Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1952 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wattimena, Erick
"Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan suatu instalasi vital yang berguna dalam menjamin lancarnya distribusi bahan bakar minyak (BEM) kepada masyarakat luas. Pengoperasian SPBU membutuhkan penatalaksanaan yang tertib,sehat aman dan berwawasan lingkungan .Peranan Standing Operating Procedure /petunjuk tehnis digunakan sebagai suatu alat untuk menjamin adanya kestabilan operasional dengan memperhatikan norma dan prinsip LK3 ( Lingkungan,Kesehatan dan Keselamatan Kerja ). Kegagalan di dalam pelaksanaan operasi kegiatan yang ditunjukkan dengan adanya bahaya kecelakaan kerja ,bahaya kebakaran ,kerusakan instalasi,ledakan sampai pada kematian , karena itu perlu dikendalikan. Mengurangi dan menghilangkan resiko-resiko tersebut melalui pelaksanaan St.O.P merupakan salah satu solusi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang menggunakan wawancara mendalam terhadap pihak regulator/UPPDN-III, pengelola SPBU,pengawas dan operator SPBU yang berada pada 5 SPBU di Jakarta. Pengenalan,pemberlakuan dan pengawasan terhadap St.OP di lokasi yang berbeda memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas St.OP yang sesungguhnya .Tingkat kecelakaan yang dirasakan cukup besar ditingkat Div.UPPDN-III menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan/ketaatan para pelaku di SPBU belum menjalankan St.OP secara optimal.
Perbedaan antara fakta dilapangan dan pedoman yang dicantumkan dalam St.OP merupakan suatu fenomena yang perlu dikaji untuk mendapatkan nilai-nilai perbaikan terhadap perubahan teknologi dan pengetahuan. Lemahnya sosialisasi , kurang efektifnya fungsi pengawasan dalam penerapan St.OP mencerminkan bahwa jiwa LK3 belum mendarat dengan baik sehingga terkesan baru merupakan suatu wacana belaka.
Perbaikkan dan peningkatan St.OP yang dilaksanakan dengan kepatuhan yang benar, proaktif dari semua unsur terkait , terutama dalam mengamalkan LK3 akan memberi manfaat yang besar di masa datang.
Daftar bacaan : 20 (1984-2002)

Implementation Analysis of Standing Operating Procedure (St.OP) in DKI JAYA as a self assessment on 5 SPBU (gas stations) in the PERTAMINA/UPPDN- III JakartaGas stations (SPBU) are a vital installation in assuring fuel distribution to the wide society. Gas station operation requires an orderly, healthy and safe layout as well as following an orderly the environmental standard operating procedures used as a tool for stable operation taking into mind the danger of occupational accidents, fire, installation damage, explosions to death which needs to be diminished through an orderly implementation of Standing Operating Procedure (St.OP).
The research is a qualitative method using deep interviews on regulator/UPPD-III, gas station managers, supervisors, and operators in 5 (five) gas stations in Jakarta. Introduction, implementation and monitoring of the different operation stations gives a description of the level of effectiveness of the real or actual SLOP The high level of accidents and incidents in the Div UPPDN-III shows that the level of obedience of the people as SPBU (gas stations) have not fully followed an optimum St.OP.
The difference in fact finding and the procedure stated in the SLOP is a phenomenon which needs to be reviewed in order to achieve the value of improvement toward technology and sciences changes. The weak socialization, lack of supervision in in the implementation of St.OP shows that HSE (Health Safety and Environmental) has not been well understood.
St.OP improvement done in a correct and proactive obedience from all concerned parties especially in minding the HSE shall benefit greatly in the future.
Bibliography: 20 (1984-2002)"
2000
T10142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1981
S16659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Rainfall station should be selected based on the proposed three systems nomely flood forescating, low water monitoring and irrigation area...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Sugiarso
"ABSTRAK
Perilaku tidak selamat oleh operator dan customer merupakan perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan SPBU. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis perilaku tidak selamat oleh operator dan customer SPBU. Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu cross sectional pada SPBU COCO dan DODO terpilih berdasarkan mayoritas customernya yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Wilayah DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan kuesioner di delapan lokasi SPBU COCO dan DODO. Hasil analisis data secara keseluruhan bahwa sebanyak 36,6% operator dan customer berperilaku tidak selamat, sedangkan 63,4 % berperilaku selamat. Selanjutnya dari hasil analisis pada operator dan customer untuk tiap SPBU di temukan jenis-jenis perilaku yang menyimpang dari prosedur standard operasi, sehingga beberapa perilaku ini yang menjadi karakteristik untuk harus dihindari oleh operator dan customer SPBU. Maka dari
itu, langkah awal yang harus dilakukan oleh manajeman SPBU adalah melakukan pengawasan terhadap perilaku kerja dari operator dan customer di lingkungan SPBU, sehingga tercipta budaya kerja yang sudah mencerminkan managemen keselamatan dan kesehatan kerja.

