Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Nensiria BR
"Pengelolaan merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang harus dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan obat dapat berjalan dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat di Kabupaten/Kota adalah agar tersedia obat dengan mutu yang baik, obat tersebar secara merata baik jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Gudang Farmasi Kota Pangkalpinang saat ini sedang berusaha untuk melaksanakan tujuan tersebut. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan strategis di Gudang Farmasi Kota Pangkalpinang dalam rangka menghadapi otonoini daerah tahun 2003-2005. Sebagai dasar untuk menyusun pereneanaan strategis telah dilakukan analisa lingkungan eksternal dan internal Gudang Farmasi Pangkalpinang dan ditemukan sejumlah faktor yang berperan sebagai peluang, ancaman, kekuatan, serta kelemahan bagi Gudang Farmasi Pangkalpinang.
Perencanaan strategis ini disusun dengan melakukan metode penelitian operasional (Operational Research) pendekatan yang digunakan kualitatif melalui wawancara mendalam, sumber data sekunder dan observasi oleh peneliti sendiri.
Pada visi Dinas Kesehatan kota Pangkalpinang ditetapkan visi Gudang Farmasi kota Pangkalpinang adalah untuk mencukupi kebutuhan obat di puskesmas dalam rangka menuju Pangkalpinang sehat 2008." Berikutnya dirumuskan padam beberapa misi untuk mengupayakan terwujudnya visi Gudang Farmasi adalah: 1) menjaga mutu obat terjamin, memenuhi kriteria khasiat, keamanan dan keabsahan obat yang diizinkan beredar dan mernenuhi syarat untuk memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan, memadai, merata dan terjangkau di seluruh wilayah kota Pangkalpinang 2) Obat yang tersedia sesuai dengan kebutuhan nyata baik dalam jun lah dan jenis obat dalam jumlah yang cukup, kontinu dan tepat waktu.
Tujuan jangka panjang Gudang Farmasi Kota Pangkalpinang adalah memantapkan kerjasama lintas sektoral dan lintas program serta menyediakan pelayanan obat dan alat kesehatan secara lengkap dengan jumlah dan jenis yang mencukupi kebutuhan di puskesmas, meningkatkan efesiensi dan produktivitas melalui pemanfaatan fasilitas yang ada, meningkat sistem informasi yang baik dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya manusia di GFK.
Perumusan strategi dilakukan melalui tiga tahap kegiatan dengan menggunakan dua matriks sebagai checklist. Tahap pertama (input stage) menggunakan matriks EFE dan IFE. Tahap kedua (tahap mencocokkan) yaitu dengan menggunakan matiks SWOT dan IE. Pada tahap ketiga (tahap keputusan) yaitu dengan menggunakan matriks QSPM. Pengambilan keputusan dilaksanakan secara konsensus melalui CDMG ( Consensus Decision Making Group).
Nilai total EFE adalah 3,07 yang diperoleh dari hasil evaluasi lingkungan eksternal, ditunjukkan bahwa Gudang Farmasi Pangkalpinang dapat merespon peluang-peluang yang ada. Hasil evaluasi lingkungan internal dengan nilai total 2,84, menunjukkan bahwa Gudang Farmasi secara internal memiliki kekuatannya berada pada titik di atas rata-rata.
Hasil penentuan strategi terpilih menunjukkan bahwa strategi yang sesuai bagi Gudang Farmasi Pangkalpinang adalah strategi intensif dan strategi integratif yang digunakan secara bersamaan, Sosialisasi dan pelaksanaan perencanaan strategis ini sebaiknya segera dilaksanakan secara periodik, serta dilakukan pemantauan dan evaluasi agar sesuai dengan visi, dan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan.
