKA).
Untuk dapat mengetahui kondisi kualitas air Tukad Badung secara umum dalam kategori sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk, digunakan metode National Sanitation Foundation-Water Quality Index (Ott, 1978).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan (pola pikir) tentang Tukad Badung dari berbagai aktivitas masyarakat di seluruh segmen sungai (hulu, tengah, dan hilir) didominasi oleh pandangan atau pola pikir yang berkategori baik, sedang, dan buruk. Sedangkan untuk kondisi sistem pengelolaan limbah cairnya, rata-rata didominasi oleh kondisi yang berkategori buruk. Bila dihubungkan dengan uji statistik antara variabel pandangan (pola pikir) tentang Tukad Badung dengan kondisi sistem pengelolaan limbah cair yang dimiliki oleh berbagai aktivitas masyarakat, ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan positif. Demikian pula antara variabel kondisi sistem pengelolaan limbah cair dari berbagai aktivitas masyarakat dengan nilai indeks kualitas air (IMKA) Tukad Badung, ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan positif.
Berdasarkan hasil pehelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kualitas air Tukad Badung diduga telah mengalami penurunan dari tahun 1998-2002. Pada tahun 2002, nilai indeks mutu kualitas air di daerah aliran bagian hulu Tukad Badung (segmen 1) berkategori sedang, di daerah aliran bagian tengah (segmen 2) berkategori buruk, dan di daerah aliran bagian hilir (segmen 3) berkategori buruk pula.
2. Kualitas air sungai Tukad Badung yang buruk akibat dari pandangan (pola pikir) yang salah tentang Tukad Badung sehingga mempengaruhi kondisi sistem pengelolaan limbah cairnya.
Dari berbagai aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang sungai Tukad Badung pada umumnya kondisi sistem pengelolaan limbah cair (SPLC) berkategori buruk dan sangat buruk.

Tukad Badung river is one of main rivers in Bali Province, which flows in the middle of Denpasar City. Tukad Badung has a flow ± 21 km long, upstream at Lukluk Village, Mengwi Sub-District, Badung District and estuary into Teluk Benoa of Pemogan Village, South Denpasar Sub-District. Tukad Badung is estimated to have 29.23 km2 flowing area with water capacity rate of 2.39 m3/sec during dry season and 3.04 m3/sec during rainy season.
Villages around Tukad Badung flowing area involving 12 villages, with total population of 143,476 persons. As population and economic grow, community activities various around Tukad Badung also increases, which are finally could affect both quality and quantity of Tukad Badung water.
This research aims to identify changes occur on Tukad Badung water quality due to activities performed by communities surrounding Tukad Badung flowing area and to understand effects of such community activities various on Tukad Badung water quality.
Based on characteristics of liquid waste management system applied along Tukad Badung flowing area and initial observation, then community activities various around Tukad Badung flowing area could be classified into 9 (nine), including: hospital, hotel, market, workshop, agriculture, ranch, dipping industry, tofu/tempe industry, and household activities.
Furthermore, to determine sample area, respondents? target, and number of sample/respondents, purposive quota sampling method is applied. In order to see the relationships occur, statistics test using spearman non parametric rank is conducted on perspective, liquid waste management system, and water quality index (IMKA) variables.
To understand quality of Tukad Badung water in terms of general categories involving excellent, good, average, poor, and extremely poor, National Sanitation Foundation-Water Quality Index (Ott, 1978) is used.
>
Research results reveal that perspective on Tukad Badung based on community activities in all river segments (upper, middle, down streams) is dominated by good, average, and poor perspectives. Whereas for the liquid waste management system, poor perspective is dominant.
Relating statistics test between perspective variable on Tukad Badung and liquid waste management system variable used during community activities reveals significant and positive correlation. Similarly, liquid waste management system conditions of community activities variable and Tukad Badung water quality index (IMKA) variable also have significant and positive correlation.
Based on research results and discussion, it could be concluded that:
1. Tukad Badung water quality is predicted as has decreased compared to of 1998-2002 period. During 2002, water quality index score of upper stream area (segment 1) of Tukad Badung was categorized into average, of middle stream area (segment 2) was categorized into poor, and of down stream area (segment 3) was categorized into poor as well.
2. Low quality of Tukad Badung water is caused by wrong perspective developed concerning Tukad Badung that affected its liquid waste management system conditions.
4. Community activities various along Tukad Badung flow area generally have poor and extremely poor categories for their liquid waste management system conditions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Endarini
"Pemasukan nitrat dan fosfat dapat meningkatkan kadarnya di air melebihi kebutuhan minimal organisme perairan sehingga menyebabkan pertumbuhan secara berlebihan. Pemasukan. nitrat dan fosfat pada kadar tertentu yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan pencemaran sehingga menurunkan kualitas air. Keadaan ini dapat mengurangi nilai sumber daya air, nilai estetika, pariwisata, dan perikanan. Secara umum, menurunnya kualitas air danau terutama disebabkan oleh proses alami disamping kegiatan masyarakat. Permasalahan yang diakibatkan oleh kegiatan masyarakat lebih mungkin ditangani dengan melakukan pengelolaan dan pengurangan penyebab pencemaran pada sumbernya. Danau Buyan telah mengalami degradasi kualitas lingkungan yang cukup tinggi di antara keempat danau yang ada di Propinsi Bali. Bagian timur, selatan dan barat daya telah mengalami pendangkalan dan pertumbuhan eceng gondok yang berlebihan. Pendangkalan terjadi terutama karena tingginya tingkat erosi saat musim hujan. Tanah yang berasal dari lahan di daerah tangkapan terbawa air larian. Tanah yang mencapai air danau mengandung sejumlah unsur hara. Keadaan ini makin diperburuk oleh kondisi danau karena tidak terdapat aliran air keluar sehingga pencemar akan mengalami akumulasi.
