Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salmah Gosse
"Tesis ini berjudul "Opu Daeng Risaju dari Bangsawan Sampai Tokoh Pergerakan (1930-1950)". Masalah dalam penulisan tesis ini yaitu pertama, apa yang melatarbelakangi Opu Daeng Risaju aktif di PSII walaupun dia mendapat tekanan, baik dari kalangan bangsawan di kerajaan Luwu dan pemerintah kolonial Belanda karena status Opu Daeng Risaju sebagai keturunan bangsawan. Kedua sebagai seorang wanita pada masa itu, Opu Daeng Risaju memberikan gambaran yang unik, dalam arti apakah kegiatan Opu Daeng Risaju tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya Bugis terutama berkaitan dengan nilai martabat sebagai wanita,
Kedua permasalahan tersebut dapat dijelaskan pertama yaitu kedudukan Opu Daeng Risaju di PSII dapat dinilai memiliki rasa pesse/pacce yaitu membangun nilai solidaritas karena pada saat itu rakyat menderita akibat penjajahan. Sementara itu tekanan baik dari kalangan bangsawan maupun Belanda terhadap Opu Daeng Risaju dapat dinilai siri', karena sudah menyangkut kehormatan diri Opu Daeng Risaju. Akibatnya Opu Daeng Risaju melakukan pemberontakan dalam bentuk kegiatan di PSII. Secara teoretis pemberontakan Opu Daeng Risaju terjadi karena tekanan sehingga menimbulkan sikap frustasi. Menurut teori deprivasi relatif (relative deprivation), suatu pemberontakan timbul karena adanya dorongan psikologis yang bersifat agresif yaitu frustasi. Jawaban masalah kedua dapat dijelaskan dengan hubungan antara Opu Daeng Risaju dengan Andi Djemma (Datu Luwu), yang kemudian membuat Opu Daeng Risaju semakin intensif dalam kegiatan politik. Dalam budaya Bugis hubungan tersebut akan membangun konsep budaya masseddi siri'. Konsep ini dapat ditafsirkan adanya kewajiban rakyat untuk mengabdikan dirinya untuk membela kehormatan negara dan bangsa, tanpa melihat jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Apabila ada orang yang keluar dari komitmen ini, maka orang tersebut dianggap melawan nilai budaya atau dapat dianggap sebagai pengkhianat. Orang ini dianggap tidak konsisten.
Opu Daeng Risaju sebagai seorang wanita, dilihat dari nilai-nilai budaya Bugis tidak dapat dianggap sebagai penyimpangan terhadap adat. Kegiatan politik Opu Daeng Risaju sesungguhnya sebagai implementasi dari siri' itu sendiri. Sedangkan siri' merupakan inti utama dari kebudayaan masyarakat Bugis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Nehemia
"Penelitian ini mencoba melihat bagaimana ekspose foto-foto dalam media massa dalam melihat perang terutama mengenai Invasi Amerika Serikat (AS) dan koalisinya yaitu Inggris, Australia, dan Spanyol terhadap Irak. Seperti diketahui bahwa AS dan koalisinya tidak memperdulikan pendapat banyak negara yang menentang terjadinya kekerasan di Irak yang selama ini telah porak poranda karena Perang teluk pertama serta embargo ekonomi yang dilakukan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Bahkan AS dan koalisinya meninggalkan kursi dialog di PBB lalu menyerang sendirian tanpa persetujuan Dewan Keamanan (DIG) PBB.
Ketika melakukan penyerangan, pasukan koalisi terutama dari AS mengikutsertakan para wartawan untuk menyaksikan perang. Penyertaan wartawan ini kemudian disebut embedded, dimana beberapa wartawan "ditanam" dalam pool atau kelompok pasukan tertentu yang diberangkatkan ke medan perang. Tentunya semua dalam kelompok tentara AS. Dan pemberitaannya mau tidak mau berasal dari sudut tentara AS. Walaupun begitu ternyata ada juga yang bukan termasuk kelompok penyertaan. Hanya saja pemberitaannya tetap bias karena tidak ada yang berani langsung masuk ke jantung pertahanan musuh kecuali jaringan televisi A1-Jazeera maupun kontributor-kontributor wire services atau agen foto yang berkewarganegaraan Arab. Karena kemampuan kelompok wire services (jaringan penyedia berita) dan media massa barat dalam bidang SDM, Dana, dan Teknologi maka mereka bisa mendapatkan banyak berita dan foto-foto penting dari segala penjuru dunia. Lalu mereka menjual dan mendistribusikannya ke seluruh dunia. Konsumen yang paling sering menggunakan jaringan wire services ini adalah media massa Asia yang memiliki keterbatasan dalam segala hal. Sehingga untuk menampilkan berita yang menarik dan cepat mereka tinggal membelinya dari jaringan media massa luar negeri ini.
