Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elfina Yusuf
"Akibat adanya peningkatan pendidikan serta pengaruh globalisasi maka tuntutan masyarakat akan berubah, apalagi dalam suasana otonomi daerah akan berdampak pada Puskesmas Rawat Inap Pagar Alam. Oleh karena itu diperlukan perencanaan strategi.
Untuk dapat menyusun perencanaan strategic dan Puskesmas Rawat Inap Pagar Alam, dilakukan penelitian analisa kualitatif dan kuantitatif, Penyusunan strategis ini melalui tahap I (input stage) terdiri dari analisa tingkungan eksternal dan internal dari Puskesmas Rawat Inap Pagar Alarn, yang dilakukan oleh Consensus Decision Making (CDM), kemudian tahap I1 (matching stage), CDM melakukan analisis dengan matriks internal-eksternal (IE) dan SWOT, selanjutnya tahap III (decision stage) menggunakan matriks QSPM untuk menentukan strategik terbaik.
Dari hasil penelitian, pemilihan alternatif berdasarkan IE matriks, memperlaihatkan posisi Puskesmas Rawat Inap Pagar Alam pada kuadran H yang berarti grow and build dengan strategi yang dianjurkan adalah strategi intensif (market penetration, market development, product development) dan strategi integratif (forward integration, backward integration, horizontal integration).
Penelitian ini menyimpulkan bahw Puskesmas Rawat Inap Pagar Alam memiliki potensi pasar yang besar dengan dukungan internal yang kuat dan juga akan adanya perubahan status menjadi puskesmas swadana maka harus meningkatkan mutunya. Sedangkan saran yang dianjurkan dapat merealisasikan perencanaan strategik ini, maka diperlukan pemantauan agar pelaksanaannya tercapai.

The Strategic Planing Inpatient Health Center of Pagar Alam, Distric of Lahat, 2000-2005 The aim of the society will be changed because of the increase/growth of education and the effect of globalization., besides in the district autonomy condition will make effect of Inpatient Health Center of Pagar Alam, that is way is need the Strategic Planning.
To arrange Strategic Planning of Inpatient Health Center of Pagar Alam, they make quality and quantity analysis research. The arrangement the strategic through bellow phase I (Input stage) included in external and internal environment analysis from Consensus Decision Making (CDM) and the phase II (Matching stage) did analysis with internal and external Matrix (IE) and SWOT. After that, phase III (decision stage) used the QSPM matrix to make the best strategic.
The result of research to choice alternative based on IE matrix, shows the position of Inpatient Health Center of Pagar Alam with mean growth and build with the allow strategic is intensive (strategy Market penetration, Market development, product development) and integrative strategy (forward integration, backward integration, horizontal integration).
The conclusion of this result is Inpatient Health Center Of Pagar Alam, has big potential market with the strong internal support and also will be change of the status to be "Puskesmas Swadana" (The source of found is it self) so they have to increase their quality. Where as suggestion, which is suggested, to realize this strategic planning, so it needs control in order the implementation will is reached.
References: 22 (1980-2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T10298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idrus
"Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam menuju Indonesia sehat 2010 telah menetapkan kebijaksanaan umum pembangunan kesehatan antara lain peningkatan derajat kesehatan sumber daya manusia dibidang kesehatan.
Dengan mengacu kepada UU no. 22 tahun 1999, dan UU no.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan PP no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Semenjak dimulainya Otonomi Daerah tahun 2001 ini, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman dipandang perlu mempunyai rencana strategik.
Untuk dapat menyusun rencana strategik Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman dilakukan penelitian Operasional dengan analisa kualitatif. Penyusunan rencana strategik ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap I (Input stage) terdiri dari analisis lingkungan eksternal dan internal dari Dinas Kesehatan yang dilakukan oleh Consensus Decision Making (CDM) yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Kepala Subdinas, dan Kepala Seksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman. Kemudian pads tahap II (Making Stage, CDM) melakukan identifikasi alternatif strategik dengan analisis internal dan eksternal (IE) Matrix dan SWOT Matrix. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap III (Decision Stage) untuk menentukan prioritas strategik terpilih dengan menggunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrixs (QSPM).
Berdasarkan hasil analisis SWOT Matrixs memperlihatkan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman berada dalam kuadran Strenghths-Opportunities (S-O), dimana pada kondisi yang demikian Dinas Kesehatan dapat menciptakan Strategik yang menggunakan Kekuatan untuk memanfaatkan peluang sedangkan pada analisis dengan Matrixs IE memperlihatkan posisi Dinas Kesehatan berada pada set II (Growth and Build) yang berarti Dinas Kesehatan masih punya peluang untuk melakukan pertumbuhan dan pengembangan organisasinya.
Melalui kedua analisis Matrixs tersebut maka Strategik prioritas yang tepat untuk Dinas Kesehatan adalah Strategik Intensif dan Strategik Integratif.
Sebagai saran agar rencana strategik Dinas Kesehatan yang telah dibuat ini dapat dioperasionalkan maka perlu adanya rekomendasi dan dukungan dari Kepala Daerah dan DPRD Pasaman, setelah itu baru dilakukan sosialisasi kepada pihak terkait untuk menjalin koordinasi di dalam pelaksanaannya.

Strategic Planning of health office of Pasaman Regency Within framework of Regional Autonomy, Year 2001-2005
Department of health, the Republic of Indonesia according to Healthy Indonesia Year 2010 has determined general policy of health aspect development such as increasing of human resource in health aspect.