Penelitian bertujuan untuk:
1. Mengetahui kegiatan masyarakat sebagai sumber yang potensial dalam memberikan pemasukan total Nitrogen (N) dan total Fosfor (P) berdasarkan penggunaan lahan di daerah tangkapan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan, pengendalian dan minimisasi terjadinya pencemaran serta prioritas penanganan permasalahan
2. Mengetahui kualitas air parameter N dan P dan menentukan tipe tingkat trofik Danau Buyan sehingga dapat digunakan untuk menentukan arah pengelolaan sumber daya air.
Hipotesis penelitian adalah kegiatan masyarakat di daerah tangkapan Danau Buyan, menyebabkan kadar N dan P di air danau menjadi tinggi.
Penelitian lapangan dilaksanakan selama Bulan April-Juni 2003 di Danau Buyan Kabupaten Buleleng, Bali. Metode penelitian yang digunakan adaiah survei dan ex post facto. Penentuan lokasi dilakukan secara cluster dan purposive. Penentuan lokasi kegiatan masyarakat berdasarkan penggunaan lahan di daerah tangkapan Danau Buyan. Pengambilan sampel air danau sebanyak 9 lokasi pengukuran. Pengambilan sampel air di saluran masuk sebanyak 11 lokasi sepanjang tanggul pembatas danau.
Variabel penelitian adalah:
1. Pemasukan total N dan P dari penggunaan lahan di daerah tangkapan.
2. Kualitas air Danau Buyan dan air yang masuk, parameter N (nitrat, nitrit, amonia dan total N) dan P (fosfat dan total P).
3. Tipe tingkat trofik danau (kriteria hidrografi, trofik dan higienis).
Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran sampel air sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait.
Analisis penelitian dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pemasukan total N dan P dihitung berdasarkan metode yang dikemukakan dalam Jorgensen (1990) dan faktor erosi (Dinas PtJ 2000). Kadar N dan P limbah cair domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan konversi nilai dalam Sugiharto (1987), Soeparman & Suparmin (2002) dan Ryding & Rast (1989). Penentuan status mutu air menggunakan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Baku mutu yang digunakan terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan serta melakukan telaah pustaka. Tipe tingkat trofik danau ditentukan berdasarkan modifikasi Technical Standard (Ryding & Rast 1989).
Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa pemasukan total N dari penggunaan lahan pertanian sebesar 22,46 ton/tahun (62,15%), tegalan dan semak 0,08 ton/tahun (0,22%), serta kawasan lindung 13,60 ton/tahun (37,64%). Kadar total N air rata-rata yang daerah sekitamya dimanfaatkan untuk pertanian (0,41 mg/I), lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tegalan dan semak (0,31 mg/I), serta kawasan lindung (0,29 mg/I). Pemasukan total P yang berasal dari kegiatan pertanian adalah sebesar 2,44 ton/tahun (78,56%), tegalan dan semak 0,01 ton/tahun (0,35%), serta kawasan lindung 0,65 ton/tahun (21,09%). Kadar total P air rata-rata danau yang daerah tangkapannya dimanfaatkan untuk pertanian lebih tinggi (0,90 mg/I) dibandingkan dengan lahan tegalan dan semak (0,72 mg/I), serta kawasan lindung (0,76 mg/I). Selain itu, sistem pembuangan dari permukiman menggunakan tangki pembusukan dan bidang resapan sehingga limbah yang dihasilkan merembes bercampur dengan air tanah. Setelah melalui proses penguraian di tangki pembusukan dan bidang resapan, jumlah N anorganik dan total N masing-masing sekitar 0,85 ton/tahun. Jumlah P terlarut dan total P masing-masing sekitar 0,30 ton/tahun. Jumlah total N dan P yang mencapai danau masing-masing sebesar kurang dari 0,38-0,68 ton/tahun dan 0,18-0,22 ton/tahun.
