Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwan
"Adanya perbedaan tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu negara dapat disebabkan karena adanya perbedaan dalam hal kepemilikan terutama ketidaksamaan dalam hal potensi yang dimililki daerah diantaranya adalah potensi sumber daya, baik sumber daya alam ataupun sumber daya manusia, infrastruktur, dan sebagainya Perbedaan kepemilikan tersebut menyebabkan ketimpangan antar daerah bahkan semakin melebarnya jurang antar daerah satu dengan daerah lainnya. Apalagi kepemilikan sumber daya yang adat tersebut belum dikelola secara optimal sehingga antar daerah satu dengan daerah lainnya nampak jelas perbedaan tingkat pembangunan antara lain perbedaan tingkat pendapatan per kapita, prasarana dan sarana ekonomi dan sosiai, struktur kegiatan ekonominya dan sebagainya.
Mengacu pada perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kesenjangan perekonomian antar daerah kabupaten/kota melalui indeks Willianson, menganalisa pengaruh variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi kesenjangan perekonomian antar daerah di Propinsi Lampung seperti jumlah investasi, jumlah tenaga kerja, sumbangan dan faktor-faktor lainnya dan menganalisa pengaruh perubahan variabel kebijakan terhadap kondisi kesenjangan petekonomian antar daerah di masa yang akan datang.
Studi ini menggunakan model ekonometrika dengan model persamaan simultan yang terdiri dari 11 persamaan yang meliputi 8 persamaan struktural dan 3 persamaan identitas. Jumlah seluruh variabel adalah 19 dengan variabeI endogen 11 buah dan variabel eksogen sebanyak 8 buah. Dari hasil estimasi model, sebanyak 3 persamaan mempunyai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0,70 hingga 0,92 dan 4 persamaan mempunyai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0,62 hingga 0,69. Bila dilihat dari nilai F hitung berkisar antara 15,8039 hingga 246,845, dan nilai Durbin Watson berkisar airtara 1,695 hingga 2,258.
Daya validasi model dengan melihat nilai koefisein U-Theil hampir 85 per= mempunyai nilai koefisien U-Theil di bawah satu, hal berarti sebagian besar model dapat dipergunakan atau valid untuk dilakukan simulasi baik simulasi maupun proyeksi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teijadi kesenjangan perekonomian antar daerah kabupaten/kota di Propinsi Lampung yang diperlihatkan oleh besarnya nilai indeks Willianson antara 4 kabupaten/kota. Selain itu tingkat kesenjangan dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, jumlah sumbangan yang diterima daerah, jumlah investasi yang masuk ke daerah tersebut dan adanya dummy krisis. Dari ke-4 variabel tersebut jumlah tenaga kerja lebih resposif terhadap tingkat kesenjangan dibandingkan variabeI yang lain. Hal ini akan semakin besar bila dalam suatu daerah tersebut telah terjadi aglomerasi tenaga kerja.
Dari hasil proyeksi dari tahun 2000-2005 terhadap model persamaan simultan menunjukkan bahwa semua variabel endogen mengalami pertumbuhan yang meningkat untuk semua skenario kecuali variabel pendapatan per kapita mengalami penurunan pada tahun 2001 skenario moderat di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Utara.
