Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dreitzel, Hans Peter
New York: MacMillan Press , 1971
613.018 DRE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Handayani
"Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien, selama menerima pelayanan di Rumah Sakit. Metode menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menganalisis data secara mendalam, dan lengkap  untuk memperoleh intisari pengalaman hidup dalam bentuk cerita, narasi dan bahasa  atau perkataan individu. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan Medical Record tentang pembiayaan yang digunakan dan melihat di ruangan yang khusus pasien swasta dan pasien BPJS di PKN RSKD  dari bulan Maret sampai dengan Juni 2023. Pedoman wawancara yang sudah dibuat diterapkan kepada semua partisipan. Hasil dari wawancara menghasilkan karakteristik partisipan dan empat tema utama yaitu1) Perilaku petugas kesehatan membedakan pelayanan yang diberikan antara pasien dengan pembiayaan pribadi dan pembiayaan BPJS (Man); 2) Berbagai alasan memilih pembiayaan dengan BPJS dan pembiayaan pribadi (Money); 3) Perbedaan akses memperoleh sarana dan prasarana antara pembiayaan BPJS dan pribadi  4) Proses pelayanan yang diterima antara pembiayaan pribadi dan BPJS. Rekomendasi penelitian ini adalah pelayanan kanker di Indonesai ada perbedaan pada partisipan pembiayaan pribadi dengan pembiayaan BPJS.

The purpose of this study aims to explore the patient's experience while receiving services at the hospital. The method uses a qualitative method, namely to describe, interpret and analyze data in depth and comprehensively to obtain the essence of life experiences in the form of stories, narratives, and individual language or words. Sampling in this study was by purposive sampling, namely the selection of participants was done by looking at the Medical Records regarding the financing used and looking at private patients and BPJS patients at PKN RSKD from March to June 2023. Interview guidelines have been prepared. applied to all participants. The results of the interviews produced the characteristics of the participants and four main themes, namely 1) The behavior of health workers differentiated the services provided between patients with private financing and BPJS financing (Man); 2) Various reasons for choosing financing with BPJS and personal financing (Money); 3) Differences in access to facilities and infrastructure between BPJS and private financing 4) The process of services received between personal financing and BPJS. The recommendation of this study is that there are differences in cancer services in Indonesia between private financing participants and BPJS financing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Karenina Sastroamidjoyo
"Kesehatan mental adalah komponen integral dari kesejahteraan yang mempengaruhi kemampuan individu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia sekitar mereka. Gangguan kesehatan mental mencakup disabilitas psikososial dan kondisi lain yang terkait dengan stres serta risiko melukai diri sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut adalah literasi kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan mengetahui asosiasi determinan sosial kesehatan dengan literasi kesehatan mental pada mahasiswa program sarjana angkatan 2018 Universitas Pattimura dan mengevaluasi karakteristik individu dan determinan yang mempengaruhi literasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan gambaran literasi kesehatan mental pada mahasiswa universitas Pattimura adalah 55, meskipun hubungan karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin dengan literasi kesehatan mental tidak signifikan secara statistik, ditemukan bahwa usia ≥ 19 tahun dan perempuan cenderung memiliki literasi yang lebih tinggi. Analisis determinan sosial kesehatan juga menunjukkan bahwa ada asosiasi signifikan antara suku kedua orang tua dengan literasi kesehatan mental. Hasil multivariabel menunjukkan bahwa suku kedua orang tua merupakan faktor dominan yang mempengaruhi skor literasi kesehatan mental, sedangkan status pasangan/pacar merupakan faktor confounding. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan literasi kesehatan mental melalui pendidikan dan intervensi yang tepat untuk meningkatkan perilaku mencari bantuan pada mahasiswa.