Kualitas air Danau Buyan memenuhi baku mutu kelas III, indeks pencemarannya (IP) sebesar 0,3202-0,5211 sedangkan bila dibandingkan dengan baku mutu kelas II maka tergolong cemar ringan (IP=1,9482-2,7153). Kualitas air danau memperlihatkan kadar nitrat (<0,01 mg/l) dan nitrit (<0,001-0,006 mg/I) rendah tetapi kadar amonia (0,025-0,23 mg/l) telah melebihi kebutuhan minimal pertumbuhan alga. Kadar fosfat (0,44.-0,72 mg/I) dan kadar total P (0,66-1,02 mg/l) telah melebihi kebutuhan minimal pertumbuhan alga. Rasio N (amonia) dan P (fosfat) air adalah 1:6, yang berarti hara N sebagai faktor pembatas pertumbuhan. Kualitas air yang masuk memenuhi baku mutu kelas III (IP=0,3251-0,8522) sedangkan bila dibandingkan dengan baku mutu kelas II maka tergolong cemar ringan (IP=3,3575-1,9818). Kualitas air yang masuk memperlihatkan bahwa kadar nitrat (<0,01-1,00 mg/I), kadar amonia (0,15-0,73 mg/I) dan total N (0,60-1,31 mg/I) telah melebihi kebutuhan minimal pertumbuhan alga, kecuali kadar nitrit (<0,0025-0,021 mg/I). Kadar fosfat (0,45-1,09 mg/l} dan kadar total P (0,72-2,12 mg/), telah melebihi kebutuhan minimal pertumbuhan alga. Tipe tingkat trofik Danau Buyan termasuk mesotrofik (nilai 2,32).
Kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Kegiatan masyarakat yang memberikan dampak pada pemasukan total N dan P, berturut-turut berasal dari lahan pertanian, kawasan lindung, tegalan dan semak, serta permukiman.
2. Kualitas air Danau Buyan memenuhi baku mutu kelas III, rasio amonia dan fosfat adalah 1:6 yang berarti hara N sebagai faktor pembatas. Tipe tingkat trofik Danau Buyan adalah mesotrofik.
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pemerintah daerah sebaiknya melakukan sosialisasi untuk mengendalikan penggunaan lahan di daerah yang sudut miring lerengnya mencapai di atas 40% dan jenis tanah regosof serta pemanfaatan daerah bekas rawa untuk kegiatan pertanian.
2. Pemerintah daerah dapat melakukan penyuluhan dan pembinaan untuk mengembangkan budidaya pertanian sesuai dengan kondisi lingkungan.
3. Pemanenan eceng gondok seharusnya dilakukan secara partisipatif dan rutin oleh masyarakat. Pemerintah daerah dapat melakukan penyuluhan, pelatihan dan pembinaan untuk memanfaatkan eceng gondok.
4. Pemerintah daerah sebaiknya melakukan pemantauan kualitas air dan menentukan tipe tingkat trofik secara rutin sesuai dengan musim.
5. Pengembangan wisata tirta sebaiknya memperhatikan kondisi Danau Buyan yang tidak memiliki aliran air keluar.

Input of nitrate and phosphate can potentially increase the concentration in aquatic system greater than the minimum requirement, as it triggers the overgrowth of organisms. Input of nitrate and phosphate in certain level exceed the quality standards can potentially cause pollution and degradation of water quality. Such condition could reduce water resources and esthetical value, tourisms and fishery potencies. In general, the degradation of water quality mainly occurs as a result of natural process as well as community activities. Problems arouse from this community activities are more likely handled by managing and lessening the pollution from its source. Environmental quality degradation in Buyan Lake is higher than the other four lakes in Bali and there has been a silting up process over the east, south and northwest sides of the lake, not to mention the overgrowth of water hyacinth. This process is generally begins by high level of erosion in rainy season. Runoff will sweep away the topsoil of catchments that consist of very rich nutrition to the lake. This condition is worsen by lack of outgoing stream, therefore result in the accumulation of pollution substances.
Research are aiming at:
1. Finding community activity as potential source to input of total amount of Nitrogen (N) and Phosphorus (P) based on land utilization at the catchments area; therefore we can take preventive and control action, minimize the pollution and set up the priority of solving problem.
2. Finding out water quality in term of the amount of N and P and determination of Lake Buyan's type of trophic level, therefore it can be used to determine model of water resources management.
Research hypothesis is community activities within catchment area of Buyan Lake, causes the high content of N and P in water.
Field research has been carried out from April to June 2003 at Buyan Lake, Buleleng Regency, Bali Province using survey and ex post facto method. Location was determined based on cluster and purposive approaches whereas determination of location of community activities was conducted on the basic of land utilization in catchments area. Samples of lake water were taken in 9 stations and of inlet water were taken from 11 stations along the lake bank.
Research variables are:
1. Input of N and P nutrients from land utilization at catchments area.
2. Water qualities of lake and inlet water, parameter used are N (Nitrate, Nitrite, Ammonia and total of N) and P (Phosphate and total of P).
3. Type of Buyan trophic level (criteria: hydrograph, trophic and hygienic).
Primary data were developed by sampling measurement where the secondary data got from related institution.
Data were analyzed descriptively with qualitative and quantitative approach. Input of nutrient N and P were calculated based on method in Jorgensen (1990) and erosion factor (Public Service 2000). Total amount of N and P from domestic waste were calculated by the number of population and value conversion such as know by Sugiharto (1987), Soeparman & Suparmin (2002) and Ryding & Rast (1989). Determination of water quality status used Ministry Decree No 115/2003 re Water Quality Status Manual Determination. Quality standards of water were compared to Government Act No 82/2001 re Water Quality Management and Water Pollution Control and studies such as mentioned in the literature. Type of trophic level was determined by modification of Technical Standard (Ryding and Rast 1989).