Referring to Law Number 22 Year 1999, and Law Number 25 year 1999 regarding Financial Balancing between central government and the regional government and Government Regulation Number 25 year 2000 regarding authority of the government and the provinces as autonomous regions. Beginning Pasaman District of autonomous in 2001, certainly the health office of Pasaman District would be a necessity this strategic Planning.
In order to build a strategic planning of this Board this operational research has been conducted using Qualitative analyses, this strategic we build in three stage. First (Input stage), Consists of external and Internal environmental analyses of health office. Through Consensus Decision Making (DMC) people in this group include Head public Health Centre, Head Sub District, Health office and Head Section Health office from Health Pasaman District. On the second stage (Matching Stage), intended alternative strategic by Internal-External Matrixs and SWOT Matrix analyses. Finally the third Stage (Decision Stage) was select the strategic priority, using Quantitative strategic Planning Matrix (QSPM) Method.
Based on the result of SWOT Matrix analyses, Health Pasaman District is positioned at Strenght-Opportunities (S-0) Quadrant, which means Health Pasaman District could maximizes its Internal strength using the opportunity meanwhile, the result of IE Matrix shown that position of health Pasaman District was at cell two (Growth and Build), it means that the Board still have the Opportunity to grow and develop its organization.
Both Matrixes analyses resulted in the priority strategic for organization development of Health Pasaman District are as follows intensive strategy and integrative strategy.
In order to Operational this Health Pasaman District Strategic Planning. There is a need of recommendation and support from Bupati and District Parliament (DPRD) after word socialization to related sectors should be done to build Coordination of the delivery of the programs."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saul Elias Arikalang
"Perencanaan kesehatan adalah salah satu dari fungsi manajemen yang terpenting, yang harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lain. Output perencanaan kesehatan tahunan Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung hingga saat ini kualitasnya masih rendah, padahal dilihat dari inputnya cukup memadai, diduga proses perencanaannya yang tidak benar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara mendalam tentang proses perencanaan kesehatan tahunan itu sendiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara secara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Adapun hasil temuan penelitian bahwa proses perencanaan kesehatan tahunan di Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung masih jauh dari sempuma, langkah-langkahnya masih banyak yang tidak sesuai dengan prosedur tetap perencanaan kesehatan. Penyebabnya adalah kemampuan dan pengetahuan perencana masih kurang, struktur organisasi perencana rendah tidak sesuai beban kerjanya, mekanisme kerjasama lintas program dan lintas sektor tidak jalan.
Agar perencanaan kesehatan tahunan yang dihasilkan berkualitas proses perencanaannya perlu diperhatikan, kualitas Sumber Daya Manusia perencana perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif dan adekuat, pembinaan oleh atasan lebih diintensifkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah struktur organisasi perencanaan di Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung, perlu dibenahi lagi agar sesuai beban tugas yang diembannya. Menggalang kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan memanfaatkan otoritas pemerintah daerah.

The Analysis of the Annual Health Planning Process in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung 1995/1996Health planning is one of the most important management functions which have to be done first before doing the other management functions. The quality of the annual health planning output in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung is still low so far, whereas the input is adequate. It is hypothesized that the process of the annual health planning needs conducting.
The research method used is the qualitative method by using an In-depth Interview and Focus Group Discussion. The result is that the process of the annual health planning in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung needs more improving, its steps are not in accordance with the porcedur of health planning. The causes are the skill and knowledge of planner still low, the structure of planning organization not in accordance with the work load, the mechanism of cooperation between cross-program and cross-sectoral not functioning.
In order to produce a qualified annual health planning, the planning process requires considerable attention, the quality of human resource of planner needs improving by conducting education and training intensively and adequately, the supervision by the head needs improving intensively. The other matters require considerable attention are the structure of planning organization in Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II Kabupaten Bandung needs straightening so that it is in accordance with the work load, performed and the cooperation between cross-program and cross-sectoral needs supporting by using the authority of the local government.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indiati R.B. Erlan
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naharus Surur
"Perencanaan tenaga kesehatan yang tidak baik akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara kebutuhan tenaga kesehatan dengan realisasi. Akibatnya menimbulkan ketidakmerataan tenaga kesehatan. Satu wilayah mendapatkan tenaga kesehatan yang memadai, sementara wilayah lain kurang tenaga kesehatan sehingga akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Proses perencanaan yang baik meliputi : (1) perkiraan demand , (2) perkiraan supply , (3) mempertahankan (retaining), anggaran (budgeting).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perencanaan tenaga kesehatan di Kabupaten Bogor tahun 2002 dengan mempergunakan analisis SIPOC, yaitu dilihat semenjak dari Suppliers - Inputs - Processes - Outputs -- Customer.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam, observasi, dan penelusuran dokumen agar dapat digali informasi yang mendalam tentang perencanaan tenaga kesehatan di Kabupaten Bogor tahun 2002.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah unsur pemasok (suppliers) telah memberikan dengan baik, walaupun masih ada pemasok lain yang belum dilibatkan dalam perencanaan tenaga kesehatan di Kabupaten Bogor tahun 2002 adalah organisasi profesi dan institusi pendidikan. Belum adanya SOP, dana yang tidak ada, sarana penting untuk untuk perencanaan yaitu IT belum memadai, dan tenaga perencana yang belum memadai dari segi kuantitas dan kualitas sangat mempengaruhi mutu Masukan (inputs). Sementara dalam unsur proses ditemukan bahwa prakiraan demand masih menggunakan metode "ratio tenaga terhadap jumlah penduduk", pada prakiraan supply masih sangat tergantung pada Dinkes Propinsi dan Pemda Kabupaten dalam reknit-ilea, prose retaining dengan strategi "layanan cepat-tepat-sejahtera", dan tidak memiliki anggaran khusus untuk pengembangan tenaga kesehatan. Pada unsur keluaran (outputs) sudah ada usulan kebutuhan. penempatan dan pengembangan nakes, akan tetapi belum memenuhi syarat sebuah usulan yang baik.
