Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Priadarsini
"Latar belakang: Pada ban berjalan terdapat gerakan tangan berulang dorso-antelaterofleksi. Gerakan berulang akan menimbulkan gejala tenosinovitis pergelangan tangan. Oleh karena, itu perlu diidentifikasi dari faktor-faktor risiko terhadap tenosinovitis.
Metode: Desain penelitian adalah studi kasus-kontrol. Kasus adalah subyek dengan gejala tenosinovitis antara lain nyeri pergelangan dan tes Finkelstein positif, dan kontrol adalah subyek tanpa gejala tenosinovitis. Suyek adalah semua karyawan bagian produksi PT M di Cikarang. Penelitian dilakukan bulan Februari- Maret 2003.
Hasil: Subyek penelitian terdiri dari 329 orang pekerja dan ditemukan 89 orang menderita tenosinovitis. Faktor risiko yang mempengaruhi tenosinovitis adalah gerakan berulang, lama kerja dan riwayat pekerjaan. Bila dibandingkan dengan yang tidak melakukan gerakan berulang maka gerakan berulang meningkatkan risiko tenosinovitis 3 kali lipat ( Odds ratio (OR) suaian-3,15; 95% Confiden interval (CI)-1,60-6,17). Bila dibandingkan dengan masa kerja kurang dart 3 tahun, masa kerja lebih dart 3 tahun meningkatkan risiko tenosinovitis 2,3 kali lipat (OR suaian=2,31; 95% CI=1,29-4,l2). Bila dibandingkan dengan pekerja yang belum pernah bekerja, yang pernah bekerja di bagian asembling meningkatkan risiko tenosinovitis 2 kali lipat (OR suaian=2,04; 95% CIM1,13-3,69). Sedangkan indeks masa tubuh, jabatan, jenis pekerjaan, posisi tangan, jenis gerakan Langan tidak terbukti mempengaruhi tenosinovitis.
Kesimpulan: Gerakan berulang, masa kerja dan riwayat pekerjaan meningkatkan risiko tenosinovitis. Untuk menurunkan risiko tenosinovitis perlu melakukan rotasi kerja sebelum masa kerja melebihi 3 tahun dan tidak menempatkan pekerja di bagian gerakan berulang bagi yang penah bekerja di bagian asembling.
Repetitive Dorso-Ante-Lateroflexal Hand Movement, Period Of Work, And History Of Work Toward Risk Of The Wrist Tenosynovitis Among Women Employees In Video Cassette Factory At PT M in Cikarang Background: Repetitive dorso-ante-lateroflexal wrist movement usually occurred at assembly line jobs. It may cause symptoms of wrist tenosynovitis Therefore; it is needed to identify the risk factors related to wrist tenosynovitis.
Method: The research design was a case-control study. The case those who had symptoms of tenosynovitis (pain of wrist and Finkelstein 's test positive), and control was subject without tenosynovitis symptom. Case and control were identified through a survey toward all of PT M in Cikarang employees during February to March 2003.
Result: There were 329 employees and 89 of them suffered from wrist tenosynovitis. The risk factors that related to the occurrence of tenosynovitis were repetitive movement, period of work more than 2 years, and history of in assembly line. Compared with those who did not have repetitive movement, those with repetitive movement had an increased risk of tenosynovitis for 3 times (adjusted odds ratio (OR) =3.15; 95% Confident Interval (Cl) =1.60-6.17). Compared with those who had working period less than 3 years, they were who worked, for more than 3 years had higher risk of tenosynovitis for 2.3 times (adjusted OR=2.31; 95% CI=1.29-4.12). Compared with those who had never worked before, those with ever-worked in assembly line had an increased risk of tenosynovitis for 2 limes (adjusted OR=2.04; 95% C1=1.13-3.69). The other factors such as body mass index, types of work, profession, position of hand, types of movement, and rested of hand were not proven to be correlated with tenosynovitis.
