Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162893 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enny Zuliatie
"Data tentang pelaksanaan program konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA (YPI, 2002) memperlihatkan bahwa ada sekolah yang layanan konselingnya berjalan efektif dan ada yang tidak efektif, sehingga pemanfaatannya pun menjadi berbeda. Satu sekolah dapat menjaring kasus-kasus kesehatan reproduksi dan mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pemberian informasi, satu sekolah lainnya tidak ada kasus dan kurang kegiatan pemberian informasi. Padahal dibawah PROPAS YPI, sekolah tersebut mempunyai program yang lama, yaitu konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pemanfaatan layanan konseling kesehatan reproduksi remaja oleh siswa pada 2 SMK di Jakarta Selatan. Pengumpulan data melalui FGD, WM dan observasi pada bulan September - Nopember 2003 di SMK Negeri X dan SMK Swasta Y. Staf YPI, konselor formal, konselor non formal dan kepala sekolah sebagai informan lanjutan setelah siswa sebagai informan utama.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa kelas III paling banyak memanfaatkan karena mereka sudah lebih lama berada di sekolah dan kebutuhan akan informasi lebih banyak dibandingkan kelas I dan II.
Informan SMK Negeri X ternyata lebih banyak pengetahuan dan memberikan jawaban yang benar tentang materi kesehatan reproduksi dan keberadaan layanan dibandingkan dengan SMK Swasta Y. Justru hal ini yang membuat informan SMK Negeri X lebih memanfaatkan layanan konseling karena ingin tahu lebih banyak lagi. Sikap informan SMK Negeri X dan SMK Swasta Y terhadap ketrampilan konselor yang tidak bisa menjaga kerahasiaan membuat informan enggan konsultasi langsung dengan konselor formal, melainkan konsultasi dengan konselor non formal, yang dalam hal ini adalah pembina OSIS dan paling banyak konsultasi dengan teman. Semua informan siswa SMK Negeri X berpendapat bahwa konselor menyediakan waktu kapan saja untuk konsultasi, sedangkan konselor SMK Swasta Y hanya 2 hari seminggu, akibatnya informan siswa SMK Swasta Y sedikit yang konsultasi dan konselor.
Fasilitas, khususnya ruangan di 2 SMK kurang disenangi, karena dianggap tidak nyaman untuk konsultasi, sempit, dirancang seperti puskesmas. Akhirnya mereka konsultasi di taman, pinggir lapangan atau di kelas. Sebagian besar informan siswa SMK Negeri X dan SMK Swasta Y juga tidak diajak berpartisipasi memikirkan bentuk layanan dan disain di sekolah.
Untuk itu agar ada perbaikan program dimasa mendatang disarankan agar membentuk konselor sebaya yang lebih mudah dekat dan terbuka dengan informan. Konselor sebaya ini harus dilibatkan dalam mendisain program, karena mereka yang lebih banyak tahu tentang kondisi sekolah dan kebutuhan temannya. Sekolah juga memberikan dukungan bagi konselor formal maupun non formal dan konselor sebaya untuk mengadakan kegiatan di sekolah. Depkes dan Depdiknas sebaiknya memikirkan strategi pelaksanaan konseling kesehatan reproduksi remaja di SLTA, khususnya SMK. Juga peran LSM pelaksana dalam melakukan monitoring program secara rutin hendaknya lebih ditingkatkan agar kendala cepat diketahui dan permasalahan cepat teratasi.

The Usage of Teenage Reproductive Health Counseling Service in Two Vocational High schools in South Jakarta, under Petite Ilmu Foundation's (YPI) School Based Program, Year 2003
The data on the implementation of Teenage reproductive health counseling program in High schools (YPI, 2000) show that some schools conduct the program effectively, while some others don't, and these cause the differences in the usage. One school can collect the cases on reproductive health and conduct some activities related to information dissemination, while there's also another school that has no cases and tacitness in information dissemination. This difference is surprising, considering that under YPI's School Based Program, those schools have the same opportunity to implement the Teenage Reproductive Health Counselling Service in Highschools.