Hasil proyeksi variabel target menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan dipengaruhi tenaga kerja, sumbangan, jumlah investasi dan adanya dummy krisis tahun 1997-1998 menghasilkan hasil proyeksi yang meningkat Hal ini berarti daerah kabupaten/kota harus berupaya seoptimal mungkin untuk meningkatkan taraf pembangunan di daerahnya agar tidak tertinggal jauh dibandingkan daerah lainnya dengan berbagai upaya seperti menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi, perizinan yang mudah dan sebagainya terutama agar para investor mau datang menanamkan investasi di daerah. Akibat lebih lanjut ketertinggalan antar daerah dapat dikurangi/diperkecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Bagus Hendro Bawono
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah financial distress, kepemilikan publik, pergantian KAP, implementasi IFRS, good/bad news dan pencatatan saham pada papan utama/pengembangan mempengaruhi Audit report lag, reporting lag,dan total lag,. Sampel yang digunakan merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2012 kecuali sektor perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress akan mengalami ARL dan total lag yang lebih lama. Perusahaan dengan kepemilikan publik yang besar proporsinya dalam penelitian ini memiliki ARL dan total lag yang lebih lama, dan reporting lag memiliki waktu yang lebih pendek. Perusahaan yang mengalami good news memilki ARL yang lebih singkat dan reporting lag yang lebih lama Variabel kontrol ukuran KAP berpengaruh signifikan negatif terhadap total lag, sedangkan variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap ARL, dan total lag.

This study aimed to analyze whether financial distress, public ownership, auditor change, IFRS implementation, good/bad news, corporate share listing on main board/development board affect audit report lag, reporting lag and total lag. The sample used to represent listed companies in Indonesia Stock Exchange (BEI) in period 2011-2012 except bank and non-bank financial institution.
This research found that the distress company will have longer ARL and total lag. Company with large public ownership will have longer time on ARL and total lag, and for the reporting lag found have shorter time. Company that have good news found to have shorter ARL and longer reporting lag. Control variable auditor size have significant negative effect to total lag, and for control variable company size have significant negative effect to ARL and total period.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Berlian Venus Ali
"Pembangunan manusia dan kinerja perekonomian sebenarnya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (two-way relationship), namun faktor-faktor spesifik yang menghubungkannya masih kurang dieksplorasi secara sistematis. Studistudi yang telah ada umumnya lebih menekankan pada modal manusia sebagai salah satu determinant factor pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh timbal batik antara kinerja perekonomian terhadap pembangunan kualitas manusia melalui pendidikan, dan pengaruh sebaliknya yaitu pembangunan manusia melalui pendidikan terhadap kinerja perekonomian. Selain dua jenis variabel pokok tersebut, dianalisis juga variabel terkait lainnya yaitu pengeluaran pendidikan dan distribusi pendapatan dalam mempengaruhi tingkat pendapaian pendidikan, dan pengeluaran pemerintah, keterbukaan ekonomi, serta investasi fisik yang diduga mempengaruhi kinerja perekonomian.
Kinerja perekonomian diindikasikan oleh tingkat PDRB/kapita, pendidikan diukur oleh rata-rata lama tahun sekolah penduduk, pengeluaran pendidikan dalam rasio terhadap pengeluaran pembangunan, distribusi pendapatan diukur oleh indeks Gini, pengeluaran pemerintah diukur sebagai rasio terhadap PDRB, keterbukaan ekonomi diukur oleh rasio jumlah nilai transaksi ekspor dan impor terhadap PDRB, dan investasi fisik diukur oleh rasio jumlah PMTDB terhadap PDRB. Semua data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber dari BPS. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan simultan 2SLS manual pads model data panel fixed effect di 26 propinsi untuk periode tahun 1993, 1996, 1999, dan 2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji simultanitas ditemukan terdapat hubungan simultan antara persamaan pembangunan pendidikan dengan persamaan kinerja perekonomian, dan sebaliknya. Pada persamaan pendidikan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ketiga variabel penjelas yaitu kinerja perekonomian, belanja sektor pendidikan, dan distribusi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendidikan penduduk. Besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi variabel babas adalah 1,294 dari variabel kinerja perekonomian, 0,0012 dari variabel belanja sektor pendidikan, dan -0,0046 dari distribusi pendapatan. Sedangkan dalam lingkup wilayah, baik Indonesia Bagian Barat (IBB) maupun Indonesia Bagian Timur (MT), hasil regresi memberikan arah hubungan yang sama dengan hasil estimasi nasional, kecuali untuk variabel pengeluaran pendidikan di IBB diperoleh hasil yang tidak signifikan.
