Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87958 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Izumi Diana Nur
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Cara remaja putri Jepang mengaktualisasikan dirinya, dan dari mana remaja mendapatkan dana untuk mendukung penampilannya. Kesadaran kelompok remaja Jepang dan pengaruh media massa juga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumtif remaja Jepang khususnya terhadap fashion.
Usia remaja merupakan tahap pencarian dan pembentukan identitas diri dan aktualisasi diri. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan jati diri remaja menjadi penting bagi mereka. Remaja Jepang adalah konsumen yang sangat menyukai sesuatu yang bermerek dan baru. Terutama pada usia SMP dan SMU, mereka sangat peka terhadap perbedaan. Merupakan hal yang wajar jika remaja mengikuti mode dan idols mereka dalam hal berpakaian dan berpenampilan, namun jika tidak dicermati dengan baik, maka akan berakibat kepada obsesi yang berlebihan, sehingga menimbulkan hal-hal yang negatif.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja Jepang cenderung menjadi konsumtif karena faktor-faktor yang meliputi; diri remaja itu sendiri, teman sebaya, dorongan untuk diterima dalam kelompok dan sosialisasi media massa, yang mencakup industri fashion. Sikap konsumtif dan obsesi berlebihan membuat segelintir remaja putri Jepang menjadi permisif dan melakukan enjo kosai."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirto Apriyanto
"Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara dua variabel yaitu variabel aktualisasi diri tim PELATNAS bola voli SEA Games ke XXII putra dan putri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inferential. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah survei. Populasi dan sampel penelitian adalah atlet bola voli yang terdaftar sebagai tim PELATNAS bola voli SEA Games yang berjumlah 24 orang, terdiri dari 12 atlet putra dan 12 atlet putri. Karena jumlah populasi yang sedikit, untuk sampel penelitian digunakan seluruh populasi. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Valid atau tidaknya setiap item pernyataan ditentukan oleh pendapat dan penilaian dari para pakar. Reliabilitas alat ukur harga menghasilkan koefisien alpha sebesar 0.8137. Setelah dilakukan analisis butir dengan membuang butir yang memiliki korelasi negatif dan korelasi di bawah 0.200 maka diperoleh koefisien Alpha sebesar 0.8785. Dari 24 responden penelitian didapatkan nilai rata-rata untuk aktualisasi diri responden putra sebesar 146.8333 dengan standar deviasi sebesar 9.87037 dan rata-rata aktualisasi diri responden putri 158.8333 dengan standar deviasi sebesar 11.82543. Dalam pengambilan keputusan ditentukan bahwa probabilitas kurang dari (<) 0.05, maka Ho ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, atau tingkat aktualisasi pada atlet putri lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat aktualisasi diri atlet putra PELATNAS bolavoli SEA Games XXII."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Andrias, 1964-
Jakarta: Kompas, 2004
370.152 3 AND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Maria Santi Widyartini
"ABSTRAK
Perilaku mengambil tanggung jawab merupakan perilaku peran ekstra yang
berorientasi mempengaruhi fungsi organisasi dengan mengubah cara berjalannya
proses kerja. Nilai yang menjadi pedoman hidup individu dan menjadi tujuan
yang ingin dicapainya diduga dapat menjelaskan fenomena perilaku mengambil
tanggung jawab. Dengan menggunakan teori nilai dasar dari Schwartz (1992),
studi ini menguji apakah nilai keterarahan diri, keselarasan, prestasi, dan
kekuasaan dapat memberikan efek utama pada perilaku mengambil tanggung
jawab. Persepsi individu pada iklim kelompok yang mendukung inovasi juga
diduga akan berpengaruh memperkuat hubungan antara nilai individu dengan
perilaku mengambil tanggung jawab. Penelitian korelasional dilakukan pada 111
responden di suatu BUMN pada karyawan level staf. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan dua sumber yaitu penilaian diri sendiri dan penilaian dari
atasan. Hasil menunjukkan dari tipe nilai keterarahan diri, keselarasan, dan
prestasi, dan kekuasaan, hanya nilai kekuasaan yang memiliki efek utama.