Conclusion: Repetitive movement, period of work, history of working at assembly line an increased the risk of tenosynovitis. Therefore, it is recommended to arrange jobs among workers by rotating them after 3 years working and not to replace workers with history assembly jobs for jobs with repetitive hand movement.
"
Jakarta: Universitas Indonesia, 2003
T11286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wudangadi JB Rampen-Harsono
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Sindrom terowongan karpal (STK) yang diawali dengan keluhan nyeri, kebas, kesemutan atau rasa terbakar di daerah persarafan medianus ditangan, tanpa pengobatan dini akan berlanjut dengan atrofi otot tenar serta kerusakan total saraf sehingga menyebabkan cacat tangan. Angka kejadian sindrom ini yang semakin meningkat di luar negeri, menurut kebanyakan peneliti erat hubungannya dengan faktor pekerjaan. Penelitian kros seksional ini mengevaluasi prevalensi sindrom terowongan karpal pada 61 tenaga kerja dengan pajanan tinggi tekanan biomekanis berulang pada tangan dan pergelangan tangan di pabrik ban P.T. BSIN, menggunakan 65 tenaga kerja dengan pajanan. rendah dari pabrik yang sama, sebagai pembanding. Juga dilakukan penilaian terhadap beberapa faktor yang diperkirakan sebagai faktor risiko. Diharapkan hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk perencanaan program pencegahan sindrom ini. Data sosio-demografis, riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit didapatkan melalui anamnesis menggunakan kuesioner, sedangkan status kesehatan ditetapkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik menggunakan tes provokatif. Pemeriksaan penunjang elektroneuromiografis dilakukan untuk konfirmasi diagnosis. Uji chi kuadrat dig unakari untuk menilai hubungan antara faktor-faktor yang diperkirakan sebagai faktor risiko dan STK, sedangkan analisis regresi logistik berganda dipakai untuk melihat probabilitas timbulnya STK sehubungan dengan faktor risiko yang ada.
Hasil dan Kesimpulan: Prevalensi STK pada pekerja bagian produksi adalah 12.7%, dan lebih tinggi pada kelompok pekerja dengan pajanan tinggi (19.7%) dibandingkan kelompok pekerja dengan pajanan rendah (6.2%). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara masa kerja dan tingkat pendidikan dengan STK. Faktor-faktor yang menunjukkan kecenderungan tinggi sebagai faktor risiko STK, selain faktor pekerjaan berupa tekanan biomekanis berulang (OR3.968) adalah faktor umur (OR 4.368) dan faktor berat badan (OR3.157).

Scope and method: Carpal tunnel syndrome (CTS) characterized by pain, numbness, or tingling of the fingers in the median nerve distribution, without early intervention will result in impaired hand function and disability. Increased risks for this syndrome has been found in manufacturing industries. The purpose of this cross sectional study, using 61 randomly selected workers exposed to high repetitive biomechanical stress at an automotive tires manufacturer, is to estimate prevalence of the carpal tunnel syndrome in this population. A control group, consisting of sixty five randomly selected workers exposed to low repetitive biomechanical stress, from the same plant is also studied. It is hoped that results of this study will be helpful in the strategic planning of early preventive measures. Socio-demographic data and occupational history are obtained by structured interview, and health status is determined using clinical history and physical examinations, including provocative testing. Electrodiagnostic testing is used for confirmation only. Association between exposure and CTS is examined with the chi square test, and multiple logistic regressions is used to estimate association between CTS and exposure , while controlling for potential confounders.
Results and Conclusions: The prevalence of CTS in the total sample is 12.7%, and is much higher in the exposed group (19.7%) compared to the control group(6.2%). When controlling for potential confounders the odds ratio for the exposed group was more than three (p-.042) compared to the control group. No statistically significant association between CTS with .years on the job or level of education is suggested. Factors associated with carpal tunnel syndrome are exposure (OR 3.968), age (OR 4.368) and body weight (OR3.157).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Samara
"Latar belakang :
Nyeri pinggang bawah (NPB) karena gangguan muskulo-skletal akibat kerja paling sering ditemukan. Faktor-faktor risiko yang dapat berkaitan dengan NPB antara lain lama duduk statis, relaksasi, indeks masa tubuh, dan factor-faktor lain. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor risiko yang turut berperan menimbulkan NPB.