Pada persamaan kinerja perekonomian, hasil analisis regresi untuk lingkup nasional menunjukkan bahwa keempat variabel penjelas yaitu tingkat pendidikan, pengeluaran pemerintah, keterbukaan perekonomian, dan investasi fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perekonomian. Besarnya pengaruh adalah 0,33355 dari variabel tingkat pendidikan, 0,0033 dari variabel pengeluaran pemerintah, 0,00026 dari variabel keterbukaan perekonomian, dan 0,0024 dari investasi fisik. Demikian halnya dengan hasil estimasi untuk lingkup wilayah IBB dan IBT, diperoleh arah hubungan yang sama dengan estimasi nasional, akan tetapi untuk variabel tingkat keterbukaan di wilayah IBB tidak diperoleh hasil yang signifikan.
Berdasarkan hasil estimasi kedua persamaan tersebut, diperoleh hasil bahwa kinerja perekonomian berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pendidikan, demikian pula dengan arah sebaliknya, yaitu tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perekonomian. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat mendukung pernyataan bahwa terdapat hubungan dua arah (two-way relationship) dan sating berpengaruh secara positif antara kinerja perekonomian wilayah dengan pembangunan manusia melalui pendidikan.
Rekomendasi kebijakan yang diusukan adalah pembangunan ekonomi harus dilakukan seiring sejalan dan selaras dengan pembangunan manusia, karena manusia merupakan sasaran dan sekaligus pelaku dari pembangunan. Upaya-upaya menununkan ketimpangan distribusi pendapatan dan meningkatkan jumlah dan proporsi anggaran sektor pendidikan perlu terus diupayakan dan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien. Pencapaian pendidikan, pengeluaran pemerintah, keterbukaan perekonomian melalui perdagangan luar negeri, dan investasi fisik terbukti secara signifikan dan positif mempengaruhi kinerja perekonomian. Namun dalam implementasinya, khususnya untuk pengeluaran pemerintah perlu lebih diarahkan pada kegiatan-kegiatan produktif terutama untuk meningkatkan distribusi pendapatan masyarakat yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembangunan manusia melalui pendidikan."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T 17099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasi Rustandi
"Penclitian dengan judul ?Peranan Sektor Pertanian tcrhadap Pcrckonomian Propinsi Nusa Tenggara Barat : Analisis dcngan Menggunakan Model Ekonomctri Persamaan Simultan? lui dilakukan dungan menggunakan data historis PDRB Propinsi NTB menurut pcnggunaan dan lapzmgan usaha, PDB Indonesia, pengeluaran investasi pemerintah pusat ke Propinsi NTB, statistik keuangan pcmerintah daerah propinsi dan kabupaten/kotamadya se Propinsi NTB dari tahun 1983 hingga 2000, scrta data-data pendukung lainnya. Dilakukan dengan tujuan untuk melihat kincrja pcrekonomian Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) scrta pcranan scktor pcrtanian dalam perckonomian Propinsi NTB, dimana untuk memproyeksikan perckonomian Propinsi NTB dan peranan sektor pcrtaniannya dari tahun 2001 hingga 2005 dipergunakan model ckonometri Propinsi NTB. Analisis ditekankan pada besamya laju pertumbuhan ckonomi Propinsi NTB, nilai tambah bmto, Iaju pertumbuhan dan konlribusi scktor pcrtanian dalam pcmbcntukan PDRB, pcranan scktor pertanian dalam mendukung proses transfommasi struktur produksi, scrta kemungkinan terjadinya proses transfommi di dalam sektor pcrtanian itu sendiri.