Daftar bacaan : 30 (1977 - 2001)

Strategy Planning on Pharmacy Warehouse of Pangkalpinang City in the Occasion of Rural Autonomy, 2003-2005Management is a process to achieve the goal that should be conducted effectively and efficiently. The process of drug management could run smoothly if supported by human resources that available in a proper system. The specific objective of District Drug Management at district level is to provide drug in good quality; it disseminates equally distributed (number and types) according need of by the Health Center.
The District Warehouse of Pangkalpinang City at the moment is trying to implement those goals. A strategic plan is needed to respons the district autonomy in 2003-2005. To achieve those goals, the external and internal environmental analysis at the District Warehouse of Pangkalpinang has been done is found that some factors underlying as the opportunity, threat, strength and weakness for District Warehouse of Pangkalpinang.
This strategic plann was developed using operational research, qualitative approach through in-depth interview, secondary data analysis and observation.
The vision of District Warehouse of Pangkalpinang is to provide sufficient drug at the Health Centers to achieve healthy Pangkalpinang in 2008." Mission: 1) To maintain the quality of drug, meet with the criteria of safety and validity of drug that allowed to be distributed, and met the condition to maintain and improve the quality of health service, sufficient, equally distributed, accessible throughout the Pangkalpinang City. 2) Available drugs meet need (number and types) i.e. with the disease pattern, sufficient continue and could be provided in time.
The long term goals of District Warehouse, Pangkalpinang City is "to improve cooperation between inter sector and inter program, provides drug service and health supplies sufficiently both in number and types that needed by the Health Center, improving the efficiency and productivity through utilizing available facilities, develop good information system and empower the human resources at the GFK."
The formulation of strategy is conducted through three steps; i.e. two matrixes as checklist were used. First step (input stage) used EFE and IFE matrixes. Second step (matching phase) used SWOT and IE matrixes. On the third step (decision step) used QSPM matrix. The decision-making was conducted by consensus through CDMG (Consensus Decision-Making Group).
The total value EFE is 3.07 that obtained from the result of evaluation on external environmental, it is showed that District Warehouse of Pangkalpinang could respond the opportunities. The result of evaluation on internal environmental with total value is 2.84, it showed that the District Warehouse internally has its strength and the rating is above the normal standard.
The result of selected strategy showed that the strategy that meet with the District Warehouse of Pangkalpinang is intensive and integrative strategies that should be used simultaneously.
The socialization and implementation of this strategic plann should be implemented, as well as controlling and evaluation to correspond the vision, mission and the long terms goal.
References: 30 (1977-2001)."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Angelica Bunardi
"Apotek memegang peran penting sebagai tempat dilakukannya praktik pelayanan kefarmasian yang dilakukan dengan berlandaskan standar pelayanan kefarmasian. Apotek memegang dua fungsi yaitu, dalam bidang pelayanan kefarmasian (patient oriented) dan bidang bisnis (profit oriented). Pembentukan apotek baru memerlukan perencanaan yang matang agar dapat meminimalisir resiko akan ketidakpastian kondisi mendatang. Resiko dapat diminimalisir dengan adanya analisis terhadap studi kelayakan. Studi kelayakan tidak hanya mengkaji dari segi aspek hukum, lingkungan, teknis, potensi pasar, tetapi juga terhadap manajemen, SDM, dan keuangan. Hasil studi akan memberikan gambaran layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Rancangan pembuatan apotek baru di Kota Pontianak dimulai dengan menganalisis sumber data sekunder yang ditemukan dan disesuaikan dengan persyaratan pendirian apotek sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang apotek. Apotek yang dinamakan Apotek Damai berukuran 80 meter persegi dengan lahan parkir luas, beroperasional dari pukul 08.00-22.00 dengan dibantu oleh 1 apoteker penanggung jawab, 1 apoteker pendamping, dan 1 tenaga administrasi. Pendapatan didapatkan dari pelayanan resep dari luar, penjualan obat Over The Counter (OTC) dan Obat Etikal serta pelayanan periksa darah. Apotek Damai membutuhkan dana sebesar Rp.846,221.455 ribu rupiah agar mencapai nilai Break Even Point, dengan Payback Period selama 3.9329 tahun (dibawah 5 tahun). Nilai ROI yang positif sebesar 25.43% menunjukkan kemampuan apotek dalam mengolah dana investasi awal menjadi profit dengan baik. Ditinjau dari nilai BEP, Payback Period, dan ROI-nya maka Apotek Damai layak untuk dijalankan.