Metode :
Desain penelitian adalah studi kasus-kontrol di pabrik percetakan pembuatan pita kaset video VHS PT M Cikarang. Kasus adalah subyek yang pernah atau sedang menderita NPB intermitten karena bekerja 3 bulan terakhir, nyeri tekan lokal, dan tes Laseque negatif. Kontrol adalah subyek yang tidak NPB sesuai dengan kriteria kasus. Kasus dan kontrol diidentifikasi melalui survei terhadap seluruh karyawan bagian produksi PT M pada bulan Februari-Maret 2003.
Hasil :
Subyek penelitian berjumlah 298 orang, yang menderita NPB 82 orang. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya NPB adalah lama duduk statis, relaksasi, dan indeks masa tubuh. Bila dibandingkan dengan lama duduk statis 5-90 menit, maka lama duduk statis 91-300 menit berisiko NPB 2,35 kali lipat lebih besar {OR suaian (OR)=2,35; 95% Confidence Interval (CI)=1.35-4,11). Subyek yang tidak berkesempatan merelakskan badan selama kerja (OR=2,39; 95% CI=1,00-5,70) dan indeks masa tubuh kurus (OR=2,20, 95% CI=1,21-4,00) terbukti meningkatkan risiko NPB. Faktor umur, paritas, olahraga, pekerjaan, dan sikap duduk tidak terbukti berkaitan dengan NPB.
Kesimpulan :
Lama duduk statis 91-300 menit, tidak relaksasi selama bekerja, dan indeks masa tubuh kurus terbukti memperbesar risiko NPB. Oleh karena itu perlu ada waktu relaksasi, pengurangan lama duduk, dan meningkatkan berat badan ke arah normal.

Back ground :
Low back pain (LBP) being caused by muscle-skeletal disorder is the most events in workers. Risk factors which contribute to LBP are such as long static silting, relaxation, body mass index, and other factors. Therefore it is needed to identify risk factors of low back pain.
Methods :
The research design was a case-control study at video cassette VHS PT M Cikarang. The case was subject who had story of intermittent LBP by working in last 3 months with local pain, and Laseque test negative. Control was subject without LBP as criteria as the case. Case and control were identified through as survey toward all production employees at PT M Cikarang during February to March 2003.
Results :
Subjects of this survey were 298 employees, 82 of them had LBP. The risk factors being related with LBP were static sitting, relaxation, and body mass index. Static sitting 5-90 minutes compared to 91-300 minutes, had higher risk of getting LBP for 2.35 times (Adjusted Odds Ratio (OR)=2.35; 95% Confidence Interval (CI)= 1.35-4.1). Those employees who had no relaxation while working (OR-2.39, 95% CI=1.00-5.70) and underweight (OR=2.20; 95% C1=0.05-0.97) also were identified as risk factors contributed to LBP. The other factors such as ages, parities, exercise, jobs, and posture of sitting were not proven to be correlation with LBP.
Conclusion :
Long static sitting 91-300 minutes, no relaxation during working, and underweight has been proven to increase the risk of LBP. It is recommended to have relaxation during working and decrease long static sitting, and also trying to make normal weight of employees.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lie T Merijanti S.
"Latar belakang : Pekerja bagian produksi di pabrik pengolahan daging ayam bekerja dengan sistim ban berjalan sehingga banyak melakukan gerakan repetitif tangan dan pergelangan tangan dalam menyelesaikan tugasnya. Gerakan repetitif tersebut bila dilakukan secara terus menerus dan dengan frekwensi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya Work Related Musculoskeletal Disorders / WMSD, di mana salah satunya adalah Sindrom Terowongan Karpal (STK) di kalangan pekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor- faktor apa yang berhubungan dengan timbulnya STK.