Sementara pada unsur customer/ pelanggan sudah merasa cukup puas dengan hasil perencanaan, namun tidak puas dengan realisasinya.
Untuk terlaksananya perencanaan yang baik perlu ditingkatkan kemampuan personil di Subdin Perencanaan dan Pengembangan, dilengkapi IT yang memadai agar Sistem Informasi Kesehatan dapat beroperasi, disediakan alokasi dana untuk perencanaan, dan harus banyak melakukan advocacy ke berbagai pihak dalam rangka mengoptimalkan perencanaan.
Daftar pustaka : 34 ( 1984-2001)

Analysis of Health Workforce Planning in Bogor in The year of 2002 The improper planning of medical staff will cause differences between the need of the staff and the number of staff in reality. The result is unequal number of the staff; in one place the number of the staff is sufficient but in another place isn't. The lack of the staff will influence the quality of the medical service. The good planning process involves (I) demand estimation, (2) supply estimation, (3) retaining , and (4) budgeting,
The purpose of this research is to know the medical staff planning description in Bogor Region in2002 using SIPOC analysis, from Supplier-Input-Processes-Outputs-Customer.
The method used in this research is qualitative method , using in depth interview technique, observation and document tracing. These techniques enable to dig information deeply about the planning of medical staff in Bogor region in 2002.
From this research, it is known that the Supplier has given well. But there are suppliers that are not involved in Bogor medical staff planning 2002, that are profession organization and educational institution. The non-existence of SOP, no funds, the insufficient of IT, and the insufficient of the quality and the quantity of the planning staff; influence the quality of the Inputs. Mean while; in the Process; demand estimation still using -staff ratio toward the number of people-' method. In the recruitment, supply estimation still depends on the province health institution and region authority. The retaining process using "Layanan cepat-Tepat-Sejahtera" (Fast-Accurate-Welfare) strategy and doesn't have special budget to develop the medical staff. In Output there has been a need of proposal , medical staff placement and development, but it is considered not fulfill the requirement of a good proposal. In Customer, the customers have felt satisfied by the planning , but they are disappointed with the carrying out.
To carry out the planning well, it is necessary to improve the personnel ability in Planning and Development Subsection, supplied with sufficient IT; so medical information system can work. Fund allocation is prepared for the planning, and advocacy must be done to people who concern to optimize the planning.
Bibliography: 34 (1984 - 2001)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Tut Wuri Handayani
"Perencanaan kesehatan merupakan hal penting yang merupakan awal dari berbagai fungsi manajemen. Keluaran mutu perencanaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Pontianak masih belum baik. Kemampuan para perencana juga masih belum cukup mendukung. Studi ini meneliti proses perencanaan dalam kerangka pendekatan sistem untuk mengantisipasi pelaksanaan desentralisasi.
Metode penelitian adalah kualitatif, dilakukan dengan wawancara mendalam dan didukung dengan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan proses perencanaan membutuhkan perbaikan, karena tahapannya belum sesuai dengan teori. Belum ada petugas yang mendapat pelatihan perencanaan dan penganggaran secara khusus. Struktur Urusan Perencanaan tidak sesuai dengan beban kerjanya. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral belum berjalan seperti yang diharapkan. Telaah dokumen menunjukkan terdapat inefisiensi antara program. Ditambah dengan kekakuan administrasi memperberat inefisiensi. Pemerataan (equity) telah tampak dalam telaah dokumen seperti pelayanan bagi keluarga miskin dan barang barang-barang publik. Kelangsungan JPKM sulit bertahan.
Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Pontianak didominasi oleh Pusat. Pada tahun 1999/2000 pembiayaan Pusat berkisar 88%, sedangkan Daerah hanya 11,89% terdiri dari 2,21% APBD tingkat II dan 9,68% dari APBD tingkat I. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar 2,76 milyar rupiah. Dana jaring pengaman sosial (JPS) membiayai sektor kesehatan sebesar 1,547 milyar rupiah. Bila diberlakukan konsensus Bupati mengenai pembiayaan kesehatan adalah 15% dari PAD, berarti pembiayaan kesehatan saat desentralisasi akan sangat menurun. Bandingkanlah dengan nilai pembiayaan saat ini. Bagaimana dapat mencapai dana seperti saat ini bila hanya megharapkan dari PAD saja. Mekanisme pembiayaan pra upaya dan rasionalisasi tarif pelayanan kesehatan selayaknya dijadikan sebagai sumber pendanaan. Pembiayaan pra upaya merupakan pilihan terbaik untuk mendanai sektor kesehatan.