Result through calculation showed that input of N nutrient from agricultural utilization is 112.27 tons/year (62,15%), dry land and bushes is 0.39 tons/year (0.22%), and protected area is 68.00 tons/year (37,64%). Total average of N in the water from agricultural land (0.41 mg/I), was higher than dry land and bushes (0.31 mg/I), and protected area (0.29 mg/I). Input of nutrient P from agriculture activities is 8.13 tons/year (78.56%), dry land or bushes 0,04 tons/year (0.35%), and protected area of 2.18 tons/year (21.09%). Total average of P in water which catchments were used for agriculture was higher (0.90 mg/I) compare to dry land and bushes (0.72 mg/I), and protected area (0.76 mg/l). Unfortunately, the sewage system of the residential areas still use septic tanks and catchments wells. A consequence, it could leak out and mix with groundwater. Through septic tank and catchments wells, it was estimated that the amount of N organic and total of N each was 0,85 tons/year while the amount of dissolved P and total of P each was 0,30 tons/year. Total of N and P input from domestic waste are less than 0,38-0,68 tons/year and 0,18-0,22 tons/year.
The water quality of Buyan Lake fulfill quality standard grade III, pollution index (PI) value is 0,3202-0,5211, while if compare with quality standard grade II, pollution index value is 1,9482-2,71.53 .(light pollution). Water quality measurement showed that the levels of nitrate (<0,01 mg/l) and nitrite (<0,001-0,006 mg/I) were low; on the contrary, the level of ammonia (0,025-0,23 mg/I) was greater than the minimum requirement for algae growth. Level of phosphate (0,44-0,72 mg/I) and total amount of P (0,66-1,02 mg/I) exceeds the minimum requirements for algae growth. Ratio of N (ammonia) and P (phosphate) of the water is 1:6, meaning that N as nutrient is a_ limiting factor. The inlet water quality fulfill quality standard grade III (PI=0,3251-0,8522), while if compare with quality standard grade II, pollution index value is 3_,3575-1,9818 (light pollution). The inlet water quality showed that level of nitrate (<0,01-1,00 mg/I), ammonia (0,15-0,73 mg/I), and total of N (0,60-1,31 mg/I) already exceeding the minimum requirement for algae growth, except nitrite level (<0,0025-0,021 mg/I). Level of phosphate (0,45-1,09 mg/1) and total amount of P (0,72-2,12 mg/), were exceeding minimum requirement for algae growth. Type of trophic level is mesotrophic (with value of2 32).
Research conclusions are:
1. Community activities that potentially contribute to input of total amount of N and P, came from, respectively are agricultural, dry land and bushes, protected area, and residential.
2. Water quality of Buyan Lake for parameter N and P are still conform with the quality standard grade III, ratio of N and P of the water is 1:6, meaning that N as nutrient is a limiting factor. Type of trophic level of Buyan Lake is mesotrophic.
Research recommendations are:
1. Local government had best to carry out socialization to control of land utilization on land with 40% slope and regosol type and swamp area for agricultural.
2. Local government had best to carry out explanation and assisting to development of land cultivation must respect environmental condition.
3. Harvesting of water hyacinth need to undertake in participatory and regular system by local community. Local government can carry out explanation, training and assisting to make use of water hyacinth.
4. Local government had best to carry out regular monitoring of water quality and type of trophic level from the lake at certain season.
5. Water ecotourism development had best to attention Buyan Lake condition lack of outgoing stream.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Laila Muslihah
"Penelitian ini membahas pola spasial kualitas air dan pengaruh penggunaan tanah terhadap kualitas airnya dengan parameter oksigen terlarut, amonia, nitrat, dan konduktivitas dengan sampel dilakukan di 12 lokasi pada pagi dan siang hari dengan metode sistematis dengan jarak 50m menggunakan analisis deskriptif spatial dan statistik varians. Konsentrasi seluruh parameter pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan siang hari. Pola spatial konsentrasi amonia, nitrat dan konduktivitas teratur, dimana semakin dekat dengan inlet konsentrasinya semakin tinggi. Pola spatial konsentrasi oksigen terlarut teratur dimana semakin dekat dengan inlet konsentrasinya semakin rendah. Penggunaan tanah sekitar Situ Pedongkelan berpengaruh terhadap pola kualitas air dengan wilayah yang dekat pemukiman lebih mempengaruhi konsentrasi amonia dibandingkan dengan non pemukiman, dan sebaliknya untuk konsentrasi nitrat.

This research is examine spatial pattern water quality and landuse effect to it's water quality with parameters that using on this research are concentration dissolved oxygen, ammonia, nitrate, and conductivity with sampling took at 12 located at morning and noon with systematic method with distance 50m using on spatial descriptive analysis and varians statistic. The parameters in the morning higher than noon. Spatial pattern of parameters is regular where smaller distance to inlet concentration ammonia, nitrate, and conductivity are higher and dissolved oxygen is lower. Landuse using around Pedongkelan lake has influence to water quality where region near residence has more to ammonia concentrate than not residence, and otherwise to nitrate concentrate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34179
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aries Syafrizal
"Makhluk hidup termasuk manusia membutuhkan air sebagai sumber kehidupan. Air digunakan oleh manusia untuk metabolisme tubuh, keperluan rumah tangga dan kegiatan yang mendukung kehidupannya (Enger dan Smith, 2000). Mengingat pentingnya fungsi air bagi manusia, tersedianya air baik secara kualitas maupun kuantitas harus dipelihara untuk menjamin kehidupan sekarang dari masa datang. Selain sebagai sumber kehidupan, air adalah sumberdaya alam terbarukan (Salim, 1993). Tersedianya air di dunia menurut Kodoatic et al. (2002) adalah dalam bentuk air asin, air tawar dan air dalam bentuk lain. Jumlah keseluruhan air di dunia sebesar 1.385.984.610 Km3 yang terdiri atas air laut 1.338.000.000 Km3 (96,53%), air tawar 35.029.210 Km3 (2,53%), dan air dalam bentuk Iain 47.984.610 Km3 (3,47%). Dilihat dari persentase potensi air di dunia, tersedianya air tawar paling sedikit jumlahnya tetapi dibutuhkan oleh mahluk hidup yang paling besar.