Metoda Penelitian : Desain studi adalah kros seksianal, dengan membandingkan prevalensi di dua unit kerja di bagian Slaughter House yaitu Cut up dan Evisceration. Perhitungan sampel menggunakan rumus beda dua proporsi. Populasi adalah pekerja wanita karena sebagian besar yang bekerja disini adalah wanita. Didapatkan sampel sebesar 107 orang dan bagian Cut up dan 45 orang dari bagian Evisceration. Pengumpulan data dilakukan antara bulan April sampai Mei 2004. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, observasi dan pemeriksaan fisik,. termasuk tes provokatif. Suhu lingkungan kerja didapatkan dari data sekunder.
Hasil penelitian : Didapatkan prevalensi STK sebesar 27 % (41/152) untuk seluruh bagian Slaughter House, dimana prevalensi di bagian Cut up 32,7 % (351107) dan Evisceration 13,3 % (6145). Dan analisis bivariat didapatkan faktor yang berhubungan dengan STK adalah IMT>25, unit kerja, gerakan fleksi > 45 derajat dan jumlah gerakan repetitif. Setelah dilakukan analisis multivariat ternyata hanya faktor jumlah gerakan repetitif tinggi (> 1200 gerakan 1 jam) (OR : 2,42; CI : 1,57 - 3,74) dan IMT (> 25) (OR :3,72 ; CI : 1,45 - 9, 53) yang berhubungan bermakna dengan STK .
Kesimpulan dan saran : Prevalensi STK di perusahaan ini sebesar 27 %.Gerakan repetitif tinggi dan kegemukan berhubungan bermakna dengan STK, sehingga perlu dilakukan rotasi kerja antara kedua bagian pekerja tersebut.

The Association of Carpal Tunnel Syndrome with Repetitive Movement in the Wrist and Other Factors Among Female Workers in a Food Processing Factory of PT X Cikande.Scope : Workers of the production department in poultry processing factory have to work on conveyor line system which requires repetitive movement of the wrist with high frequencies for doing the job. Continuous repetitive movement will cause work related musculoskeletal disorders, where one of them is Carpal Tunnel Syndrome (CTS). This study was conducted to identify the association between CTS and other related factors.
Methodology: The design of this study was cross sectional with comparison of high repetitive and low repetitive exposed group. The selected participants were 107 workers from cut up section and 45 workers from evisceration section. Data collection was conducted from April to May 2004. The data collection method used were guided interviews, observation and physical examination, including provocative tests. Room temperature was secondary data.
Results : The prevalence of CTS were 27 % (41/152) in the Slaughters House department, 32,7 % (351107) in the Cut up section and 13,3 % (6/45) from Evisceration section. Bivariate analyses showed that several risk factors were related to CTS such as Body Mass Index (BM], work unit, flexion > 45 degree and the frequency of repetitive movement. After conducting multivariate analyses, only two variables showed significant relationship with CTS, the frequency of repetitive movement (OR=2,42, 95%CI=1,57-3,74) and overweight ( BMI>25) ( OR=3,72,95 %Cl= 1,45-9,53).
Conclusion and Recommendation : Prevalence of CTS was found high among female poultry workers. It was concluded that high repetitive movement and overweight had a significant relationship with CTS, so that job rotation between these two sections is needed.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai pemakaian pembalut (band) yang mengandung insektisida (DEET) pada pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan kepala untuk pelindung perorangan dari gigitan nyamuk Anopheles maculatus sebagai vektor malaria, telah dilakukan di daerah Kuang, Selangor, Malaysia, pada bulan Mei sampai Juni 1998. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa konsentrasi insektisida (DEET) pada pembalut yang efektif dan efisien untuk pelindung perorangan dari gigitan nyamuk An.maculatus. Cara yang digunakan untuk penangkapan nyamuk di alam terbuka dengan umpan manusia yang memakai pembalut yang mengandung DEET dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 5%, 10%, dan 30% sedangkan kontrol 0% dengan memakai pembalut yang mengandung alkohol absolut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 6 kali percobaan diperoleh 85 ekor nyamuk (36 ekor An.maculatus dan 49 ekor nyamuk yang lain) dari pemakai pembalut nyamuk yang 0%, 22 ekor nyamuk dari pemakai pembalut yang mengandung DEET 5%, 10 ekor nyamuk dari pemakai pembalut yang mengandung DEET 10%, dan dari DEET 30% diperoleh 3 nyamuk. Dengan memakai pembalut yang mengandung DEET 30% dapat mengurangi gigitan nyamuk An.maculatus sebesar 95,77%."