Dalam rangka rnenghadapi desentralisasi, Kepala Dinas telah melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah. Bupati pun telah menunjukkan perhatiannya kepada sektor kesehatan. Untuk merebut Dana Alokasi Umum (DAU) petugas Dinas Kesehatan harus memiliki kemampuan advokasi kepada Pemerintah Daerah dan instansi terkait serta DPRD, antara lain dengan memaparkan pentingnya pembiayaan bagi sektor kesehatan. Analisis situasi kesehatan berdasar data, haruslah disertai dalam advokasi tersebut. Perencanaan kesehatan berbasis data (evidence based health planning) akan dapat menggambarkan berapa besar dana yang diperlukan. Dengan anggaran yang terbatas, Dinas Kesehatan dan Pemerintah Daerah haruslah memprioritaskan pada pelayanan bagi keluarga miskin dan hal yang berdimensi keadilan sosial (social justice) seperti barang-barang publik. Untuk itu sebaiknya dibikin suatu piagam saling pengertian untuk rnemilih kegiatan yang diprioritaskan serta jaminan atas pembiayaannya. Pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan bagi keluarga miskin merupakan prioritas tinggi agar tercapai pemerataan (equity) pelayanan kesehatan.
Untuk memperbaiki perencanaan, peneliti menyarankan sebagai berikut : pelatihan perencanaan dan penganggaran kesehatan terpadu (P2KT) bagi para perencana, meningkatkan eselon Urusan Perencanaan, meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor, melibatkan pemerintah daerah dan Bappeda dalam proses P2KT agar mempunyai persepsi yang sama dalam perencanaan kesehatan, serta melibatkan peneliti, ahli survei, ahli ekonomi kesehatan terutama dalam analisis situasi, penentuan prioritas, penilaian pilihan dan penyusunan program dan anggaran.
Daftar bacaan : 54 (1984-2001)

Analysis of The Annual Health Planning in The District Health Office of Pontianak, Kalimantan Barat Province, During The Fiscal Year 1999/2000.Health planning is one of the most important functions, which have to be done first before doing the other management functions. The quality health planning output in the District Health Office (DHO) of Pontianak is still low. The capability's health planner in DHO of Pontianak is not good enough. This study was conducted to research process of health planning in a view of systemic approach frame for anticipating decentralization era.
The qualitative method by using in-depth interview is used in this study. It is complemented by document observation.
The result is that the process of the health planning in DHO of Pontianak needs more improving. Their steps are not in accordance with the theory of health planning. The causes are no officials have trained health planning and budgeting specifically. The structure of planning subdivision not in accordance with the workload. The mechanism of cooperation between cross program and cross sectoral do not function. The document observation result is inefficiency between programs. Budget absorption failure caused by restraint or inflexibility finance mechanism more weight inefficiency. Equity has been contained in document, just like poor family health services and public goods. Sustainability of managed care is difficult to be implemented.
The composition of public finance is dominated by the central government. District figure for fiscal year 1999/2000 that approximately 88% of total government expenditure for health at district level, cone from the central government, and just about 2,21 % from the district income and expenditure budget and 9,68% from the province income and expenditure budget. District government revenue is 2,76 billion Rupiahs. Social Safety Net contributes 1,547 billon Rupiahs. According to District Head's consensus, local government health spending will be approximately 15% district government revenue. If this consensus is realized, public health spending will be reduced drastically. Compare with health expenditure this time; come from central and province budget 20,399 billion Rupiahs plus SSN 1,547 billion. How to afford the budget for health spending, if we just rely on district government revenue. It means we must strive for the public financing through pre payment mechanism, and rationalization user charge.
For anticipating decentralization era, the head of DHO of Pontianak has advocated to Local Government. District Head has showed full attention in health sector.
In order to get General Allocation Fund (GAF) so District Health Officials (DHOs) must have avocation capability to local government, other institution and local legislative body for introducing the importance of financing health services.
Evidence based in analysis of the health situation must accompany avocation. Evidence based health planning is the way of finding out how much money will be needed.
With restrictive budget, DHO and local government must priority the activity of program that has paradigm social justice and distributive justice (include public goods). So the local government must take the memorandum of understanding to choose the priority activities programs and convince that its financing is secure. Providing basic package and services for the poor are occupied on the high list of priorities to ensure equity.
In order to produce a qualified health planning, the planning process requires considerable attention to the quality of human resources (planner) that need improving by training about integrated health planning and budgeting (IHPB). The other matters require considerable attention are the structure of planning organization in DHO of Pontianak needs straightening in accordance with the workload and output of health planning; the cooperation between cross program and cross sectoral needs supporting by using the authority of local government. The other important things are better for local government and its planning (Bappeda) to involve them in IHPB process (cross sectoral institute), in order to have a same perception in the health planning, DHOs collaborative with other institution must arrange the strategic planning for directing the future activities; recruitment patterns and developing decision making guidelines (the strategy) that based on situational analysis. Meanwhile it is better for DHO of Pontianak to involve surveyor, surveillance epidemiology expert and health economic expert especially in analysis of the health situation, the priority setting, option appraisal and programming-budgeting.
References : 54 (1980-2001)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Manarosana Rachman
"Dalam pehksanaan otonomi daemh,Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang
membumtuhkan suatu perencanaan Sumbor Days Manusia (SDM) keeehslan, yang dapat
Sejalan dmsanvi-1i, Misi,R=@na Simiesis (R°DSUH)d=nPf°SHm°Pf°sfH1I1YHns #kan
dijalaukan oleh Dinkes Kabupatea Pandeglang dalamkunm waktu 200]-2005. Itulah yang
menjadi alasan dan tujuandari penelitian ini. '
Unmk dapat menyusun pereacanaan strategis SDM Kesehatan di Dinkes
Kabupaten Pandeglnng, dilalcukan penelitian opemsirmal dengan analisis kualiiatif dem
kuantitatif, dibanin dengan peramalanmenggnmakan Hme Series Forecasting dari program
QSB+. Penyusunarn strategi ini melalui bebempa tahap. Talmp pertama (Inpzn
Smge)tm'diddminmBsislh1ghmgmdcstermldanintemalSDMKesehatanDinkes
Kabupaten Pandoglang, yang dilakukan oleh Cancensus Decision Making Group (CDMG).