Mental health is an integral component of well-being that influences an individual's ability to make decisions, build relationships, and shape the world around them. Mental health disorders include psychosocial disabilities and other conditions related to stress and risk of self-harm. One factor that influences this behavior is mental health literacy. This research aims to determine the association of social determinants of health with mental health literacy in undergraduate students class of 2018 at Pattimura University and evaluate individual characteristics and determinants that influence this literacy. The results showed that although the relationship between individual characteristics such as age and gender and mental health literacy was not statistically significant, it was found that those aged ≥ 19 years and women tended to have higher literacy. Analysis of social determinants of health also shows that there is a significant association between the ethnicity of both parents and mental health literacy. Multivariable results show that the ethnicity of both parents is the dominant factor influencing mental health literacy scores, while partner/boyfriend status is a confounding factor. This research emphasizes the importance of increasing mental health literacy through appropriate education and intervention to increase help-seeking behavior in college students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Anwar
"Kerugian ekonomi akibat adanya gangguan kesehatan yaog dialami seseorang berdampak terhadap pembiayaan kesehatan pemerintah dao pengeluaran rumah tangga. Dalam periode tahun 2005-2006, jumlah kasus penyakit infeksi akut lain saluran pernafasao atas menempati posisi teratas dalam proporsi sepuluh penyakit terbesar di kota Jambi. Tahun 2005 sebaoyak 108.292 kasus (34,51 %) dao pada tahun 2006 sebaoyak 99.332 (32,75%). Untuk mencapai kesembuhan, seseorang yaog menderita sakit memerlukan tindakan pengobatan. Layaoao pengobatan yang dilakukan terhadap pasien, akao menimbulkao biaya pada provider selaku penyedia jasa layanan dan juga pada pasien yaog memanfaatkan jasa layanan. Biaya yang timbul pada sisi provider maupun pasien masing-masing diklasifikasikan sebagai biaya laogsung (drect cost) dan biaya tak langsung (indirect cost).
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang besarao biaya yaog ditimbulkan akibat sakit (cost of illness) untuk rawat jalao ISPA. Tujuao khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang : karakteristik responden dan pasien rawat jalao ISPA, besaran biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost) pada sisi provider dan pasien yang melakukao kunjungan berobat untuk mencapai kesembuhan dalam satu periode sakit.
Penelitian ini menggunakao desain studi analisis biaya, yaog dilaksanakao di wilayah kerja Puskesmas Simpaog rv Sipin pada bulao Jaouari s/d. Maret 2007, dengao jumlah sampel penelitiao 96 responden. Data yaog digunakao dalam penelitiao ini adalah data sekunder yaog diperoleh dari lokasi penelitiao serta data primer yaog diperoleh dari basil interview kepada responden.
Hasil penelitian menunjukkao bahwa jumlah responden terbaoyak berusia kuraog dari atau sama dengao 31 tahun. Sebagiao besar responden berjenis kelamin perempuao dao berstatus sebagai ibu rumah tangga yaog tidak memiliki penghasilao. Berdasarkao jenis kelarnin, pasien terbaoyak adalah laki-laki. Jumlah pasien terbanyak pada kelompok umur 13 - 36 bulao.
Untuk mencapai kesembuhan dalam satu periode sakit, 80,21 % dari seluruh pasien masing-masing melakukan 1 kali kunjungan berobat, sisanya 19,79 % masing-masing melakukan 2 kali kunjlUlgan berobat. Jumlah klUljlUlgan berobat dalam satu periode sakit yang dilakukan oleh setiap pasien lUltuk mencapai kesembuhan, sangat berpengaruh terhadap besaran biaya yang menjadi tangglUlgan provider mauplUl biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien. Semakin banyak jumlah klUljlUlgan berobat yang di1akukan oleh pasien maka akan semakin besar biaya yang timbul pada sisi provider mauplUl pada sisi pasien. Opportunity cost tetap ada pada biaya yang dikeluarkan oleh repondenlpasien dalam memanfaatkan layanan rawat jalan ISPA.
Untuk kese1uruhan pasien, total biaya pada provider lebih besar dari total biaya pada pasien. Cost of illness pasien rawat jalan ISPA adalah Rp 2.316.259,45 dengan rata-rata Rp 24.127,70. Untuk pasien yang melakukan 1 kali kunjungan berobat, total biaya pada provider lebih besar dari total biaya pada pasien. Cost of illness pasien rawat jalan ISPA adalah Rp 1.597.144,85 dengan rata-rata Rp 20.742,14. Untuk pasien yang melakukan 2 kali kunjlUlgan berobat, total biaya pada provider lebih besar dari total biaya pada pasien. Cost of illness pasien rawat jalan ISPA adalah Rp 719.114,60 dengan rata-rata Rp 37.848,14.