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bahder Djohan
Jakarta: Yayasan Idayu, 1980
305.4 Djo d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Taufik Hidayat
"Nyeri punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah. NPB merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat modern. 70 - 85% populasi akan mengalami NPB pada masa kehidupan mereka. Beberapa penelitian, tinjauan sistematis dan metaanalisis menunjukkan bahwa akupunktur dapat menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pada NPB. Banyak metode dan teknik rangsang yang digunakan dalam akupunktur, salah satunya adalah akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Teknik akupunktur ini mempunyai kelebihan yaitu meminimalkan penggunaan jumlah jarum dan rasa tak nyaman akibat sensasi penjaruman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki terhadap skor NAS (Numeric Analog Scale) pada pasien NPB. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol. Penelitian ini melibatkan 42 pasien NPB yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (n=21) yang dilakukan akupunktur tubuh dan kelompok perlakuan (n=21 yang dilakukan akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan skor NAS yang signifikan pada kedua kelompok setelah terapi ke-3 dan ke-6. Perubahan skor NAS setelah terapi ke-3 pada kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.319). Perubahan skor NAS setelah terapi ke-6 pada kelompok perlakuan berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.041). Kesimpulan penelitian ini adalah akupunktur pergelangan tangan dan pergelangan kaki memiliki pengaruh terhadap skor NAS secara signifikan.

Low back pain (LBP) is pain felt in the lower back area. NPB is a major health problem in modern society. 70-85% of the population will experience low back pain during their lives. Some studies, systematic reviews and meta-analyzes have shown that acupuncture can eliminate or reduce pain in LBP. Many methods and stimulation techniques used in acupuncture, one of which is wrist and ankle acupuncture. This technique has the advantage of minimizing the use of the number of needles and discomfort due to the pricking sensation.
This study aimed to determine the effect of wrist and ankle acupuncture to the NAS scores (Numeric Analog Scale) in patients with low back pain. The study design used was a single-blind randomized clinical trial with control. The study involved 42 patients with low back pain who were divided into 2 groups: control group (n = 21) were carried out body acupuncture and treatment group (n = 2) were carried out wrist and ankle acupuncture.
The results showed a decline in the NAS scores significantly in both group after the 3rd and 6th therapy. Changes in the NAS score after 3rd therapy in the treatment group was not significantly different when compared with the control group (p = 0.319). Changes in the NAS score after 6th therapy in the treatment group was significantly different when compared with the control group (p = 0.041). Conclusion of this study is wrist and ankle acupuncture have an effect on the NAS scores significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Harjulianti
"Latar belakang: Para tenaga kerja yang terpajan debu kaca mempunyai risiko menderita gangguan fungsi paru restriktif. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang mempertinggi maupun yang memperkecil risiko gangguan fungsi paru restriktif yang terjadi di PT M.