Pembelian ini sayangnya terkadang tidak melihat ideologi dari penyedia berita tersebut. Karena jaringan penyedia berita tersebut bahkan kebanyakan berasal dari negara pendukung invasi ke Irak. Namun sebenarnya mereka bisa menyeleksinya, sehingga tidak semua berita ataupun foto yang disediakan diambil begitu saja. Penyeleksian berita inilah yang menjadi bagian penting dari ideologi media, dimana mereka hidup bergantung kepada khalayaknya, pengiklan, budaya organisasi, dan lain sebagainya.
Maka ketika Kompas menampilkan foto berita yang kebanyakan dari jaringan penyedia berita Barat bahkan dengan menampilkannya secara berwarna maka dapat dipastikan bahwa Kompas berusaha menampilkan foto berita yang secara garis besar mendukung Invasi negara-negara koalisi ke Irak. Perhitungannya adalah bahwa foto berita yang di dapat dari jaringan penyedia berita barat ada sebanyak 136 foto dibandingkan foto dari kontributor langsung yang hanya berjumlah 1 buah. Bahkan ketika dihitung berasarkan isi foto, maka dapat dilihat bahwa foto yang mendukung ada sebanyak 80 dibandingkan dengan foto yang menentang yang hanya sebanyak 57 foto."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Paramaswari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas dan menganalisa makna sakura dalam cerpen Sakura no Mori no Mankai no Shita 1947 karya Sakaguchi Ango. Dengan mengungkapkan juga latar belakang sosial, budaya dan historis yang terjadi di kehidupan pengarang yang mempengaruhi penggambaran makna sakura dalam cerpen tersebut. Bunga sakura yang kerap diidentikkan dengan keindahan dan sukacita memiliki gambaran yang sangat berbeda pada cerpen Sakura no Mori no Mankai no Shita. Dalam cerpen ini bunga sakura digambarkan keberadaannya yang menyeramkan dan menakutkan. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra, data-data berupa biografi pengarang, karya dan tulisan lain pengarang, serta latar belakang sosial, budaya dan historis dianalisis, kemudian ditemukan dua makna bunga sakura dalam karya ini. Makna pertama, sakura sebagai manifestasi kesepian. Hal ini tertuang secara tersurat pada bagian akhir cerpen ini. Adapun mengenai faktor yang mempengaruhi pemaknaan bunga sakura demikian ditemukan setelah dilakukan analisis pada biografi Sakaguchi Ango serta esainya yang berjudul Bungaku no Furusato 1941 . Makna kedua, sakura sebagai simbol kematian saat perang. Ango menjelaskan latar belakang ditulisnya karya Sakura no Mori no Mankai no Shita dalam esainya yang berjudul Sakura no Hanazakari 1953 . Esai ini berisikan mengenai keanehan yang dirasakannya ketika melihat pohon sakura bermekaran ketika sekelilingnya hangus terbakar setelah terjadi serangan udara di Tokyo pada tahun 1945. Selain melalui esai tersebut, citra bunga sakura kerap diasosiasikan dengan tentara Jepang yang mati dalam perang ketika membela negara dan kaisar. Hal itulah yang menjadi faktor yang mempengaruhi terbentuknya makna sakura tersebut.