Pharmacy plays an important role as a place to practice pharmaceutical services that are carried out based on pharmaceutical service standards. Pharmacy plays role both in the field of pharmaceutical services (patient oriented) and in business sector (profit oriented). The establishment of a new pharmacy requires a careful planning in order to minimize the risk of uncertainty conditions in the future. This risk can be minimized with a feasibility study analysis. Feasibility study analysis covers not only legal, environmental, technical, market potential aspects, but also management, HR, and finance. The results of the study will provide an overview of whether a business is feasible to be run or not. The design for making a new pharmacy in Pontianak City begins with analyzing the secondary data sources found and adjusted to the pharmaceutical requirements in accordance with the statutory regulations regarding pharmacies. The pharmacy, called the “Damai Pharmacy”, is a 80 square meters building with a huge parking area, operates from 08.00-22.00 with the assistance of 1 pharmacist in charge, 1 assistant pharmacist, and 1 administrative clerk. Revenue is derived from prescription services, sales of Over The Counter (OTC) and Ethical Medicines as well as blood examination services. Damai Pharmacy requires funds of Rp. 846,221.455 thousand rupiah to reach the Break Even Point value, with a Payback Period of 3.9329 years (under 5 years). A positive ROI value of 25.43% indicates the pharmacy's ability to properly process initial investment funds into profits. Based on the value of the BEP, Payback Period, and ROI, Damai Pharmacy is feasible to be run."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Moeslan Saradhawarni
"Pengelolaan logistik farmasi mengandung dua aspek panting untuk rumah sakit swasta. Di satu sisi harus menunjang pelayanan medis yang baik secara efektif dan efisien. Dilain sisi juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan pendapatan Rumah Sakit, agar dapat tetap mempertahankan eksistensi dan mutu pelayanannya dalam rumah Sakit ini, bahkan sedapat mungkin juga untuk pengembangannya. Dalam evaluasi kinerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kartika Pulo Mas tahun 1995 sampai dengan 1997 terjadi penurunan keuntungan pengelolaan logistik farmasi dari Rp. 228 juta (36%) tahun 1995, menjadi Rp. 205 juta (32%) tahun 1996, dan Rp. 75 juta (11%) tahun 1997. Disamping itu terjadi peningkatan kehilangan logistik farmasi Rp. 16 juts (3%) tahun 1995, Rp. 44 juta (7%) tahun 1996, dan Rp. 115 juta (18%) tahun 1997. Resep yang tak terlayani sebanyak 342 resep tahun 1995, 763 resep tahun 1996, dan 1.147 resep tahun 1997. Tahun 1995 tidak ada obat kadaluwarsa sedang pada tahun 1996 sebanyak Rp. 10 juta dan tahun 1997 Rp. 9 juta. Pihak manajemen berkesimpulan hal ini karena terjadi kelemahan pada sistem perencanaan dan pendistribusian. Dengan merubah sistem pendistribusian desentralisasi menjadi sentralisasi kehilangan dapat diatasi.
Dari unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan yaitu dari segi organisasi dan sumber daya manusia didapati bahwa masih ada jabatan panting yang belum terisi penuh, yaitu Komite Medis, Manajer Penunjang Medis. Semua sumber daya manusia yang ada belum megdapat pendidikan yang memadai untuk membuat perencanaan logistik farmasi yang baik. Dengan menggunakan gabungan analisa ABC-VEN, tercipta pengelompokan logistik farmasi menjadi tiga kelompok besar yaitu, kelompok I sebanyak 205 item (25%) dengan total biaya Rp.134 juta (80%), kelompok II sebanyak 488 item (60%) dengan total biaya Rp.26 juts (15%) serta kelompok III sebanyak 116 item (15%) dengan total biaya Rp.7 juta (5%).