Pads iahap kedua (matching Stage), CDMG melakukan analisis dengan Internal-Ekstemal
matrtrdan SWOTmarrb; Secam tersendiri dilalcukan analisis beban keja, dmgandasar
Rensh'adanpmgmm-pmgrmnymgakandi1aksanakano1ehDinkesKahupaton
Pandeglanggmmkmellghasilkanjenis danj\nnahkehfutuha.nSDMlnesehtan strategis.
Pads tahap III (Decision Stage) analisis dilakulmn dengan menggxmalmn QSPM unmk
me.nenh1kanstmiegitexbaik_
Darihasi]pmelH&an,padapanilihma1tema6fshategidmganberdasmkan1E
malrbc, diketahui bahwa posisi SDM Dinkes Kabupaten Pandeglang bemda pada sel 111,
yang artinya berada pada posisi Hold and Maintain atau Rerrenchment dimana strategi
yang dianjmican adalah stratogi intcnsif yang terdid daxi market penetration, market developmenn dan product development, atau mmarozmd strategies yang terdiri dari
Ccmtractian and Consolidation. I
Dalampeneiiiian ini diaimpulkanbahwalmtuk mencapai mjnnnjangkn panjang
SDM kesehatan, dalam menghadapi pelaksanaan otonomi daerah pada i8l1lII1 2001-2005,
diperlukan kemampuan advokasi Dinkes yang kuat
Sebagni san-an untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini adalah perlunya disusun
mwgi lanjutan sDM rcesehmn ninkes Kabupaten Pandeglang yang mmpakau
operasional daii pemicanaan mfegi SDM ini.

Abstract
In decentralization em, Health Department in Pandeglang District needs a strategic
planning of health human resomces that conforms with the vision, mi sion, Strategic
Planing (Reristra) and programs implemented by Health Department in Pandeglang
Districtin2001 - 2005. Thisisthemaingoslofthisresearch.
To build that, operational research with qualitative and quantitative analysis has
been impl ented by using Time Series Forecasting fiom QSB+ program There are some
stngestodothe analysis. First Stsge(InputSta.ge)istoanalyzecJdemaland internal
environment of health human resources in Health Department in Pandeglang District by
Consensus Decision Making Group (CDMG). Next Stage (matching stage) will analyze
and discuss Internal-Extemal Matrix and SWOT matrix. Workload based onRen.stra and
otherpmgramsin1p1enrentedbyHea1thDepsrtnentinPmdcglangDisuict is analyzedto
gettypes and amouniofhealthhurnmresources. In Bnal stage (Decision Stage), QSPM is
operated to determine the best strategy.
'Ihisresearch showshealthhurnanresomces ofHealthDepartmentinPandeglang
District placed of third Cell, Hold and Maintain position or retrenchment as suggested
Strategy is intensive strategy such as mm-ket penetration, market development and product
development, or tumsrolmd strategies, including contraction and consolidation. 'lhismseamhoonchzdesthattoreachlongielmbeahhhlnnanmeomces goalfacing
implementation of decentralization in 2001-2005, would needed man who strong advocate
ability. .
As a suggestion to follow up this research that Dinkes Kabupeten Pandeglang have
tobnildadvaneestrategyasahealthhmnanresourew stmtegicplanningopemtion.
References : 36 (1984-2001)"
Universitas Indonesia, 2001
T6524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Risgiyanto
"Pada sektor kesehatan, desentralisasi adalah terjadinya pelimpahan kewenangan dari Departemen Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota, yang berakibat terjadinya perubahan terhadap struktur, fungsi dan tanggung jawab, dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Disadari, bahwa desentralisasi ini berdampak juga pada sistem perencanaan pembangunan kesehatan, yaitu daerah mempunyai kewenangan besar untuk melakukan perencanaan dan penganggaran sesuai dengan situasi dan kemampuan daerah, sehingga beberapa permasalahan perencanaan terjawab dengan adanya sistem desentralisasi dengan Bottom Up Planning.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang mekanisme Sistem Penyusunan Perencanaan Program Pembangunan Kesehatan Pada Era Desentralisasi Di Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan Tahun 2003, dengan menggunakan metode kualitatif dan melakukan pengumpulan data primer terhadap kompunen input, komponen proses dan komponen out put dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, melakukan observasi dan telaahan dokumen data skunder.