Dengan koefisien regresi sebesar .242 p<0.05, nilai kekuasaan menjelaskan 6.3%
pada perubahan perilaku mengambil tanggung jawab. Namun hasil menunjukkan
bahwa iklim yang mendukung inovasi tidak berkorelasi dengan perilaku
mengambil tanggung jawab. Iklim inovasi juga tidak memberikan efek moderasi
bagi hubungan nilai keterarahan diri, keselarasan, prestasi dan kekuasaan dengan
perilaku mengambil tanggung jawab

ABSTRACT
Taking charge is an extra-role behaviour which intend to effect organizationally
functional change by giving constructive effort in changing how work is executed
within the jobs. This research attempts to examine individual values in order to
understand taking charge behaviour at work. By using Schwartz?s basic individual
theory, this study proposed there are main effects from type of values selfdirection,
conformity, achievement, and power to taking charge behaviour. The
role of perceived innovation support climate as moderator between each values
and taking charge behaviour was also proposed in this study. The study was
conducted in state owned enterprises organization and all the respondents were
employees in staff level. I used data from different sources (self-report and
supervisor-rating) and obtained 111 respondents. The findings show only power
could become a main predictor for taking charge otherwise the others values have
no significant main effect. With R2= .063 (βpower = .242, p<0.05), power can only
explain 6.3% variance of taking charge. Perceived innovation support climate also
shows no significant correlation with taking charge. Moreover, perceive
innovation support climate has no moderation effect to each values and taking
charge"
2016
T46223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Christina
"ABSTRAK
Masyarakat Batak Toba memiliki sistem kekerabatan yang patrilineal yaitu mengikuti
garis keturunan ayah. Sebelum menikah, wanita merupakan bagian dari kelompok
ayahnya dan setelah menikah ia akan ?rneninggalkan? keluarganya dan masuk ke
dalam satuan kekerabatan suaminya. Kedudukan dan peran wanita dalam adat Batak
Toba ditentukan oleh posisi ayah atau suaminya dan ia tidak memiliki posisi sendiri
dalam adat. Lain halnya dengan pria yang dianggap raja dan selalu ditinggikan
kedudukannya dibandingnya wanita.
Perbedaan kedudukan antara pria dan wanita Batak Toba sangat jelas terlihat salah
satunya dalam pengambilan keputusan pada acara-acara adat. Pada forum-forum
resmi seperti itu, pendapat wanita kurang didengarkan dan prialah yang lebih
dominan dalam memutuskan segala sesuatu. Para wanita Batak sendiri jika ditanyai
pendapatnya, rnenyerahkan hal itu kepada para suami dan akhirnya suamilah yang
berbicara. Selain itu subordinasi wanita Batak Toba ini pun terjadi di gereja HKBP
sebagai tempat mayoritas masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen Protestan
beribadah. Jika kita amati di gereja-gereja HKBP di seluruh Indonesia, mayoritas
pendeta, guru huria dan penetua didominasi oleh kaum pria (Siregar, 1999).
Marjinalisasi posisi wanita Batak Toba memang sudah tidak sesuai lagi dengan
tuntutan modernisasi dan demokrasi saat ini. Sudah selayaknya persepsi yang
menomorduakan kedudukan wanita dalam masyarakat Batak itu diubah. Sulitnya,
ideologi peran jender seseorang sangat tergantung pada konteks sosial di mana orang
tersebut berada dan konsepsi budaya tersebut mengenai jender. Sehingga jika dalam
kognisi orang Batak pensubordinasian wanita dalam taraf tertentu sesuai dengan
belief yang mereka anut, maka hal tersebut akan lebih dipandang sebagai harmoni
daripada dominansi dalam struktur patriarkat (Muluk, 1995).
Kedudukan dan peran wanita dalam masyarakat Batak Toba tidak lepas dari role-
expectation yang ada dalam masyarakat tersebut. Melalui penelitian ini penulis ingin
mengetahui gambaran ideologi peran jender pria dewasa muda Batak Toba, role-
expectation terhadap wanita dari perspektif kedua belah pihak dan pengaruhnya
terhadap aktualisasi diri wanita. Metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan gambaran ideologi peran jender
pria dewasa muda Batak Toba di Jakarta digunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan kuesioner adaptasi SRI. Pemahaman yang mendalam mengenai role-
expectation dan darnpaknya terhadap aktualisasi diri dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif.
Teori yang menjadi landasan penelitian ini meliputi budaya Batak Toba yang
menggambarkan kedudukan wanita dalam masyarakat adat dan sistem kekerabatan
mereka, teori mengenai masa dewasa muda, role-expectation dan jender sebagai
konstruksi sosial, serta teori-teori mengenai aktualisasi diri.
Hasil analisis data kuantitatif didapatkan gambaran bahwa pada cukup banyak aspek
SRI pria dewasa muda Batak Toba menganut ideologi peran jender tradisional lebih
banyak daripada yang modern. Analisis tambahan terhadap data kontrol dengan
menggunakan one-way anova dan t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam hal ideologi peran jender berdasarkan usia, pendidikan, status,
pengeluaran tiap bulan dan lama subyek tinggal di Jakarta.