Saran yang dapat disampaikan adalah : Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten serta sarana kesehatan pemerintah yang memberikan layanan pengobatanl perawatan perlu melakukan perhitlUlgan dan analisis biaya secara menyeluruh berdasarkan kegiatan dalam memberikan pelayanan. Puskesmas seyogyanya mempertahankan dan meningkatkan penerapan pola pelayanan pengobatan sesuai standar. Perlu dilakukan pengembangan model perhitlUlgan biaya ini ke dalam bentuk perangkat lunak komputer. Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian serupa terhadap jenis penyakit lainnya.

Economic loss due to health disorder experienced by patient have an impact to governmenthealth financing and household health expenditure. From 2005 to 2006 period, acute respiratory infection disease was in first place of top ten diseases in Jambi City. In 2005 there were 108.292 cases (34,51%) and in 2006 were 99.332 cases (32,75%). The patient needs medical care to recover from the illness. Medical service for patient will incur the cost upon the provider who provides the service and the patient who uses the service. The cost incurred upon both the provider and the patients are classified into direct cost and indirect cost.
The aim of this study was to describe the amount of the cost of illness for acute respiratory infection disease outpatient. The particular objectives were to describe characteristics of the participant and patient of acute respiratory infection disease outpatient, the amount of direct cost and indirect cost upon provider and the patient who performed medical visit to get recovery from the illness period.
This study used cost analysis design, carried out in Simpang IV Sipin Public Health Centre from January to March2007, with 96 participants. Datawere secondary data collected from study area and primary data obtained from interviewed participants.
The findings demonstrated that most patients were less or equal to 31 years old. Majority of them female and housewives. Base on gender the most patients were male. The most patients were in 13 -36 months age group.
To get recovery in one illness period, 80,21% of total patients performed once medical visit, the remaining patients did twice medical visit. The medical visit patient performs in one illness period to get recovery from the illness highly influence the amount of cost upon provider and the patient. The more visits patient has, the higher the cost required upon provider and the patient. Opportunity cost I remains upon the patients expenditures in using acute respiratory infection outpatient services.
For all patients, the total costs upon provider were higher than the total costs uponpatient. Cost of illness for acute respiratory infection out patient was. Rp 2.316.259,45 with Rp 24.127,70 on average. For the patients who did once medical visit, the total costs upon provider were higher than total costs upon patients. Cost of illness foracute respiratory infection out patient were Rp1.597.144,85withRp. 20.742,14 on average. For the patients who did twice medical visit, the total costs upon provider were higher than total costs upon patients. Cost of illness for acute respiratory infection outpatient were Rp 719.114,60 with Rp. 37.848,14 on average.
It is suggested that District Health and government health facilities that provide medical/nursing care are required to calculate and conduct cost analysis as a whole based on activities in providing services. Public Health Centre must maintain and improve medical service pattern application by standard. It is need to develop this cost calculation model into computer software. Further researchers are needed to do the similar study for other diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T11511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rafi Kurniawan
"Keinginan menambah jumlah anak sangat bergantung pada persepsi anak. Salah satu penghambat pria dan wanita menikah belum menginginkan menambah jumlah anak adalah karena anak dianggap sebagai biaya sehingga mereka perlu mengalokasikan biaya untuk anak. Selain itu, keinginan menambah jumlah anak juga dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial, ekonomi, dan demografi. Salah satu faktor yang dinilai mempengaruhi keinginan menambah jumlah anak pada pria dan wanita menikah adalah kepemilikan rumah. Studi ini bertujuan untuk menganalisis status kepemilikan rumah dengan keinginan menambah jumlah anak pada pria dan wanita menikah di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemilikan rumah dengan keinginan menambah jumlah anak baik pada pria dan wanita menikah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa biaya kepemilikan rumah yang tinggi di Indonesia membuat pria dan wanita menikah mengalokasikan biaya untuk memiliki rumah sehingga cenderung untuk tidak menginginkan menambah jumlah anak kembali.

The desire to have more children is highly dependent on the perception of children. One of the reasons why married men and women do not want to have more children is because children are perceived as a cost, so they need to allocate money for children. In addition, the desire to have more children is also influenced by social, economic and demographic factors. One of the factors considered to influence the desire to have more children among married men and women is home ownership. This study aims to analyse home ownership status and the desire to have more children among married men and women in Indonesia based on data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). The results of this study show that there is a negative relationship between home ownership and the desire to have more children among both married men and women. This study concludes that the high cost of home ownership in Indonesia makes married men and women allocate the cost of owning a house so that they tend not to want to have more children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bury, Michael
London: Routledge , 1997
613 BUR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Pudjiastuti
"Penelitian ini bertitik tolak dari suatu asumsi bahwa penyusunan strategi pemasaran sosial yang cermat sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Disamping itu, berhasil tidaknya pemasaran tersebut sangat tergantung pada masyarakat sebagai sasaran utama program. Karenanya tanpa adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat tujuan pemasaran sosial tidak akan bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.