Kebutuhan air tawar di dunia untuk air baku air minum di dapat dari air hujan, dan sumber-sumber air seperti mata air, Sungai, rawa, danau, dan lain-lain. Pengambilan air baku Kota Palembang sebagaian besar dari Sungai Musi dan anak sungainya. Pengambilan air tawar dari sumur dalam atau air tanah dalam saat kemarau tidak dapat dilakukan, karena Formasi lapisan tanah di wilayah Palembang berupa lapisan alluvial, sehingga air tanah dalam tidak tersedia. Tersedianya air baku dari Sungai Musi secara kuantitas terpenuhi sepanjang tahun, tetapi secara kualitas menjadi masalah saat terjadi pasang surut. Permasalahan yang harus diteliti mengingat masyarakat tergantung sekali pada air baku Sungai Musi adalah pengaruh pasang surut pada penurunan kualitas air baku yang berimplikasi pada pengolahan air minum. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku. Jika terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku, diajukan hipotesis lanjutan yaitu terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air minum.
Metode penelitian pengaruh pasang surut pada kualitas air baku dan air minum yang digunakan adalah deskriptif analitik. Pembuktian hipotesis parameter kualitas air menggunakan uji statistik. Uji statistik yang di gunakan adalah T-Test karena data kualitas air yang digunakan bersifat rasio dan jumlah sampel kurang dari 30 (Sugiyono, 1999). Pemilihan sampel dengan metode pertimbangan (purposive) untuk menentukan waktu dan tempat pengambilan sampel (Sudjana, 1996). Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random). Pengolahan data menggunakan alat bantu program microsoft excel dan uji statistik dengan alat bantu program SPSS.
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat pengaruh pasang surut pada kualitas air baku yang didasarkan pada baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Paramater yang mengalami perubahan sehingga melampaui baku mutu antara lain adalah pH, TSS, BOD, COD, DO, Posfat, NH3-N, H2S, Sulfat dan Total Coliform. Hasil uji statistik membuktikan hanya terdapat satu parameter yang menerima Ho yaitu parameter TDS, sisanya menolak Hipotesis Nol (Ho) dengan tingkat kepentingan antara 0,00 sampai 0,05. Untuk perubahan kualitas air minum akibat pasang surut, parameter yang mengalami perubahan didasarkan pada baku mutu menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Persyaratan Air Minum antara lain adalah pH, kekeruhan dan khlorida. Hasil uji statistik memperlihatkan hanya parameter khlorida yang menolak 1-10 dengan tingkat kepentingan 0,00. Tingkat kekeliruan (a) yang di gunakan dalam uji hipotesis adalah 0,05 atau terjadi 5 kesalahan dalam 100 sampel.
Perubahan kualitas air baku akibat pasang surut akan mengalami peningkatan oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor gejala alam dan Faktor degradasi lingkungan. Faktor gejala alam disebabkan kemarau panjang seperti El-Nino atau tingginya curah hujan seperti La-Nina, sedangkan faktor degradasi lingkungan disebabkan deforestrasi daerah aliran sungai (DAS) dan pencemaran limbah domestik dan industri. Faktor gejala alam tidak dapat dikendalikan tetapi faktor degradasi lingkungan dapat dikelola untuk mengurangi dampak pasang surut yang terjadi.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pasang surut di kualitas air baku dan air minum. Perubahan kualitas air baku selain membahayakan manusia jika memanfaatkan air baku sebagai air minum tanpa proses pengolahan, juga berimplikasi pada proses pengolahan air minum PDAM Tirta Musi. lmplikasi yang terjadi antara lain adalah kerusakan bangunan akibat pH yang rendah, implikasi proses pengolahan air minum dan implikasi pada biaya proses pengolahan.