Hasil analisis kualitatif didapati kesimpulan bahwa kedua subyek pria masih
menganut ideologi peran jender tradisional terutama mengenai kedudukan pria dan
wanita dalam keluarga. Para responden memandang kedudukan pria sebagai kepala
keluarga dan wanita sebagai ibu rumah tangga sebagai sesuatu yang wajar walaupun
responden wanita memiliki harapan untuk diperlakukan sejajar (sebagai patner) oleh
pasangannya. Para responden wanita juga cenderung untuk konform dengan budaya
yang ada dan berlaku. Sebagian besar dari mereka menginginkan perubahan namun
tidak disertai dengan usaha yang mengarah ke sana.
Saran yang diajukan untuk masyarakat Batak Toba adalah untuk melakukan
introspeksi diri apakah pandangan bahwa pria adalah raja dan wanita memiliki
kedudukan yang lebih rendah masih layak dipertahankan melihat dampak yang
dialami oleh wanita dalam mencapai aktualisasi dirinya. Pengubahan pandangan ini
disarankan melalui agama dan gereja karena adat yang bersifat mutlak akan sulit
untuk diubah.
Penelitian yang sempa disarankan untuk diadakan guna memberikan pengetahuan
tambahan bagi para konselor perkawinan maupun yang menangani orang-orang yang
mengalami masalah dalam aktualisasi diri. Konsepsi peran jender tiap-tiap
masyarakat adat di Indonesia mempengaruhi bagaimana orang tersebut memandang
dirinya dan lawan jenis dalam hal nilai-nilai, peran dan kedudukan mereka. Penelitian
ini diharapkan dapat membantu untuk menemukan pendekatan yang tepat dalam
konseling
Untuk penelitian lanjutan, beberapa saran yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah
menambah jumlah sampel, memperhatikan karakteristik agama subyek, memiliki
norma normatif mengenai ideologi peran jender pria Indonesia, mencari cara
pengolahan data yang lebih tepat dan memperkaya variabel yang mungkin
berpengaruh terhadap ideologi peran jender."
2000
S3011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Talitha Az Zahra
"Maraknya kemunculan kafe di perkotaan kini telah menjadikan kegiatan nongkrong atau hangout di kafe sebagai gaya hidup yang sangat digemari oleh para remaja, khususnya di wilayah Jabodetabek. Beragamnya kafe yang tersebar di wilayah Jabodetabek dengan segala fasilitasnya menjadikan banyak remaja datang ke kafe dengan tujuan untuk mengupdate status dan mengunggah foto selfie mereka di media sosial sehingga bisa diketahui oleh banyak orang. Dengan kata lain, kegiatan mengunjungi kafe dengan tujuan melakukan selfie dan mengupdatenya ke media sosial saat ini merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui karakteristik dari kafe yang dipilih dan digemari oleh para remaja di Jabodetabek sebagai tempat melakukan selfie untuk diupdate ke media sosial. Penelitian ini kemudian juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik spot pada kafe yang dipilih untuk dijadikan tempat swafoto atau selfie para remaja Jabodetabek berdasarkan motivasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik kafe di Jabodetabek yang digemari remaja untuk melakukan selfie merupakan kafe yang memiliki konsep industrial dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Kemudian para remaja juga umumnya memilih mengunjungi kafe di Jabodetabek yang memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, dan juga memilih kafe yang berada pada kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa. Sebagian besar para remaja di Jabodetabek memilih spot selfie yang memperlihatkan signag atau logo branding kafe yang dikunjunginya, dimana selfie dilakukan dengan latar papan nama kafe atau bangunan dan bagian depan kafe yang menunjukkan logo branding atau lokasi kafe yang dikunjunginya tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, perilaku membagi foto dengan menunjukkan brand suatu kafe atau kedai kopi terkenal dilakukan remaja dengan maksud memberitahukan atau membagi informasi kepada khalayak bahwa mereka sedang melakukan tren yang ada, dimana ini merupakan bentuk aktualisasi diri mereka.