A Survey was conducted to get an illustration on the usage of Teenage Reproductive Health Counselling Service by the students of Two Vcational Highschools in south Jakarta. Data collectings were conducted through FGD, WM and observation during September - November 2003 in a State Vocational Highschool (X) and a Private Vocational H'ighschool (Y). YPI's staffs, formal counsellors,.non formal counsellors and principals are considered as advanced informants after the highschool students as the main informants."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 11356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antony Azarsyah
"Gejolak emosi yang dialami oleh remaja menyebabkan mereka rentan terhadap
berbagai masalah perilaku negatif seperti menurunnya prestasi belajar, tawuran,
kenakalan remaja, putus sekolah dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif (NAPZA) hingga perilaku seks bebas. Di masa seperti sekarang ini,
dimana orangtua sibuk dalam usahanya memenuhi kebutuhan keluarga dengan
bekerja justru peran Guru di sekolah lebih besar perannya dibandingkan dengan
peran orangtua. Dengan porsi pertemuan yang lebih besar dengan murid tentu
para guru juga harus dibekali dengan pengetahuan tentang kesehatan jiwa remaja.
Tesis ini ingin mengetahui peranan Guru BK dalam penanggulangan masalah
kesehatan jiwa remaja siswa-siswi SMP Negeri di Jakarta Timur thun 2014.
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain
studi cross sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah Guru
Bimbingan dan Konseling yang berdinas di SMP Negeri di Kota Administratif
Jakarta Timur. Jumlah Guru Bimbingan dan Konseling yang berdinas di SMP
Negeri di Kota Administratif Jakarta Timur sebanyak 293 orang. Sampel yang
diambil berjumlah 110 orang. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri di Kota
administrative Jakarta Timur tempat Guru BK mengajar. Analisis Bivariat
menyimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara Sosiodemografi Guru
BK dengan praktik Guru BK. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan praktik Guru BK dengan p value = 0,001. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara sikap Guru BK terhadap masalah kesehatan jiwa remaja dengan
praktik Guru BK dengan p value 0,391. Hasil analisis multivariat menyimpulkan
variabel yang berhubungan bermakna dengan praktik Guru BK adalah
pengetahuan. Diketahuinya adanya hubungan yang kuat antara latar belakang
pendidikan dengan praktik, tetapi tidak signifikan yang berarti fenomena ini hanya
terjadi di sampel, tidak pada populasi

Emotions experienced by adolescents cause them vulnerable to a variety of
negative behavioral problems such as declining student achievement, brawl,
juvenile delinquency, school dropout and abuse of narcotics, psychotropic and
addictive substances (drugs) to free sex. In times like this, where busy parents in
meeting the needs of working families with precisely the role of teachers in
schools greater role than the role of a parent. With a larger portion of the meeting
with the students of course teachers should also be equipped with knowledge of
adolescent mental health. This thesis would like to know the role of Guidance And
Counseling Teacher in the response to adolescent mental health problems students
of Junior High School in East Jakarta in 2014. Design research conducted in this
research is to use cross-sectional study design. The population in this study is the
Guidance and Counseling Teacher who served in the Junior High School in East
Jakarta Administrative City. The number of the Guidance and Counseling teachers
in East Jakarta Administrative City is 293 people. Samples taken amounted to 110
people. The experiment was conducted at the Junior High School in East Jakarta
Administrative City where teachers teach. Bivariate analysis concluded there was
no significant association between sociodemographic of Guidance And
Counseling Teacher with practice. There is a significant relationship between
knowledge of the practice of Guidance And Counseling Teacher with p value =
0.001. There is no significant relationship between of Guidance And Counseling
Teacher attitudes toward adolescent mental health problems in Guidance And
Counseling Teacher practices with p value 0.391. Results of multivariate analysis
concluded that the variables significantly associated with the practice of Guidance
And Counseling Teacher is knowledge. Knowledgeable strong correlation
between educational background with practice, but not significant, which means
this phenomenon only occurs in the sample, not the population
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Riset ini bertujuan menemukan model-model konseling sebaya untuk
memperbaiki kompetensi interpersonal siswa sekolah kejuruan (SMK). Khususnya,
kajian ini bermaksud memperoleh informasi mengenai: (1) profil kompetensi
intrapersonal siswa SMKN 1 Bandung; (2) efektivitas model konseling sebaya untuk
meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa. Sampel diambil dari siswa kelas XI
SMKN 1 Bandung. Riset menggunakan pendekatan R & D yang dikombinasikan dengan
metode kuasi-eksperimental dengan disain kelompok kontrol pre-test/post-test. Teknik
pengambilan data menggunakan wawancara, angket , instrumen identifikasi
permasalahan, dan inventori kompetensi intrapersonal siswa. Riset menyimpulkan efektivitas model konseling sebaya dalam meningkatkan kompetensi intrapersonal siswa di lingkungan sekolah kejuruan."