Untuk mengatasi permasalahan kualitas air baku yang disebabkan pasang Surut, pemerintah disarankan memperbaiki dan menyelaraskan peraturan yang berlaku. Untuk mengurangi degradasi Iingkungan yang mengakibatkan peningkatan perubahan kualitas air baku oleh pasang surut, pemerintah disarankan menerapkan sistem pengelolaan sungai terpadu. Untuk pihak PDAM Tina Musi, perbaikan proses dan penambahan proses pengolahan air minum harus memperhatikan periode dan pengaruh pasang surut. Pertimbangan pemilihan proses pengolahan air minum yang digunakan selain mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomis, juga harus mempertimbangkan faktor lingkungan Masyarakat yang mengambil air baku untuk air minum disarankan untuk memperhatikan periode pasang surut dan melakukan proses pengolahan air minum sebelum memanfaatkanya."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Libriyanto
"Kualitas wilayah pesisir sangat ditentukan oleh pengaruh yang diterimanya dari wilayah di sekitarnya. Sebagai salah satu kegiatan di wilayah daratan pesisir, pengelolaan perikanan tambak seringkali kurang memperhatikan kemampuan sumber daya alam serta pelestarian ekosistem dan lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas dampak kegiatan budidaya tambak di pesisir Utara Tangerang terhadap pencemaran pada perairan pesisir ditinjau dari kualitas air saluran irigasi tambaknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air saluran irigasi tambak di muara Daerah Aliran Ci Manceuri berdasarkan standar baku mutu golongan C untuk parameter amonia, tidak memenuhi standar baku mutu, sedangkan untuk parameter oksigen terlarut, masih memenuhi standar baku mutu. Kualitas air saluran irigasi tambak menunjukkan kecenderungan semakin ke arah hilir saluran, kualitas airnya relatif semakin memburuk. Faktor luas daerah tangkapan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai amonia dan oksigen terlarut. Untuk parameter amonia faktor pasang surut air laut mempengaruhi secara signifikan, sedangkan untuk parameter oksigen terlarut tidak dipengaruhi oleh faktor pasang surut.

The quality of territorial water of coastal area is very determined by the influence that accepted from the environments around it. As one of the activities in territorial shore of coastal area, the management of fishpond often less attention from the ability of natural resources and the continuation of ecosystem also the environment. Purpose of this research is studying the impact of fishpond culture activities in coastal area of North Tangerang facing the contaminated water at coastal area which have been evaluated from the quality of fishpond water irrigation.
Result of this research indicated that the quality of fishpond water irrigation in stream estuary area of Ci Manceuri pursuant to standarization quality of C faction for ammonia parameter weren?t fulfilled, while for dissolve oxygen parameter still fulfilled. Quality of fishpond water irrigation indicated tendency more progressively up to downstream tunnel, then the quality of its relative more progressively deteriorated. Factor of catchment area don't have an influence on by significant to ammonia and dissolve oxygen. Ammonia have influence by tide water, but dissolve oxygen don't influence by tide water.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Habib
"Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting bersama dengan mesin lainnya di suatu industri yang berfungsi untuk menurunkan temperature air. Cooling Tower sistem terbuka menggunakan air sebagai media pertukaran panas. Air yang terus bersirkulasi dapat menyebabkan kerak, korosi, dan lumut karena kualitas air menurun sehingga proses pertukaran panas di cooling tower tidak optimal. Umumnya perawatan cooling tower pada industri menggunakan bahan kimia, namun hal tersebut dianggap belum efektif. Langkah alternatif dalam menjaga kualitas air di cooling tower adalah dengan menggunakan ozon. Flowrate, temperature inlet, dan jumlah ozon terlarut yang diinjeksikan tentu berpengaruh pada cooling tower, terutama kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperature inlet yang divariasikan terhadap kualitas air, efektivitas cooling tower dan penghematan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penilitian ini menggunakan miniatur cooling tower dengan sistem terbuka berukuran (70 x 42,5 x 53) cm. Kualitas air dari cooling tower sistem terbuka ditentukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat uji dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinitas, Ca dan Mg Hardness, Na, dan Cl, serta Range dan Approach. Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai Losses, Practical Ozone Scaling Index (POSI), memprediksi nilai Maximum Cycle dan Maximum Cycle of Concentration, menghitung nilai Blowdown Rate dan Make up Water yang dibutuhkan dan menghitung persentase Efektivitas Cooling Tower. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa temperature inlet 30? merupakan temperature inlet yang paling optimal. Ketika temperature inlet 30?, jumlah volume air blowdown dapat menurun 60,94% dan jumlah kebutuhan make up water dapat menurun 36,76%.

Cooling Tower is an important component along with other machines in an industry that functions to reduce water temperature. Open system cooling towers use water as a heat exchange medium. Water that continues to circulate can cause scale, corrosion, and moss because the quality of the water decreases so that the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. Generally, cooling tower maintenance in industry uses chemicals, but this is considered ineffective. An alternative step in maintaining water quality in cooling towers is to use ozone. Flowrate, inlet temperature, and the amount of dissolved ozone injected certainly affect the cooling tower, especially water quality. The purpose of this study was to determine the effect of varied inlet temperature on water quality, cooling tower effectiveness and water savings. The method used in this study is a quantitative experiment. This research uses a miniature cooling tower with an open system measuring (70 x 42.5 x 53) cm. Water quality from an open system cooling tower is determined by measuring using a test kit and conducting laboratory tests. Data recorded from this study are Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na and Cl, as well as Range and Approach. The data will be used to find Losses values, Practical Ozone Scaling Index (POSI), predict Maximum Cycle and Maximum Cycle of Concentration values, calculate the required Blowdown Rate and Make up Water values and calculate the percentage of Cooling Tower Effectiveness. The results obtained from this study indicate that the inlet temperature of 30? is the most optimal inlet temperature. When the inlet temperature is 30?, the amount of blowdown water volume can decrease by 60.94% and the amount of make-up water needed can decrease by 36.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Rasyad
"ABSTRAK
Sagu (Metroxylon sp) merupakan sumber karbohidrat yang cukup potensial, dan merupakan salah satu sumber daya hayati yang lestari (renewable) dan mempunyai prospek yang dapat membantu memecahkan masalah pangan dan energi.