Hasil penelitian ini dalam pelaksanaan Penyusunan Perencanaan Program Pembangunan Kesehatan Pada Era Desentralisasi Di Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan Tahun 2003, telah dapat dilakukan dengan mekanisme bottom up planning. Hambatan yang timbul berkaitan dengan penyusunan perencanaan program pembangunan kesehatan pada era desentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan, antara lain kualitas dan kuantitas sumberdaya tenaga belum memadai; kedudukan unit perencanaan pada sub bagian perencanaan di bawah bagian tata usaha, sehingga dalam pelaksanaan penyusunan perencanaan program pembangunan kesehatan tidak optimal; tidak tersedianya dana khusus untuk penyusunan perencanaan; sarana komputasi, transportasi dan komunikasi belum memadai; rendahnya ketersediaan dan kevalidan data; rendahnya pemahaman terhadap metode perencanaan; pelaksanaan bimbingan teknis penyusunan perencanaan belum maksimal; pelaksanaan konsultasi mengenai penyusunan perencanaan belum optimal; pelaksanaan langkah-langkah perencanaan belum maksimal; koordinasi lintas program sudah dilaksanakan akan tetapi terdapat hambatan mengenai sumberdaya manusiannya; perlu ditingkatkan untuk melakukan advocacy kepada pihak Pemerintah Daerah, DPRD dan Bapeda dan belum masuknya wawasan terhadap program pembangunan kepada sektor lain;' penggunaan pedoman penyusunan perencanaan dengan menggunakan konsep P2KT, serta melakukan rencana anggarannya dengan mengacu Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002; pedoman satuan biaya yang digunakan adalah pedoman satuan biaya dari Pemerintah Kabupaten dalam bentuk Keputusan Bupati; jadwal penyusunan perencanaan sudah dibuat secara sistematis akan tetapi penggunaannya belum maksimal serta realisasinya sering tidak tepat; dilakukannya pendokumentasian perencanaan program pembangunan kesehatan dalam bentuk DIPDA(DASK, Proposal, Master plan 2001-2005; adanya peningkatan anggaran pada tahun 2003. Kemudian adanya kegiatan district grant PIP I, guna mendorong pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan yang didanai oleh pinjaman luar negeri (World Bank).
Saran utama untuk mendorong kemampuan Pemerintah Kabupaten khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan yaitu dengan meningkntan kualitas dan kuantitas sumberdaya tenaga guna melakukan advokasi secara sitematis sehingga dapat memperoleh komitmen pengambil keputusan di daerah agar sektor kesehatan dapat dijadikan sebagai pilar pembangunan daerah melalui pelaksanaan bimbingan teknis; melakukan konsultasi; melaksanakan penyusunan perencanaan sesuai dengan langkah-langkah perencanaan; adanya koordinasi lintas program dan lintas sektor; adannya petunjuk perencanaan; menyusun anggaran biaya sesuai dengan pedoman satuan biaya; melakukan penjadwalan perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program pembangunan kesehatan.

In the health sector, the decentralization means the submission of authority from the Department of Health to the Health Office of Province and Regency/ Municipality, which cause the change towards the structure, function and responsibility, in order to provide health services to the people. It is realized that the decentralization also effect the health development planning system, namely the region have greater authority to perform the planning and budgeting according to the situation and the regional ability, that some planning problems are responded with the decentralization system with Bottom Up Planning.
This research is intended to obtain the description regarding the mechanism of Health Development Program Planning Preparation During The Decentralization Era In The Health Office Of Way Kanan Regency In The Year 2003, by using qualitative method and performing the primary data collection by using the in-depth interview technique, observation and study of documents of secondary data.
This results of this research in implementation of the Health Development Program Planning Preparation in the Decentralization Era in the Health office of Way Kanan in the year 2003, has been done with bottom up planning mechanism. The constraints faced related to the preparation of the health development program planning in the decentralization era in the health office of Way Kanan Regency, among others are the quantity and quality of the human resources that are not sufficient; the position of the planning unit in the sub division of planning under the administration unit, that in the implementation of the health development program planning preparation is not optimum; the lack of fund available especially for the planning preparation; insufficient computation and communication facilities, the low availability and validity of data; the low understanding towards the planning method; the technical guidance implementation is not optimum; consultation implementation regarding the planning preparation has not optimum; planning steps implementation has not maximum; the inter programs coordination has been dome but there is human resource constraint; the advocacy to the regional Government, DPRD and Bapeda needs to be increased due to lack of understanding toward the development program of the other sector; the use of planning preparation guide by using the concept of P2KT, and the prepare the budget by referring to the Kepmendagri No. 29 year 2002; the standard unit cost used is standard the unit cost from the regency government in the form of Decree of the Head of Regency; schedule of the planning preparation has been systematically, however, the usage is not maximum yet and the realization is often inaccurate; the documentation of health development planning in the form of DTPDAIDASK, Proposal, Master plan 2001-2005; the increase of budget in the year 2003. Then with the district grant PHP 1, in order to encourage the decentralization in the health sector which is financed by the foreign loan (World Bank).
The main suggestion to encourage the ability of the Regency Government, especially the Health Office of Way Kanan in order to implement the decentralization of the health sector, namely by increasing the quality and quantity of human resources in order to perform the advocacy systematically that the commitment of decision maker in the region can be obtained in the health sector to be used as the regional development pillar through technical guidance implementation; perform the consultation; perform the planning preparation according the planning steps; the inter programs and inter sector coordination; the planning guidance; prepare the budget according the standard unit cost perform the planning schedule up to the implementation of the health development program activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tupen, Valentinus Sili
"ABSTRAK
Program Dana Sehat KUD di Kabupaten Flores Timur merupakan bagian dari program dana sehat Propinsi Nusa Tenggara Timur, yang dibentuk dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dr. Adhyatma, MPH) sejak tanggal 5 Juli 1989. Pada awal program, kegiatan kontrak ulang kepesertaan yang selalu dilakukan setiap tahun, berjalan dengan baik. Namun setelah kurang lebih empat tahun, kesinambungan kontrak kepesertaan dana sehat dari 14 KUD semakin menurun. Pada awal 1995 tercatat 86,7% peserta tidak ikut lagi dalam kontrak kesinambungan kepesertaanya.