Dari hasil analisis dipcroleh gamharan bahwa perekonomian Propinsi NTB selelah mcngalami kontralsi scbcsar -3,07 % pada tahun 1998 dan pcrtumbuhan yang fantastis sebcsar 34,16 % pada tahun 2000 scjak mulai bcropcrasinya pcmsnhaan pcnambangan konsentrat tembaga-cmas PT Newmont Nusa Tcnggara pada Triwulan IV tahun 1999, memperlihatkan laju pertumbuhan tahlm 2001 - 2005 menurut skenariu pcsimis berkisar antara 2,78 - 4,77 %, sedangkan hasil skenario moderat dan oplimis berada pada kisaran 4,39 - 6,06 % dan 6,13 - 7,44 %. Sedangkan laju pcrtumbuhan sektor pcrtanian dari lahun 2001-2005 hasil proyeksi pcsimis bcrkisar antara 2,56 - 2,98 %, mcnuml skcnario moderat 3,87 - 4,90 % dan mcnurut skcnario optimis berkisar amara 5,02 - 7,16 %. Mcskiptm dominan, scjak tahun 1985 hingga tahun 1999 peranan sekzor pcrtanian terhadap pembentukan PDRB tcrus menunm sedangkan pangsa relatif sektor industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel dan rcstoran scrta pcngangkutan dan komunikasi terus meningkat Sejak beroperasinya PT Newrnont Nusa Tcnggara stnxktur ckonomi Propinsi NTB tahun 2000 mcnjadi berubah, dimana peranan sel
Kecenderungan proscs tmnsfonnasi tcljadi juga di dalam sektor permnian, yaitu adanya pergcxcran peranan subscktor tanaman pangan yang semakin mcnurun dan adanya pcningkalan distribusi perscntase dari subscktor pcrkebunan dan subsektor kehutanan. Pcningkatan kedua subsektor ini sangatlah panting terutama dalam menunjang bcrkcmbangnya industri pengolahan yang berbasis pertanian, karena kedua subsektor ini merupakan pcnghasil bahan baku bagi agroindustri. Tenztama subsektor perkebunan yang paling prospektif untuk dikembangkan, mcngingat masih sangat besamya potensi yang dimiliki subsektor ini, baik ketcrscdiaan lahan maupun pcluang pasar ckspor dan domestik.
Jika dilihat dari pengamh variabcl-variabel cksogenous, hasil proyeksi terhadap kinexja perckonomian serta peranan sektor pcrmnian di Propinsi NTB ini mcmperlihatkan juga bahwa variabel eksogcnous PDBI yang scmakin besar, pengcluaran kcmsumsi pemcdntah Indonesia yang meningkat, investasi pemerintah pusat ke Propinsi NTB yang meningkat, dan bcrtanlbahnya banruan transfer dana dari pcrnerintah pusat kepada pemerintah dacrah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Propinsi NTB yang semakin tinggi, nilai tambah bruto sektor pcrtanian yang mcningkat, scrta mempercepat berlangsungnya proscs transfomnasi stmkxur produksi dari sektor primer (khususnya pertanian) ke scktor sekunder dan tcrsier."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T6473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoni Hartono
"Studi ini hendak menganalisa dampak dan kebijakan harga energi Indonesia terhadap perekonomian kota Jakarta; khususnya terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Studi ini juga berusaha memformulasikan kebijakan regional yang penting bagi Jakarta untuk menurunkan dampak negative dan kebijakan energi nasional ini terhadap pendapatan rumah tangga miskin. Untuk mencapai tujuan ini, dibangun sebuah model CGE (computable general equilibrium) regional. Model ini merupakan model CGE pertama di Indonesia yang dikembangkan untuk sebuah kota."
2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Yulianti
"Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan kecenderungan tingkat disparitas antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada periode 2005-2012. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel fixed effect dan menggunakan indeks Williamson serta indeks Theil untuk mengukur disparitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode 2005-2012, (1) investasi pemerintah, pendapatan asli daerah (PAD), tenaga kerja serta aglomerasi industri signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (2) Terjadi disparitas yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun dan tergolong rendah. (3) Tingkat disparitas antar daerah di pulau Bangka lebih lebar dibandingkan dengan tingkat disparitas antar daerah di pulau Belitung dan disparitas antar pulau Bangka dan pulau Belitung.