Kelompok I tidak boleh terjadi kekosongan, kelompok II boleh terjadi kekosongan asal tidak melebihi 24 jam, sedangkan kelompok III kekosongan lebih dari 24 jam masih bisa ditoleransi. Dengan sistem perencanaan seperti tersebut diatas diharapkan logistik farmasi selalu tersedia dalam jenis dan jumlah yang tepat pada saat diperlukan demi kepentingan pasien, dan rumah sakit tidak kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan dan pengelolaan logistik farmasi tersebut.

Pharmacy logistics management has two significant aspects for private hospitals. On one aspect it has to support a good medical service effectively and efficiently. On the other aspect it also has a sufficient potential to increase the hospital revenue to maintain and improve the service and its quality. The evaluation of the performance of Pharmacy Installation of Kartika Pulo Mas Hospital, 1995-1997, a decrease of profit of pharmacy logistics management was found, in the amount of Rp 228 million (36%) in 1995, Rp 205 million (32%) in 1996, and Rp 75 million in 1997. In addition, there was also an increase in pharmacy logistics loss worthed Rp 16 million (3%) in 1995, Rp 44 million (7%) in 1996; and RP 115 million (18%) in 1997. Three hundred and forty two prescriptions were not served in 1995, 763 in 1996, and 1.147 in 1997. The value of the unused medicine because of its expiration date in 1996 was Rp 10 million, and Rp 9 million in 1997, but none in 1995_ The Hospital Management concluded that it was caused by the weak planning and weak distribution system. The distribution problem could be solved by altering the decentralized - distribution system to centralized-distribution system.
In the components related to planning i.e. organization and human resource, it was found that there are still vacant important positions such as Medical Committee, Medical Supporting Manager. All human resources have not been given enough adequate education to be able to make a good pharmacy logistics management planning. A new approach, using the combination of ABC - VEN analysis in calculating the quantitative, need of vital, essential and non-vital pharmacy logistics was used. The result blended with the system analysis produces new way of pharmacy logistic planning for Kartika Pula Mas Hospital, which is assumed to be more effective and efficient. According to ABC-VEN analysis, there are 3 big pharmacy logistics groups. Group I comprises of 205 items (25%) with total cost of Rp 134 million (80%), group II comprises of 488 items (60%) with total cost of Rp 26 million (15%), and group III comprises of 116 items (15%) with total cost of Rp 7 million (5%). With the mentioned above planning system it is hoped that pharmacy logistics is always available in terms of type and quantity for the sake of the patients, while on the other hand the hospital will not lose any opportunity to gain profit from pharmacy logistics management.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yoshida
"ABSTRAK
Fungsi penyimpanan dan pendistribusian barang farmasi di RSCM dilakukan oleh Sub Instalasi Perbekalan dan Sub Instalasi Distribusi - Instalasi Farmasi, Sub Instalasi Perbekalan mempunyai gudang perbekalan, dan Sub Instalasi Distribusi, kedua gudang tersebut berdekatan yaitu di lokasi Instalasi Farmasi - bukan di lokasi unit pelayanan.
Gudang perbekalan mengelola seluruh jenis barang farmasi dan gudang distribusi hanya obat, cairan obat dan alat kesehatan. Kedua gudang masing-masing melaksanakan pengelolaan dan stok opname barang. Bagi Sub Instalasi perencanaan, 2 hasil stok opname cukup merepotkan apalagi dengan perbedaan pembagian urusan barang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam pendistribusian barang farmasi. Juga untuk mengetahui fungsi penyimpanan dan pendistribusian dengan sistem pendistribusian barang farmasi yang baik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif - kualitatif yang didukung dengan data sekunder. Wawancara dilakukan dengan 10 responden yang terdiri dari kelompok rekanan, provider, unit pemakai dan penyelia.