Industri pengolahan sagu yang terdapat di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat umumnya berkapasitas antara 300 ? 400 kg tepung sagu kering setiap harinya. Untuk mendapatkan tepung tersebut dibutuhkan air sebanyak 41.943,5 liter. Sebanyak 14.335,9 liter terbuang merupakan air buangan sisa pengolahan sagu, dam sebanyak 0.420,9 liter air terbawa bersama ampas dan terbawa bersama pati sebanyak 24.543,6 liter.
Untuk mengetahui pengaruh air buangan industri sagu terhadap kualitas badan air penerima, dilakukan analisis laboratorium di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian Bogor.
Pengambilan sampel air dilakukan sebelum dan sesudah pencemaran terjadi serta dilaksanakan pada musim hujan dan musim kemarau.
Analisis statistikk untuk mengolah data dilakukan dengan metode Uji Beda dan dilanjutkan dengan Uji T.
Hasil analisis air buangan sisa industri pengolahan sagu tidak memperlihatkan adanya unsur beracun atau kandungan logam, beberapa parameter memperlihatkan nilai yang cukup tinggi seperti Daya Hantar Listrik (DHL) 847,0 mikromhos per cm, Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) BB4,6 mg/liter, Kebutuhan Oksigen Biokima (BOD) 582,2 mg/liter dan padatan tersuspensi 808,0 mg/liter.
Parameter lainnya memperlihatkan nilai yang kecil dibawah nilai baku mutu air limbah. Dengan tingginya nilai BOD dan COD diperkirakan air buangan sisa industri dapat mempengaruhi kualitas air sungai tersebut.
Hasil analisis kualitas air sungai Cikasungka yang dilanjutkan dengan Uji statistik menunjukkan adanya beda nyata beberapa parameter di musim kemarau seperti COD, Alkalinitas, Salinitas dan Kesadahan, sedangkan parameter lainnya tidak tidak memperlihatklan perbedaan nyata. Pada musim hujan parameter BOD, COD, SAR dan Salinitas memperlihatkan perbedaan nyata sedangkan lainnya tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, bahkan beberapa parameter tidak dapat dibedakan karena nilainya kecil.
Sungai Cidurian memperlihatkan adanya perbedaan nyata antara sebelum terjadi pencemaran dengan sesudah adanya pencemaran pada parameter Oksigen terlarut (DO) dan zat padat total pada musim hujan, sedangkan di musim kemarau hanya parameter DOD yang memeperlihatkan perbedaan nyata. Parameter lainnya tidak menunjukkan perbedaan nyata antara sebelum dan sesudah terjadinya pencemaran, bahkan beberapa parameter tidak dapat dibedakan karena nilai yang didapat kecil.
Dari hasil Analisis dapat disimpulkan bahwa air buangan industri sagu pada waktu masuk ke badan air penerima dapat menimbulkan pencemaran terlihat dari tingginya nilai DOD dan COD.
Pencemaran yang ditimbulkan air buangan sisa pengalahan sagu tidak berpengaruh terhadap kualitas badan air yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian dan perikanan.
Walaupun demikian tidaklah berarti air buangan dapat dibuang begitu saja ke perairan karena air sungai tersebut juga merupakan sumber air minum bagi masyarakat banyak.

ABSTRACT
Sago (Metroxylon sp) is a potential carbohydrate resources and one of renewable resources that could solve food and energy problem. In Bogor, West Java, capacity of the sago processing industries are usually between 300 - 400 kg dry sago starch per day. To produce this amount of sago starch, 41.943,5 liters of water is required where 14.335,9 liters of the water are disposed as liquid waste and B.420,9 liters are discarded together with solid waste.
In order to find out the effect of waste water of sago industries to the quality of water stream river, water analysies was carried out at Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industry Hasil Fertanian Bogor.
Sample was collected from the Cikasungka river and Cidurian river. From each river sample was taken before and after pollution during the rainy and dry season. Difference test method and T test were used for data analysies.
Analysis of waste water taken from the industries before disposed to the river showed that there was no metal and poisonous element found, although some indicators showed high value of DHL (847,0 micromhos/cm), COD (884,6 mg/liter), BOD (582,2 mg/liter) and suspended solid (808,0 mg/liter).
The result of water analysis of Cikasungka river during the dry season indicated that there is significant difference among parameters such as COD, Alkalinity, Salinity and Hardness. While in the rain season, parameters, such as BOD,COD,SAR and Salinity showed significant difference for both before and after pollution.
Water analysis of Cidurian river during the rainy season showed that there was significant difference between DO and total solid for before and after pollution. In the dry season only BOD content showed significant difference.
Due to the high value of BOD and COD it is presumed that sago industry waste water could effect the quality of the river stream water.