Mencermati hal di atas maka perlu kiranya diketahui berbagai faktor yang berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap produk sosial, khususnya bidang kesehatan dan lingkungan hidup. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun suatu strategi pemasaran produk sosial yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang ada. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh pada partisipasi masyarakat adalah (1). Kharakteristik sosiai ekonomi; (2). Aktivitas komunikasi; (3). Tingkat pemahaman akan produk sosial dan (4), Tingkat pelayanan lembaga terkait.
Untuk mengetahui keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh dengan faktor yang dipengaruhi, maka penelitian ini didesain sebagai penelitian korelational yang analisisnya menggunakan metoda regresi berganda dengan program Microsta dan SPSS. Dengan metoda ini akan dapat diketahui bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh, apakah pengaruhnya nyata atau tidak nyata, apakah arahnya positif atau negatif serta seberapa besar pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat.
Faktor-faktor yang berpengaruh kemudian dapat dipertimbangkan untuk diperbaiki supaya dapat mendukung pemasaran produk sosial yang disampaikan. Selanjutnya penemuan-penemuan di atas dapat dipertimbangkan untuk menyusun suatu strategi pemasaran sosial yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan dan lingkungan hidup masyarakat di daerah penelitian.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metoda survei dan FGD. Sampel diambil secara acak dari tiga wilayah kumuh terpilih, yaitu bantaran sungai (RW 10 Kelurahan Manggarai), gang sempit (RW 06 Kelurahan Galur) dan tepian rel kereta api (RW 02 Kelurahan Manggarai). Jumlah sampel yang diambil untuk masing-masing lokasi adalah 10 kepala keluarga, 10 ibu rumah tangga dan 10 remaja, sehingga jumlah seluruhnya 90 sampel. Sedangkan untuk FGD masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Karakteristik sosial ekonomi responden sebagian besar kepala keluarga berumur 40 < 50 tahun, ibu rumah tangga 30 < 40 tahun dan remaja 10 < 20 tahun; dengan tingkat pendidikan SD (kepala keluarga dan ibu rumah tangga) dan SLA (remaja); rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4-7 orang dengan jumlah belanja keluarga per bulan sebesar Rp. 374.400,﷓
Ukuran rumah tinggal responden amat kecil, rata-rata 22,82 meter persegi, yang sebagian besar berstatus tanah milik, berdinding bata atau triplek, atap terbuat dari seng, lantai dari ubin, sudah berventilasi, tidak memiliki halaman maupun tanaman.
Ditinjau dari sisi kesehatan umumnya mereka sudah memperhatikan dengan baik, umumnya mereka akan pergi ke Puskesmas setelah terlebih dahulu mencoba mengobati sendiri sakitnya. Aktivitas komunikasi responden umumnya cukup tinggi, terutama pada media televisi dan umumnya dilakukan pada sore dan malam hari. Sedangkan acara favorit mereka berkisar antara sinetron dan telenovela (para wanita) dan sinetron laga, berita, olah raga dan film luar (kepala keluarga dan remaja). Pengetahuan responden akan produk sosial relatif sangat kecil, demikian juga dengan peranan aparat terkait dan tingkat partisipasinya pada produk sosial.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada partisipasi responden adalah tingkat pendidikan, besar belanja keluarga per bulan, lama responden tinggal di daerah penelitian, aktivitas komunikasi, pengetahuan responden tentang produk sosial serta lokasi tempat tinggal responden.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas kemudian disusun suatu strategi pemasaran sosial masalah kesehatan dan lingkungan hidup yang diharapkan akan mampu mengubah sikap dan perilaku sasaran kearah yang diinginkan. Strategi disusun berdasarkan tinjauan marketing mix, social marketing mix, distribusi produk, kampanye produk lewat media massa dan interpersonal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bephage, Gaetan
London: Mosby , 1997
362.1 BEP s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: International Labour Office, 1999
368.382 INT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>