The objective of this study is to analyze the factors that affecting economic growth and disparities trend between Province of Kepulauan Bangka Belitung districts on the period of 2005-2012. To measure the disparities, this study uses panel data regression with fixed effects model, Williamson index and Theil index. The results of this study indicate that on 2005-2012, (1) government investment, regional income, labor and industrial agglomeration have significant and positive effect on economic growth in the Province of Kepulauan Bangka Belitung districts. (2) There are disparities fluctuation with a declining trend and relatively low. (3) The level of disparity between districts in Bangka Island is wider than the disparity between districts in the Belitung Island and Bangka Belitung Island."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Siti Azizah
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Jet lag adalah sekumpulan gejala-gejala yang dihubungkan dengan zona waktu dan irama sirkadian, dan berdampak lugs terhadap fisik,mental dan emosional. Masalah jet lag dan kaitannya dengan produktivitas belum terungkap secara jelas, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang insidensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jet lag. Penelitian untuk mengetahui insidensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jet lag dilakukan secara kohort prospektif terhadap 62 orang karyawan PT ` P' yang melakukan perjalanan ibadah haji tahun 1998. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pengisian kuisioner.
Hasil dan kesimpulan : Insidensi jet lag setelah penerbangan Timur-Barat sebesar 88,71% sedangkan insidensi jet lag setelah penerbangan Barat-Timur 93,55%. Setelah penerbangan Barat-Timur insidensi jet lag berhubungan bermakna secara statistik dengan faktor pra penerbangan (umur, jenis pekerjaan), dan pada penerbangan Timur-Barat faktor yang berhubungan sangat bermakna secara statistik adalah faktor selama penerbangan (aktivitas ringan di pesawat). Insidensi pada kelompok yang tidak berolah raga adalah sebesar 96% yang lebih besar bila dibandingkan dengan insidensi jet lag pada kelompok yang berolah raga dalam hal ini 83,78 %. Derajat jet lag pada penelitian ini hanya ditemukan derajat ringan dan sedang. Pada penerbangan Timur-Barat derajat ringan 77,42%, derajat sedang 11,29%, sedangkan setelah penerbangan Barat-Timur derajat ringan 87,10%, derajat sedang hanya 6,45%. Dengan diketahuinya faktor yang dapat mempengaruhi turunnya insidensi jet lag dapat dilakukan upaya penurunan insidensi jet lag.

Scope and method of study: Jet lag is a group of symptoms relation with time zone and circadian rhythm. Jet lag affects our physic, mental and emotional. Relationship of jet lag and productivity hasn't been conclusive yet. A Cohort prospective study was conducted in order to know the incidence of jet lag and its related factors, among 62 PT' P `employees who did the pilgrimage to Mecca in 1998. Data was collected with physical examination, environmental measurement and using questionnaire.
Result and conclusion: The jet lag incidence after East-West flight is 88,71%, and after West-East is 93,55 % incidence. After West-East flight, incidence of jet lag is related significant with pre flight factors, such as age and kind of job. After East-West flight, the factor that influence is in flight factor such as light activity. The jet lag incidence of the pilgrims who regularly do physical exercise there is 83,78% while jet lag incidence of who do not physical exercise regularly is 96%. There are only light degree and middle degree of jet lag severity in this study. After East-West flight light degree is 11,29%, middle degree is 77,42%. After West-East flight, light degree jet lag is 6,45% and middle degree jet lag is 87,10%. The result of this study concerning the jet lag incidence and its related factors can be used to control and prevent the jet lag.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Dartanto
"From January 1, 2001, when new autonomy laws were implemented, lndonesia began to move toward decentralization of what had been a highly decentralized. This policy adopts two complimentary laws. Law No.22/1999, which basically the devolution policy, has been accompanied by La No.25/1999, which basically reflect that decentralization policy in Indonesia has adopted the concept of ?money follows function?.