ABSTRACT
Unsafe behaviour an operator or customer that is a behavior at caused the accident s at Gas Station Fuelling Sistem. The purpose of research to identificating the unsafe behavior abaut the operators or customers at Gas Station. This research use of cross sectional Methode at gas station COCO and DODO choosen with the major of customers is private vehicles and public vehicles in DKI Jakarta. Observation abaout it is take at eight gas statioan in COCO and DODO. The analysis result for all responden have 36,6% operators dan customers doing the unsafe behavior but 63,4 % doing safe behavior. So for the analysis result an operators and customers at each gas station has been know the others unsafe behavior for the prosedur operation standar. The first solution to solved the problem is give a monitoring for operators and cutomers behavior, and to make the safety cultures at the gas station anf the operatora and customers can be doing the safe behavior."
Universitas Indonesia, 2013
T31337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Sofwan Lukito
"ABSTRAK
Telah berhasil dibuat sebuah alat yang dapat berfungsi sebagai stasiun
penguapan/evaporasi otomatis yang telah terintegrasi dengan pengamatan
parameter iklim lainnya yang berhubungan dengan proses evaporasi. Alat ini
diberi nama ?Automatic Evaporation Station (AES)?, dengan kemampuan
mengukur 6 (enam) parameter klimatologi seperti penguapan, suhu permukaan
air, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin. Selain itu
alat AES ini juga dilengkapi dengan 2 (dua) buah sistem kontrol untuk
mempertahankan ketinggian air di Open Pan Evaporimeter agar tetap 5 cm dari
bibir panci (sesuai ketentuan dari World Meteorological Organization, WMO).
Keberadaan AES ini dapat menggantikan sistem pengamatan penguapan
konvensional yang masih dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), atau dapat pula digunakan untuk menggantikan stasiun hujan
kerjasama yang dimiliki BMKG. Pengantian stasiun hujan kerjasama dengan
stasiun evaporasi otomatis diharapkan akan lebih bermanfaat bila ditinjau dari
segi biaya, kemudahan pengoperasian, jumlah parameter klimatologi yang dapat
diukur dan tingkat keakurasian data yang tetap terjaga walau diamati oleh
petugas/observer yang tidak memiliki latarbelakang pendidikan khusus dibidang
meteorologi/klimatologi."
2010
T29118
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Rahmat Romadon
"Penelitian mengenai konflik antar pustakawan ini telah dilakukan di Tape Library, Jakarta pada bulan Desember 2004 hingga Maret 2005. Tujuannya ialah: (a) menganalisa pemicu dan sumber-sumber konflik antar pustakawan di Tape Library, (b) mengetahui tanda-tanda yang mengindikasikan konflik di lingkungan kerjanya, dan (c) menganalisa dampak konflik tersebut terhadap kinerja para pustakawan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi non partisipan, dan sumber sekunder. Cara pemilihan informan, penyusunan pedoman wawancara, dan pencatatan data dijelaskan. Hasilnya menunjukkan bahwa: (a) Pemicu awal konflik antar pustakawan adalah persaingan posisi jabatan oleh dua pustakawan senior sebagai pimpinan Tape Library. Sumber utama konfliknya adalah ketidakmampuan pimpinan dalam aplikasi manajerialnya secara menyeluruh karena tidak tertanganinya masalah ketidakadilan, kelemahan manajemen, serta senioritas; (b) Tanda-tanda konflik yang ada antara lain terbentuknya geng, pelanggaran kedisiplinan, komunikasi yang terhambat, pemborosan waktu, ketegangan di lingkungan kerja, dan moralitas pustakawan yang rendah; (c) Dampaknya ialah kinerja para pustakawan yang tidak optimal karena produktivitas yang menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh pemberdayaan staf yang tidak optimal dan motivasi kerja yang berkurang sebagai manifestasi krisis kepercayaan antar pustakawan secara vertikal maupun horizontal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S15697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedes Triono Putro
"Dalam tugas akhir ini dibuat perencanaan pembangunan stasiun pemancar televisi RCTI-SCTV-IVM untuk daerah Madiun dan sekitarnya. Stasiun pemancar televisi Madiun dirancang untuk memberikan layanan siaran televisi dari RCTI-SCTV-IVM bagi daerah Madiun dan sekitarnya. Dengan dipergunakannya satu lokasi yang sama dan satu sistim antena yang sama, maka diperoleh penghematan biaya serta diperoleh pola pancaran dan kuat medan yang sama di daerah-daerah sasaran. Lokasi dipilih di daerah Telaga Wurung dengan koordinat 7° 40' 47" Lintang Selatan dan 111° 14' 25" Bujur Timur. Dengan mempergunakan daya pemancar sebesar 5 kW dan penggunaan sistim antena pemancar yang tepat maka tidak saja daerah Madiun yang dapat diberikan layanan siaran televisi dari daerah tersebut, tetapi juga daerah Magetan, Ngawi, Cepu, Nganjuk, Bojonegoro, Ponorogo dan Sarangan. Pada bagian akhir diberikan perkiraan kuat medan yang akan diterima di daerah-daerah sasaran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Satyaningtyas Sih Winanti