Dengan desain studi observasional memakai pendekatan cross sectional, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kesinambungan dana sehat tesebut. Penentuan besar sample dengan cara proportional stratified random sampling , yang mewakili peserta dari 14 KUD dengan kondisi kesinambungan baik dan buruk. Hipotesis yang dibangun adalah adanya hubungan antara faktor Demand (berikut sub faktor Manfaat, Kemungkian sakit, Besarnya Resiko, Besarnya Iuran, Pendapatan), faktor Kemudahan, faktor Pendorong, faktor Pemahaman terhadap hak dan kewajiban peserta dengan Kesinambungan kepesertaan dana sehat.
Analisis data dilakukan secara univariat (disribusi frekuensi), bivariat dengan metode Chi-Square dan analisis multivariat dengan metode regresi logistik.
Hasil Uji analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara faktor Demand dengan kesinambungan kepesertaan Dana Sehat KUD. Hubungan tersebut didukung oleh adanya hubungan bermakna antara sub faktor manfaat, besarnya resiko, nilai iuran dan pendapatan dengan kesinambungan kepesertaan dana sehat dengan nilai p
Analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya variabel kemudahan saja yang tidak berhubungan, sedang berdasarkan nilai OR maka yang paling dominan adalah faktor pendorong.;

ABSTRACT
The health fund program of Village Cooperative in East Flores District is part of the Health fund program of East Nusa Tenggara which was formed and opened officially by the ministry of Health (dr.Adhyatma,MPH) since July 5, 1989. At the beginning of the program, the recontract of participation which is done annualy run smoothly. However, after abaout four years, the sustainability of participation contract of health fund from 14 Village Cooperatives decreased. At the beginning of 1995 there was 86,7% participants quitted the participation contract.
The Objective of this research is to obtain information regarding the factors related with the sustainability of health fund participation, by using the observational study design. The determination of the number of sample is by proportional stratified random sampling, which represents the participants from 14 Village Cooperatives with poor and good sustainability. The hypothesis is that there is a relationship between Demands Factor (the Utility, Probability of loss, Magnitude of Joss, Price and Income factors) Enabling factor, Reinforcing factor and Understanding of the right and obligation of the participants with the sustainability of the health fund participation. The data analysis was done by using univariate (frequency distribution), bivariate with Chi-Square and multivariate analysis with logistics regression methods.
The result of bivariate test indicate that there is a significant relationship between Demand factor and the sustainability of the Health Fund Participation of the Village Cooperatives. The relationship is supported by a significant relationship between sub factors The Utility, The Magnitude of loss, Price and Income with the sustainability of the health fund participation with the value of p < a = 0.05, except the sub factor of the probability of loss which is not related with the sustainability of health fund participation with value of p > a = 0,59. The Enabling factor, the Reinforcing factor and Understanding of the right and obligation of participants turned out to have a significant relationship with the sustainability of the health fund participation with value of p = 0.63, p = 0.00 and p = 0.04 respectively.
The multivariate analysis indicates that only the enabling factor which is not related, while based on OR value the most dominant factor is the reinforcing factor.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadjmah Nasir
"Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan yang berperan dalam pengembangan profesionalisme sumber daya manusia. Sejalan dengan terjadinya perubahan lingkungan organisasi dan lingkungan luarnya, maka penelitian ini berupaya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal organisasi dan untuk mengetahui sejauhmana kondisi Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan serta strategi yang sesuai, maka diperlukan penelitian perencanaan strategis Bapelkes Provinsi Sumatera Selatan tahun 2005 - 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan strategis Bapelkes Prov. Sumsel tahun 2005 - 2009. Penelitian merupakan penelitian operasional, menurut David pada perumusan strategi disusun melalui tiga tahapan yaitu tahap I (Input Stage), tahap II (Matching Stage) dan tahap III (Decision Stage). Pada tahap I (Input Stage) menganalisis data kualitatif dan data kuantitatif terhadap variabel eksternal (geografi, ekonomi, teknologi, kebijakan, pesaing, pelanggan, dan pemasok) dan variabel internal (manajemen, visi dan misi, keuangan, produk layanan, fasilitas dan peralatan, pemasaran, SIM, dan SDM).