Based on the standard quality of waste water for Agriculture and Fishery, it is obvious that pollution caused by the waste water of sago industries does not influence the quality of river stream water that is used for Agriculture and Fishery. However this does not mean that sago industries waste water can be discarded directly to the river, because the river is also used as drinking water resources for the people.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslim Aminuddin
"Sungai Pesanggrahan dari karakteristik lebar sungainya merupakan sungai menengah. Kandungan kimia dan biologis air Sungai Pesanggrahan menunjukan bahwa Sungai Pesanggrahan sudah tercemar. Pencemaran air Sungai Pesanggrahan lebih besar ditemukan pada kawasan hilir, hal ini disebabkan menumpuknya senyawa-senyawa kimia yang bersumber dari limbah industri dan domestik. Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan sebagian besar merupakan kawasan permukiman. Pembangunan kota di Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan menjadi pengaruh besar terhadap penurunan kualitas air Sungai Pesanggrahan. Pembangunan tersebut paling besar terjadi pada periode 2004-2010. Lalu, pada periode 2010-2013 pembangunan lebih banyak pada perubahan struktur aliran Sungai Pesanggrahan, yaitu pada pelebaran dan pelurusan sungai. Kawasan pada Daerah Aliran Sungai Pesanggrahan banyak digunakan sebagai area industri ilegal, sehingga melanggar ketentuan tata ruang yang ada. Peran Pemerintah Kota Jakarta dalam menjaga kualitas air sungai yaitu pada fungsi pembangunan dan pengawasan bangunan-bangunan yang melanggal aturan. Hal ini merujuk pada pemberian izin dan terakhir pada penindakan terhadap pihak-pihak yang melanggar dan berperan dalam penurunan kualitas air Sungai Pesanggrahan.

The Pesanggrahan River from the characteristics its river width is an intermediate river. The chemical and biological content of Pesanggrahan River water shows that the Pesanggrahan River has been polluted. Water pollution in the Pesanggrahan River is greater in the downstream area, this is due to the accumulation of chemical compounds from industrial and domestic waste. Most of the Pesanggrahan Watershed are residential areas. City development in the Pesanggrahan Watershed has a major influence on the decline in the water quality of the Pesanggrahan River. The biggest development occurred in the period 2004-2010. Then, in the 2010-2013 period the development was more on the changes in the structure of the Pesanggrahan River flow, namely on river widening and straightening. The area in the Pesanggrahan Watershed is widely used as an illegal industrial area, thus violating existing spatial provisions. The role of the Jakarta City Government in maintaining river water quality is in the function of building and supervising buildings that violate the rules. This refers to the granting of permits and finally to prosecution of parties who violate and play a role in decreasing the quality of the Pesanggrahan River water."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunik Sri Wahjuni
"Surakarta is the second biggest city in Central Java. The expansion of the city is directed to the north and south. The expansion to the north side is encouraged by the existing Mojosongo PERUMNAS. The Mojosongo PERUMNAS has been developed to the northeast area approaching the Putri Cempo final waste disposal site.
The final waste disposal site is located in the area that consists of volcanic stones, big conglomerates, lava precipitation, tufa, calcareous, and sand stone. The shallow well water in the Nojosongo PERUMNAS tends to be infiltrated by either the leachate or run off from Putri Cempo final waste disposal site, so that the water quality will, of course, be decreasing and potentially will in turn affect the health of community.
Clean water is an essential necessity for human being. Only 40% of the urban and semi urban population and 25% of the rural population in Indonesia have access to a reliable supply of clean water. In Surakarta, only a. small part of the population has been supplied with potable water.
The purpose of this research is to identify the influence of Putri Cempo final waste disposal site towards the water quality of nearby wells. The quality of well water is compared with water quality criteria from the Health Ministry through its Regulation Number 418/MENKES/PER/IBC/1890.
The Location of observed shallow wells was purposely chosen. The sample of well water was collected on two occasions (in the months of July and September). The samples were collected from twelve shallow wells: eight community shallow-wells which are used for daily activities; one unused well; and three other shallow wells purposely made for this re-search. Sampling process was conducted by using standard equipment from Balai Telrnik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta (BTKL Yogyakarta). Samples were analyzed in BTKL Yogyakarta, the examined characteristics were: total suspended solids, iron, manganese, chloride, hardness, sodium, sulphate, BOD, COD, Pb, Cd, Cu and Cr. T Test has been employed to analyze sample collected in the month of July and September. The degree of existing parameters and the distance of the wells have been analytically described.
The results indicate that two parameters in lea-chafe (iron and manganese) have exceeded the threshold value of Waste Water Standard as stated in KEP-03/MEIflcLH/I I/ 1991. The wells number 1,2 and 3 which have the distance of 10 in.50 m and 100 m from the final waste disposal respectively have been affected by the lea-chafe; iron and manganese have already exceeded the thres hold value as stated in the regulation number 4l6/MENKES/PER/I/1990 concerning clean water. The content of pollutants has been highest in well number 1 that have the distance of 10 m. T test analysis indicated that season does not affect the quality of well water around the final waste disposal site. Bacteria Escherichia coil was found in high degree in every examined wells. This certify that those 12 examined well water does not fulfill a requirement for potable water. This has got to be seriously paid attention.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A surveyon water quality was conducted in Cimanuk river in 1999/2000 representing the upstream down to estuary region...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>