340 MIMBAR 27:2(2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1983
378.194 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Karakteristik individu, dan Pasar Kerja terhadap Motivasi dalam memilih Kejuruan di Balai latihan Kerja. Selain itu juga untuk melihat hubungan antara sub-sub variabel dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua yang dilihat dari aspek pendidikan, pekerjaan dan Ekonomi orang tua, Karakteristik Individu; aspek pendidikan dan pengalamannya dan Pasar Kerja; adanya informasi kesempatan kerja, tersediannya lapangan kerja dan kesempatan kerja yang dapat diperoleh dengan Motivasi peserta pelatihan dalam memilih kejuruan di Balai Latihan Kerja. Untuk mengetahui beberapa hal tersebut di atas, sampel yang diambil untuk penelitian sebanyak 64 orang peserta pelatihan dan berbagai kejuruan, yaitu Tata Niaga, Listrik, Otomotif dan Teknologi Mekanik.
Pembahasan yang mengacu pada data hasil penelitian yang menggunakan Personal Computer program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10.0, maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari frekuensi hasil jawaban menggambarkan, faktor Status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor yang paling dominan. Sedangkan melalui analisis hubungan ditemukan bahwa hubungan antara Status sosial ekonomi orang tua dengan Motivasi dalam memilih kejuruan bersifat sedang. Sementara itu hubungan antara Karakteristik individu dan pasar kerja, menunjukkan hubungan yang sangat rendah.
Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut, agar peserta pelatihan memiliki motivasi yang tinggi terhadap kejuruan-kejuruan yang ditawarkan oleh Balai Latihan Kerja, maka dalam menyelenggarakan pelatihan, Balai Latihan Kerja perlu memperhatikan hal-hal berikut ini; meningkatkan kerjasama dengan swasta, meningkatkan kualitas instruktur, fasilitas latihan kerja dan memperbaiki sistem rekrutmen peserta pelatihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Anggara Putra
"Dengan jumlah generasi muda yang besar, Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan kapasitas generasi muda dan memaksimalkan kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Memberdayakan generasi muda dengan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan permintaan industri tidak hanya akan menguntungkan sektor swasta tetapi juga masyarakat pada umumnya. Pendidikan vokasi atau kejuruan adalah langkah untuk menghubungkan secara langsung lingkungan sekolah dan tempat kerja dan mempercepat lulusannya untuk bekerja di tahap awal karir mereka. Namun demikian, lembaga pendidikan vokasi yang ada, khususnya pada pendidikan menengah atas, masih perlu ditingkatkan karena tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah dibandingkan dengan lulusan lain dari jalur pendidikan yang lain. Berdasarkan analisis kuantitatif dengan metode entropy balancing dan instrumental variable, dampak sekolah menengah kejuruan terhadap tingkat pekerjaan dan upah lebih besar pada lulusan yang lebih muda dan berkurang pada kelompok usia yang lebih tua. Situasi ini menimbulkan pertanyaan terkait bagaimana memperkuat pendidikan vokasi yang ada sehingga dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada lulusan dan mereka mempertahankan keunggulan kompetitif mereka sepanjang karir mereka.

With a large youth population, Indonesia faces both the challenge and the opportunity to increase the youth population's capacity and maximize their contribution to the country's economic growth. Empowering youth with skills and knowledge that match industry demand will benefit not only the private sector but society in general. Technical and Vocational Education and Training (TVET) is an avenue to directly connect school and workplace environments and accelerate its graduates becoming employed and being productive in the very early stage of their careers. However, existing TVET institutions, especially in upper secondary education, still need to be improved due to their low employment rate compared to other graduates from different educational streams. Based on quantitative analysis using entropy balancing and instrumental variable method, the impact of vocational secondary school on employment and wage levels is bigger in the younger graduates and diminished in the older age group. This situation raises concern about how to strengthen existing TVET institutions so they can provide updated skills and knowledge to their graduates and maintain graduates’ competitive advantage all through their careers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011
371.4 BIM (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Revi Aryawedha
"Latar Belakang : Laporan RISKESDAS 2018 menyatakan bahwa tingkat penyakit gigi dan mulut masih sangat tinggi, untuk itu dalam menekan kejadian penyakit gigi dan mulut dapat dimanfaatkan komponen yang mempunyai kaitan erat dengan masyarakat yaitu kader kesehatan yang bertugas di Posyandu salah satunya. Salah satu kegiatan di Posyandu, adalah menyelenggarakan penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat oleh kader kesehatan. Untuk itu dalam mewujudkan
tercapainya penyuluhan yang dilaksanakan di Poysandu perlu adanya kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari kader kesehatan. Tujuan Penelitian : Mengetahui efektivitas penggunaan media buku panduan dan poster bergambar dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktik kader kesehatan. Metode : penelitian ini merupakan penelitian quasiexperimental dengan menggunakan desain non-equipvalent control group. Subjek penelitian adalah 100 orang kader kesehatan yang berlokasi di Kelurahan Bojong Pondok Terong ,kota Depok yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok control . Kemudian kedua kelompok diberikan pre-test sebelum pelatihan kemudian diberikan buku panduan pada saat pelatihan setelah itu dilakukan post-test dan evaluasi Hasil : berdasarkan hasil analisis didapatkan
perbedaan yang bermakna (p<0.05) terhadap pengetahuan dan kemampuan kader kesehatan setelah diberikan Pendidikan menggunakan buku panduan,poster bergambar, dan powerpoint. Kesimpulan :Terdapat peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktik kader kesehatan di Posyandu secara signifikan (p<0,05).