Pada tahap II (Matching Stage) dari hasil analisis menggunakan matriks EFE dan matriks IFE diperoleh nilai total EFE 2,65 dan nilai total IFE 2,72 yang selanjutnya dengan menggunakan matriks IE menempatkan posisi Bapelkes Prov. Sumsel pada sel V (hold and maintain) dengan alternatif strategi yang direkomendasikan adalah market penetration dan product development. Sedangkan analisis dari matriks TOWS menempatkan posisi Bapelkes Prov. Sumsel pads quadrant 3 (eksternal fix-it quadrant) dengan alternatif strategi yang direkomendasikan adalah related diversification, unrelated diversification, market development, product development, enhancement, status quo. Selanjutnya dilakukan matching antara matriks IE dan TOWS sehingga diperoleh alternatif strategi product development (pengembangan produk).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Consensus Decision Making Group (CDMG) diperoleh informasi berupa peluang yaitu perkembangan teknologi informasi komunikasi semakin canggih, ekonomi sudah mulai stabil, W dan Perda, jumlah tenaga kesehatan yang meningkat. Sedangkan yang menjadi ancaman ialah lokasi Bapelkes, networking antar instansi diktat, komitrnen tentang pelaksanaan diktat satu pintu bidang kesehatan, pesaing memberi kemudahan dalam pertanggungjawaban keuangan, kebutuhan tenaga widyaiswara. Dilain pihak kekuatan adalah visi dan misi, Bapelkes sudah terakreditasi, meningkatnya jumlah anggaran, fasilitas dan peralatan, jumlah pegawai, sistem informasi, produk layanan. Sedangkan yang menjadi kelemahan adalah sistem perencanaan dan pengawasan, pelayanan belum berorientasi kepada kepuasan pelanggan, sistem pemasaran, kualitas SDM, tenaga fungsional non edukatif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Bapelkes Prov. Sumsel memiliki strategi terpilih pengembangan produk yaitu mengembangkan program pelatihan dan diktat unggulan yaitu pelatihan quality assurance, pelatihan out bound, dan pelatihan metodologi dan teknologi kediklatan; mengembangkan pelayanan akomodasi yang sudah ada untuk penginapan dengan mengembangkan fasilitas untuk berbagai kegiatan pertemuan, seminar, resepsi pernikahan; mengembangkan sistem informasi Iptek bidang kesehatan dan kediklatan melalui layanan internet; mengembangkan program pelatihan mandiri (peserta membayar sendiri); dan mengembangkan peran Bapelkes Prov. Sumsel sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan bidang kediklatan.
Pada tahap III (Decision Stage) dan strategi yang akan dikembangkan dianalisis lagi dengan matriks QSPM untuk menentukan prioritas strategi yang akan dikembangkan yaitu mengembangkan program pelatihan (mengembangkan program pelatihan yang ada dan merencanakan program pelatihan yang baru) dan menyelenggarakan diktat unggulan (pelatihan quality assurance, pelatihan out bound, pelatihan metodologi dan teknologi kediklatan).
Peneliti menyarankan agar Bapelkes Prov. Sumsel mensosialisasikan kepada pelaksana dan instansi terkait, advokasi kepada penentu kebijakan tentang rencana srategis Bapelkes Prov. Sumsel, menyusun rencana operasional tahunan yang dilanjutkan dengan rincian kegiatan tahun 2005.
Daftar bacaan : 32 ( 1989 - 2003)

Strategic Planning for Health Training Center of the Province of South Sumatera Year 2005-2009Health Training Center of the Province of South Sumatera is one of the Technical Unit belongs to the Health Office of Province of South Sumatera which plays a part in development of human resource professionalism. In line with the change of organizational environment and its outside environment, hence this research coped to assess the factors influencing the organization both internal and external environment and to assess the condition of Health Training Center of the Province of South Sumatera and also the appropriate strategy, hence needed to conduct the research of strategic planning of Health Training Center of the Province of South Sumatera year 2005-2009.
This study aimed to arrange the strategic planning of Health Training Center of the Province of South Sumatera Year 2005-2009. The study was an operational research, in which according to David formulation of strategy was divided through three stages that was stage I (Input Stage), stage II (Matching Stage), and phase III (Decision Stage). At phase I (Input Stage) was analyzed data qualitative and quantitative to external variables (geography, economic, technology, policy, competitor, customer, and supplier) and internal variables (management, mission and vision, finance, service product, equipments and facility, marketing, information management system, and human resources).
At phase II (Matching Stage), the result of analysis that used EFE and IFE matrix obtained total values of EFE and IFE in sequence were 2.65 and 2.72. Then, analysis used IE matrix placed the position of Health Training Center of the Province of South Sumatera in cell V (hold and maintain) with recommended strategy alternative was market penetration and product development. While analysis from TOWS matrix placed the position of Health Training Center of the Province of South Sumatera in quadrant 3 (fix-it quadrant external) with recommended strategy alternative was related diversification, unrelated diversification, market development, product development, enhancement, and status quo. After that, matching between IE and of TOWS matrix was conducted so that obtained strategy alternative of product development.
The study result showed that according to Consensus Decision Making Group (CDMG) was obtained the information about the opportunity that was development of sophisticated communication information technology progressively, stable economic, national and local regulations, and the increase of health human resources. While including the threat as follows: location of Health Training Center, networking among training centers, one gate health training commitment, competitors gave the amenity in financial responsibility, and requirement of widyaiswara. On the other hand, strength factor included mission and vision, accredited Health Training Center, the increasing of budget, equipment and facility, amount of officer, information system, and service product. While weakness factor included planning and controlling system, service not yet oriented to customer satisfaction, marketing system, human resources quality, and non-educative functional officer.
The study concluded that Health Training Center had a chosen strategy of product development: training development program and pre-eminent education and training such as quality assurance training, out bound training, and education and training technology and methodology training; developing the existing accommodation service such as lodging by developing facility to various activities for meeting, workshop, wedding reception; developing health information and technology system and education and training through intemet; developing self-supporting training program (out of pocket payment); and developing the role of Health Training Center of the Province of South Sumatera as a center for education and training studies.
At phase III (Decision Stage) out of strategy that would be developed was analyzed again with QSPM matrix to determine strategy priority that was developing training program (developing the existing training program and planning new training program) and carry out pre-eminent education and training (quality assurance training, out bund training, education and training technology and methodology training).
It is recommended to Health Training Center of the Province of South Sumatera to socialize the strategic planning to the relevant institution and operator, giving advocacy to the stake holder about strategic planning about Health Training Center of the Province of South Sumatera, and making annual operational plan which continued with detail of activity of year 2005.
References: 32 (1989-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>