Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Nur
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan dalam masyarakat menurut tingkat perbedaan distribusi pendapatan rumah tangga Kawasan Timur Indonesia. Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2000, dan diselenggarakan dari Lembaga Pemerintah untuk setiap tahun, oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan bantuan persamaan regresi logistik model penjumlahan. Berdasarkan analisis deskriptif data Susenas 2000 dapat diketahui bahwa 27.349.586 jiwa penduduk di Kawasan Timur Indonesia, sekitar 52,08 % hidup di daerah Pedesaan dan 47,92 % tinggal di wilayah Perkotaan. Memperhatikan sumber pendapatan masyarakat dari 9.189.895 orang pekerja di sektor formal, perbedaan persentase menurut jenis kelamin tidak jauh berbeda yaitu 50,63% (laki-laki) dan 49,37% (perempuan). Demikian pula rumah tangga dengan kepala rumah tangga jenis kelamin laki-laki (90,51%) lebih besar dibanding jumlah perempuan (9,49%) yang mengatur pengeluaran rumah tangga dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di KTI. Berdasarkan perbedaan/ tingkat distribusi pendapatan dalam 20% per kapita pada tahun 2000 terhitung bahwa; (1) sebanyak 16,78 % anggota rumah tangga yang sakit dengan tingkat pendapatan terendah di bawah Rp.200.000,- per bulan (P1); (2) sebanyak 25,91% anggota rumah tangga yang sakit dengan tingkat pendapatan antara Rp.200.000,- hingga Rp.400.000,- perbulan (P2); (3) sebanyak 18,31% anggota rumah tangga yang sakit dengan pendapatan antara Rp.400.000, hingga Rp.564.000,- perbulan (P3), 4) sebanyak 20,00% anggota rumah tangga yang sakit dengan tingkat pendapatan antara Rp.564.000,- hingga Rp.824.000,- perbulan (P4), dan akhirnya 5) sebanyak 19,99 % anggota rumah tangga yang sakit dengan tingkat pendapatan diatas Rp.824.000, perbulan (P5).
Dengan memperhatikan status kesehatan yang buruk dihubungkan dengan tingkat pendapatan dan lingkungan tidak sehat; (1) sebanyak 18,18% (P 1) dalam quantil 20%-I; (2) sebanyak 26,79% (P2) dalam quantil-II; (3) sebanyak 18,11% (P3) dalam quantil 20%?III; (4) sebanyak 18,30% (P4) dalam quantil 20%-IV, dan; (5) sebanyak 18,62% (P5) dalam quantil 20%-V.
Jika dihubungkan antara status kesehatan buruk dengan daerah tempat tinggal, ternyata di daerah Perkotaan 52,08 % lebih banyak terjadi dari pada di daerah Pedesaan 47,92% pada semua tingkat distribusi pendapatan rumah tangga dalam quantil 20% perkapita.
Berdasarkan uji statistik regresi logistik penjumlahan maka, faktor-faktor sosio ekonomi demografi yang dominan mempengaruhi status kesehatan individu, seperti; pendapatan rumah tangga, daerah tempat tinggal, kesehatan lingkungan rumah, jenis kelamin, lapangan pekerjaan, jenis kelamin kepala rumah tangga, lama pendidikan terakhir, besarnya jumlah anggota rumah tangga dan usia penduduk di Kawasan Timur Indonesia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan suatu penelitian di kecamatan Cipayung Jakarta Timur, penelitian dilakukan pada tahun 1992/1993. Maksud dari penelitian tersebut adalah: 1)mengembangkan suatu data dasar penduduk kecamatan Cipayung, 2) menyediakan data kesehatan dan demografik yang dapat digunakan untuk menentukan masalah kesehatan di daerah tersebut, sehingga dapat disusun rencana program intervensi, dan 3) menyediakan data yang dapat digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan kerja lapangan mahasiswa FKM-UI. Metoda penelitian yang digunakan adalah census-type survey, di mana semua rumah tangga di kecamatan tersebut datanya dicatat. Sejumlah pewawancara, sedikitnya lulusan SLTA, bertugas sebagai pewawancara. Alat yang digunakan adalah kuisioner yang sebelumnya telah diujicobakan.