ABSTRACT
This thesis is focusing to discuss the meaning of cherry blossoms in Sakura no Mori no Mankai no Shita 1947 a short story by Sakaguchi Ango, and analyze the social, culture, and history background happened around the author which influence the depiction of the meaning of cherry blossoms in this short story. Cherry blossoms usually The cherry blossoms that are often identified with beauty and joy have a very different picture in Sakura no Mori no Mankai no Shita 1947 . In this short story cherry blossoms are portrayed as a creepy and terrifying existence. Using the sociology approach of literature, the data such as the author biography, his other writings, and as well as the social, cultural and historical background of Japan at the time this work was published were analyzed to the result of two meanings of cherry blossoms in this work. The first meaning is sakura as a manifestation of solitude, it is written explicitly at the end of this short story. As for the factors that influence the meaning of cherry blossoms as so found after analyzing on the biography of Sakaguchi Ango and his essay titled Bungaku no Furusato 1941 . The second meaning is the sakura as a symbol of death during the war. Ango explains the background of Sakura no Mori no Mankai no Shita in his essay titled Sakura no Hanazakari 1953 . This essay contains the strangeness that he felt when he saw the cherry blossom tree standing still with bloomed flowers on the branches while all the surrounding burned down after the Tokyo air attack in 1945. In addition, during the war, the image of cherry blossoms are often associated with the Japanese soldiers who died in the war. Therefore those backgrounds explained above become the factors that influences the depiction of the meaning of cherry blossoms in this story."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In 1920s, Tan Malaka had not just criticized the Dutch colonial
symbols but also abandoned them with his own symbols. Symbolic wars
through discourses happened. In this case, the hegemonic discourses
of the colonialist state were opposed with the counter-hegemonic ones. "
899 WE 1:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anandina Swastika Dewi
"ABSTRAK
Back to 1942 ????Y? J?u S r merupakan sebuah film karya sutradara Feng Xiaogang tahun 2012. Film Back to 1942 ini berlatarkan bencana kelaparan di provinsi Henan, Cina pada tahun 1942. Film ini mengisahkan tentang perjuangan para pengungsi dalam menghadapi bencana kelaparan di musim dingin tahun 1942. Melalui analisis intrinsik terhadap tokoh Tuan Fan dalam film Back to 1942, makalah ini membahas mengenai korban bencana kelaparan di Henan tahun 1942 ndash; 1943 yang direpresentasikan oleh tokoh Tuan Fan.

ABSTRACT
Back to 1942 is a film that directed by Feng Xiaogang in 2012. This film take the 1942 famine in Henan, China as it rsquo s background. The film tells us about the story of the refugees rsquo s struggle in facing the famine in the winter of 1942. Through intrinsic analysis of Mister Fan rsquo s character in the Back to 1942 movie, this paper will discuss the victims of Henan famine which happened in 1942 to 1943 that represented by Mr. Fan 39 s character. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
M. Natsir, 1964-
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
290 NAT r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Raini
"Fokus dari makalah ini adalah mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi selama agresi militer oleh Jepang ke Cina pada tahun 1931-1937. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peristiwa apa saja yang terjadi ketika Jepang melancarkan agresi militer di Cina pada tahun 1931-1937. Landasan teori yang digunakan dalam makalah ini antara lain teori dari Marjorie Dryburgh dan Usui Katsumi. Teori dari para ahli sejarah tersebut menjadi dasar untuk mengetahui secara lebih jelas seperti apa situasi pertempuran antara Cina dan Jepang pada tahun 1931-1937, dan motif apa saja yang melatarbelakangi terpicunya pertempuran tersebut. Ada dua kesimpulan yang diperoleh penulis dari penulisan makalah ini. Pertama adalah bahwa pengambilalihan manchuria pada tahun 1931 lebih tepat dikatakan sebagai titik awal dari Perang Dunia II. Kedua, bahwa faktor yang sesungguhnya menjadi pemicu dari perang Cina-Jepang pada tahun 1937 merupakan invasi Jepang terhadap Cina, pada tahun 1937 yakni insiden Jembatan Marco Polo.