Metode: Penelitian dilakukan di PT M Cikarang terhadap 412 tenaga kerjanya yang datang pada 3 minggu pertama (10 April-28 April 2000) melakukan tes tahunan spirometri. Alat yang digunakan adalah spirometer Autospiro AS-505 merk Minato buatan Jepang. Karakteristik subyek yang diteliti adalah umur, bagian, lama kerja, riwayat penyakit, riwayat merokok, riwayat olah raga dan riwayat pajanan zat yang terdapat di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
Hasil: Proporsi restriktif terbesar terdapat pada subyek yang bekerja di bagian cutting line (86,8%). Relatif terhadap subyek yang mempunyai indeks massa tubuh (EMT) yang normal, subyek yang mempunyai IMT kekurangan berat badan (BB) tingkat berat dan kekurangan BB tingkat ringan mempunyai risiko menderita gangguan fungsi paru restriktif masing-masing sebanyak 11,1 kali dan 2,2 kali lipat lebih besar (Rasio odds suaian 11,9; 95% CI: 3,12-45,70 dan rasio odds suaian 2,3; 95% CI: 1,16-4,86). Pada subyek dengan riwayat pajanan insektisida 1,7 kali lipat lebih besar (rasio odds suaian 1,7; 95% CI: 0,99-2,91; P- 0,050).Disamping itu subyek yang berpendidikan sekolah dasar dibandingkan subyek yang berpendidikan perguruan tinggi (PT) mempunyai risiko 8,3 kali lipat lebih besar namun tidak signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Subyek di bagian cutting line, yang berpendidikan sekolah dasar, yang masih batuk, mempunyai IMT kurang dan subyek dengan riwayat pajanan insektisida perlu mendapat perhatian khusus.

Background: Workers who are highly exposed to glass dust in glass manufacturing company experienced high risk of suffering restrictive lung disorders. On that basis this study is conducted to identify risk factors that increase or decrease restrictive lung disorders occurrence.
Methods: This study was performed at PT M on 412 employees who arrived in the first three weeks to undergo spirometry test. Equipment to run the test was Minato Autospiro AS-505 made in Japan. This research was designed based on employee?s criteria such as age, labor division, duration of work, experience of previous sickness, smoking and sport habits, chemical contaminated experience inside and outside the working environment.
Results: The biggest proportion of restrictive lung disorders was among subjects working in the cutting line division (86,8%). Subjects who had body mass index (BMI) categorized as light and heavy grade of abnormality, had increased risk of 11, 1 and 2, 2 times than normal BMI subjects. Otherwise subjects who had primary school education facing restrictive lung disorders of 8, 3 times greater than those who had university education. Subjects exposed to insecticide had 1, 7 times increased risk of restrictive lung disorders.
Conclusion: Subjects in cutting line division with primary school education, coughing and having BMI abnormality and who had insecticide exposure experience required to have serious attention in order to minimize the risk of restrictive lung disorders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Eka Putri
"Latar Belakang : Pekerja emping banyak mengeluhkan gangguan musculoskeletal berupa nyeri tangan. Keluhan nyeri tangan sering timbul akibat cara kerja, posisi kerja serta alat kerja yang tidak sesuai. Proses kerja menggunakan alat kerja yang sederhana yaitu palu pemipih. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh perubahan bentuk alat kerja terhadap nyeri tangan. dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya nyeri.
Metode Penelitian : Desain penelitian adalah kuasi eskperimen satu grup pre dan post test, menggunakan intervensi alat kerja dari palu pemipih menjadi alu pemipih untuk menghilangkan fleksi ekstensi ≥ 20º pada pergelangan tangan dan mengurangi frekuensi gerakan repetitif. Dilakukan pada 31 orang pekerja emping yang mengalami nyeri tangan. Pengumpulan data dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan. Kriteria inklusi masa kerja ≥ 1 tahun, bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent, kriteria eksklusi riwayat penyakit arthritis rheumatoid, kelainan kongenital pada tangan, sedang mengkonsumsi obat penghilang nyeri dan pernah mengalami fraktur pada tangan. Perubahan bentuk alat pemipi dari ?Palu Pemipih? menjadi ?Alu Pemipih? terdapat pada desain alat, berat alat serta cara penggunaannya. Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan visual analog scale (VAS).