A study was conducted at kecamatan Cipayung, East Jakarta in 1992/1993, The purposes of the study were 1) to develop a data base of the population of kecamatan Cipayung, 2) to provide health and demographic data to indicate health problems in that area, such that intervention programs can be planned and implemented, and 3) to provide data that can be used for planning and implementing field training of FKM-UI students. A census type survey was used, all households in that area was enumerated using questionnaire, which has been pre-tested. A number of interviewers was recruited, trained, and employed, with qualification of at least a graduate from the senior high school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Sarasehan pengembangan masyarakat LPPS- KWI , 1989
614.42 FAK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2008
R 614.42 SUR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2008
R 614.42 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Unun Khamida Qodarina
"ABSTRAK
Remaja mengalami perubahan fisik, emosional, dan perkembangan sosial yang menandai perpindahan fase dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Sebagai bentuk perubahan perkembangan sosial, timbul keinginan pada remaja untuk menjalin termasuk salah satunya teman sebaya. Teman sebaya dapat mempengaruhi remaja secara positif dan negatif. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Penelitian menggunakan kriteria inklusi remaja yang pernah atau sedang berpacaran sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebesar 16679 remaja. Hasil penelitian menunjukkan pada remaja yang pernah atau sedang berpacaran yang mempunyai teman
pernah berhubungan seksual dapat meningkatkan risiko 4,2 kali lebih tinggi untuk melakukan hubungan seksual dibandingkan dengan remaja yang tidak mempunyai teman dengan pengalaman seksual setelah variabel lain dikendalikan. Remaja yang merasa terdorong oleh teman yang pernah berhubungan seksual juga dapat meningkatkan risiko 6,2 kali lebih tinggi untuk melakukan hubungan seksual dibandingkan dengan remaja yang tidak merasa terdorong oleh pengalaman
seksual teman sebaya. Variabel lain yang turut berperan dalam perilaku seksual remaja yaitu jenis kelamin, umur, status merokok, alkohol, konsumsi narkoba, dan keterpajanan media. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai perilaku seksual serta dampaknya pada remaja, komunikasi kesehatan reproduksi dari orang tua kepada remaja, serta mengikutsertakan remaja dalam kegiatan lingkungan teman sebaya yang positif diperlukan sebagai upaya mencegah dan mengatasi permasalahan perilaku seksual di kalangan remaja.

ABSTRACT
Adolescents experience physical, emotional, and social development changes that marks the displacement phase of childhood into adulthood. As a form of social developmental changes the desire of adolescents to engage with others including peer that may affect adolescent positively and negatively. The study was conducted to determine the relationship of peers on adolescent sexual behavior. The study uses cross-sectional study design and the data Indonesia Demographic Health Survey 2012. The study has an inclusion criteria which is adolescents who have or are dating so the number of samples obtained for teens 16679. Results showed that adolescents who have or are dating have been friends intercourse compared with teens who do not have any friends with sexual experience after other variables are controlled. Adolescents who feel compelled by friends who've sexual intercourse can also increase the risk 6,2 times higher for sexual intercourse compared with teens who do not compelled by peer sexual experiences. Other variables that play a role in adolescent sexual behavior are gender, age, smoking status, alcohol, drug consumption, and media of exposure. Therefore, socialization of sexual behavior and its impact for adolescents, reproductive health communication from parents to adolescents, as well as engage youth in positive peer environmental activities required in order to prevent and solve the problems of sexual behavior among adolescents."
Universitas Indonesia, 2014
S54019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ayu Nofyani
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran tingkat pengetahuan pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, kontrasepsi yang digunakan serta paritas dan mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia subur (PUS) dalam pemilihan pemakaian alat kontrasepsi. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 73 pasangan usia subur.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar reponden kurang mengetahui mengenai penggunaan dari salah satu alat kontrasepsi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya peran petugas kesehatan untuk dapat memberikan informasi yang komprehensif tentang penggunaan berbagai jenis alat kontrasepsi mengenai tujuan, keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi yang ditimbulkan dari penggunaan salah satu alat kontrasepsi.

This paper discusses the overview of the level of knowledge of fertile couples (EFA) in the use of contraceptives. This research was conducted using a descriptive design. The purpose of this study to describe the characteristics of respondents by age, sex education, employment, contraceptive use, and parity and determine the level of knowledge of fertile couples (EFA) in the election of the use of contraceptives. The research was conducted by taking a sample of 73 couples of childbearing age.