Background: The 2018 RISKESDAS report states that the level of dental and mouth disease is still very high, for that reason in suppressing the incidence of dental and oral diseases can be utilized components that have close links with the community, namely health cadres who work in Posyandu one of them. One of the activities at Posyandu is to provide counseling to the community by health cadres. For this reason, in order to realize the achievement of counseling carried out in Poysandu there needs to be training activities that can increase the knowledge and abilities of health cadres. Research Objectives: Knowing the effectiveness of the use of media manuals and pictorial posters in improving the knowledge and practical ability of health volunteers. Method: this research is a quasi-experimental study using a non-equipvalent control group design. The subjects were 100 health volunteers located in Bojong Pondok Terong, Depok city which were divided into intervention and control groups. Then both groups were given a pre-test before training and then given a handbook at the time of the training after which a post-test and evaluation were conducted. Results: Based on the results of the analysis using Wilcoxon and Mann Whitney tests, there were significant differences (p <0.05) on the average value of knowledge and the ability of health cadres after being given health education on dental and oral health Conclusion: There was a significant increase in knowledge and practice ability of health volunteers in Posyandu (p <0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditri Andita Anggariani
"Percepatan pengembangan sektor industri sebagai salah satu fokus kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN otomatis akan diikuti dengan meningkatnya permintaan tenaga kerja terampil, sehingga butuh suatu upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia agar tidak kalah saing dengan tenaga kerja asing dan memperparah tingkat pengangguran. Pendidikan kejuruan berkontribusi dalam menekan angka penangguran karena lulusannya merupakan tenaga kerja terampil siap pakai yang dapat langsung diserap industri. Jawa Barat menempati posisi ketiga secara nasional yang memiliki angka pengangguran tertinggi, di mana sebagian besarnya adalah lulusan SMK. Penelitian ini akan menganalisis jejaring kebijakan untuk melihat bagaimana dinamika dan interaksi antar para aktor kunci dalam jejaring kebijakan pada kebijakan pendidikan kejuruan dan ketenagakerjaan dapat menjelaskan tingginya pengangguran lulusan SMK di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan post-positivism. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejauh ini interaksi antar aktor kunci yang terlibat dalam jejaring kebijakan ini masih mengandalkan bentuk hubungan yang sifatnya formal. Konflik kepentingan yang terjadi antar para aktor dari sektor publik berakar dari perbedaan pandangan mereka terkait apa yang sesungguhnya menjadi masalah dan bagaimana mengatasinya.
Accelerating the development of the industrial sector as one of the ASEAN Economic Community 39 s policy focus will automatically be followed by the increasing demand for skilled labor, so it needs an effort to improve the quality of Indonesian labor so as not to lose competitiveness with foreign workers and aggravate the unemployment rate. Vocational education contributes to reducing unemployment rates because the graduates are ready made skilled laborers who can be directly absorbed by the industry. West Java occupies the third position nationally which has the highest unemployment rate, where most of them are SMK graduates. This study will analyze the policy network to see how the dynamics and interactions among key actors in the policy network on vocational education and employment policy can explain the high unemployment of SMK graduates in West Java Province. This research is a qualitative research with post positivism approach. The results show that so far the interactions among key actors involved in this policy network still rely on formal relationships. The conflicts of interest between actors from the public sector stem from their differing views on what really matters and how to overcome them."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wedia Hidayana
"Vocational education has some characteristics that might be different from other formal schools such as ; education purpose, learning substance , education demand and output."
Padang panjang: Dinas pendidikan Kota Padangpanjang, 2014
370 JGR 11 (1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>