Hasil dan Kesimpulan : Hasil menunjukan Hipotesis terbukti terjadi penurunan rerata skala nyeri tangan sebelum dan sesudah penggantian alat kerja menggunakan alat pemipih yang telah dirubah bentuknya selama 14 hari dengan rerata 1,4 ( 95% CI = 1,07 ? 1,72 ). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sosiodemografi dan pekerjaan terhadap perbandingan nyeri tangan sebelum dan sesudah intervensi.
Saran : Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang frekuensi gerakan repetitive dan posisi statis yang masih belum teratasi pada penelitian ini.

Background : Musculoskeletal disorders among chips workers are very common and many of them complained of hand pain. Hand pain often occurs due to the process, that do not fit. The process of making the chips used very simple hammer tool. The study aims to assess the effect of changes in the form of tool with hand pain.
Research Methods : A quasi experimental one group pre and post test was used design , using interventional by replacing the hammer tools with a pestle tools, to reduce the flexi extention ≥ 20º position and repetitive movement at the wrist. This study involved 31 chips workers who complained of hand pain. Data collection used interview , physical examination and observation . Inclusion criteria were work periode ≥ 1 year and agreed to participate with signing an informed consent. Exclusion criteria were, had a history of rheumatoid arthritis , congenital abnormalities on hand , while is taking pain medication and had a history a fracture of the hand. Changes were only made on the form of tools from ?hammer? to a ?pestle? that is used​​ to flatten the chips, changed not only the design but also the weight and how to use the tools. To measure pain csale a visual analog scale (VAS) was used.
Results and conclusion : The hypothesis is proven that average hand pain scale before and after using a new tool has decreased after 14 days, with a mean of 1,4 (95% CI = 1.07 to 1.72) on the VAS. There was no significant association between sociodemographic factors and work factors with the decrease hand pain.
Recommendation: Another intervention study should be conducted that improve repetitive movement and static position that was not addresses in this research."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kurniawan
"Perusahaan Tambang Wira Penta Kencana adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan dan pengekspor batu granit terbaik di kepulauan riau.Berdasarkan data yang diperoleh kecelakaan kerja 30% ditambang adalah kecelakaan tangan akibat kerja.Kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja menjangkau seluruh target kampanyenya.Kampanye keselamatan kerja dipengaruhi oleh jangkauan target untuk mencapai kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja, tidak cukup hanya dengan seluruh target terjangkau oleh kampanye, melainkan harus memperhatikan unsur-unsur lain kampanye (komunikator, isi pesan, komunikan,dan
media), tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui gambaran faktor-faktor kampanye kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kecelakaan tangan akibat kerja, pada seluruh bagian departemen.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan data primer yaitu data hasil dari kuisoner yang telah diolah dan diintepretasikan berupa tabel frekuensi. kategori komunikator, isi pesan, komunikan dan media,dengan hasil median lebih dari 80%. Oleh karena itu melaksanakan kampanye kesehatan dan keselamatan kerja tentang kecelakaan tangan akibat kerja, dan dapat memilih topik-topik kampanye kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan bidang pekerjaan karyawan sehingga ada rasa ketertarikan karyawan terhadap kampanye kesehatan dan keselamatan kerja dan merubah perilaku karyawan secara bertahap menuju perilaku yang aman bekerja.

Wira Penta Kencana company is mine industry and best quality export in Riau Island. Result by accident work related report, 30% in mine industry is hand injury. Safety campaign about accident work related hand injury source all respondent. Safety campaign about accident work related hand injury not only with source of all target campaign. So we must see about factor in campaign (communicator, message, communicant, an media), and the goal this writing is want to descriptive about campaign factor health and safety work related of hand injury, on all department.
This writing use cross sectional method with primer data from respondent questioner and then with interpretation frequency table from communicator, message, communicant, and media as category and the result median more than 80%. The action safety and health work related of hand injury campaign more to choice best topic who related with their work specific needs and make they interesting with safety and health campaign of work related hand injury. Then it make change their behavior step by step to improve in good safety work behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>