Based on the results of the study, it was found that most of the respondents are not informed about the use of contraceptives either. Therefore, the role of health workers needed to be able to provide comprehensive information about the use of various types of contraceptives on the objectives, advantages, disadvantages, indications and contraindications arising from the use of any contraceptive method.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Sri Darmayani
"ABSTRAK
Latar Belakang. Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien memerlukan upaya peningkatan kolaborasi antar tenaga kesehatan. Salah satu hambatan terbentuknya kolaborasi yang efektif adalah stereotip. Stereotip merupakan persepsi atau cara pandang mengenai seseorang atau sekelompok orang. Penelitian ini bertujuan mengekplorasi persepsi peserta didik profesi kesehatan dan praktisi kesehatan tentang stereotip.
Metode. Penelitian ini menggunakan disain studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan sampel menggunakan maximum variety sampling yang melibatkan mahasiswa tahap akademik, mahasiswa tahap profesi dan praktisi kesehatan. Pengambilan data primer dilakukan melalui diskusi kelompok terarah. Analisis data dilakukan dengan analisis tematik.
Hasil. Diskusi kelompok terarah dilakukan sembilan kali dengan total responden 71 responden. Responden peserta didik tahap akademik dan tahap profesi terdiri dari program studi pendidikan dokter, program studiilmu keperawatan dan program studi farmasi. Setiap program studi diwakili oleh delapan responden. Untuk praktisi kesehatan terdiri dari delapan dokter, delapan perawat dan tujuh apoteker. Terdapat empat tema yang diperoleh yaitu tipe stereotip, faktor yang memengaruhi terbentuknya stereotip, implikasi stereotip dan cara mengatasi stereotip.Pembentukan sterotip ini dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman tentang profesi lain, setting pelayanan, kultur hierarkis, pengalaman individu terkait pelayanan kesehatan dan pandangan masyarakat. Stereotip menyebabkan hambatan pada komunikasi, menurunkan kepercayaan diri pada profesi kesehatan tertentu. Stereotip ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kompetensi profesi, knowledge sharing antar profesi, pengenalan peran dan kompetensi profesi serta mempunyai tujuan untuk keselamatan pasien.
Simpulan. Stereotip positif dan negatif terdapat pada semua profesi yang memberikan dampak negatif pada kolaborasi. Stereotip ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang profesi lain, setting pelayanan, kultur hierarkis, pengalaman individu dan pandangan masyarakat tentang profesi kesehatan. Untuk mengatasi hal itu diperlukan adanya pengenalan peran profesi lain dan refleksi diri dari setiap individu. Selain itu diperlukan adanya pendidikan interprofesi untuk mengatasi pembentukan stereotip sehingga dapat meningkatkan kualitas kolaborasi pelayanan interprofesi

ABSTRACT
Background. Effective and efficient health services require efforts to increase collaboration between health professionals. One of the barrier of effective collaboration is stereotypes. Stereotypes represent perceptions or perspectives about a person or group of people. This study aims to explore perceptions of health professional students and practitioners regarding stereotypes.
Methods. This study was a qualitative study with phenomenology approach. Samples were selected using maximum variety sampling method, involving students from both academic and clinical stages as well as health practitioners. Primary data collection was conducted through focus group discussion. Data obtained were analyzed using thematic analysis.
Results. Nine focus group discussions were conducted with 71 respondents. Eight students of three health professions study programs were involved in this study, representing study programs of medicine, nursing, and pharmacy. Eight medical practitioners, eight nurses, and seven pharmacists were also involved in focus group discussions representing health professionals. Four themes were identified from this study including types of stereotypes, factors affecting stereotypes formation, implications of stereotypes, and how to overcome stereotypes. Stereotype formation was affected by the lack of understanding of other health professions' role, hierarchical culture, personal experience in receiving healthcare, and community view. Stereotypes among health professionals caused obstacles in healthcare team communication and reduced self-confidence in certain health professionals. These stereotypes may be overcome through competency development and knowledge sharing among professionals as well as introduction of other health care professionals' roles and competences so that each profession possessed similar goals for patients' safety.
Conclusion. Both positive and negative stereotypes affected collaboration negatively. Stereotypes were greatly affected by the lack of understandings, healthcare settings, hierarchical cultures, personal experiences, and society view regarding certain health profession. Therefore, understanding of other professions' role and self-reflection were important, as well as interprofessional education (IPE) and collaborative practice (IPCP) to overcome the stereotypes formation."
2019
T55559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>