The rise of cafes in urban areas has now made hanging out or hanging out at cafes a lifestyle that is very popular with teenagers, especially in the Greater Jakarta area. The variety of cafes spread across the Jabodetabek area with all the amenities makes many teenagers come to the cafe with the aim of updating their status and uploading their selfies on social media so that many people can find them. In other words, visiting cafes with the aim of taking selfies and updating them on social media is currently a form of adolescent self-actualization. This study aims to analyze and find out the characteristics of cafes that are chosen and favored by teenagers in Jabodetabek as a place to take selfies to be updated on social media. This research was then also conducted to find out the characteristics of the spots in cafes that were chosen to be used as selfie spots for Jabodetabek teenagers based on their motivation. The results of this study indicate that the characteristics of cafes in Jabodetabek which are popular with teenagers to take selfies are cafes that have an industrial concept and have very complete facilities. Then teenagers also generally choose to visit cafes in Jabodetabek which have easy accessibility, both by public transportation and private vehicles, and also choose cafes that are in office, trade and service areas. Most teenagers in Jabodetabek choose selfie spots that show the signage or branding logo of the cafe they visit, where selfies are taken against the backdrop of the cafe or building's signboard and the front of the cafe showing the branding logo or location of the cafe they visited. Based on the results of the analysis carried out, the behaviour of sharing photos by showing the brand of a famous cafe or coffee shop is carried out by teenagers with the intention of informing or sharing information with the public that they are following an existing trend, which is a form of self-actualization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafiyah Nanda Pratiwi
"Fenomena quarter life crisis adalah krisis seperempat abad ketika seseorang mulai merasakan perasaan tidak stabil, ragu, takut, dan bimbang untuk melanjutkan kehidupan. Fenomena ini kemudian menjadi sebuah isu sosial yang marak terjadi pada generasi muda saat ini. Tindakan preventif untuk mengurangi dampak negatif dari quarter life crisis adalah dengan menerapkan coping mechanism sebagai strategi pertahanan diri. Lagu dengan muatan pesan tertentu dapat membantu proses dalam menghadapi atau mengatasi krisis seperti itu. Salah satunya adalah lagu Zombie (English Version) milik Day6. Studi ini menganalisis pemaknaan lagu Day6 Zombie (English Version) oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UI terhadap fenomena quarter life crisis. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan paradigma interpretif. Studi ini berkesimpulan bahwa setiap informan berada di posisi yang beragam ketika memaknai isi pesan dalam lagu Zombie (English Version). Pada informan yang sedang mengalami quarter life crisis cenderung memaknai lagu Zombie lebih spesifik dan mendalam, seperti mengaitkan lirik lagu dengan permasalahan pribadi, kelabilan, kebimbangan, dan mempertanyakan eksistensi kehidupan melalui lirik lagu Zombie. Lagu Zombie memiliki peran sebagai Katharsis untuk mekanisme koping dalam menyalurkan emosi dan perasaan pendengar yang konstruktif. Sedangkan informan yang belum mengalami quarter life crisis akan memaknai lagu Zombie secara lebih general seperti menceritakan kesedihan, kegagalan, kebimbangan pada umumnya.

The phenomenon of quarter life crisis is a phase when someone begins to feel unstable, doubtful, afraid, and indecisive to continue their life. Afterwards, this tendency developed into social issue that is prevalent among young generation these days. Preventive action to reduce the negative impact of the quarter life crisis is to utilize a coping mechanism as a self-defense strategy. A song with a specific message can help the process of dealing with or overcoming such a crisis. One of them is Day6's song Zombie (English Version). This study analyzes reception of the Day6’s song Zombie (English Version) among Communication Science students of University of Indonesia towards the quarter life crisis phenomenon. The study was carried out using qualitative methods and an interpretive paradigm. This study concludes that each informant is in various positions when interpreting the message content in the Zombie (English Version). Informants who are going through a quarter-life crisis tend to understand Zombie songs more profoundly and explicitly, connecting song lyrics with personal issues, instability, and lack of direction as well as querying the existence of life. A Zombie song can serve as a catharsis for coping strategies that help listeners convey their emotions and sentiments in a positive direction. Informants who haven't gone through a quarter-life crisis, however, will interpret the Zombie song more broadly, interpreting it as conveying grief, failure, and overall hesitation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
Mk-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gladhys Elliona Syahutari
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan apakah inisiatif pertumbuhan diri merupakan prediktor kesehatan mental, serta bagaimana media akting memperkuat hubungan inisiatif pertumbuhan diri dan kesehatan mental aktor Indonesia. Partisipan penelitian ini terdiri dari 75 orang aktor yang terdiri dari tiga kelompok media akting: aktor panggung, layar, dan yang menjalani keduanya. Penelitian menggunakan desain non-eksperimental dengan metode korelasional serta menggunakan teknik Hayes rsquo; Moderation PROCESS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiatif pertumbuhan diri bukan merupakan prediktor dari kesehatan mental b = 0.351 , p > 0.01 . Media akting terbukti menjadi moderator yang signifikan dalam hubungan inisiatif pertumbuhan diri dan kesehatan mental r2 = 0.260, p < 0.01.

ABSTRACT
This research aim to answers questions, whether personal growth initiative is the predictor of mental health and how acting medium moderating correlation between personal growth initiative and mental health among Indonesian actors. Participants consist of 75 actors divided into three groups screen actors, stage actors, and those who do both. The research design is non experimental with correlation method using Hayes rsquo Moderation PROCESS technique. Result shown that personal growth initiative is not the predictor for actors rsquo mental health b 0.351 , p 0.01 , The media of acting proved as the moderator of the correlation between personal growth initiative and mental health simultaneously r2 0.260, p 0.01."
2017
S67737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>