The Focus of this paper is about the events that took place in Japan’s military agression against China in 1931-1937. Whereas the purpose of this research was to determine the events that happened when Japan’s military agression against China in 1931-1937 occured. This research employs the theoretical basis of Historist like Marjorie Dryburgh and Usui Katsumi. These theories form the basis for analyzing more clearly what situation that occured in the war between China and Japan in 1931-1937, and what are the motives behind it that triggering the war. There are two conclusions obtained by the author from the writing of this paper. First, the take over of Manchuria in 1931 by Japanese army more appropriately described as the starting point of World War II. Secondly, the real factor that trigger the China-Japan War in 1937 is the Japan invasion of China in 1937, that is known as The Marco Polo Bridge Incident.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonso Octavianus
"Film perang yang menampilkan karakter anak menunjukkan bagaimana pandangan hidup mereka perlahan-lahan berubah secara dramatis. Penelitian ini mengkaji dampak perang melalui perspektif tokoh anak dalam film Иваново Детство (1962), yakni Ivan Bondarev dengan film Hotaru no Haka (1988), yakni Seita dan Setsuko. Penelitian ini menggunakan pendekatan sastra bandingan dan unsur intrinsik dalam menelaah data-data yang dikaitkan dengan konsep kepolosan masa kanak-kanak. Penulis berpendapat bahwa kedua film yang berasal dari dua periode waktu, tempat, dan bahasa yang berbeda mampu menggambarkan dampak buruk dan tragis yang diakibatkan oleh perang terhadap anak-anak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perspektif anak-anak yang berhadapan langsung dengan perang mencederai cara pandang mereka dalam kehidupan, karena eksistensi perang secara langsung merenggut kebebasan anak-anak akan kepolosan serta masa kanak-kanak mereka.

War films with children as its protagonists depict how their viewpoint on life slowly changes dramatically. This study compares the impacts of war through the eyes of a child in Ivan’s Childhood’s Ivan Bondarev with Grave of the Fireflies’ Seita and Setsuko. Additionally, this study utilizes comparative literature and intrinsic elements as its research method in reviewing data associated with theories on childhood innocence. This study argues that the two films originating from different periods of time, place, and language are able to describe the devastating and tragic impacts caused by war upon children. This study concludes that children who are involved unwillingly into war have their outlook on their life damaged because war, in and of itself, deprives children of their innocence and childhood."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aria Rahadyan
"Pelaksanaan Operation Iraqi Freedom di Irak tahun 2003 disebut-sebut sebagai momentum tercapainya suatu revolution in military affairs oleh militer Amerika Serikat. Penjatuhkan rezim Saddam Hussein dari kepemimpinannya di Irak berhasil dilakukan dengan tempo yang singkat dan korban jiwa serta biaya yang minim. Tujuh tahun sebelumnya, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mempublikasikan dokumen Joint Vision 2010, yang berisi konsep-konsep operasional yang dirancang Amerika Serikat untuk dapat mencapai suatu bentuk dominasi menyeluruh dalam setiap pertempuran yang melibatkan militer Amerika Serikat. Konsep-konsep tersebut terbukti berhasil diimplementasikan secara efektif dalam pelaksanaan Operation Iraqi Freedom. Penelitian ini kemudian menganalisis faktor-faktor penyebab berhasilnya implementasi konsep-konsep tersebut dengan menggunakan metode penelitian kuantitaif-eksplanatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, keberhasilan implementasi konsep-konsep operasional tersebut disebabkan oleh faktor kapabilitas speed, precision, situational awareness dan jointness yang dimiliki oleh militer Amerika Serikat dalam pelaksanaan Operation Iraqi Freedom.

In 2003, United States conduct a military operation in Iraq to topple the Saddam Hussein's Ba'athist regime and replace it with a stable democracy government. The major combat operations in the so-called "Operation Iraqi Freedom" which occurred from March 20, 2003 to April 9, 2003, is described to represent the achievement of a revolution in military affairs by the United States military. Seven years prior to the operation, the United States Department of Defense published "Joint Vision 2010", a conceptual template for how United States' Armed Forces will channel the capabilites to achieve a revolution in military affairs. The operational concepts which included in the document proofed to be implemented successfully seven years later in Operation Iraqi Freedom. This research try to analyze the major contributing factors to the implementations of Joint Vision 2010 in Operation Iraqi Freedom, which come to the conclusion that the implementation has been achieved succesfully because of four capabilites that United States' Armed Force possessed: speed, precision, situational awareness and jointness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>