"ABSTRAK
Lokasi hiposenter gempa mikro (microearthquake) dapat dikaitkan dengan kemunculan zona lemah berupa rekahan maupun patahan. Patahan dan rekahan yang merupakan struktur seismik dapat diidentifikasikan melalui proses delineasi persebaran lokasi gempa. Dalam mendelineasi stuktur seismik diperlukan penentuan lokasi gempa dengan tingkat presisi dan akurasi yang baik. Hal umum dari analisis suatu keakuratan lokasi gempa adalah dengan menghitung ketidakpastian formal berupa kesalahan elips, waktu kejadian gempa, dan ketidaksesuaian kedalaman gempa (error ellipsoid, origin time, dan unreliability of depth). Ketidakpastian tersebut digambarkan dalam bentuk elips yang memberikan perkiraan statistik apakah suatu gempa terlokasi secara presisi yang disebut juga error ellipsoid. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesalahan penentuan lokasi gempa yaitu geometri jaringan stasiun pengamatan. Geometri stasiun pengamatan memainkan peran penting dalam membatasi ketidakpastian lokasi gempa. Penggunaan geometri jaringan stasiun pengukuran yang optimal sangat penting dan diperlukan untuk menyediakan data waktu tiba yang terpercaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh geometri jaringan stasiun terhadap ketidakpastian lokasi gempa dalam mendelineasi struktur. Parameter seperti jumlah stasiun, jarak minimum stasiun, dan kemerataan distribusi stasiun. Berdasarkan penelitian, untuk identifikasi struktur patahan melalui delineasi sebaran gempa, maka diperlukan minimal 14 stasiun untuk memperoleh kesalahan lokasi gempa absolut (optimal) ± 1 km untuk episenter dan ± 2 km untuk kedalaman dengan catatan kualitas pengukuran waktu tiba yang baik. Jarak stasiun yang diperlukan yaitu tidak lebih dari perkiraan kedalaman fokus gempa untuk mendapatkan ketidakpastian yang lebih kecil. Distribusi stasiun yang diperlukan untuk identifikasi struktur dapat dilakukan secara acak atau menyebar untuk mendapat cakupan hiposenter yang baik. Berdasarkan penelitian data sintetik, ukuran mendapatkan volume error ellipsoid yang kurang dari 2 km pada yaitu batas azimuthal gap bernilai kurang dari 150ᵒ.

ABSTRACT
The hypocenter location of the microearthquake can be associated with the appearance of weak zones in the form of fractures or faults. Faults and fractures which are seismic structures can be identified through the delineation of the hypocenter distribution. In delineating the seismic structure, it is important to determine the hypocenter with a good level of precision and accuracy. The general information about the analysis of the accuracy of the hypocenter or earthquake location is to calculate the formal uncertainties in the form of ellipsoid error, origin time, and unreliability of depth. Error ellipsoid can describe the uncertainty in the form of an ellipse that gives a statistical calculation of whether an earthquake is precisely located or not. One of the factors that can affect the error ellipsoid in determining earthquake location is the geometry of the observation station network. The station network geometry acts as an important role to constrain the uncertainty of earthquake location. The optimal use of station network geometry is very important to provide reliable arrival time data. This study aims to determine the effect of station network geometry on the uncertainty of the earthquake location in delineating the seismic structure. Parameters such as the number of stations, minimum station distance, and station distribution uniformity. Based on the research, to identify fault structures through the delineation of earthquake distribution, it requires a minimum of 14 stations to obtain absolute (optimal) earthquake location errors ± 1 km for epicenter and ± 2 km for depth with a reliable record of the quality of arrival time. The required station distance is less than the estimated depth of the earthquake focus to get smaller uncertainties. The station distribution needed for identification of structures can be arranged randomly or uniformly to get sufficient hypocenter coverage. Based on the research of synthetic data, it gets a volume of ellipsoid error which is less than 2 km in that the azimuthal gap limit is worth less than 150ᵒ."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>