Law No.25/1999 describe the fiscal decentralization process that will create a new intergovernmental transfer scheme between the central government and local government. Some of items in the law were really new ones such as the natural resources revenue sharing, income tax sharing, general allocation fund (OAF) and specifics allocation fund (SAF). The policies oftax and natural resource revenue sharing can result in fiscal imbalance among regions. Tax and natural resources revenue sharing will benefit only to urbanized and natural resources rich regions Because of it, Central Government created General Allocation Funds. This fund has block grant characteristic and will be given to regions by fiscal gap conception. The purpose is to equalize fiscal capacity among regions that in turn also can reduce disparity among them.
The Simultaneous Macro Econometric Model is made for analyzing the fiscal decentralization impact to economic growth and region disparity. The policy simulation in this model used transfer fund from central government such as Tax Revenue Sharing, Natural Resource Revenue Sharing and General Allocation Fund. The simulation is carried out to see the optimality of various possible existing policies. The optimality is measured by evaluating the high rate of economic growth and low disparity."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkholis
"Regional autonomy program is the form of fiscal decentralization policy in Indonesia, legally started with the law of Regional Government No.22/1999 about de-concentration azas, which imply power or authority sharing and No.25/1999 about decentralization, which imply financial sharing between central and regional government. Financial sharing is tax and natural resources sharing revenue. This financial sharing type can widen fiscal gap between regions. As the solution, the central government gives block grants.
Interregional Input-Output (IRIO) model can be used to analyze the impact of fiscal decentralization policy on sectoral and regional linkages, multipliers, growth, equalization, and efficiency of the regional economy. The analysis use shock variables of inter-governmental transfer including tax sharing revenue, natural resources revenue and block grants. They are treated as an exogenous variable package by regional government expenditure. The expenditures are in the form of investment and consumption based on IRIO model to analyze the optimality of policy variation.
The analysis shows that the optimality of growth, equalization, and economic efficiency will be reached if the allocation of inter-governmental transfer is exactly the same as the potency and linkages between sectors and regions. We find the current formulation of intergovernmental transfer by central government, potent to increase regional disparity. Central government should reformulate division of inter-governmental transfer to avoid fiscal decentralization to be contra productive policy."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Amir Arham
"Fiscal decentralization can create eficiency and effectiveness to promote growth and change in economic structures as well as to reduce inequalities amongst regions. This study intends to find out whether the fiscal decentralization policies during 2001-2010 contribute to the shift of economic sectors and inequality rates amongst districts/municipalities in the Province of Central Sulawesi. By using econometrics of panel data, the study found that fiscal decentralization supports a shift in the economic sector where the role of primary sector gradually decreased and the secondary and tertiary sector tend to be increased since the implementation of regional autonomy. As a result, the fiscal decentralization creates an economic change in Central Sulawesi, while at the same time, can inevitably generates higher economic inequality amongst regencies/municipalities in the region.

Desentralisasi skal dapat menciptakan esiensi dan efektivitas untuk mendorong pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, serta mengurangi ketimpangan antardaerah. Studi ini ingin mengetahui pengaruh kebijakan desentralisasi fiskal terhadap pergeseran sektor dan ketimpangan antarkabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan menggunakan metode ekonometrika melalui persamaan data panel pada periode tahun 2001-2010, studi ini menemukan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal dapat mendorong pergeseran sektor, di mana peranan sektor primer kecenderungannya makin menurun, sehingga berakibat pada peningkatan peranan sektor sekunder dan tersier selama pelaksanaan otonomi daerah, dengan demikian kebijakan desentralisasi fiskal dapat menciptakan perubahan struktur ekonomi di Sulawesi Tengah. Kebijakan desentralisasi fiskal mendorong terjadinya peningkatan ketimpangan antara kabupaten/kota di Sulawesi Tengah selama periode studi."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>