Dari basil penelitian diketahui ada 2 model pendistribusian yaitu tanpa melalui gudang distribusi dengan 13 langkah dan pendistribusian yang melalui gudang distribusi dengan 27 langkah. Dari data sekunder juga diketahui pengiriman barang farmasi dari gudang perbekalan ke gudang distribusi tidak dapat dilakukan sekaligus. Adapun frekuensi pengiriman rata-rata perbulan untuk obat 9 kali untuk cairan infus 17 kali dan alat kesehatan 48 kali.
Hasil wawancara menunjukkan adanya persamaan fungsi penyimpanan antara gudang perbekalan dan gudang distribusi, Juga ada persamaan fungsi pendistribusian antara gudang distribusi dan depo farmasi di pelayanan. Semua responden setuju dengan penggabungan antara gudang perbekalan dan gudang distribusi.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa alur pendistribusian yang melalui gudang distribusi ternyata kurang efisien. Untuk itu perlu dilakukan penyederhanaan alur dengan ruang distribusi sebagai alternatif pengganti gudang distribusi. Penyederhanaan alur ini sudah dilaksanakan 3 minggu dan membuat proses lebih efisien. Dengan cara ini ada pemendekan langkah proses dari 27 langkah menjadi 14 langkah.
Daftar bacaan : 27 (1979 - 1995)

ABSTRACT
The Simplication Of The Distribution Flow Through The Mixing Of The Logistical Storages And The Distribution Storages In The Pharmaceutical Installation Of The Cipto Mangun Kusumo Hospital (RSCM).
The storage and distribution functions of the pharmaceutical logistic in the Cipto Mangukusumo Hospital (RSCM) were done by the Logistical Sub Installation and the Distribution Sub Installation - The Pharmaceutical Installation. The Logistical Sub Installation had the logistical storages, and the Distribution Sub Installation had the Distribution storages. The Location of both the Sub Installation were close and located in the Pharmaceutical Installation not in the services unit areas.
The logistical storages managed all the items of The pharmaceutical logistic, only drugs, liquid drugs and medical equipments in the distribution storages. Both of the Sub Installation had managed and done the stock opname. For the Planning Sub Installation, the two stock opnames had made troubles with the differences of logistical administration.
The aims of this research were increasing efficiency in the distribution flow, also, to know about the good functions of storage and distribution.
This research was descriptive qualitative with the secondary data. The interviews were used 10 respondents whom were divided into 4 groups - suppliers, providers, users, and supervisor.
From the results, we knew that there were 2 distribution models. The first model was without the distribution storages (13 steps), and the second was with the distribution storages (27 steps). The second datas showed us that delivery from the logistical storage to the distribution storage could not do in one day. The averages days of delivery frequency for month were 9 days for drugs, 17 days for infuse, and 48 days for medical equipments.
The interviews showed that there was the same storage function between the logistical storage and the distribution storage. Also, there was the same distribution function between the distribution storage and the pharmaceutical satelits/depos in area services. All the respondents agreed to mix between the logistical and distribution storage.
The summary, the distribution flow through the distribution storage was inefficient. It was needed to make the simplication, with the changing the distribution storages into the distribution room. This new flow had been applied for 3 weeks and it made more efficient. With this flow, the process could be shorted from 27 steps into 14 steps.
Referencies : 27 (1979 - 1995)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Harry A.
Philadelphia: Lea & Febiger, 1975
615.1 SMI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Anief
Yogjakarta: Gadjah Mada Press, 2001
615.4 MOH m (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soejono Seto
Surabaya: Airlangga University Press, 2015
615.4 SOE m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Anief
Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Press, 1995
615.1068 ANI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>